Anda di halaman 1dari 6

A.

Bentuk posfat di dalam tubuh


Fosfor merupakan biomineral terbanyak kedua dalam tubuh setelah kalsium
( Sumardjo, 2009). Sekitar 1 persen fosfor terdapat di dalam tubuh kita dan 66 persennya
bersama dengan kalsium membentuk garam fosfat yang berfungsi untuk mineralisasi
tulang dan gigi (Sumardjo, 2009). Sisanya terdapat dalam darah dan jaringan-jaringan
lunak, dalam bentuk fosfat organik dan anorganik (Sumardjo, 2009). Dalam serum, fosfat
anorganik juga terbagi ke dalam 3 fraksi, yaitu ion fosfat, fosfat yang terikat protein dan
fosfat dalam bentuk kompleks dengan Na, Ca, dan Mg (Sumardjo, 2009).
Fosfat di dalam tubuh menyusun senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai regulator,
sumber energi maupun molekul struktural yang berperan dalam menyusun sel-sel tubuh,
yaitu antara lain:
1. DNA dan RNA, yang penting untuk biosintesis protein ( Sumardjo, 2009).
2. ATP, ADP dan AMP, dan beberapa koenzim yang berperan dalam metabolisme di
dalam tubuh (Sumardjo, 2009).
3. Komponen fosfolipid membran sel (Sumardjo, 2009).
4. Bersama-sama

dengan

kalsium

membentuk

kristal

hydroxiapatite

(Ca10(PO4)6(OH)2) yang berfungsi dalam mineralisasi tulang (Cameron, Skofronick


& Grant, 2003).

B. Hormon yang berperan


1. Hormon PTH dan Vitamin D
Konsentrasi posfat (PO43-) plasma tidak dikontrol seperti halnya konsentrasi
kalsium. Metabolisme posfat diatur secara langsung oleh vitamin D dan oleh siklus
umpan balik kalsium-PTH. Penurunan konsentrasi posfat plasma memberikan efek
ganda untuk membantu meningkatkan posfat kembali ke kadar normal (Sherwood,
2011).
Kadar posfat plasma yang menurun akan menyebabkan peningkatan kalsium
plasma, dan sekaligus juga menurunkan konsentrasi PTH. Kadar PTH yang menurun
membuat reabsorpsi posfat di ginjal meningkat sehingga menegembalikan konsentrasi
posfat ke kadar normal. Selain itu, penurunan posfat akan menyebabkan peningkatan
aktivasi vitamin D yang akan mendorong penyerapan posfat di usus sehingga kadar
posfat kembali ke normal. Proses ini tidak mengganggu konsentrasi kalsium karena
selain terjadi peningkatan eksresi kalsium di ginjal, vitamin D juga menyebabkan

peningkatan absorpsi kalsium di usus, sehingga terjadi efek yang saling meniadakan
(Sherwood, 2011).

Gambar 2.2 Peran hormon PTH dan vitamin D dalam pengaturan

posfat

(Sherwood, 2011)
Vitamin D berperan dalam peningkatan absorpsi posfat di usus, berikut ini
adalah mekanisme sintesisnya (Sherwood, 2011).

Gambar 2.3 Mekanisme sintesis vitamin D (Sherwood, 2011)


2. Hormon kalsitonin
Kalsitonin berpengaruh tidak langsung terhadap konsentrasi posfat. Kadar
kalsitonin yang meningkat akan menyebabkan penurunan kadar kalsium yang berefek
pada peningkatan kadar posfat, dan sebaliknya (Martini, Nath & Bartholomew, 2012).

Gambar 2.4 Pengaruh kalsitonin terhadap kalsium yang secara tidak langsung
mempengaruhi kadar posfat (Martini, Nath & Bartholomew,
2012).
C. Metabolisme posfat
Metabolisme posfat terutama terjadi dengan dua proses utama, yaitu adalah absorpsi
dan eksresi. Proses absorpsi dan eksresi posfat saling berkaitan satu sama lain dan dibantu
oleh kerja hormone tertentu.
1. Absorpsi posfat
Sumber utama posfat adalah susu, produk susu dan daging. Sekitar 2/3 bagian
posfat akan diabsorpsi di usus, terutama di jejunum. Absorpsi diturunkan oleh adanya
tirokalsitonin, zat pengikat seperti aluminium hidroksida dan karbonat dalam usus.
Absorpsi posfat dilakukan dengan cara pengaturan absorpsi posfat yang disertai
dengan ion kalsium yang membentuk kalsium posfat dari usus dan dari hasil
pembongkaran mineral tulang. Absorpsi posfat dari tulang dipengaruhi oleh kinerja

hormon PTH. Proses ini berlangsung melalui dua tahapan. Tahapan pertama adalah
tahapan yang terjadi dalama waktu beberapa menit dan meningkat progresif beberapa
jam kemudian. Hal ini disebabkan oleh aktivasi osteosit yang sudah ada untuk
meningkatkan absorpsi kalsium dan posfat (Guyton & Hall, 2007).
Mekanisme yang kedua adalah peningkatan absorpsi posfat di usus oleh
vitamin D aktif (1,25-dihidroksikolekalsiferol). Zat ini berperan dalam meningkatkan
pembentukan protein pengikat kalsium di sel epitel usus selama 2 hari. Protein
berfungsi mengangkut kalsium ke dalam sitoplasma sel yang kemudian akan bergerak
melalui membran basolateral sel dengan cara difusi terfasilitasi. Protein ini tetap
berada di dalam sel walaupun vitamin D aktif telah tidak ada. Selain itu, vitamin D
aktif juga berfungsi pembentukan ATPase dan sebagai alkalin posfatase yang efeknya
sampai saat ini belum jelas (Guyton & Hall, 2007).
2. Eksresi posfat
Eksresi posfat diatur oleh hormon yang sama dengan proses absorpsi tapi
dengan efek yang berbeda. Hormon PTH membantu menurunkan eksresi posfat
dengan cara meningkatkan reabsorpsi posfat di tubulus ginjal. hormon ini juga
berfungsi mengurangi reabsorpsi unsur natrium, kalium dan asam amino dengan cara
yang mirip dengan mekanisme hormon ini mempengaruhi posfat (Guyton & Hall,
2007).
Vitamin D aktif (1,25-dihidroksikolekalsiferol) berperan dalam meningkatkan
absorpsi kalsium sehingga ikut menurunkan eksresi posfat di dalam urin. Akan tetapi,
efek ini sangat lemah dan tidak banyak manfaatnya dalam metabolism posfat (Guyton
& Hall, 2007).

Dapus
Cameron, J. R., Skofronick, J.G., & Grant, R.M. 2003. Fisika Tubuh Manusia edisi 2.
Jakarta: EGC

Guyton, A.C., & Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Martini, F.H., Nath, J.L., & Bartholomew, E. 2012. Fundamentals of Anatomy and
Physiology. Ninth Edition. San Francisco: Pearson Education.
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai