TUTORIAL C BLOK 27
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Anggota Kelompok:
Ignatius Aldo Winardi
04121401049
Indriani Gultom
04121401057
04121401060
Owen Hu
04121401066
Adisti Meirizka
04121401070
04121401076
Stefen Agustinus
04121401081
Inthan Atika
04121401085
04121401088
04121401096
04121401104
Kirubhashini Ellanggoven
04111401100
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya Laporan Tutorial
Skenario C Blok 27 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari
skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
I. SKENARIO ...............................................................................................................4
II.
KLARIFIKASI ISTILAH.................................................................................
III.
IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................
IV.
ANALISIS MASALAH...................................................................................
V.
TEMPLATE......................................................................................................
VI.
LEARNING ISSUES........................................................................................
VII. KERANGKA KONSEP....................................................................................
VIII. KESIMPULAN.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
I.
4
5
6
15
24
29
29
30
SKENARIO
Awi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan batuk
pilek.
Pemeriksaan Fisik :
Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak
semakin gelisah, anak terus memerontak, keempat ekstremitas bergerak aktif simetris.
3
Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha
nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik nafas. Berat badan 12
kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37,6 C di axilla.
Paru : Respiratory rate: 48 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding
dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+). Auskultasi :
vesikuler, ronkhi (-) . Jantung : tidak ada kelainan.HR : 135 kali/ menit, nadi
brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill
time 2 detik.
II.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Dsypneu: Gangguan ventilasi yang dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya obstruksi saluran napas atas.
2. Batuk: Ekpulsi udara dalam paru yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suara berisik.
3. Sianosis: Warna kulit membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan
oksigen yang rendah didalam darah.
4. Mengorok: Suara kasar yang timbul akibat obstruksi jalan napas.
5. Nafas cuping hidung: Mengemban dan mengempisnya hidung sebagai upaya untuk
meningkatkan jumlah udara inspirasi.
6. Retraksi supra sternal: Penarikan dinding dada akibat usaha pernapasan yang
berlebihan, terlihat pada supra sternal dan sela iga.
7. Vesikuler: Frekuensi bunyi nafas yang rendah seperti bunyi nafas normal pada paru
selama ventilasi.
8. Ronkhi: Suara pernafasan yang kasar dan kering serta terus-menerus di
tenggorokkan/saluran bronkus karena obstruksi parsial.
9. Capillary refill time: Waktu yang diperlukan agar darah kembali lagi ke kapiler
setelah dilakukan penekanan diujung kuku di daerah perifer, normalnya < 2 detik.
III.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Awi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan batuk
pilek.
2. Pemeriksaan Fisik :
Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak
semakin gelisah, anak terus memerontak, keempat ekstremitas bergerak aktif
simetris. Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan
4
usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik nafas. Berat
badan 12 kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37,6 C di axilla.
3. Paru : Respiratory rate: 48 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding
dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+). Auskultasi :
vesikuler, ronkhi (-) . Jantung : tidak ada kelainan.HR : 135 kali/ menit, nadi
brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary
refill time 2 detik.
IV.
ANALISIS MASALAH
1. Awi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan
batuk pilek.
a. Apa dampak dari sulitnya bernafas?
Jawab: Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan
penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan
yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah:
a. Obstruksi Nasal
Merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi
septum nasi, hipertrofi tulang torbinat/tekanan polip yang dapat
mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi.
b. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan
rapat mengarah pada astiksia.
Gejala dan tanda sumbatan laring ialah:
Suara serak (disfonia) sampai afoni
Sesak nafas (dispnea)
Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
5
Takikardia
Retensi Cairan
kejadian ini cukup kecil. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan, dengan rasio 3:2.
e. Bagaimana cara membedakan obstruksi jalan napas atas dan bawah?
