1
Gambar 2. Ringkasan ISO 15189 pada laman https://www.westgard.com/iso-15189-2012-
requirements-1.htm diakses tanggal 10 September 2022.
2
Gambar 3. Ringkasan ISO 15189 pada laman https://www.westgard.com/iso-15189-2012-
requirements-1.htm diakses tanggal 10 September 2022.
Gambar 4. A quality cycle applicable to a medical laboratory under ISO 15189 accreditation.
Sumber: ISO series update. Part 2 - ISO 15189:2012 pada laman https://www.westgard.com/iso-15189-
2012-requirements-1.htm diakses pada 10 September 2022.
3
2. Joint Commision International Accreditation for Laboratories 4th Edition efektif 1
Januari 2022, spesifiknya pada standar Facility Management and Safety.
4
Gambar 6. Facility Management and Safety.
Sumber: JCI Accreditation Standards for Laboratories 4th Ed. Effective 1 January 2022.
5
Fasilitas gedung minimal1
6
Fasilitas penunjang wajib1
Kriteria minimal suatu Sentra diagnostik Patologi Anatomi disesuaikan dengan kelas
rumah sakit dan beban kerja layanan. Total luas bangunan minimal untuk Rumah
Sakit kelas A seluas 60 m2 dan Rumah Sakit kelas B seluas 50 m2.
7
Beberapa ruangan yang dapat digabungkan, tergantung tipe rumah sakitnya:1
1. Ruang Potong makroskopik dan prosesing serta ruangan penyimpanan sisa
pemotongan makroskopik dengan sistem ruangan tertutup serta ventilasi udara
yang baik (hepafilter)
2. Ruang prosesing lanjutan
Rumah sakit kelas B dapat menggabungkan ruang histopatologi, sitologi,
histokimia, dan imunologi. Pada rumah sakit kelas A, ruangan masing – masing
laboratorium terpisah.
3. Ruang administrasi penerimaan spesimen dan ruang penyimpanan arsip hasil di
Rumah sakit kelas C dapat digabungkan dengan laboratorium patologi klinik.
4. Ruangan arsip, diagnostik, dan administrasi di rumah sakit kelas A dan B harus
ditempatkan terpisah.
5. Ruang Tindakan BAJaH diletakkan terpisah.
KELAS A KELAS
B
1 Automatic Tissue Processing * 2 1
2 Manual Tissue Processing 1 1
3 Automatic Staining Machine* 2 1
4 Manual Staining / peralatan gelas manual 1 1
5 Embedding Center * 2 1
8
6 Fully motorize rotary microtome 2* 0
7 Manual Microtome * 3 2
8 Waterbath 4 1
9 Cryostat / alat potong beku 3 1
10 Hotplate 3 1
11 Peralatan gelas untuk processing manual 30 30
12 Timer 5 3
13 Mikroskop Binokular 2 1
14 Virtual microscope ± 0
15 Lemari asam 2 1
16 Bench top fume hood 3* 1
17 Ph meter 1 1
18 Alkohol meter 1 1
Tabel 4. Alat prosesing minimal laboratorium histopatologi1
9
7 Lemari pendingin 4°C 1 1
8 Freezer -20°C 1 1
9 Timer 4 2
10 Mikroskop binokular 3 1
11 Microscope double head 1* 0
Mikroskop flouresensi lengkap dengan kamera, komputer + PC
12 1** 0
10
7. Ruang Diagnostik
KEBUTUHAN
MINIMAL ALAT
N NAMA ALAT
BERDASARKAN
O
KELAS RUMAH
SAKIT
KELA KELA
SA SB
1 Mikroskop binokular 5 3
2 Microscope double head 3 2
3 Five headed microscope + camera attached + PC 2 -
4 Meja untuk miksroskop 10 5
5 Kursi untuk diagnosis 10 5
6 Lemari buku (build in) 2 2
7 Komputer dan printer 6 4
8. Ruang Arsip
JUMLAH MINIMAL
BERDASARKAN TIPE
N NAMA BARANG RUMAH SAKIT
O
KEL KEL
KELA
AS AS
SC
A B
1 Lemari untuk kertas jawaban (storage standard) 2 1 1
2 Lemari untuk slaid (slide storage cabinet) 2 1
3 Lemari untuk blok parafin (block storage) 2 1
4 Scanner 2* 0
5 Komputer dan printer 1 1 1
6 Lemari jaringan basah 1 1
Demikian gambaran standar fasilitas sesuai kelas Rumah Sakit yang dijelaskan pada
Buku Pedoman Pelayanan Laboratorium Patologi Anatomi yang disusun oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2015. Pada halaman berikutnya akan dibahas mengenai
proses preanalitik, analitik, dan postanalitik pada laboratorium.
