I.
PENDAHULUAN
Green Mining
Data Departemen Kehutanan menyebutkan pada saat ini (awal 2009) luas areal
lahan kritis di Indonesia mencapai 23 juta hektar, sedangkan yang masuk
kategori agak kritis mencapai 40 juta hektar. Untuk mengatasi dan mencegah
meluasnya lahan kritis tersebut telah dilakukan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (Gerhan) sejak 2003 dan diharapkan akan mampu memulihkan lahan kritis
seluas lima hektar sampai 2009. Hingga Desember 2008, realisasi gerakan ini
sudah mencapai tiga juta hektar dengan menghabiskan dana APBN Rp 8,7 triliun.
Berbagai upaya telah dilakukan Departemen Kehutanan dan stake holder
kehutanan sehingga mampu menurunkan deforestasi dari 2,83 juta hektar
menjadi 1,08 juta hektar per tahun pada periode 2002 2005. Sementara itu,
upaya penghijauan dalam kerangka sumbangan Indonesia untuk dunia dalam
mengatasi perubahan iklim juga dilaksanakan Departemen Kehutanan melalui
gerakan menanam 100 juta pohon pada tahun ini, menyambung gerakan serupa
pada 2007 yang dilakukan dengan menanam 76 juta pohon yang realisasinya
melebihi target.
Tambang Ramah Lingkungan
Kalangan usaha pertambangan sebenarnya dapat berbuat banyak untuk
mendukung mewujudkan masa depan kehutanan Indonesia yang lestari.
Dukungan perusahaan pertambangan dapat dimulai sejak awal beroperasinya
perusahaan tersebut yang telah menyatakan komitmennya sebagai perusahaan
pertambangan yang ramah lingkungan. Perusahaan pertambangan sebagai
perusahaan yang mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam
seharusnya sejak awal mempertimbangkan aspek lingkungan dan aspek sosial
masyarakat dalam kegiatan usahanya. Perusahaan pertambangan seharusnya
tidak hanya mengupayakan aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek
lingkungan dan aspek sosial. Ketiga aspek yang menjadi pilar utama dalam
pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan tersebut harus menjadi
perhatian yang seimbang oleh pelaku usaha pertambangan.
Dalam aspek lingkungan, perusahaan pertambangan sejak awal seharusnya
memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah
dibuatnya, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 17
Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi AMDAL. Kegiatan usaha pertambangan umum dengan luas perizinan
(KP) di atas 200 hektar atau luas daerah terbuka untuk pertambangan di atas 50
hektar kumulatif per tahun wajib dilengkapi dengan AMDAL. Hal ini sangat
diperlukan untuk menghindari bukaan lahan yang terlalu luas. Potensi dampak
penting terhadap lingkungan dari usaha pertambangan umum antara lain
merubah bentang alam, ekologi dan hidrologi. Kemudian, lama kegiatan usaha
tersebut juga akan memberikan dampak penting terhadap kualitas udara,
kebisingan, getaran apabila menggunakan peledak, serta dampak dari limbah
cair yang dihasilkan. Untuk eksploitasi produksi batubara/gambut lebih dari
250.000 ton/tahun wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Dalam tulisan ini jelaskan beberapa contoh upaya yang dilakukan agar dalam
aktifitas penambangan tidak merusak dan mencemari lingkungan, diantaranya:
1. House keeping workshop
Dalam operasional penambangan selalu menggunakan peralatan berat, agar alat
alat berat ini dapat beroperasi optimal harus didukung oleh ketersediaan spare
parts serta sarana workshop yang lengkap dan memadai. Sarana workshop
diperlukan sebagai tempat melakukan service berkala atau perbaikan alat yang
rusak. Sering kali apabila nilai dan etika lingkungan tidak diperhatikan pada saat
melakukan service atau perbaikan menyebabkan oli yang berceceran
disembarang tempat, tidak ada pemisahan antara sampah organik, anorganik
dan sampah B3. Bila house keeping di workshop tidak dikelola dengan benar
akan sangat berpotensi mencemari dan merusak lingkungan sekitarnya.
