Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

TUTORIAL C BLOK 27

Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Anggota Kelompok:
Ignatius Aldo Winardi

04121401049

Indriani Gultom

04121401057

Putri Septi Ramasari

04121401060

Owen Hu

04121401066

Adisti Meirizka

04121401070

M Yufimar Riza Fadilah

04121401076

Stefen Agustinus

04121401081

Inthan Atika

04121401085

Ivan Alexander Liando

04121401088

Minati Maharani Amin

04121401096

Mandeep Sing Mukand S

04121401104

Kirubhashini Ellanggoven

04111401100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya Laporan Tutorial
Skenario C Blok 27 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari
skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang terlibat dalam

pembuatan laporan ini.


Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan
sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

I. SKENARIO ...............................................................................................................4
II.
KLARIFIKASI ISTILAH.................................................................................
III.
IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................
IV.
ANALISIS MASALAH...................................................................................
V.
TEMPLATE......................................................................................................
VI.
LEARNING ISSUES........................................................................................
VII. KERANGKA KONSEP....................................................................................
VIII. KESIMPULAN.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

I.

4
5
6
15
24
29
29
30

SKENARIO
Awi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan batuk
pilek.
Pemeriksaan Fisik :
Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak
semakin gelisah, anak terus memerontak, keempat ekstremitas bergerak aktif simetris.
3

Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha
nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik nafas. Berat badan 12
kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37,6 C di axilla.
Paru : Respiratory rate: 48 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding
dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+). Auskultasi :
vesikuler, ronkhi (-) . Jantung : tidak ada kelainan.HR : 135 kali/ menit, nadi
brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill
time 2 detik.
II.

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Dsypneu: Gangguan ventilasi yang dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya obstruksi saluran napas atas.
2. Batuk: Ekpulsi udara dalam paru yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suara berisik.
3. Sianosis: Warna kulit membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan
oksigen yang rendah didalam darah.
4. Mengorok: Suara kasar yang timbul akibat obstruksi jalan napas.
5. Nafas cuping hidung: Mengemban dan mengempisnya hidung sebagai upaya untuk
meningkatkan jumlah udara inspirasi.
6. Retraksi supra sternal: Penarikan dinding dada akibat usaha pernapasan yang
berlebihan, terlihat pada supra sternal dan sela iga.
7. Vesikuler: Frekuensi bunyi nafas yang rendah seperti bunyi nafas normal pada paru
selama ventilasi.
8. Ronkhi: Suara pernafasan yang kasar dan kering serta terus-menerus di
tenggorokkan/saluran bronkus karena obstruksi parsial.
9. Capillary refill time: Waktu yang diperlukan agar darah kembali lagi ke kapiler
setelah dilakukan penekanan diujung kuku di daerah perifer, normalnya < 2 detik.

III.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Awi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan batuk
pilek.
2. Pemeriksaan Fisik :
Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak
semakin gelisah, anak terus memerontak, keempat ekstremitas bergerak aktif
simetris. Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan
4

usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik nafas. Berat
badan 12 kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37,6 C di axilla.
3. Paru : Respiratory rate: 48 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding
dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+). Auskultasi :
vesikuler, ronkhi (-) . Jantung : tidak ada kelainan.HR : 135 kali/ menit, nadi
brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary
refill time 2 detik.

IV.

ANALISIS MASALAH
1. Awi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan
batuk pilek.
a. Apa dampak dari sulitnya bernafas?
Jawab: Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan
penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan
yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah:
a. Obstruksi Nasal
Merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi
septum nasi, hipertrofi tulang torbinat/tekanan polip yang dapat
mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi.
b. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan
rapat mengarah pada astiksia.
Gejala dan tanda sumbatan laring ialah:
Suara serak (disfonia) sampai afoni
Sesak nafas (dispnea)
Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
5

Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,


epigastrium,supraklavikula dan interkostal. Cekungan ini terjadi
sebagai upaya dari otot-otot pernafasan untuk mendapatkan
oksigen yang adekuat.
Gelisah karena haus udara
Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena
hipoksia.
c. Edema Laring
Edema laring adalah pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi
cairan yang terdapat di daerah laring. Pembengkakan adalah akibat dari
akumulasi cairan yang berlebihan dibawah kulit dalam ruang-ruang
didalam jaringan-jaringan. Manifestasi klinis dari edema laring antara
lain:

Kesulitan untuk bernafas, bahkan bisa menyebabkan tidak bisa


bernafas.

Takikardia

Peningkatan tekanan darah, tekanan nadi, dan tekanan vena


sentral

Peningkatan berat badan

Nafas pendek dan Mengi

Retensi Cairan

d. Benda Asing di Saluran Nafas


Benda asing jalan nafas adalah benda asing yang secara tidak sengaja
terhirup masuk ke jalan nafas (laring, trakea dan bronkus).
Pemeriksaan :

Kadang-kadang tidak dapat ditemukan gejala yang jelas.

Bila ada penyumbatan jalan napas atas, tampak gelisah, sesak


dan stridor inspirasi

Retraksi supraklavikuler, interkostal, epigastrial, supra steroal


biru (sianosis)

Bila benda asing berhenti pada salah satu cabang bronkus:


6

- Gerak nafas satu sisi berkurang


- Suara nafas satu sisi berkurang
- Pada fase tenang, mungkin gejala tersebut di atas tidak ada.
b. Apa etiologi dan mekanisme dari kesulitan bernafas?
Jawab: Kesulitan bernafas bisa disebabkan oleh :
Kelainan pada jalan nafas
Kelainan pada jantung
Kelainan pada paru-paru
Kelainan lain seperti neuromuscular, psikogenik, metabolic,
medikasi, nyeri yang parah
Penyebab kesulitan bernafas pada anak yang umum adalah :
Asma
Pneumonia
Bronkiolitis
Croup
Epiglotitis
Aspirasi benda asing
Myocarditis
c. Apa etilogi dan mekanisme dari panas tidak tinggi dan batuk pilek?
Jawab: Kesulitan bernapas yang di alami oleh awi merupakan manifestasi
klinis berat dari penyakit croup (laringotrakeobronkitis). Panas tidak tinggi
dan batuk pilek merupakan gejala awal dari penyakit croup. Penyakit croup
paling banyak disebabkan oleh virus, dan di tandai dengan demam yang
tidak tinggi. Batuk dan pilek merupakan kelanjutan dari infeksi virus ke
mukosa saluran penapasan dan menyebabkan peningkatan sekresi mukus dan
terjadi proses batuk guna mengeluarkan sekresi mukus yang berlebihan.
Gejala penyakit croup berjalan bertahap, di awali dengan batuk pilek dan
demam tidak tinggi dan kemudian berkembang menjadi kesulitan bernafas.
d. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?
Jawab: Croup biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan-6 tahun, dengan
puncaknya pada usia 1-2 tahun. Akan tetapi, croup juga dapat terjadi pada
anak berusia 3 bulan dan di atas 15 tahun meskipun angka prevalensi untuk

kejadian ini cukup kecil. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan, dengan rasio 3:2.
e. Bagaimana cara membedakan obstruksi jalan napas atas dan bawah?
Jawab:
Kategori
Suara napas
Volume tidal
RR
Usaha napas
Retraksi awal
Napas cuping hidung

Saluran napas atas


Stridor inspirasi
Normal
Normal/menurun
Inspirasi>>
Supra sternal
+

Saluran napas bawah


Wizing, rongki
Meningkat
Variasi
Ekspirasi>>
Dinding dada
+

f. Bagaimana hubungan keluhan tambahan dan keluhan utama?


Jawab: Panas merupakan salah satu tanda infeksi (tingginya suhu tergantung
mikroorganisme yang menyerang). Batuk dan pilek juga merupakan tanda
adanya infeksi pada saluran nafas, dimana infeksi tersebut akan merangsang
silia di tenggorokan untuk mengeluarkan mukus yang berguna melawan
infeksi mikroorganisme tersebut.Mukus yang menumpuk tersebut semakin
lama semakin mengental dan banyak ,sehingga dapat menyumbat saluran
nafas. Obstruksi pada saluran nafas ini menyebabkan terjadinya sesak pada
Awi.
g. Bagaimana cara mengidentifikasi kegawatdaruratan pada anak?
Jawab: Respiratory distress, respiratory failure, dan respiratory arrest
merupakan masalah pernapasan yang berkelanjutan yang menyebabkan
hipoksia pada anak. Klasifikasinya, yaitu:
Respiratory Distress: ditandai dengan respon anak terhadap pertukaran
udara yang tidak adekuat di paru-paru yang dihasilkan oleh setiap kondisi
yang menyebabkan ancaman pada oksigenasi dan ventilasi.
Tanda respiratory distress: Respiratory rate meningkat, peningkatan
usaha untuk bernafas, retraksi supraclavicular, suprasternal, intercostal,
atau subcostal, menggunakan otot bantu pernapasan (otot aksesorius)
termasuk diantaranya adalah nafas cuping hidung, dan pernapasannya
mungkin akan menghasilkan suara yang berisik (grunting, wheezing,
stridor).
8

Obstruksi jalan nafas akan berlangsung lebih cepat pada anak-anak


karena ukuran saluran pernapasan mereka yang lebih kecil dan elastisitas
relatif dari jaringan pendukung. Ketika seorang anak dengan respiratory
distress dan peningkatan kerja pernapasan berkembang / penampilannya
menjadi
respiratory

berubah
rate

(lebih
nya

tenang/kurang

menjadi

normal

gelisah/mengantuk)
atau

melambat,

dan
perlu

dipertimbangkan bahwa pasien mulai mengalami respiratory failure.


Perubahan ini disebabkan oleh hipoksia dan atau hiperkarbia.

Respiratory failure : terjadi ketika anak tidak lagi mampu melakukan


kompensasi secara cukup sehingga proses oksigenasi dan ventilasi
menjadi tidak adekuat dan anak jatuh dalam keadaan hipoksia.
Respiratory failure terjadi ketika dinding dada anak kelelahan setelah
periode peningkatan pernapasan yang lama.
Tanda respiratory failure: penampilan yang abnormal (awalnya agitasi,
lesu dan penurunan tingkat kesadaran, pucat dan sianosis sebagai tanda
progresifitas gagal nafas) RR dan usaha nafas awalnya meningkat, namun
akan menurun ketika kondisi anak semakin bertambah berat. Sering
dikaitkan dengan tanda yang jelas berupa bradikardi.
Suatu gambaran yang abnormal (agitasi yang berat atau letargi) atau
sianosis pada anak dengan peningkatan usaha nafas dapat
mengindikasikan kemungkinan gagal nafas.

Respiratory arrest: terjadi ketika tidak ada lagi pernapasan yang efektif
pada anak. Respiratory arrest merupakan penyebab yang paling sering
dari cardiac arrest.

Kesimpulan : pada kasus ini Awi masih dalam keadaan Respiratory Distress
yang karena kondisi anak masih gelisah, RR masih meningkat, dan tandatanda respiratory distress lainnya, yang kemungkinan sedang masuk ke
tahap respiratory failure karena adanya tanda sianosis.

2. Pemeriksaan Fisik :
9

Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak
semakin gelisah, anak terus memerontak, keempat ekstremitas bergerak aktif
simetris. Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan
peningkatan usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak
menarik nafas. Berat badan 12 kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37,6 C di
axilla.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
fisik?
Jawab:
Hasil Pemeriksaan Fisik
Interpretasi
Anak digendong ibu, gelisah, Tidak ada penurunan kesadaran.
edema laring udara tidak bisa masuk

menangis terus

difusi menurun hipoksia jaringan gelisah


Bibir dan sekitarnya tampak edema laring udara tidak bisa masuk
difusi menurun hipoksia jaringan hipoksia

biru

sentral
Nafas terlihat cepat dengan Obstruksi jalan nafas akibat infeksi (edema
peningkatan usaha nafas

subglotis, inflamasi mukosa, eksudat fibrin)


hipoksia menstimulus pusat respirasi
terjadi

peningkatan

usaha

bernafas

untuk

memenuhi kebutuhan oksigen.


Terdengar suara mengorok Infeksi (virus atau bakteri) inflamasi, eritem
setiap

kali

anak

menarik dan edem di laring & trakea sehingga

nafas

mengganggu gerakan plica vocalis Saat


aliran udara ini melewati plica vocalis dan
arytenoepiglottic folds, akan menggetarkan
struktur tersebut sehingga akan terdengar

Berat badan 12kg


Panjang badan 86cm
Temperatur 37,6oC di axilla

stridor.
Normal
Normal
36-37 oC

Terjadi peningkatan suhu tubuh


(subfebris) demam tidak
terlalu tinggi ciri khas
infeksi virus.

10

3. Paru : Respiratory rate: 48 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan
dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+).
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-) . Jantung : tidak ada kelainan.HR : 135 kali/
menit, nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda,
hangat, capillary refill time 2 detik.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
paru?
Jawab:
Respiratory rate : 45 kali/menit
Nilai normal anak usia 2 tahun : 24-40 kali/menit.
Interpretasi : terjadi peningkatan respiratory rate, ini merupakan
kompensasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

Nafas cuping hidung(+)


Adanya alat bantu nafas, mekanismenya agar dalam kasus terjadi
obstruksi parsial laring akibat inflamasi, edema, eritem akhirnya sulit
bernafas O2 kurang didalam tubuh penderita sehingga kompensasinya
tubuh akan menghirup O2 lebih banyak dengan cara mempergunakan alat

bantu nafas dengan cara mengembang kempiskan cuping hidung.


Retraksi suprasternal dan sela iga (+)
Interpretasi Retraksi suprasternal dan intercostals abnormal.
Mekanisme: pada kasus ini, terjadi obstruksi saluran nafas akibat
inflamasi yang menyebabkan edema pada laring, sehingga setelah terjadi
obstruksi jalan nafas mengakibatan terjadi hypoxia. Tubuh berusaha
mengkompensasi keadaan ini dengan melibatkan otot-otot tambahan
pernafasan sehingga terjadi lah retraksi suprasternal dan intercostals.

b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan


jantung?
11

Jawab:
Pemeriksaa

Kasus

Nilai normal

Interpretasi

135 x / menit

Usia 3 bulan-2 Normal

n
HR

tahun : 100190 x / menit


Nadi

Kuat

Normal

Kuat

Normal

Brakhialis
Nadi
Radialis
Kulit merah

Normal:

muda

gangguan
sirkulasi

tidak

ada
Hangat

Normal:
ada

tidak

gangguan

sirkulasi
c. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan
kulit?
Jawab:
Kulit

berwarna

merah Mulai terjadi penurunan O2 ke kulit.

muda, hangat
Capillary refill time 2 detik

Normal, belum terjadi syok, karena pada


saat syok capillary refill time lebih dari 2
detik.

d. Bagaimana mengaplikasikan segitiga assessment pada anak?


Jawab:

12

e. Bagaimana cara membedakan distress napas, gagal napas, dan henti


napas?
Jawab: Distres pernafasan adalah keadaan klinis yang ditandai oleh adanya
laju respirasi atau kinerja pernafasan abnormal (stadium kompensata).
Distres pernafasan dapat disebabkan obstruksi di sepanjang saluran nafas,
mempengaruhi pertukaran O2 dan CO2 alveolar, disebabkan juga oleh
penyakit parenkim atau alveolar paru, atau penyakit non saluran nafas.
Gagal nafas merupakan keadaan kegagalan sistem respirasi
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh untuk mengabsorbsi O2, membuang
CO2, dan berhubungan dengan hipoksemia, hiperkapnia, atau keduaduanya.Pada keadaan ini distres pernafasan sudah masuk pada stadium

13

dekompensata. Tidak semua gagal nafas akut didahului oleh tanda-tanda


distres pernafasan.
V.

TEMPLATE
1.
How to diagnose
Jawab:
Anamnesis:
Infeksi 2 hari lalu (akut) : demam tidak tinggi , batuk pilek
Pemeriksaan fisik:
Anak sadar, agitasi
Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar suara ngorok
RR 48x/menit
Nafas cuping hidung (+)
Retraksi supra sternal
Sela iga (+)
Pemeriksaan tambahan:
Lab : darah rutin : leukositosis
Radiologis leher posisi PA
Test ELISA untuk pemeriksaan jenis virus
2.

Differential Diagnose
Jawab:
Kategori

Sindrom
croup

Usia
tersering
terjadi

6
bulan-6 Anak besar 3bulan -3 tahun
tahun
dan dewasa

Mula
sesak

gejala Akut progresif

Laringitis

Laringotracheiti
s akut

1-8 tahun

Akut
progresif

Akut progresif

Akut progresif

coryza

coryza

Prodormal

Batuk- pilek

Hidung
tersumbat
atau coryza

Awitan

24-48 jam

Bervariasi 12 Sedang
jam-4 hari
bervariasi
jam

Gejala
demam

Epiglotitis
akut

dan Demam tidak 37,8-39,4oC


tinggi selama

37,8-40,5oC

tetapi Cepat 4-12 jam


12-48
Biasanya
39,5oC

14

12-72 jam

3.

Serak
dan Ada
batuk
mengonggon
g

Ada

Ada

Tidak Ada

Stridor

Ada, inspirasi

Ada,
inspirasi

Ada, inspirasi

Ada, inspirasi
lembut

Disfagia

progresif

Pengeluaran
liur

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Working Diagnose
Jawab: Awi, anak laki-laki berusia 2 tahun, mengalami distress pernafasan akibat infeksi
croup berat.

4.

Pemeriksaan penunjang
Jawab:
Pemeriksaan imaging

Posteroanterior: Mungkin menunjukkan tanda steeple (steeple sign), dengan


penyempitan jalan nafas di area subglotis

Lateral: overdistensi hypofaring


Tanda-tanda di atas hanya ditemukan pada 50% kasus croup, banyak anak dengan
croup mempunyai gambaran radiologis yang normal. Temuan radiologis tidak
dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit secara akurat dan sebaiknya
dilakukan pada anak yang menunjukkan gejala penyakit yang tidak khas serta

pernapasannya sudah stabil karena ditakutkan dapat memperburuk keadaan anak.