11
Proses di Laboratorium Patologi Anatomi
Dalam pelayanan Patologi Anatomik agar mendapatkan hasil yang berupa slaid yang
berkualitas baik dan optimal sesuai standar. Maka membutuhkan penyempurnaan
pelaksanaan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pelayanan patologi anatomik, yaitu tahapan
praanalitik, analitik, dan pascaanalitik.
12
Tahapan Praanalitik
Secara umum, setelah pengambilan sampel jaringan dari pasien, serangkaian proses harus
berlangsung untuk memastikan bahwa slide mikroskopis akhir yang dihasilkan memiliki
kualitas diagnostik. Jaringan akan melewati rangkaian proses paparan reagen dengan tujuan
fixasi, dehidrasi, clearing, dan infiltrasi jaringan. Jaringan akhirnya tertanam dalam media
yang menyediakan dukungan untuk mikrotomi. Setiap langkah dalam pemrosesan jaringan
adalah penting; dari pemilihan sampel, menentukan protokol dan reagen yang tepat untuk
digunakan, hingga pewarnaan dan diagnosis akhir.
Membuat slide yang berkualitas untuk dapat diagnosis membutuhkan keterampilan yang
dikembangkan melalui latihan dan pengalaman yang berkelanjutan. Saat teknologi baru dan
instrumentasi berkembang, peran laboratorium histologi dalam perawatan pasien akan terus
berkembang, sehingga proses standarisasi, peningkatan produktivitas, dan pemanfaatan
sumber daya harus dipersiapkan dengan baik. Beberapa prinsip dasar keterampilan yang perlu
diperhatikan :
● Pengetahuan terhadap jaringan yang diperiksa
● Pengetahuan terhadap instrumen dan bahan yang diperlukan
● Perlunya diskusi dengan sesama patholog atau klinisi untuk menentukan prosedur
yang berhubungan dengan keuntungan pasien.
Perlu dibuat langkah-langkah untuk memastikan bahwa spesimen sampai dengan baik di
suatu sentra diagnostik patologi anatomik, sebagai berikut:
1. Dokter pengirim spesimen menuliskan identitas pasien (nama, jenis kelamin, usia dan
tanggal lahir), identitas dokter serta cara mengontak dokter pengirim; lokasi, cara dan
waktu pengambilan; jenis cairan fiksasi; diagnosis klinis; keterangan klinis yang
lengkap; dan riwayat pemeriksaan Patologi Anatomik sebelumnya (jika ada), pada
formulir permintaan pemeriksaan tersebut.
2. Untuk jaringan histopatologi, spesimen jaringan dimasukkan segera (selambat-
lambatnya dalam waktu 30 menit) ke dalam wadah yang besarnya memadai untuk
mencakup seluruh spesimen tanpa menyebabkan manipulasi anatomik.
a. Wadah diisi cairan fiksasi berupa formalin buffer 10% (cara membuat cairan
formalin buffer 10% dapat dilihat pada lampiran). Volume cairan fiksasi harus
memenuhi seluruh jaringan, sehingga terendam sempurna (sedikitnya 10 kali
volume jaringan).
