Anda di halaman 1dari 238

MODUL PELATIHAN

PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER


BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

Khusus Peserta

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 1
Teknologi dan Instalasi Alat TCM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat memahami teknologi dan
instalasi alat TCM.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan teknologi dan komponen sistem TCM
2. Menjelaskan prinsip kerja dan prosedur instalasi alat TCM
3. Menjelaskan prasyarat penempatan alat TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Teknologi dan Komponen Sistem TCM
a. Teknologi alat TCM (6 color dan 10 color)
b. Komponen sistem TCM

2. Prinsip Kerja dan prosedur instalasi Alat TCM


a. Prinsip kerja alat TCM
b. Prosedur instalasi alat TCM
3. Menjelaskan Prasyarat Penempatan Alat TCM
a. Sumber listrik
b. Keamanan ruangan
c. Suhu ruangan
d. Tempat penyimpanan kartrid
e. Kebersihan ruangan

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Modul
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.

VII. URAIAN MATERI


1. Teknologi dan Komponen Sistem TCM
a. Teknologi Alat TCM
Genexpert merupakan metode deteksi molekuler berbasis real-time PCR dengan
pembacaan fluoresensi, tanpa perpindahan cairan antara kartrid dengan alat (closed
system), menggunakan teknologi ultrasonic horn untuk melisiskan membran sel
bakteri, sistem internal control yang terintegrasi dalam kartrid serta dapat mereduksi
data dan interpretasi hasil secara otomatis.

b. Komponen Sistem GeneXpert


1) Alat GeneXpert
2) Sistem Komputer: Monitor dengan Software GxDx, CPU dan Barcode
scanner
3) Kabel daya dan kabel lainnya
4) Aksesoris yang direkomendasikan: UPS dan Printer
5) Kartrid Xpert
6) Buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan TCM
c. Instrumen GeneXpert

Jenis GeneXpert berdasarkan jumlah modul yang tersedia yaitu GX-1 (1


modul), GX-2 (2 modul), GX-4 (4 modul), GX-16 (16 modul) dan GX-Infinity (48
atau 80 modul).

GeneXpert Instrument 10-color

1) Visual alat GeneXpert 10 color yang membedakan dengan 6 color adalah


terdapat lis biru pada modulnya.
2) GeneXpert 10 color memiliki target gen yang lebih banyak dibandingkan
dengan 6 color, yaitu dengan menggunakan kartrid Xpert MTB/XDR dapat
mendeteksi MTB dan resistansi terhadap INH, obat lini dua golongan
fluorokuinolon dan obat injeksi lini dua (amikasin, kanamisin, kapreomisin)
dan etionamid secara bersamaan.
3) GeneXpert 10 color hanya dapat digunakan pada geneXpert Dx Software
v4.7b atau lebih tinggi.
d. Xpert Assay

Jenis kartrid Xpert yang dapat digunakan untuk pemeriksaan tuberkulosis meliputi
Xpert MTB/RIF, Xpert MTB/RIF Ultra, dan Xpert MTB/XDR.

Xpert Assay MTB/RIF


1) Penggunaan
Xpert MTB/RIF berfungsi untuk mendeteksi keberadaan dari kompleks DNA
bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) dan resistensi (kekebalan) bakteri
tersebut terhadap pengobatan dengan Rifampisin. Xpert MTB/RIF mendeteksi
gen rpoB (dan mutasi yang terjadi, apabila ditemukan) yang berhubungan
dengan resistensi bakteri MTB terhadap Rifampisin.

2) Sampel
a) Jumlah minimum sampel yang digunakan adalah 1 (satu) mL.
b) Sampel harus murni dahak (sputum). Dilarang menggunakan sampel
yang mengandung partikel makanan dan/atau partikel padat lain.
c) Sampel dapat disimpan selama: 3 hari pada suhu 35°C atau 4 – 10 hari
pada suhu 4°C.
d) Untuk sampel pengiriman, selama proses transportasi sampel harus
disimpan pada suhu 2 – 8 °C.

3) Reagen (Kit Assay Xpert MTB/RIF)


a) Kit disimpan pada suhu 2 – 28 °C.
b) Satu paket kit terdiri dari: 5 pak kartrid (masing-masing pak berisi 10
kartrid), satu kotak Sample Reagent (SR) berisi 50 botol kecil, 5 pak
pipet (masing-masing pak berisi 12 pipet 2mL) dan 1 CD ADF.

4) Reagen dan Sistem Kontrol

5) Deteksi Mutasi pada Gen rpoB oleh Xpert MTB / RIF

5 - Probes berikatan dengan wild type (tidak berikatan dengan DNA mutant)
1 - Probe untuk SPC (Bacillus globigii)
6 - fluorescent dyes terdeteksi secara bersamaan
6) Alur Proses Kerja Kartrid

7) Algoritma Deteksi pada Kartrid

8) Interpretasi Hasil
2. Prasyarat Penempatan Alat TCM
a. Prasyarat Ruangan Laboratorium GeneXpert

1) Ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.


2) Terdapat pendingin ruangan (AC) dan exhaust fan atau ventilasi untuk udara
keluar.
3) Suhu ruangan harus dapat dikontrol antara 15°-25°C.
4) Ruangan bersih, tidak berdebu, dan tidak lembab.
5) Terdapat minimal 2 sumber listrik dekat dengan alat.
6) Preparasi sampel dapat dilakukan di ruang kotor atau ruang pewarnaan BTA
(jika ada), atau dapat dilakukan berdekatan dengan instrumen GeneXpert.
7) Upayakan ketersediaan listrik yang memadai.

Peralatan yang bersifat opsional dimiliki laboratorium pelaksana TCM TB adalah:


1) Biosafety cabinet (BSC), minimal BSC kelas II-A, biocontainment centrifuge
2) Vortex

b. Prasyarat Penempatan GeneXpert


1) Alat harus diletakkan pada meja yang kokoh.
2) Alat dapat diletakkan bersamaan dengan alat lab lain (tidak membutuhkan
perlakuan khusus), kecuali berdekatan dengan alat yang menimbulkan getaran
seperti Centrifuge atau berdekatan dengan meminbulkan panas seperti Water
Bath.
3) Alat tidak boleh terkena angin langsung dari AC dan/atau terkena paparan sinar
matahari langsung.
4) Diupayakan alat tidak dabawah AC langsung untuk mengantisipasi terkena
tetesan air dari AC.
5) Beri jarak antara alat dengan tembok atau dengan alat lain 10-15 cm untuk
menjaga sirkulasi yang baik.

3. Prosedur Instalasi Alat TCM


Hal yang perlu diperhatikan:
1) Penyimpanan alat (sebelum instalasi alat) harus dilakukan dengan baik dan
benar.
2) Hindari penyimpanan di tempat panas (misal. Gudang atau terpapar sinar
matahari langsung) dan jangan dibanting.
3) Dilarang membongkar alat dari kemasan (palet kayu) tanpa pendampingan
teknisi.

Berikut langkah-langkah instalasi alat TCM:


1) Keluarkan seluruh komponen alat dari dalam kotak.

Alat TCM tersimpan di dalam dua kotak berbeda. Kotak pertama berisi alat TCM,
barcode scanner, dan kabel. Kotak kedua berisi monitor, hard drive, keyboard,
mouse, dan kabel.
2) Letakan alat pada meja yang stabil dan kuat.
3) Susun seluruh peralatan dengan urutan sebagai berikut:
Hard disk– barcode scanner - komputer – TCM – UPS atau UPS – TCM –
komputer – barcode scanner – hard disk.
a) Pasang kabel UPS langsung ke sumber listrik
b) Pasang kabel power TCM, monitor, dan hard drive ke UPS
c) Hubungkan monitor ke hard disk
d) Hubungkan hard disk ke alat TCM
e) Hubungkan kabel barcode scanner, mouse, dan keyboard ke hard disk
f) Pasang kabel sesuai dengan port-nya.