Pemeriksaan saturasi dengan pulse oxymeter

Pulse oxymeter lebih berguna pada penderita laryngotracheobronchitis atau

laryngotracheobronchopneumonitis
Pada akut laryngotracheitis, pertukaran gas alveolar seringkali normal, sehingga

temuan dengan pulse oxymeter juga cenderung normal.


Kultur virus atau pemeriksaan antigen

15

Gambaran normal foto anterior-posterior

Gambaran normal foto lateral

Gambaran Sindrom Croup foto anterior-posterior

Gambaran Sindrom Croup foto lateral


16

5.

Etiologi
Jawab: Croup umumnya disebabkan oleh infeksi virus, dan paling banyak karena infeksi
virus parainfluenza. Paling sering adalah parainfluenza tipe 1, 2, dan 3. Namun bisa
juga karena infeksi lainnya, seperti: adenovirus, respiratoy syncytial virus (RSV),
enterovirus, coronavirus, rhinovirus (Defendi, 2014). Kontak dengan virus bisa melalui
inhalasi droplet dari batuk atau bersin di udara. Partikel virus pada droplet ini juga bisa
bertahan di mainan anak-anak dan permukaan lainnya. Pada saat anak menyentuh benda
yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulutnya, maka pada
saat itu infeksi virus masuk. Infeksi ini umumnya dimulai dari membrane nasal dan
menyebar ke laring, dan trakea.

6.

Epidemiologi
Jawab: Sindrom croup terjadi pada anak 6 bulan-6 tahun dengan puncaknya pada usia 12 tahun. Croup dapat juga terjadi pada anak berusia 3 bulan dan diatas 15 tahun. Insiden
laki-laki : perempuan 3:2. Angka kejadian meningkat pada musim dingin dan gugur.

7.

Patofisiologi
Jawab: Pada kasus ini kemungkinan besar anak mengalami infeksi oleh virus. Pada
kasus Croup penyebab yang paling sering adalah Parainfluenza virus. Virus
menyebabkan infeksi akut croup melalui inhalasi langsung dari batuk dan atau bersin
atau melalui tangan yang terkontaminasi setelah kontak dengan fomite, bagian tubuh
yang terkontaminasi tersebut selanjutnya menyentuh mukosa dari mata, hidung, dan
atau mulut. Jalur masuk utama dari infeksi ini adalah hidung dan nasofaring. Infeksi
akan menyebar dan akhirnya akan melibatkan laring dan trakea. Meskipun saluran
pernapasan bawah dapat terlibat, namun beberapa praktisi berpendapat bahwa infeksi
pada saluran pernapasan bawah menujukkan bahwa telah terjadi infeksi bakteri
sekunder.
Infeksi pada saluran pernapasan atas ini kemudian akan menyebakan terjadinya
terjadinya suatu proses inflamasi. Proses inflamasi diperlukan sebagai pertahanan
pejamu terhadap mikroorganisme yang masuk tubuh serta penyembuhan luka yang
membutuhkan komponen selular untuk memberihkan debris lokasi cedera serta
meningkatkan perbaikan jaringan. Pada tempat infeksi, makrofag yang menemukan
mikroba akan melepas sitokin (TNF dan IL-1) yang akan mengaktifkan sel endothel
17

sekitar venul untuk memproduksi selektin (ligan integrin dan kemokin). Selektin
berperan dalam pengguliran neutrophil di endothel. Integrin berperan dalam adhesi
neutrophil, kemokin mengaktifkan neutrophil dan merangsang migrasi melalui endothel
ke tempat infeksi. Monosit darah dan sel T yang diaktifkan menggunakan mekanisme
yang sama untuk bermigrasi ke tempat infeksi. Sel endothel merupakan pembatas antara
darah dan rongga ekstravaskuler. Pada keadaan normal, hanya sebagian kecil molekul
yang melewati dinding vascular (transudate). Bila terjadi inflamasi, sel endothel akan
mengkerut sehingga molekul-molekul besar dapat melewati dinding vaskular. Dimana,
setelah timbul respon inflamasi, berbagai sitokin dan mediator inflamasi lainnya akan
bekerja pada endothel, dan neutrophil merupakan sel pertama yang berikatan dengan
endothel pada inflamasi dan bergerkan keluar vascular.