Jawab:
Kategori
Suara napas
Volume tidal
RR
Usaha napas
Retraksi awal
Napas cuping hidung
berubah
rate
(lebih
nya
tenang/kurang
menjadi
normal
gelisah/mengantuk)
atau
melambat,
dan
perlu
Respiratory arrest: terjadi ketika tidak ada lagi pernapasan yang efektif
pada anak. Respiratory arrest merupakan penyebab yang paling sering
dari cardiac arrest.
Kesimpulan : pada kasus ini Awi masih dalam keadaan Respiratory Distress
yang karena kondisi anak masih gelisah, RR masih meningkat, dan tandatanda respiratory distress lainnya, yang kemungkinan sedang masuk ke
tahap respiratory failure karena adanya tanda sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik :
9
Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak
semakin gelisah, anak terus memerontak, keempat ekstremitas bergerak aktif
simetris. Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan
peningkatan usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak
menarik nafas. Berat badan 12 kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37,6 C di
axilla.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
fisik?
Jawab:
Hasil Pemeriksaan Fisik
Interpretasi
Anak digendong ibu, gelisah, Tidak ada penurunan kesadaran.
edema laring udara tidak bisa masuk
menangis terus
biru
sentral
Nafas terlihat cepat dengan Obstruksi jalan nafas akibat infeksi (edema
peningkatan usaha nafas
peningkatan
usaha
bernafas
untuk
kali
anak
nafas
stridor.
Normal
Normal
36-37 oC
10
3. Paru : Respiratory rate: 48 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan
dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+).
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-) . Jantung : tidak ada kelainan.HR : 135 kali/
menit, nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda,
hangat, capillary refill time 2 detik.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
paru?
Jawab:
Respiratory rate : 45 kali/menit
Nilai normal anak usia 2 tahun : 24-40 kali/menit.
Interpretasi : terjadi peningkatan respiratory rate, ini merupakan
kompensasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Jawab:
Pemeriksaa
Kasus
Nilai normal
Interpretasi
135 x / menit
n
HR
Kuat
Normal
Kuat
Normal
Brakhialis
Nadi
Radialis
Kulit merah
Normal:
muda
gangguan
sirkulasi
tidak
ada
Hangat
Normal:
ada
tidak
gangguan
sirkulasi
c. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
kulit?
Jawab:
Kulit
berwarna
muda, hangat
Capillary refill time 2 detik
12
13
TEMPLATE
1.
How to diagnose
Jawab:
Anamnesis:
Infeksi 2 hari lalu (akut) : demam tidak tinggi , batuk pilek
Pemeriksaan fisik:
Anak sadar, agitasi
Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar suara ngorok
RR 48x/menit
Nafas cuping hidung (+)
Retraksi supra sternal
Sela iga (+)
Pemeriksaan tambahan:
Lab : darah rutin : leukositosis
Radiologis leher posisi PA
Test ELISA untuk pemeriksaan jenis virus
2.
Differential Diagnose
Jawab:
Kategori
Sindrom
croup
Usia
tersering
terjadi
6
bulan-6 Anak besar 3bulan -3 tahun
tahun
dan dewasa
Mula
sesak
Laringitis
Laringotracheiti
s akut
1-8 tahun
Akut
progresif
Akut progresif
Akut progresif
coryza
coryza
Prodormal
Batuk- pilek
Hidung
tersumbat
atau coryza
Awitan
24-48 jam
Bervariasi 12 Sedang
jam-4 hari
bervariasi
jam
Gejala
demam
Epiglotitis
akut
37,8-40,5oC
14
12-72 jam
3.
Serak
dan Ada
batuk
mengonggon
g
Ada
Ada
Tidak Ada
Stridor
Ada, inspirasi
Ada,
inspirasi
Ada, inspirasi
Ada, inspirasi
lembut
Disfagia
progresif
Pengeluaran
liur
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Working Diagnose
Jawab: Awi, anak laki-laki berusia 2 tahun, mengalami distress pernafasan akibat infeksi
croup berat.
4.
Pemeriksaan penunjang
Jawab:
Pemeriksaan imaging
laryngotracheobronchopneumonitis
Pada akut laryngotracheitis, pertukaran gas alveolar seringkali normal, sehingga
15
5.
Etiologi
Jawab: Croup umumnya disebabkan oleh infeksi virus, dan paling banyak karena infeksi
virus parainfluenza. Paling sering adalah parainfluenza tipe 1, 2, dan 3. Namun bisa
juga karena infeksi lainnya, seperti: adenovirus, respiratoy syncytial virus (RSV),
enterovirus, coronavirus, rhinovirus (Defendi, 2014). Kontak dengan virus bisa melalui
inhalasi droplet dari batuk atau bersin di udara. Partikel virus pada droplet ini juga bisa
bertahan di mainan anak-anak dan permukaan lainnya. Pada saat anak menyentuh benda
yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulutnya, maka pada
saat itu infeksi virus masuk. Infeksi ini umumnya dimulai dari membrane nasal dan
menyebar ke laring, dan trakea.
6.
Epidemiologi
Jawab: Sindrom croup terjadi pada anak 6 bulan-6 tahun dengan puncaknya pada usia 12 tahun. Croup dapat juga terjadi pada anak berusia 3 bulan dan diatas 15 tahun. Insiden
laki-laki : perempuan 3:2. Angka kejadian meningkat pada musim dingin dan gugur.
7.
Patofisiologi
Jawab: Pada kasus ini kemungkinan besar anak mengalami infeksi oleh virus. Pada
kasus Croup penyebab yang paling sering adalah Parainfluenza virus. Virus
menyebabkan infeksi akut croup melalui inhalasi langsung dari batuk dan atau bersin
atau melalui tangan yang terkontaminasi setelah kontak dengan fomite, bagian tubuh
yang terkontaminasi tersebut selanjutnya menyentuh mukosa dari mata, hidung, dan
atau mulut. Jalur masuk utama dari infeksi ini adalah hidung dan nasofaring. Infeksi
akan menyebar dan akhirnya akan melibatkan laring dan trakea. Meskipun saluran
pernapasan bawah dapat terlibat, namun beberapa praktisi berpendapat bahwa infeksi
pada saluran pernapasan bawah menujukkan bahwa telah terjadi infeksi bakteri
sekunder.
Infeksi pada saluran pernapasan atas ini kemudian akan menyebakan terjadinya
terjadinya suatu proses inflamasi. Proses inflamasi diperlukan sebagai pertahanan
pejamu terhadap mikroorganisme yang masuk tubuh serta penyembuhan luka yang
membutuhkan komponen selular untuk memberihkan debris lokasi cedera serta
meningkatkan perbaikan jaringan. Pada tempat infeksi, makrofag yang menemukan
mikroba akan melepas sitokin (TNF dan IL-1) yang akan mengaktifkan sel endothel
17
sekitar venul untuk memproduksi selektin (ligan integrin dan kemokin). Selektin
berperan dalam pengguliran neutrophil di endothel. Integrin berperan dalam adhesi
neutrophil, kemokin mengaktifkan neutrophil dan merangsang migrasi melalui endothel
ke tempat infeksi. Monosit darah dan sel T yang diaktifkan menggunakan mekanisme
yang sama untuk bermigrasi ke tempat infeksi. Sel endothel merupakan pembatas antara
darah dan rongga ekstravaskuler. Pada keadaan normal, hanya sebagian kecil molekul
yang melewati dinding vascular (transudate). Bila terjadi inflamasi, sel endothel akan
mengkerut sehingga molekul-molekul besar dapat melewati dinding vaskular. Dimana,
setelah timbul respon inflamasi, berbagai sitokin dan mediator inflamasi lainnya akan
bekerja pada endothel, dan neutrophil merupakan sel pertama yang berikatan dengan
endothel pada inflamasi dan bergerkan keluar vascular.
banyak sel inflamasi disebut eksudat inflamasi yang menimbulkan terjadinya edema.
