Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN

Psoriasis merupakan penyakit kulit kronik ditandai perubahan kulit tipikal baik secara
makroskopis atau mikroskopis. Lesi psoriasis berupa eritem meninggi, berbatas tegas,
bersisik berwarna putih perak. Perubahan mikroskopis plak psoriasis adalah infiltrasi sel pada
dermis dan epidermis, dilatasi dan peningkatan jumlah pembuluh darah pada bagian atas dan
penebalan epidermis dengan diferensiasi keratinosit yang atipikal.
Parameter untuk menentukan tingkat keparahan pasien psoriasis dalam penelitian ini
digunakan skore Psoriasis Area and Severity Index (PASI), pertama kali dirumuskan oleh
Fredrickson dan Petersson. PASI merupakan parameter klasifikasi tingkat keparahan penyakit
psoriasis menggunakan rumus yang berdasarkan presentasi daerah yang terkena pada empat
daerah tubu, yaitu: kepala, badan, ekstremitas atas dan bawah, dan lesi seperti: eritem,
indurasi, dan skuama. Berdasarkan kategori PASI, psosiaris dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
(1) Psoriasis ringan, dengan skor PASI < 10, (2) Psoriasis sedang, dengan skor PASI 10-20,
(3) Psoriasis berat, dengan skor PASI > 20.
Secara umum, profil lipid merupakan suatu indikator untuk menentukan apakah
seseorang mempunyai risiko serangan jantung.Profil lipid adalah: kadar kolesterol,
trigliserida, LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol. Profil lipid diduga berperan terhadap
keparahan klinis psoriasis. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan ada perbedaan
pendapat mengenai profil lipid yang mempengaruhi keparahan klinis psoriasis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan profil lipid dengan keparahan klinis psoriasis di RSUP
MH Palembang.
Penelitian observasional analitik laboratorik dengan rancangan potong lintang ini
dilakukan dari bulan Agustus hingga Oktober 2011 di Poliklinik IKKK Divisi Alergi
Imunologi di RSUP MH Palembang. Sebanyak 60 pasien psoriasi yang memenuhi kriteria
inklusi diikutsertakan sebagai sunjek penelitian secara consecutive sampling. Semua subjek
penelitian dilakukan pemeriksaan profil lipid dan penilaian skor PASI. Analisis statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square untuk variabel bebas dan terikat berupa
dan kategorik, uji ANOVA untuk variabel terikat berupa data kategorik, dan variabel bebas
berupa data nmerik, uji regresi ganda untuk variabel terika berupa data numerik, dan variabel
bebas dapat berupa data numerik maupn data kategorik. Hasil kebermaknaan secara statistik
bila p lebih kecil 0,05.

Subjek penelitian berusia 10 tahun sampai 77 tahun (rerata 48,05). Distribusi jenis
kelamin sunjek penelitian terdiri dari 39 orang (65%) laki-laki dan 21 orang (35%)
perempuan. Rerata durasi menderitapsoriasi 64,15 bulan.
Skor PASI subjek penelitian antara 1,2 sampai 22,9 dengan rerata 5,68. Klasifikasi
kategori skor PASI yang terbanyak adalah psoriasis ringan (85%).
Hasil rerata kadar kolesterol subjek penelitian adalah 206,33 mg/dl. Klasifikasi
kategori kolesterol terbanyak adalah kolesterol normal (45%). Hasil rerata kadar trigliserida
subjek penelitian adalah 168,57 mg/dl. Klasifikasi kategori trigliserida terbanyak adalah
rigliserida normal (36,7%). Hasil rerata kadar HDL-kolesterol terbanyak adalah HDLkolesterol tinggi (96,7%). Hasil rerata kadar LDL-kolesterol terbanyak adalah LDLkolesterol optimal (33,3%). Hasil rerata kadalr VLDL-kolesterol subjek penelitian dalah
33,70 mg/dl. Klasifikasi kategori kolesterol terbanyak adalah VLDL-kolesterol tinggi
(63,3%).
Analistik statistik menggunakan Pearson chi square pada kategori profil lipid
antartingkta keparahan psoriasi, hanya LDL-kolesterol yang memiliki hubungan yang kuat
dengan tingkat keparahan klinis psoriasis.
Analisis statistik menggunakan ANOVA pada kadar profil lipid antartingkat
keparahan psoriasis, menyatakan tidak ada kadar profil lipid yang memiliki hubungan
bermakana antartingkat keparahan psoriasis.
Analisis regresi ganda menunjukkan kadar LDL-kolesterol berhubungan dengan
keparahan klinis psoriasi. Kovariabel yang berhubungan dengan keparahan psoriasis adalah
usia, jenis kelamin, dan durasi penyakit.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian diperoleh kesimpulan
LDL-kolesterol, durasi penyakit, usia, dan jenis kelamin menjadi faktor prediktor keparahan
klinis psoriasis, tetapi penelitian lanjut multisenter dan berbasis populasi masih perlu
dilakukan.

ABSTRAK
Hubungan Profil Lipid dengan Keparahan Psoriasis di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
Latar belakang: Psorisasis merupakan penyakit kulit kronis ditandai perubahan kulit tipikal
baik makroskopis maupun mikroskopis. Profil lipid merupakan indikator yang baik untuk
menentukan apakah seseorang mempunyai risiko penyakit jantung, yang diperkirakan akan
mengakibatkan respon mediator inflamasi dan hormon yang dapat mempengaruhi keparahan
psoriasis.
Tujuan: untuk meneliti hubungan profil lipid dan keparahan klinis psoriasis.
Metoda: Penelitian laboratorik observasional analitik dengan rancangan potong lintang
dilakukan dari bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011 di Poliklinik Alergi-Imunologi,
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Enam puluh pasien yang memmenuhi kriteria inklusi diterima dengan concecutive sampling.
Pemerikasaan profil lipid dilakukan pada semua pasien dan keparahan klinis psoriasis diukur
dengan PASI.
Hasil: Tidak ada hubungan antara kolesterol, trigliserida, HDL-kolesterol, dan VLDLkolesterol dengan keparahan klinis psoriasi, masing-masing p=0,416, p=0,219, p=0,796, dan
p=0,222. Hanya LDL-kolesterol yang berhubungan dengan keparahan klinis psoriasi
(p=0,222). Kovariabel yang mempunyai hubungan dengan skor PASI adalah usia, jenis
kelamin, dan durasi penyakit, masing-masing p-0,000, p=0,022, dan p=0,000.
Kesimpulan: LDL-kolesterol, usia, jenis kelamin, dan durasi penyakit dapat menjadi faktor
prediktor keparahan klinis psoriasis.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Psoriasis merupakan penyakit kulit kronik ditandai perubahan kulit tipikal baik secara
makroskopis maupun mikroskopis. Lesi psoriasis berupa eritem meninggi, berbatas tegas
dengn sisik berwarna putih perak. Peubahan mikroskopis plak psoriasis adalah infiltrasi
sel imun pada dermis dan epidermis, dilatasi dan peningkatan jumlah pembuluh darah
pada dermis bagian atas dan penebalan epidermis dengan diferensiasi keratinosit.1-3
Prevalensi penyakit psoriasis di dunia bervariasi, yaitu kisaran 0,1-11,8% populasi. 1
Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui, diperhitungkan kisaran
2,02%. Di Rumah Sakit umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, tahun
2000 sampai 2001, proporsi psoriasis mencapai 2,3%. Prevalensi penyakit ini di Sumatera
Selatan belum ada data.4-5 Frekuensi kunjungan pasien psoriasis di Poliklniki Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
(RSUP MH) Palembang tahun 2010 sejumlah 90 dari 8806 pasien (1,02%). Rerata
proporsi penyakit psoriasis di RSUP MH Palembang tahun 2007-2010 adalah 1,926%.6
Penyakit psoriasis dapat mengenai semua usia. Puncak insidennya di usia 20 sampai
30 tahun dan 50 sampai 60 tahun. Prevalensi psoriasis rendah pada beberapa kelompok
tertenti seperti Jepang, dan tidak pernah dijumpai pada suku Aborigin di Australia dan
suku Indian di Amerika Selatan, sehingga ada dugaan ras mempengaruhi keparahasn
klnins psoriasis.4,5,7
Parameter untuk menentukan tingkat keparahan pasien psoriasi digunakan skor
Psoriasis Area and Severity Index (PASI). PASI merupakan parameter tingkat keparahan
penyakit psoriasis yang paling sering digunakan baik dalam klinis, penelitian, maupun
sebagai indikator pengobatan. Perhitungannya menggunakan rumus yang berdasarkan
presentasi daerah yang rekena pada empat daerah tubuh, seperti: kepala, badan,
ekstremitas atas dan bawah dengan skala 0-6 dan lesi yaitu: eritem, indurasi, dan skuama
dengan skala 0-4. Rentang skor PASI adalah 0-72. Berdasarkan kategori skor PASI,
psoriasis dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu: (1) Psoriasis ringan, skor PASI<10; (2)
Psoriasis sedang, skor PASI 10-20; (3) Psoriasis berat, skor PASI >20.8
Secara umum profil lipid merupakans uatu indikator untuk menentukan apakah
seseorang mempunyai risiko serangan jantung, karena penyumbatan pembuluh darah atau
pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis). Secara umum, uji profil lipid adalah:
kolesterol, trigliserida, low-density lipoprotein (LDL)-kolesterol, dan high-densiy

lipoprotein (HDL)-kolesterol.9 Beberapa penelitian potong lintang menyatakan adanya


hubungan antara psoriasis dengan abnormalitas profil lipid. Ada beberapa pendapat ahli
yang menjelaskan hal tersebut; pertama, psoriasis berhubungan dengan faktor risiko
penyakit kardiovaskuler seperti hiperlipidemia, peningkatan indeks massa tubuh,
hipertensi, dan diabetes tipe II. Kedua, psoriasis memegang peran penting pada inisiasi
dan progresivitas dislipidemia. Molekul inflamasi dan hormon yang dihasilan
dislipidemia

mempengaruhi

patogenesis

psoriasis

dan

dipertimbangkan

akan

mengakibatkan keparahan psoriasis bertambah.10-12


Data penelitian mengenai hubungan keparahan klinis psoriasis dengan dislipidemia,
masih belum jelas. Kadar serum kolesterol total pasien psoriasis dapat tinggi atau normal.
Begitu pula dengan data kadar LDL, HDL, dan trigliserida cukup bervariasi. 4,5,10
Penelitian yang dilakukan oleh Rocha-Pereirra et al, tahun 2001, hanya menyatakan ada
hubungan antara keparahan psoriasi dengan perubahan profil lipid. 13 Mallbris et al, 2005,
melakukan penelitian kohort untuk menentukan risiko mortalitas kardiovaskular pada
pasien psoriasis. Penelitian ini menyimpulkan bawha risiko mortalitas pasien psoriasis
rawat inap meningkat 50% dibanding dengan populasi umum, tetapi risiko mortalitas
pada pasien psoriasis rawat jalan tidak ada perbedaan bermakna. 14 Neimann et al, 2006
misalnya, melaporkan bahwa pasien psoriasis ringan berisiko 1,28 kali mengalami
dislipidemia dibanding orang sehat. Sedangkan pasien psoriasis berrat mengalami
dislipidema 1,31 kali dibanding orang sehat. Menurut Farshchian 2007, penelitian potong
lintang dilakukannya, menyatakan tidak ada perbedaan bermakna antara psoriasis dengan
profil lipid.3,15-17 Demikian juga dengan Cohen 2007, pada penelitian potong lintang
menyatakan tidak ada peningkatan bermakana hubungan antara psoriasis dengan profil
lipid.18 Sampai saat ini Sumatera Selatan belum pernah dilakukan hubungan antara kadar
profil lipid dengan keparahan psoriasis.
Menurut Azfar, 2008, hubungan patogenesis dislipidemia dengan psoriasis adalah
sebagai berikut: psoriasis merupakan penyakit inflamasi protipikal Th-1, ditandai dengan
perluasan dan aktivasi sel Th-1, antigen presenting cell, dan sitokin Th-1. Inflamasi
kronis Th-1 merupakan hal yang penting dalam patofisiologi sindrom metabolik seperti
dislipidemia. Sebagai contoh, kadar sirkulasi sitokin Th-1, molekul adhesi seperti ICAM1 dan E-selectin, dan faktor angiogenik, sperti vascular endothelial growth factor (VEGF) meningkat pada psoriasis dan dislipidemia. Selanjutnya imunitas abnormal tersebut
memegang peran dalam kompleks genetik pada penyakit ini. Inflamasi kronik pada
psoriasis dapat menyebabkan peningkatan insulin-like growth factor-II (IGF-II) dan