b. Jika jaringan berukuran besar, dilakukan irisan sejajar tanpa putus agar cairan
fiksasi dapat terserap merata ke seluruh bagian jaringan.
c. Lama fiksasi bergantung kepada besar dan jenis jaringan. Jika jaringan sudah
menunjukkan perubahan warna (tidak kemerahan lagi, dan menjadi
kecoklatan) serta konsistensi (perabaan) menjadi kenyal-padat, maka fiksasi
telah sempurna (sedikitnya selama 8 jam). Jaringan harus terfiksasi sempurna
sebelum masuk ke tahap prosesing merupakan syarat mutlak. Untuk keperluan
pemeriksaan lanjutan, jaringan harus segera diproses sebelum terendam
formalin selama 72 jam. Dengan demikian, waktu optimal untuk fiksasi adalah
8-72 jam (sesuai panduan College of American Pathologists).
3. Untuk spesimen berupa cairan tubuh, dokter atau perawat pada unit pengirim
memastikan penanganan sesuai kaidah sebagai berikut:
a. Menempatkan spesimen cairan hasil operasi atau aspirasi pada wadah sesuai
(spuit atau botol), yang telah ditempeli label pasien yang bersangkutan,
dimasukkan ke dalam kantong plastik khusus atau wadah lain yang tidak
13
bocor, tidak mudah robek, yang tertutup rapat dan disertakan bersama formulir
permintaan pemeriksaan sitologi.
b. Apabila cairan belum dikirim ke laboratorium sitologi, cairan harus disimpan
di dalam kulkas dengan suhu 2-8 derajat celcius, boleh sampai dengan 3 x 24
jam. Kecuali cairan yang berasal dari otak segera dikirimkan ke laboratorium
Patologi Anatomik untuk dapat diproses.
4. Untuk spesimen smear atau apusan pada slide, dokter atau perawat pada unit pengirim
memastikan penanganan sesuai kaidah sebagai berikut:
Cara Konvensional:
a. Segera lakukan fiksasi pada sebagian jumlah slide dengan merendam dalam
cairan fiksasi alkohol 96% selama minimal 30 menit, untuk selanjutnya slide
ini akan diwarnai dengan pulasan Papanicolaou.
b. Slide lainnya segera keringkan di udara terbuka, untuk selanjutnya akan
diwarnai dengan pulasan Giemsa.
c. Khusus untuk sediaan cervical smear/pap smear hanya dilakukan fiksasi
alkohol 96% karena akan hanya dilanjutkan dengan pulasan Papanicolaou
tanpa pulasan Giemsa.
d. Setiap slide diberikan kode atau tanda agar tidak tertukar bila jumlah pasien
lebih dari satu atau bila lokasi organ lebih dari satu.
e. Sediaan yang dikirim sebaiknya dikemas sedemikian rupa agar tidak
menempel satu sama lain.
f. Tulis dalam formulir permintaan jumlah slaid yang dikirim dan jenis
fiksasinya.
Pemeriksaan Pap Smear Berbasis Cairan (Liquid-based cytology).
a. Setelah dilakukan pengambilan sampel serviks, segera masukkan sikat ke
dalam cairan fiksasi dan tutup rapat, sesuai dengan petunjuk produsen, dan
dikirim ke layanan sentra diagnostik patologi anatomik.
b. Bila dilakukan rujukan, setiap spesimen dilengkapi dengan identitas dan
formulir permintaan.
14
Gambar 10. Formulir pemeriksaan lab patologi anatomi
Fiksasi
Proses fiksasi merupakan tahap yang sangat penting dalam rangkaian pemrosesan suatu
spesimen. Fiksasi akan mempertahankan morfologi sel dan jaringan seperti ketika sel dan
jaringan tersebut berada dalam tubuh dan masih mendapat suplai nutrisi dan oksigen.
15
Tahapan Analitik
Berikut adalah berbagai tahapan secara garis besar yang dijalankan dalam suatu layanan
pemeriksaan histopatologi:
1. Pengecekan kesesuaian identitas jaringan dan formulir pasien.
2. Proses pemotongan makroskopik :
a. Melakukan pemeriksaan spesimen dan dilakukan pengukuran, pencatatan
kelainan makroskopik sesuai dengan standar pemotongan makroskopik
berdasarkan organ.
b. Spesimen dimasukkan ke dalam kaset yang telah diberi identitas penomoran.
c. Dilakukan perendaman di dalam formalin buffer 10% sebelum dilakukan proses
lanjutan.
3. Pemrosesan spesimen dapat berlangsung dengan cara manual ataupun menggunakan
mesin otomatis yang mencakup fiksasi, dehidrasi dengan alkohol bertingkat, clearing
dengan xylol atau cairan pengganti xylol dan infiltrasi dengan parafin cair. Parafin
yang digunakan hendaknya memiliki titik leleh.
4. Proses penanaman spesimen (embedding) untuk meletakkan dan memposisikan
spesimen sedemikian rupa dalam parafin.
5. Proses pemotongan dengan mikrotomi
a. Pemotongan kasar atau trimming untuk menghilangkan kelebihan parafin di atas
spesimen.
b. Pemotongan halus atau sectioning setebal 3 mikron. Khusus untuk spesimen
biopsi ginjal dilakukan pemotongan setebal 1 mikron
6. Proses pengembangan pita parafin spesimen dengan menggunakan water bath berisi
air hangat dengan suhu tidak lebih dari 60ºC (titik didih parafin-lihat petunjuk
produsen) dan ditempelkan pada slaid. Slaid yang telah tertempel pita parafin perlu
ditiriskan dengan posisi miring secukupnya untuk mencegah gelembung udara yang
akan membuat lubang.
7. Proses Pemanasan dengan menggunakan hotplate dengan suhu sesuai titik leleh
paraffin.
Cara pelaporan diagnosis dan pelaporan disajikan secara lengkap, akurat sesuai kaidah
pelaporan dan klasifikasi penyakit yang diacu secara lazim di lingkup Patologi Nasional dan
Internasional pada saat itu.
Komponen pelaporan mencakup:
1. Data pengirim pasien (Dokter/RS) dan data pasien lengkap dengan nomor rekam
medik
2. Isi laporan
a. Deskripsi spesimen makroskopik
b. Deskripsi spesimen mikroskopik
3. Kesimpulan:
a. Diagnosis
b. Penekanan hal-hal penting terkait terapi dan prognosis
4. Kode Topologi dan Morfologi
a. Anjuran, bila ada
b. Catatan, bila ada
16
Pemantauan Mutu Internal Histopatologi :
1. Dilakukan pembuatan slaid unstained (jaringan yang digunkan yaitu appendiks) yang
akan digunakan sebagai slaid control mutu internal.
2. Slaid diwarnai dengan Hematoksilin Eosin (HE).
3. Sediaan diberi label QC (Quality Control) dan tanggal.
4. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop, dinilai berdasar kualitas warna, kontras
lipatan dan ketebalan potongan jaringan.
5. Sediaan yang sudah sesuai dengan mutu dapat dijadikan standar penilaian untuk
sediaan rutin yg akan diwarnai pada hari yang sama.
6. Jika hasil pulasan slaid belum mencapai mutu yang diharapkan, akan dilakukan
perubahan-perubahan sampai diperoleh hasil yang diharapkan.
Pelayanan Histokimia
Pelayanan histokimia merupakan pewarnaan khusus yang berdasarkan reaksi kimia dasar zat
yang menyusun suatu jaringan atau sel. Pewarnaan ini bertujuan untuk mengarahkan atau
mengkonfirmasi diagnosis diferensial yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
hematoksilin dan eosin (histopatologik).
Beberapa jenis pewarnaan khusus histokimia antara lain:
1. Pewarnaan untuk mendeteksi materi yang mengandung karbohidrat:
a. Periodic Acid Schiff/Periodic Acid Schiff-Diastase
b. Alcian blue pH 2,5/pH 1
c. Mucicarmin
2. Pewarnaan untuk mendeteksi materi yang mengandung protein/jaringan mesenkimal
a. Masson’s trichrome
17
b. Van Giesson
c. Jones methenamine silver
d. Congo red (amiloid)
e. Elastica Weigert
f. Phosphotungstic Acid Hematoxylin
3. Pewarnaan untuk mendeteksi materi yang mengandung lemak
a. Sudan Black
b. Sudan III
4. Pewarnaan untuk mendeteksi pigmen dan mineral
a. AgNORs
b. Fontana Masson
c. Iyzer/Blue Berlin
d. Grimelius Stein
e. Schmorl
f. Von Kossa
g. Metode menghilangkan pigmen (bleaching)
5. Pewarnaan untuk mendeteksi bakteri dan fungi
a. Fite faraco
b. Giemsa
c. Gram
d. Grocott methenamine silver
e. Victoria Blue
f. Ziehl Nielsen
6. Pewarnaan untuk mendeteksi enzim
a. Otot dan sumsum tulang
Spesimen pemeriksaan histokimia adalah jaringan yang telah difiksasi, diproses, dan ditanam
dalam parafin (Formalyn-fixed, paraffin-embedded [FFPE]).
1. Peralatan yang dibutuhkan:
a. Mikrotom
b. Slide warmer
c. Water bath
d. Timer
e. Mikroskop binokular
f. Automatic staining machine
g. . Lemari asam
h. pH meter
i. Alkohol meter
j. Manual staining jar
k. Rak/alas untuk memulas
l. Pipet set (dari kecil s/d besar)
m. Gelas ukur
n. Labu Erlenmeyer
o. Timbangan
p. Lemari pendingin/ kulkas
q. Oven
r. Termometer kulkas dan ruangan
2. Reagen dan bahan habis pakai :
a. Kaca benda
b. Kaca penutup
18
c. Pisau mikrotom sekali pakai (disposable)
d. Sarung tangan non-steril sekali pakai
e. Masker
f. Pensil 2B
g. Buku pencatatan
h. Label
i. Kuas kecil
j. Perekat kaca penutup/mounting media
k. Dye atau bahan pewarna. RS Tipe B: Ziehl Nielsen, Giemsa, Gram, PAS.
Untuk RS Tipe A: Semua, minimal Giemsa, PAS, Alcian blue, Ziehl-Neelsen
(ZN), Masson trichrome, Retikulin.
l. Distilled water
m. Kertas saring
n. Xylol
o. Alkohol 100%, 96%, 70%
Standar prosedur Operasional (SPO), instruksi kerja (IK); hal yang perlu diperhatikan, cara
manual dan cara mesin
1. SPO pemeriksaan patologi anatomik
2. SPO penanganan limbah
3. Instruksi kerja kalibrasi pH meter
4. Instruksi kerja kalibrasi timbangan
5. Instruksi kerja serah terima slaid ke dokter spesialis
6. Instruksi kerja pengelolaan, pengadaan, dan penyimpanan reagensia
7. Instruksi kerja quality control pulasan histokimia
8. Instruksi kerja pulasan histokimia
9. Dokumen pendukung cara melakukan berbagai pulasan histokimia
10. Dokumen pendukung cara menggunakan alat pelindung diri
Cara pelaporan Laporan histokimia menjadi bagian dari laporan histopatologi. Kontrol
kualitas pewarnaan histokimia dilakukan dengan selalu meletakkan jaringan kontrol positif
pada Slaid yang sama dengan jaringan kasus. Hal tersebut harus selalu dilakukan untuk
memastikan bahwa hasil negatif dari kasus benar-benar bernilai negatif dan bukan negatif
palsu.
19
12. Tidak dijumpai butir-butir halus udara/cairan di atas jaringan (dehidrasi pasca pulasan
sempurna)
13. Contoh: specimen kontrol untuk pulasan alcian blue digunakan specimen usus
20
14. Blok parafin dan HE yang merupakan arsip internal Rumah Sakit diserahkan kembali
ke bagian Arsip, untuk disimpan oleh petugas, penyerahan harus disertai tanda bukti
penyerahan.
15. Formulir dan Slaid pemeriksaan IHK disimpan di dalam arsip laboratorium.
Hasil yang diharapkan
1. Kontrol Positif
Kontrol positif digunakan untuk memastikan bahwa hasil negative benar-benar
negative dan bukan negative palsu. Kontrol positif dapat berasal dari:
∙ Slaid kontrol positif komersial
∙ Kasus-kasus lama yang positif
∙ Multi-tissue sausage (berbagai jaringan dalam satu blok yang salah satunya
mengandung protein yang diuji)
Bila pulasan dilakukan dengan mesin, maka kontrol positif dapat dibuat per batch,
sedangkan bila pulasan dilakukan secara manual, maka kontrol positif dibuat di slaid
yang sama dengan spesimen (on Slaid).
2. Kontrol Negatif Kontrol negatif digunakan untuk memastikan bahwa hasil positif
benar-benar positif dan bukan positif palsu. Kontrol negatif dapat berasal dari:
∙ Slaid kontrol negatif yang berasal dari jaringan yang telah dipastikan tidak
mengandung protein tersebut.
∙ Blok pasien dan dipulas bersama slaid pasien tetapi tanpa diinkubasi dengan antibodi
primer
Cara Pelaporan :
1. Diagnosis dan pelaporan disajikan secara lengkap, akurat sesuai kaidah pelaporan dan
klasifikasi penyakit yang diacu secara lazim di lingkup Patologi Nasional dan Internasional
pada saat itu, yang memuat:
a. Kelayakan spesimen
b. Deskripsi ekspresi protein.
c. Kesimpulan, bila ada
d. Anjuran, bila ada.
Potong Beku
Pemeriksaan menggunakan metode potong beku adalah pemeriksaan jaringan yang
dilakukan secara cepat dengan metode fiksasi pembekuan cepat durante operasi. Tujuan
pemeriksaan potong beku adalah untuk memberi arahan kepada klinisi tentang tindakan
selanjutnya intraoperatif. Ruangan untuk melakukan potong beku harus berada di Instalasi
Bedah atau sangat dekat dengan instalasi bedah untuk mempercepat pengiriman jaringan
serta keseluruhan proses diagnostik potong beku. Indikasi potong beku, yaitu:
• Menegakkan diagnosis potong beku untuk keputusan intraoperatif
• Menilai batas operasi
• Menilai keadekuatan jaringan dari spesimen biopsi dalam suatu prosedur terbuka
atau rumit
Modalitas potong beku hanya digunakan untuk melihat batas sayatan operasi
(radikalitas), misalnya pada keganasan kulit dan jaringan lunak serta pada Morbus
Hirschsprung, anak sebar kelenjar getah bening, serta diagnosis kemungkinan keganasan
pada payudara, tiroid, dan ovarium. Modalitas ini tidak dapat dilakukan untuk pemeriksaan
kecurigaan limfoma dan tumor jaringan lunak.
Permintaan tindakan potong beku dapat ditolak, bila:
• Jika saat menegakkan diagnosis dibutuhkan keseluruhan sampel jaringan dan tidak
memungkinkan menyisakan jaringan yang tidak beku (misal: lesi kulit berpigmen)
• Jika seluruh spesimen tampak uniform dan secara makroskopik jinak, misal: kista serosa.
21
• Spesimen sangat mungkin mengandung infeksi, misal: tuberkulosis, dan tidak ada cryotome
cadangan untuk dekontaminasi cryotome yang dipakai.
• Bila tidak ada kejelasan waktu dilakukan operasi.
2. Kontrol Negatif
a. Slaid kontrol negatif komersial
b. Kontrol negatif berasal dari blok pasien dan dipulas bersama slaid pasien
tetapi tanpa di inkubasi dengan antibodi primer
3. Pengecekan terhadap setiap kontrol positif dan negatif dilakukan setiap kali selesai
melakukan pulasan sebelum diserahkan kepada dokter spesialis PA untuk memastikan
prosedur pulasan telah dilakukan sesuai standar. Pengecekan dilakukan oleh teknisi
yang kompeten dan berpengalaman.
4. Kontrol positif dan negatif yang digunakan disimpan bersama dengan kasus yang
diperiksa Hasil standar mutu yang diharapkan untuk sediaan Imunohistokimia :
a. Kaca benda dan penutup bersih, bening, tanpa bercak2 buram
b. Media mounting tidak berlebihan
c. Seluruh jaringan tertutup kaca penutup
d. Tidak dijumpai gelembung udara atau lipatan
e. Jaringan tidak pecah-pecah atau retak-retak
f. Orientasi jaringan benar. ( untuk organ berongga )
g. Potongan tipis, menampikan sel yang saling menutupi atau bertumpuk
h. Potongan dengan ketebalan merata
i. Tidak ada venetian blind phenomenon
j. Tidak ada kontaminasi jaringan lain
k. Pulasan inti dan sitoplasma jelas kontrasnya
22
l. Tidak dijumpai butir-butir halus udara/cairan diatas jaringan (dehidrasi pasca
pulasan sempurna)
Tindakan Dalam Sentra Diagnosis Patologi Anatomik Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Pemeriksaan Sitologi aspirasi yang pengambilan bahan sel dari suatu lesi yang teraba maupun
tidak teraba dengan menggunakan jarum suntik atau spinal nomor 27 G hingga 23 G yang
dilakukan oleh tenaga medis yang memiliki kompetensi, dan berguna sebagai penapisan awal
sifat biologik suatu lesi dengan metode invasif minimal.
Layanan Pemeriksaan Autopsi Klinik
Autopsi Klinik adalah prosedur pembedahan pascamati (postmortem) yang dilakukan
oleh SpPA pada kasus kematian yang berhubungan dengan penyakit. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah berupa pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam
meliputi pemeriksan makroskopik dan mikroskopik seluruh organ, dengan pulasan rutin dan
khusus. Hasil dari seluruh pemeriksaan akan disimpulkan sebagai laporan lengkap Autopsi
klinik. Tujuan Pemeriksaan Autopsi klinik adalah untuk mencari dan menentukan penyebab
dan cara kematian serta mengevaluasi penyakit atau jejas yang terjadi. Prosedur:
1. SpPA dan teknisi (tim) melakukan persiapan autopsi berupa pengecekan kelengkapan
administrasi, data klinik dan sarana.
2. Pemeriksaan autopsi dilakukan oleh tim di ruang autopsi klinik.
3. Semua penemuan dalam pemeriksaan luar dan dalam didokumentasikan dalam bentuk
tertulis.
4. Dilakukan pengambilan sampel dari semua organ untuk dilakukan pemeriksaan
histopatologik
5. Penutupan kembali mayat dilakukan setelah pemeriksaan dalam selesai.
6. Laporan lengkap dilaporkan setelah semua pemeriksaan selesai.
23
c. Kesesuaian tahapan Postanalitik: Pengetikan dan penyerahan hasil.
Referensi
1. Buku Pedoman Pelayanan Patologi Anatomi Indonesia. Kementrian Kesehatan 2015.
2. Bancroft’s Theory and Practice of Histological Techniques 7 th Ed chapter 1 and chapter
2. 2012
3. JCI Accreditation Standards for Laboratories 4th Ed. Effective 1 January 2022.
4. ISO series update. Part 2 - ISO 15189:2012 “Medical laboratories - Requirements for
quality and competence” Paulo Pereira, PhD. Updated January 2020
5. Permenkes no 411 tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.
6. Koss Diagnostic Cytology and Histophatology Bases Fifth Edition volume 1. chapter 44.
2006
24