Inflamasi dan edema pada daerah subglotis laring dan trakea, khususnya yang dekat
dengan kartilago krikoid, merupakan tempat yang paling sering dijumpai. Secara
histologi, area yang terlibat akan mengalami edema, dengan infiltasi selular yang
lokasinya pada lamina propria, submukosa, dan adventitia. Infiltrat ini akan berisi
limfosit, histiosit, sel plasma, dan neutrophil. Virus parainfluenza akan mengaktivasi
sekresi klorida dan menghambat absorpsi sodium melalui epithelium trakea yang
berkontribusi terhadap edema pada saluran nafas. Daerah anatomis yang terkena
dampak adalah bagian yang paling sempit dari saluran nafas anak yaitu laring, sehingga,
edema ini secara signifikan akan mengurangi diameter saluran nafas, membatasi aliran
udara. Penyempitan ini kemudian akan menyebabkan batuk yang barky, turbulensi
aliran udara dan stridor, dan retraksi dinding dada. Penurunan mobilitas dari vocal cords
akibat edema memicu terjadinya suara serak.
Stridor merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada pasien dengan croup. Onset
akut dari suara peringatan abnormal ini cukup untuk orang tua membawa anak mereka
mengunjungi rumah sakit. Stridor merupakan suara yang terdengar parau, bernada
tinggi, suara musical terdengar pada saat inspirasi yang terjadi akibat aliran udara
turbulen melalui obstruksi parsial pada saluran pernapasan atas. Obstruksi parsial
saluran nafas ini dapat terjadi di supraglottis, glottis, subglottis, dan atau trachea.
Selama inspirasi, daerah saluran nafas yang mudah collaps (ex; area supraglotis) akan
18
tertutup karena tekanan negatif intraluminal pada saat inspirasi. Area yang sama ini
akan dipaksa membuka selama fase ekspirasi.
Berdasarkan waktu dari siklus pernapasan, stridor dapat terdengar pada saat inspirasi,
ekspirasi, atau keduanya (biphasic).Stridor pada saat inspirasi menunjukkan adanya
obstruksi laring, sementara stridor pada saat ekspirasi menunjukkan adanya obstruksi
pada trakheobronkhial. Stridor biphasic menunjukkan adanya anomaly pada subglottis
maupun glottis. Onset akut dari stridor merupakan ciri utama dari croup bagaimanapun
juga masih mungkin terdengar stridor ekspirasi dengan suara yang rendah.
8.
Tatalaksana
Jawab: Croup ringan dapat ditangani di rumah dengan perawatan penunjang, meliputi
pemberian cairan oral, pemberian ASI atau pemberian makanan yang sesuai.
Anak dengan croup berat harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan sebagai berikut:
Steroid. Beri dosis tunggal deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) atau jenis
steroid lain dengan dosis yang sesuai, dan dapat diulang dalam 6-24 jam
Epinefrin (adrenalin). Beri 2 ml adrenalin 1/1 000 ditambahkan ke dalam 2-3 ml
garam normal, diberikan dengan nebulizer selama 20 menit.
Antibiotik. Tidak efektif dan seharusnya tidak diberikan.
Pada anak dengan croup berat yang memburuk, dipertimbangkan pemberian:
1. Oksigen
Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respiratorik.
Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah
merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada pemberian
oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring
dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran
respiratorik.
Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran
respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.
2. Intubasi dan trakeostomi
19
Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik seperti tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intubasi sedini
mungkin.
Jika tidak mungkin, rujuk anak tersebut ke rumah sakit yang memungkinkan
untuk dilakukan intubasi atau tindakan trakeostomi dengan cepat.
Jika tidak mungkin, pantau ketat anak tersebut dan pastikan tersedianya fasilitas
untuk secepatnya dilakukan trakeostomi, karena obstruksi saluran respiratorik
dapat terjadi tiba-tiba.
Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh orang yang berpengalaman.