sitokin Th-1 yaitu TNF- di kulit dan darah pasien psoriasis. IGF-II dan TNF-
menyebabkan proliferasi epidermal dan dapat juga mengakibatkan dislipidemia sehingga
terbentuk aterosklerosis. Selain itu, psoriasis kronis juga berpengaruh pada jalur
metabolik oksidatif yang berpengaruh pada sistemik. Kulit psoriasis inflamasis
menghasilkan radikal bebas, spesies oksigen bebas (ROS) dan hasil pembebasan anion
superoksida. Pada tingkat sel, pasien psoriasis mengakibatkan ketidak seimbangan
petanda stres oksidatif dan antioksidan. Selanjutnya psoriasis menyebabkan stres oksidatif
melalui hubungan penurunan kadar asam folat dan peningkatan kadar homosistein.Semua
kondisi tersebut memiliki efek pleitropik pada berbagai proses seperti angiogenesis,
sinyal insulin, adipogenesis, metabolisme lipid, trafficking sel imun, dan proliferasi
epidermal. Selanjutnya, aspek inflamasi kronis Th-1, angiogenesis, dan hiperproliferasi
epidermal pada psoriasis memiliki kecenderungan mempengaruhi kondisi lain seperti
kondisi metabolik. Sebaliknya, molekul dan hormon inflamasi dihasilkan dalam kondisi
sindrom metabolik tersebut mempengaruhi patogenesis psoriasis dan dipertimbangkan
akan meningkatkan keparahan psoriasis.11,19-23
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin membuktikan hubungan
profil lipid dengan keparahan klinis psoriasis.

BAB 4

METODA PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional analitik laboratorik dengan
rancangan potong lintang.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik IKKK Divisi Alergi-Imunologi Departemen IKK RSUP
MH dan Patologi Klinik RSUP MH Palembang.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sejak 1 Agustus sampai dengan 31 Oktober 2011.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah semua pasien psoriasis yang berkunjung ke Poliklinik IKKK
Divisi Alergi-Imunologi Departemen IKKK RSUP MH Palembang.
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah semua pasien psoriasis yang berkunjung ke Poliklinik IKKK Divisi
Alergi-Imunologi Departemen IKKK RSUP MH Palembang yang memenuhi kriteria inklusi.
4.3.3. Besar sampel

[(

n=

1
( )
2

+ Z . Sd

Keterangan:
n = jumlah sampel
Z = skor distribusi Gauss
d=7
= tingkat kemaknaan 5% Z = 1.96
= power 80% Z 0.84
Sd= 17 Sd total kolesterol

Hasil perhitungan jumlah sampel dengan rumus sampel cross-sectional di atas. Besar sampel
adalah 47 orang, drop out minmal 10%, sehingga jumlah sampel minimum 52 orang, jadi
dibulatkan 60 sampel.
4.3.4. Teknik pengambilan sampel
Sampel penelitian diambil dengan cara concecutive sampling. Seluruh pasien psoriasi yang
memenuhi kriteria inklusi dimasukkan menjadi sampel penelitian sampai seluruh jumlah
sampel terpenuhi.
4.4. Seleksi Subjek Penelitian
4.4.1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
a. Pasien didiagnosis psoriasi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan/atau
pemeriksaan penunjang.
b. Semua pasien bersedia ikut penelitian dengan menandatangani persetujuan setelah
penjelasan.
4.4.2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Hiperlipidemia sekunder
Diabetes melitus, sindroma nefrotik, insufisiensi renal kronik, dan penyakit hati
obstruksi.
Hiperlipidemia sekunder ini diketahui melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
penunjang, dan rujukan ke Departemen Ilmu Penyakit Dalam bila diperlukan.
b. Pasien dalam perioda 6 bulan sebelum diambil sampel darah penelitian mendapat
pengobatan sistemik berupa blocker, thiazide, kortikosteroid, retinoid, siklosporin,
dan obat penurun lipid.
c. Hamil dan menyusui.
4.5. Variabel Penelitian
4.5.1. Variabel bebas
Variabel bebas: profil lipid berupa kolesterol, trigliserida, LDL-kolesterol, HDLkolesterol, VLDL-kolesterol.
4.5.2. Variabel terikat
Variabel terikat: keparahan klinis psoriasis, yaitu: psoriasis ringan, sedang, dan berat.
4.5.3. Kovariabel
Kovariabel penelitian ini: usia, jenis kelamin, durasi penyakit, riwayat keluarga, dan
indeks massa tubuh.
4.6. Batasan Operasional
1. Usia dihitung dalam satuan tahun.
2. Pendidikan pasien adalah klasifikasi tingkat pendidikan terakhir pasien, yaitu:

a. Belum/tidak sekolah-SMP: tingkat pendidikan rendah


b. SMA-D3: tingkat pendidikan menengah
c. S1-S3: tingkat pendidikan tinggi
3. Pekerjaan pasien dikelompokkan atas:
a. Tidak bekerja
b. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
c. Pegawai swasta
d. Buruh
e. Ibu rumah tangga
4. Psoriasis: Penyakit kulit kronik ditandai perubahan kulit tipikal baik secara
makroskopis maupun mikroskopis. Lesi psoriasis adalah lesi meninggi, eritem,
berbatas tegas dengansisik berwarna putih perak. Peubahan mikroskopik plak
psoriasis adalah infiltrasi sel imun pada dermis dan epidermis, dilatasi dan
peningkatan jumlah pembuluh darah pada dermis bagian atas dan penebalan
epidermis.
5. PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Skala kuantitatif tingkat keparahan
penyakit psoriasis yang paling sering digunakan. Perhitungannnya berdasarkan
presentase daerah yang terkena dari empat daerah tubuh, seperti: kepala, badan,
ekstremitas atas dan bawah. Parameter klinis yang digunakan adalah skala 0-4, pada
beberapa daerah seperti: eritem, indurasi, skuama, dan IMT yang terkena. Rumus
digunakan untuk menghitung skor PASI. Rentang skor PASI 0-72.
a. Psoriasis ringan: Pasien psoriasis dengan skor PASI <10.
b. Psoriasis sedang: Pasien psoriasis dengan skor PASI 10-20.
c. Psoriasis berat: Pasien psoriasis dengan skor PASI>20.
6. Durasi penyakit: durasi waktu menderita penyakit psoriasis (dalam satuan bulan)
a. Durasi di bawah 1 tahun: bila penyakit yang terjadi di bawah 1 tahun.
b. Durasi 1 sampai 5 tahun: bila penyakit yang terjadi antara 1 sampai 5 tahun.
c. Durasi lebih dari 5 tahun: bila penyakit yang terjadi lebih dari 5 tahun.
7. Indeks massa tubuh: kondisi gizi pasien yang diukur dengan menggunakan rumus
berat dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam satuan meter (satuan
kg/m2).
Menurut Standar Pemeriksaaan Kesehatan dan Gizi Nasional
Wanita:
IMT 32,3 = obesitas; IMT (27,3 - <32,3) = overweight; IMT (18,7-<27,3)= normal;
IMT(<18,7) = underweight.
Pria:
IMT 31,1 = obesitas; IMT (27,8 - <31,1) = overweight; IMT (20,1-<27,8)= normal;
IMT(<20,1) = underweight.
8. Riwayat keluarga: ada tidak riwayat psoriasis pada keluarga.
9. Profil lipid adalah sekelompok uji yang digunakan untuk menentukan risiko
penyakit jantung koroner. Uji profil lipid yang diperiksa adalah: kolesterol,
trigliserida, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol.

10. Koleterol (mg/dl) menurut NCEP ATP III 2002


0. Kolesterol normal: bila kadar kolesterol dalam darah kurang dari 200 mg/dL.
1. Kolesterol risiko borderline high: bila kadar kolesterol dalam darah antara 200
sampai 239 mg/dL.

Anda mungkin juga menyukai