Cairan yang mengandung

banyak sel inflamasi disebut eksudat inflamasi yang menimbulkan terjadinya edema.
Inflamasi dan edema pada daerah subglotis laring dan trakea, khususnya yang dekat
dengan kartilago krikoid, merupakan tempat yang paling sering dijumpai. Secara
histologi, area yang terlibat akan mengalami edema, dengan infiltasi selular yang
lokasinya pada lamina propria, submukosa, dan adventitia. Infiltrat ini akan berisi
limfosit, histiosit, sel plasma, dan neutrophil. Virus parainfluenza akan mengaktivasi
sekresi klorida dan menghambat absorpsi sodium melalui epithelium trakea yang
berkontribusi terhadap edema pada saluran nafas. Daerah anatomis yang terkena
dampak adalah bagian yang paling sempit dari saluran nafas anak yaitu laring, sehingga,
edema ini secara signifikan akan mengurangi diameter saluran nafas, membatasi aliran
udara. Penyempitan ini kemudian akan menyebabkan batuk yang barky, turbulensi
aliran udara dan stridor, dan retraksi dinding dada. Penurunan mobilitas dari vocal cords
akibat edema memicu terjadinya suara serak.
Stridor merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada pasien dengan croup. Onset
akut dari suara peringatan abnormal ini cukup untuk orang tua membawa anak mereka
mengunjungi rumah sakit. Stridor merupakan suara yang terdengar parau, bernada
tinggi, suara musical terdengar pada saat inspirasi yang terjadi akibat aliran udara
turbulen melalui obstruksi parsial pada saluran pernapasan atas. Obstruksi parsial
saluran nafas ini dapat terjadi di supraglottis, glottis, subglottis, dan atau trachea.
Selama inspirasi, daerah saluran nafas yang mudah collaps (ex; area supraglotis) akan
18

tertutup karena tekanan negatif intraluminal pada saat inspirasi. Area yang sama ini
akan dipaksa membuka selama fase ekspirasi.
Berdasarkan waktu dari siklus pernapasan, stridor dapat terdengar pada saat inspirasi,
ekspirasi, atau keduanya (biphasic).Stridor pada saat inspirasi menunjukkan adanya
obstruksi laring, sementara stridor pada saat ekspirasi menunjukkan adanya obstruksi
pada trakheobronkhial. Stridor biphasic menunjukkan adanya anomaly pada subglottis
maupun glottis. Onset akut dari stridor merupakan ciri utama dari croup bagaimanapun
juga masih mungkin terdengar stridor ekspirasi dengan suara yang rendah.

8.

Tatalaksana
Jawab: Croup ringan dapat ditangani di rumah dengan perawatan penunjang, meliputi
pemberian cairan oral, pemberian ASI atau pemberian makanan yang sesuai.
Anak dengan croup berat harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan sebagai berikut:
Steroid. Beri dosis tunggal deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) atau jenis
steroid lain dengan dosis yang sesuai, dan dapat diulang dalam 6-24 jam
Epinefrin (adrenalin). Beri 2 ml adrenalin 1/1 000 ditambahkan ke dalam 2-3 ml
garam normal, diberikan dengan nebulizer selama 20 menit.
Antibiotik. Tidak efektif dan seharusnya tidak diberikan.
Pada anak dengan croup berat yang memburuk, dipertimbangkan pemberian:
1. Oksigen
Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respiratorik.
Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah
merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada pemberian
oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring
dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran
respiratorik.
Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran
respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.
2. Intubasi dan trakeostomi

19

Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik seperti tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intubasi sedini
mungkin.
Jika tidak mungkin, rujuk anak tersebut ke rumah sakit yang memungkinkan
untuk dilakukan intubasi atau tindakan trakeostomi dengan cepat.
Jika tidak mungkin, pantau ketat anak tersebut dan pastikan tersedianya fasilitas
untuk secepatnya dilakukan trakeostomi, karena obstruksi saluran respiratorik
dapat terjadi tiba-tiba.
Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh orang yang berpengalaman.
3. Perawatan penunjang
Hindari manipulasi yang berlebihan yang dapat memperberat obstruksi (misalnya
pemasangan infus yang tidak perlu).
Jika anak demam ( 39C) yang tampaknya menyebabkan distres, berikan
parasetamol.
Pemberian ASI dan makanan cair.
Bujuk anak untuk makan, segera setelah memungkinkan.
4. Pemantauan
Keadaan anak terutama status respiratorik harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3
jam sekali dan oleh dokter 1 kali sehari.
9.

Komplikasi
Jawab: Komplikasi dapat terjadi pada 15% kasus croup. Komplikasi yang terjadi antara
lain:
Respiratory failure
Perluasan proses penyakit ke region traktus respiratorius yang lain seperti telinga

10.

tengah, ujung bronkiolus, dan ke parenkim paru


Pneumonia
Tracheitis bacterial

Pencegahan

20

Jawab: Croup adalah penyakit menular. Hindari kontak dengan orang lain yang sedang
pilek atau batuk.

11.

Biasakan

penyebaran infeksi
Berikan pengobatan yang tepat dengan gejala infeksi pernapasan
Beri anak minum yang cukup
Hindari paparan iritasi pernapasan seperti asap

anak mencuci tangan mereka untuk mengurangi kemungkinan

Prognosis
Jawab: Meskipun sebagian besar anak-anak dengan croup membaik setelah 48 jam,
namun ada beberapa kasus yang membutuhkan waktu lebih lama untuk penyembuhan.
Penatalaksanaan di rumah sakit untuk pengebotan yang lebih intensif ditemukan pada
beberapa kasus dengan jumlah yang sedikit. Hanya sekitar 1-2% akan menjadi cukup
parah sehingga membutuhkan tabung pernapasan dengan ventilasi mekanis atau
perawatan intensif pediatrik.
Prognosis : Ad vitam : Dubia at Bonam.
Ad functionam : Dubia at Bonam.

12.

KDU
Jawab: 3B
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan
dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

VI. Learning Issue


1. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)

21

Akut sindrom gangguan pernapasan (ARDS) adalah kegagalan tiba-tiba sistem


pernapasan. Hal ini dapat terjadi pada orang di atas usia 1 yang sakit kritis. Seseorang
dengan ARDS memiliki napas cepat, kesulitan mendapatkan cukup udara ke paru-paru
dan kadar oksigen darah yang rendah.
ARDS biasanya berkembang pada orang yang sudah sangat sakit dengan penyakit lain
atau yang memiliki luka berat. Mereka biasanya sudah di rumah sakit ketika mereka
menderita ARDS.
ARDS dapat terjadi karena organ-organ tubuh tidak mendapatkan darah yang kaya
oksigen untuk berfungsi dengan baik yang mengancam jiwa.
Epidemiologi ARDS
Sekitar

190.000

orang

Amerika

menderita

ARDS

per

tahun.

Pasien yang menderita ARDS karena trauma atau infeksi paru-paru biasanya memilki
prognosis lebih baik daripada mereka yang menderita ARDS karena sepsis.
Penderita ARDS akan memiliki fungsi paru-paru yang cenderung kembali normal atau
mendekati normal dalam beberapa bulan. Tetapi beberapa orang dengan ARDS akan
mengalami kerusakan abadi pada paru-paru atau ke daerah-daerah di luar paru-paru.
Penyebab ARDS
Penyebab ARDS meliputi:

Sepsis (infeksi bakteri dari darah)


Trauma
Pneumonia atau infeksi paru-paru lainnya
transfusi darah
Bernapas dalam air garam
Menghirup asap atau uap yang berbahaya
Bernapas muntah ke paru-paru
Narkoba
Obat penenang
Overdosis antidepresan trisiklik
Syok

22

Gejala ARDS
Tanda dan gejala ARDS dapat mencakup:

Merasa tidak bisa mendapatkan cukup udara ke dalam paru-paru


Napas cepat
Kadar oksigen yang rendah dalam darah
Batuk dan demam (jika ARDS Anda disebabkan oleh pneumonia)
Tekanan darah rendah
Kebingungan
Ekstrim kelelahan

Diagnosis ARDS
Dokter membuat diagnosis ARDS berdasarkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan
tes medis. Dokter Anda akan mendengarkan suara pernapasan abnormal, mendengarkan
hati dan mencari tanda-tanda bahwa tubuh memiliki terlalu banyak cairan, yang bisa
berarti

jantung

atau

ginjal

tidak

bekerja

dengan

benar.

Tes medis untuk ARDS meliputi:

Tes gas darah arteri, yang memeriksa tingkat oksigen dalam darah
x-ray dada, yang dapat menunjukkan cairan ekstra di paru-paru
Tes darah lain yang dapat menemukan infeksi yang dapat menyebabkan ARDS
CT scan, yang dapat menunjukkan masalah di paru-paru
Tes jantung untuk mencari tanda-tanda gagal jantung. Hal ini dapat
menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru.

ARDS biasanya didiagnosis pada pasien yang berada di rumah sakit dari penyakit kritis
seperti syok, sepsis atau trauma lainnya.
Pengobatan ARDS
Tidak ada pengobatan khusus untuk ARDS. Seseorang dengan ARDS akan dirawat di
unit perawatan intensif di rumah sakit. Seringkali seseorang dengan ARDS akan
membutuhkan bantuan mesin untuk bernafas (disebut ventilasi mekanik) dan terapi
oksigen.
Perawatan mungkin termasuk:

Oksigen melalui tabung dalam hidung atau melalui masker


23

Oksigen melalui tabung pernapasan. Tabung fleksibel dan berjalan melalui


mulut atau hidung ke tenggorokan Anda. Tabung terhubung ke ventilator,

mesin yang membantu bernapas.


Cairan melalui infus untuk meningkatkan aliran darah dan untuk memberikan

nutrisi
Obat untuk mencegah dan mengobati infeksi dan untuk menghilangkan rasa
sakit

2. Croup
Croup adalah kesulitan bernapas dan batuk menggonggong. Croup terjadi karena
pembengkakan di sekitar pita suara. Hal ini sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
Penyebab
Croup paling sering disebabkan oleh virus, seperti parainfluenza RSV, campak,
adenovirus, dan influenza. Hal ini cenderung muncul pada anak-anak antara 3 bulan dan
5 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun. Beberapa anak lebih mungkin untuk
mendapatkan

croup

dan

mungkin

mendapatkannya

beberapa

kali.

Kasus yang lebih parah dari croup bisa disebabkan oleh bakteri. Kondisi ini disebut
trakeitis bakteri.
Croup juga bisa disebabkan oleh:

Menghirup sesuatu yang mengganggu saluran napas Anda


Acid reflux
Alergi

Gejala
Gejala utama dari croup adalah batuk yang terdengar seperti menggonggong.
Kebanyakan anak-anak akan memiliki gejala demam ringan selama beberapa hari
sebelum batuk menggonggong menjadi jelas. Batuk mendapat lebih sering, anak
mungkin mengalami kesulitan bernapas atau stridor.

24

Croup biasanya jauh lebih buruk di malam hari. Ini sering berlangsung 5 atau 6 malam.
Malam pertama atau dua paling sering adalah yang terburuk. Jarang, croup bisa
bertahan selama berminggu-minggu.
Pengobatan
Langkah yang dapat diambil di rumah meliputi:
1. Paparkan anak Anda pada udara lembab, seperti di kamar mandi, beruap atau diluar di
udara malam yang dingin. Ini mungkin dapat membantu pernapasan.
2. Menggunakan penguap udara dingin di kamar tidur anak dan menggunakannya untuk
beberapa malam.
3. Membuat anak Anda lebih nyaman dengan memberikan acetaminophen. Obat ini juga
menurunkan demam sehingga anak tidak perlu bernapas keras.
4. Hindari obat batuk kecuali Anda mendiskusikannya dengan dokter Anda terlebih dahulu.
Dokter mungkin meresepkan obat-obatan, seperti:
1.
Obat steroid yang diambil oleh mulut atau melalui inhaler
2.
Obat antibiotik (untuk beberapa, tapi tidak banyak kasus)
Prognosis
Croup adalah yang paling sering ringan, tetapi masih bisa berbahaya. Ini biasanya
hilang dalam 3 sampai 7 hari. Jaringan yang menutupi trakea (tenggorokan) disebut
epiglotis. Jika epiglotis menjadi terinfeksi, seluruh tenggorokan bisa membengkak
ditutup. Ini adalah penyakit yang mengancam jiwa. Jika penyumbatan jalan nafas tidak
segera diobati, anak dapat memiliki kesulitan bernapas yang parah atau bernapas
mungkin berhenti total.
Pencegahan
Cuci tangan Anda sering dan menghindari kontak dekat dengan orang-orang yang
memiliki infeksi pernafasan. Banyak kasus croup dapat dicegah dengan imunisasi.
Difteri, Haemophilus influenzae (Hib), dan campak vaksin melindungi anak-anak dari
beberapa bentuk yang paling berbahaya dari croup.

25

Infiltrat Seluler ( Histio

Bibir dan sekitarnya tampak biru

VII. KERANGKA KONSEP

Sindrom Croup

26

VIII. KESIMPULAN
Awi, anak laki-laki berusia 2 tahun, mengalami distress pernafasan akibat infeksi croup
berat.
DAFTAR PUSTAKA

Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO, DEPKES dan IDAI.
2009. p 104-105
Defendi
GL.

2014.

Croup.

Medscape.

Dari

URL:

http://emedicine.medscape.com/article/962972-overview#showall diakses tangga 14


Oktober 2014.
Dugdale,
David

C.

2009.

Capillary

Nail

Test.

Medlineplus.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003394.htm
Lawson SJ. 2004. Acute Pediatric Respiratory Illness. RC Educational Consulting
Services, Inc.

27

Mayo Clinic. 2013. Croup: Causes. Dari URL: http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/croup/basics/causes/con-20014673 diakses tangga 14 Oktober 2014.
WHO. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit
Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta: World Health Organization
Indonesia dan Depkes RI.

28

Anda mungkin juga menyukai