3. Perawatan penunjang
Hindari manipulasi yang berlebihan yang dapat memperberat obstruksi (misalnya
pemasangan infus yang tidak perlu).
Jika anak demam ( 39C) yang tampaknya menyebabkan distres, berikan
parasetamol.
Pemberian ASI dan makanan cair.
Bujuk anak untuk makan, segera setelah memungkinkan.
4. Pemantauan
Keadaan anak terutama status respiratorik harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3
jam sekali dan oleh dokter 1 kali sehari.
9.
Komplikasi
Jawab: Komplikasi dapat terjadi pada 15% kasus croup. Komplikasi yang terjadi antara
lain:
Respiratory failure
Perluasan proses penyakit ke region traktus respiratorius yang lain seperti telinga
10.
Pencegahan
20
Jawab: Croup adalah penyakit menular. Hindari kontak dengan orang lain yang sedang
pilek atau batuk.
11.
Biasakan
penyebaran infeksi
Berikan pengobatan yang tepat dengan gejala infeksi pernapasan
Beri anak minum yang cukup
Hindari paparan iritasi pernapasan seperti asap
Prognosis
Jawab: Meskipun sebagian besar anak-anak dengan croup membaik setelah 48 jam,
namun ada beberapa kasus yang membutuhkan waktu lebih lama untuk penyembuhan.
Penatalaksanaan di rumah sakit untuk pengebotan yang lebih intensif ditemukan pada
beberapa kasus dengan jumlah yang sedikit. Hanya sekitar 1-2% akan menjadi cukup
parah sehingga membutuhkan tabung pernapasan dengan ventilasi mekanis atau
perawatan intensif pediatrik.
Prognosis : Ad vitam : Dubia at Bonam.
Ad functionam : Dubia at Bonam.
12.
KDU
Jawab: 3B
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan
dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
21
190.000
orang
Amerika
menderita
ARDS
per
tahun.
Pasien yang menderita ARDS karena trauma atau infeksi paru-paru biasanya memilki
prognosis lebih baik daripada mereka yang menderita ARDS karena sepsis.
Penderita ARDS akan memiliki fungsi paru-paru yang cenderung kembali normal atau
mendekati normal dalam beberapa bulan. Tetapi beberapa orang dengan ARDS akan
mengalami kerusakan abadi pada paru-paru atau ke daerah-daerah di luar paru-paru.
Penyebab ARDS
Penyebab ARDS meliputi:
22
Gejala ARDS
Tanda dan gejala ARDS dapat mencakup:
Diagnosis ARDS
Dokter membuat diagnosis ARDS berdasarkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan
tes medis. Dokter Anda akan mendengarkan suara pernapasan abnormal, mendengarkan
hati dan mencari tanda-tanda bahwa tubuh memiliki terlalu banyak cairan, yang bisa
berarti
jantung
atau
ginjal
tidak
bekerja
dengan
benar.
Tes gas darah arteri, yang memeriksa tingkat oksigen dalam darah
x-ray dada, yang dapat menunjukkan cairan ekstra di paru-paru
Tes darah lain yang dapat menemukan infeksi yang dapat menyebabkan ARDS
CT scan, yang dapat menunjukkan masalah di paru-paru
Tes jantung untuk mencari tanda-tanda gagal jantung. Hal ini dapat
menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru.
ARDS biasanya didiagnosis pada pasien yang berada di rumah sakit dari penyakit kritis
seperti syok, sepsis atau trauma lainnya.
Pengobatan ARDS
Tidak ada pengobatan khusus untuk ARDS. Seseorang dengan ARDS akan dirawat di
unit perawatan intensif di rumah sakit. Seringkali seseorang dengan ARDS akan
membutuhkan bantuan mesin untuk bernafas (disebut ventilasi mekanik) dan terapi
oksigen.
Perawatan mungkin termasuk:
nutrisi
Obat untuk mencegah dan mengobati infeksi dan untuk menghilangkan rasa
sakit
2. Croup
Croup adalah kesulitan bernapas dan batuk menggonggong. Croup terjadi karena
pembengkakan di sekitar pita suara. Hal ini sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
Penyebab
Croup paling sering disebabkan oleh virus, seperti parainfluenza RSV, campak,
adenovirus, dan influenza. Hal ini cenderung muncul pada anak-anak antara 3 bulan dan
5 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun. Beberapa anak lebih mungkin untuk
mendapatkan
croup
dan
mungkin
mendapatkannya
beberapa
kali.
Kasus yang lebih parah dari croup bisa disebabkan oleh bakteri. Kondisi ini disebut
trakeitis bakteri.
Croup juga bisa disebabkan oleh:
Gejala
Gejala utama dari croup adalah batuk yang terdengar seperti menggonggong.
Kebanyakan anak-anak akan memiliki gejala demam ringan selama beberapa hari
sebelum batuk menggonggong menjadi jelas. Batuk mendapat lebih sering, anak
mungkin mengalami kesulitan bernapas atau stridor.
24
Croup biasanya jauh lebih buruk di malam hari. Ini sering berlangsung 5 atau 6 malam.
Malam pertama atau dua paling sering adalah yang terburuk. Jarang, croup bisa
bertahan selama berminggu-minggu.
Pengobatan
Langkah yang dapat diambil di rumah meliputi:
1. Paparkan anak Anda pada udara lembab, seperti di kamar mandi, beruap atau diluar di
udara malam yang dingin. Ini mungkin dapat membantu pernapasan.
2. Menggunakan penguap udara dingin di kamar tidur anak dan menggunakannya untuk
beberapa malam.
3. Membuat anak Anda lebih nyaman dengan memberikan acetaminophen. Obat ini juga
menurunkan demam sehingga anak tidak perlu bernapas keras.
4. Hindari obat batuk kecuali Anda mendiskusikannya dengan dokter Anda terlebih dahulu.
Dokter mungkin meresepkan obat-obatan, seperti:
1.
Obat steroid yang diambil oleh mulut atau melalui inhaler
2.
Obat antibiotik (untuk beberapa, tapi tidak banyak kasus)
Prognosis
Croup adalah yang paling sering ringan, tetapi masih bisa berbahaya. Ini biasanya
hilang dalam 3 sampai 7 hari. Jaringan yang menutupi trakea (tenggorokan) disebut
epiglotis. Jika epiglotis menjadi terinfeksi, seluruh tenggorokan bisa membengkak
ditutup. Ini adalah penyakit yang mengancam jiwa. Jika penyumbatan jalan nafas tidak
segera diobati, anak dapat memiliki kesulitan bernapas yang parah atau bernapas
mungkin berhenti total.
Pencegahan
Cuci tangan Anda sering dan menghindari kontak dekat dengan orang-orang yang
memiliki infeksi pernafasan. Banyak kasus croup dapat dicegah dengan imunisasi.
Difteri, Haemophilus influenzae (Hib), dan campak vaksin melindungi anak-anak dari
beberapa bentuk yang paling berbahaya dari croup.
25
Sindrom Croup
26
VIII. KESIMPULAN
Awi, anak laki-laki berusia 2 tahun, mengalami distress pernafasan akibat infeksi croup
berat.
DAFTAR PUSTAKA
Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO, DEPKES dan IDAI.
2009. p 104-105
Defendi
GL.
2014.
Croup.
Medscape.
Dari
URL:
C.
2009.
Capillary
Nail
Test.
Medlineplus.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003394.htm
Lawson SJ. 2004. Acute Pediatric Respiratory Illness. RC Educational Consulting
Services, Inc.
27
Mayo Clinic. 2013. Croup: Causes. Dari URL: http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/croup/basics/causes/con-20014673 diakses tangga 14 Oktober 2014.
WHO. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit
Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta: World Health Organization
Indonesia dan Depkes RI.
28