2. Penataan sistem dewatering, settling pond dan water recycle
Untuk mencegah sisa sisa oli langsung masuk ke perairan umum di sekeliling
workshop dibuatkan saluran air. Saluran air dari workshop dan saluran air hujan
dari atap workshop dibuat terpisah. Saluran air dari workshop diarahkan ke oil
trap sedangkan saluran air dari atap workshop dialirkan ke bak penampungan air
yang nantinya dipakai untuk pencucian alat berat sebelum service dan untuk
keperluan air di workshop. Konstruksi oil trap dibuat tertutup agar tidak
kemasukan kotoran, sedangkan tutup oil trap dibuatkan jendela untuk
mempermudah pengecekan serta sebagai tempat untuk hose pompa penghisap
apabila sudah waktunya oil trap dikuras. pengurasan dilakukan setiap hari sekali
untuk mencegah terjadinya penumpukan oil atau hidrocarbon yang berpotensi
menyebabkan lepasnya oil dari trap yang telah dibuat.
Kolam pengendap lumpur dan recycle
Semua system drainage di area tanki utama solar, gudang, workshop dan
tempat penumpukan sementara limbah B3 menuju ke kolam pengendap lumpur.
Kolam pengendap lumpur berfungsi sebagai saringan terakhir sebelum air
dialirkan kearah pembuangan bebas.Air dari kolam pengendap lumpur digunakan
kembali atau Recycle untuk pencucian unit sebelum dilakukan perbaikan di
Worskhop dengan tujuan mengurangi penggunaan air tanah.
Bioindikator
Air dari KPL dialirkan lagi ke bio indicator sebagai kolam terakhir sebelum
dialirkan ke perairan umum dan untuk memastikan air tersebut sudah
memenuhi baku mutu. Bio indicator terdiri dari 3 kolam yang masing masing
kolam ditanami dengan ikan patin, gurame, mas, nila dan mujair. Secara berkala
air yang dilepas ke perairan umum selalu diadakan pengecekan untuk
memastikan air tersebut sudah memenuhi baku mutu san ikan ini sebagai salah
satu indicatornya.Dari beberapa kali panen ikan ikan ini aman untuk dikonsumsi
dan tidak mengandung zat beracun sesuai hasil data pengecekan dari BPOM.
3. Recycle limbah
Limbah bekas filter bekas, ban bekas masih dapat dibuat souvenir dan benda
seni kreatif dengan melibatkan masyarakat sekitar lokasi tambang. Hal ini sudah
dibuktikan bahwa produk limbah yang dihasilkan dapat memberikan nilai
ekonomis dan juga menciptakan lapangan pekerjaan.
4. Program penanaman 1 pohon dan 1 lobang biopori untuk 1 karyawan
Program penanaman pohon ini sesuai dengan program yang dicanangkan oleh
Menhut. Program ini harus digulirkan secara berkelanjutan setiap tahunnya. Jika
dalam 1 perusahaan tambang ada 2000 karyawan berarti ada 2000 pohon yang
ditanam untuk setiap tahunnya. Pohon yang ditanam dapat berupa pohon buah
atau pohon peneduh yang sesuai dengan karakteristik daerah sekitar tambang.
Sebagai tambahan setiap karyawan juga membuat lobang biopori untuk
menambah kesuburan dan cadangan persediaan air tanah.
5. Program ekonomi kerakyatan dan bantuan pendidikan
Perusahaan pertambangan wajib memperhatikan aspek ekonomi lingkungan dan
aspek sosial kemasyarakatan. Proses penambangan secara tidak langsung
mengubah pertumbuhan ekonomi dan mengubah mata pencaharian masyarakat
sekitar. Sebelum adanya aktifitas penambangan masyarakat sekitar
mendapatkan penghasilan dari bertani, berkebun atau berladang. Lahan yang
biasanya mereka garap berubah menjadi tambang. Untuk mengatasi gejolak
sosial mesti diadakan program intensifikasi yang bekerjasama dengan pihak
pertanian dan perkebunan yang mengelola sisa lahan yang ada. Selain itu juga
dibuatkan program kerjasama dibidang pendidikan agar alumni yang dihasilkan
siap kerja sesuai dengan tuntutan pasar. Dengan demikian masyarakat sekitar
ikut menikmati keberadaan perusahaan penambangan dan memiliki nilai tambah
di masyarakat.