VII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan TB Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia.
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 2
Alur Pemeriksaan untuk Diagnosis Tuberkulosis

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat memahami alur
pemeriksaan untuk diagnosis tuberkulosis.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan alur pemeriksaan untuk diagnosis tuberkulosis
2. Menjelaskan alur tindak lanjut pemeriksaan tuberkulosis

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Alur pemeriksaan untuk diagnosis tuberkulosis
2. Alur tindak lanjut pemeriksaan tuberkulosis
a. Sensitif obat
b. Resistan obat

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Modul

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Alur Pemeriksaan untuk Diagnosis TBC
Gold standar pemeriksaan tuberkulosis adalah pemeriksaan biakan, karena dapat
mendeteksi kuman MTB yang masih hidup. Sedangkan TCM tidak dapat membedakan
antara MTB hidup dan mati, sedangkan pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
membedakan antara MTB dengan kuman lingkungan.
Alur diagnosis TBC dan TBC RO mengacu pada Surat Edaran (SE) Direktorat
Jenderal P2P Nomor HK.02.02/III.I/936/2021 adalah sebagai berikut:
a. TCM adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk penegakan diagnosis
TBC.
b. Pemeriksaan TCM digunakan untuk mendiagnosis TBC, baik TBC paru maupun
TBC ekstra paru, baik riwayat pengobatan TBC baru maupun yang memiliki riwayat
pengobatan TBC sebelumnya, dan pada semua golongan umur termasuk pada
ODHA.
c. Pemeriksaan TCM dilakukan dari spesimen dahak (untuk terduga TBC paru) dan
non dahak (untuk terduga TBC ekstra paru, yaitu dari cairan serebro spinal, kelenjar
limfe dan jaringan).
d. Seluruh terduga TBC harus dilakukan pemeriksaan TCM pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang saat ini sudah mempunyai alat TCM.
e. Jumlah dahak yang dikumpulkan adalah 2 (dua) dahak. Standar kualitas dahak
yang digunakan adalah dahak dengan volume 3-5 ml dan mukopurulen.
f. Hasil pemeriksaan TCM terdiri dari MTB pos Rif resistan, MTB pos Rif sensitif, MTB
pos Rif indeterminate, MTB negatif dan hasil gagal (error, invalid, no result).
Beberapa ketentuan terkait hasil pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pasien dengan hasil MTB pos, Rif Resistan berdasarkan riwayat pengobatannya
terdiri dari:
a) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC baru atau tidak ada kontak erat
dengan TBC RO harus dilakukan pengulangan TCM sebanyak 1 kali, dan
hasil pengulangan yang memberikan hasil MTB pos yang menjadi acuan.
b) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC baru dengan riwayat kontak erat
dengan pasien TBC RO atau terduga TBC dengan riwayat pengobatan
sebelumnya dinyatakan sebagai pasien TBC Rifampisin resistan dan
selanjutnya dilakukan inisiasi pengobatan TBC RO.
c) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC ekstra paru tanpa riwayat
pengobatan TBC sebelumnya sebaiknya diulang TCM sebanyak 1 kali
dengan spesimen yang berbeda. Apabila tidak dimungkinkan untuk
dilakukan pengulangan terkait kesulitan mendapatkan spesimen baru,
pertimbangkan kondisi klinis pasien.

Terduga TBC

Pemeriksaan
TCM

MTB pos MTB pos MTB pos Rif MTB No result,


Rif Rif sensitif **) Indeterminate**) Negatif error, invalid
resistan*)

Pemeriksaan Pemeriksaan
radiologis / ulang TCM
Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan antibiotik ***)
uji kepekaan
molekuler paket standar INH pasien dengan spektrum
(LPA lini dua / uji kepekaan luas
riwayat pengobatan
TCM XDR dll.) fenotipik Pemeriksaan ulang
sebelumnya
TCM dan
sesuaikan
pengobatan
berdasarkan hasil
TCM

Sensitif Abnormalitas paru


Resisten Sensitif Gambaran paru
terhadap obat Resisten yang mengarah
gol. terhadap obat tampak normal/
INH INH ke TBC / tidak ada
gol. flurokuinolon perbaikan klinis
flurokuinolon perbaikan klinis

Pengobatan Pengobatan Pengobatan Lanjutkan


Pengobatan
TBC RO TBC RO TBC pengobata
TBC SO dengan Bukan TBC
paduan paduan monoresist n OAT lini
OAT lini satu
jangka pendek individu en INH satu

*) Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan **) Inisiasi ***) Pengulangan hanya 1
riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos pengobatan dengan kali. Hasil pengulangan
Rif resisten dari kriteria terduga TBC baru harus diulang OAT lini satu yang menjadi acuan
dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil MTB
pos) yang menjadi acuan

2) Pasien yang terkonfirmasi sebagai pasien TBC Rifampisin resistan akan


dilanjutkan dengan pemeriksaan molekuler (LPA lini dua atau TCM XDR) dan
pemeriksaan paket standar uji kepekaan fenotipik.
Fasilitas pelayanan kesehatan akan mengirimkan spesimen dahak dari pasien
tersebut ke laboratorium rujukan sesuai jejaring rujukan yang berlaku. Hasil
pemeriksaan ini akan menentukan paduan pengobatan TBC RO yang akan
diberikan terhadap pasien.
3) Pasien dengan hasil MTB pos Rif sensitif berdasarkan riwayat pengobatannya
terdiri dari:
a) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC baru akan dilakukan inisiasi
pengobatan dengan OAT kategori 1.
b) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC dengan riwayat pengobatan
sebelumnya (kambuh, gagal, loss to follow up, tidak konversi) akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan uji kepekaan terhadap INH. Inisiasi atau
melanjutkan pengobatan dengan OAT Kategori 1 dilakukan sambil
menunggu hasil uji kepekaan terhadap INH. Apabila hasil uji kepekaan
menunjukkan INH resistan akan diberikan paduan pengobatan TBC
monoresistan INH.
4) Pasien dengan hasil MTB indeterminate akan dilakukan pengulangan oleh
laboratorium TCM sebanyak 1 kali untuk memastikan status resistansi terhadap
rifampisin. Gunakan dahak dengan kualitas baik yaitu volume 3-5 ml dan
mukopurulen.
5) Pasien dengan hasil TCM gagal (invalid, error, no result) akan dilakukan
pengulangan oleh laboratorium TCM untuk memastikan pasien positif atau
negatif TBC dan mengetahui status resistansi terhadap rifampisin. Gunakan sisa
sampel jika masih tersedia. Pada kondisi volume sampel kurang dari 2 ml,
gunakan dahak kedua. Apabila dahak kedua tidak tersedia, kumpulkan dahak
baru dengan kualitas baik yaitu volume 3-5 ml dan mukopurulen.
6) Pasien dengan hasil MTB negatif dapat dilakukan pemeriksaan foto toraks
dan/atau pemberian antibiotik spektrum luas. Pasien tersebut dapat didiagnosis
sebagai TBC klinis sesuai pertimbangan klinisi.
7) Penegakan diagnosis TBC secara klinis harus didahului dengan pemeriksaan
bakteriologis sesuai dengan butir a di atas.
8) Fasilitas pelayanan kesehatan bersama dinas kesehatan setempat harus
mengevaluasi proporsi pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis dibandingkan
dengan pasien TBC terkonfirmasi klinis. Proporsi antara terkonfirmasi
bakteriologis dan terdiagnosis klinis idealnya adalah 60:40.
g. Fasilitas pelayanan kesehatan yang belum/tidak mempunyai TCM, harus merujuk
terduga TBC atau dahak dari terduga TBC tersebut ke fasilitas pelayanan kesehatan
TCM. Merujuk dahak lebih direkomendasikan dibanding merujuk terduga TBC terkait
alasan pengendalian infeksi.
h. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota mengatur jejaring rujukan dan
menetapkan fasilitas pelayanan kesehatan TCM menjadi pusat rujukan pemeriksaan
TCM bagi fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.
i. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan sumber daya di fasilitas
pelayanan kesehatan yang akan mengoperasikan TCM.
j. Jika fasilitas pelayanan kesehatan mengalami kendala mengakses layanan TCM
berupa kesulitan transportasi, jarak dan kendala geografis maka penegakan diagnosis
dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
k. Pasien TBC yang terdiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan
pemeriksaan lanjutan menggunakan TCM. Dinas kesehatan berperan mengatur
jejaring rujukan spesimen ke fasilitas pelayanan kesehatan TCM terdekat. Jumlah
dahak yang dikirimkan adalah sebanyak 2 dahak. Pemeriksaan TCM ini bertujuan
untuk mengetahui status resistansi terhadap Rifampisin.

2. Faktor Risiko Terduga TBC Resistan Obat

Faktor risiko ini didasarkan pada faktor risiko kejadian TBC RO, berbeda dengan
hasil pemeriksaan yang keluar dari mesin TCM. Hasil pemeriksaan very
low/low/medium/high yang berasal dari TCM mengindikasikan jumlah kandungan bakteri
dalam sampel yang diperiksa bersifat semikuantitatif. Pengulangan TCM didasarkan
pada faktor risiko kejadian TBC RO, bukan dari jumlah kandungan bakteri pada sampel
yang diperiksa. Berdasarkan fasktor risiko kejadian TBC RO, terduga TB dibedakan
menjadi terduga TBC RO risiko rendah/ Terduga TBC SO dan terduga TBC RO risiko
tinggi.

a. Terduga TBC RO Risiko Rendah (Low Risk Group TBC RO)


Terduga yang masuk dalam kriteria ini adalah teduga TB baru, terduga TB anak,
terduga TB dari pasien DM, dan terduga TB dari ODHA. Pemeriksaan TCM untuk terduga
TB RO risiko rendah adalah sebagai berikut:
Risiko Rendah TB RO
Ket:
2 dahak (1) Hasil pemeriksaan ke-1
(2) Hasil pemeriksaan ke-2
Pemeriksaan TCM
1 dahak (1)

TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak

Ulangi TCM 1x Ulangi (2)


(2) TCM 1x

Invalid/
TB, TB, TB, Neg Indet
TB, Negatif/Invalid/ Indet No
Rif no result/ error Rif Rif
Rif result/
Res Res Sen
Sen error

TCM tdk boleh TCM tdk boleh


diulang lagi diulang lagi
Tindak lanjut hasil Tindak lanjut hasil
pemeriksaan TCM pemeriksaan TCM
lebih detil dibagian bawah lebih detil dibagian bawah

1) Jumlah dahak yang dikumpulkan untuk pemeriksaan TCM sebanyak 2 dahak.


Satu dahak digunakan untuk pemeriksaan ke-1, apabila hasil pemeriksaan ke-1
dari terduga TBC RO risiko rendah adalah MTB Pos Rif Resistan, MTB pos Rif
Indeterminate, dan hasil gagal (error, invalid, no result), maka perlu dilakukan
pengulangan pemeriksaan 1x lagi.
2) Pemeriksaan ke-2 dapat menggunakan 1 dahak lagi, dengan hasil akhir dan terapi
pengobatan yang diambil setelah dilakukan pemeriksaan ke-2 adalah sebagai
berikut:

Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Hasil Akhir Terapi Pengobatan
Ke-1 Ke-2
Rif Res Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Indeterminate MTB Pos TB SO
Negatif/Invalid/no MTB Pos TB SO
result/error
Invalid/no Rif Res MTB Pos TB SO
result/error Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indeterminate MTB Pos TB SO
Invalid/no result/error Invalid/no Keputusan pengobatan
result/error oleh TAK
Indeterminate Rif Res MTB Pos TB SO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif MTB Pos TB SO
Indeterminate MTB Pos TB SO
Invalid/no result/error MTB Pos TB SO

3) Pengulangan TCM hanya diperbolehkan 1x atau tidak diperbolehkan pemeriksaan


TCM ke-3 dan seterusnya.
4) Pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke
fasyankes layanan TBC RO.

b. Terduga TBC RO Risiko Tinggi (High Risk Group TBC RO)


Terduga yang masuk dalam kriteria ini adalah:
1) Terduga TBC RO
a) Pasien TBC gagal kategori 2
b) Pasien TBC kategori 2 yang tidak konversi
c) Pasien TBC dengan riwayat pengobatan TB tidak standar
d) Pasien TBC gagal kategori 1
e) Pasien TBC kategori 1 yang tidak konversi
f) Pasien TBC yang kambuh/relaps
g) Pasien TBC dari kembali setelah putus berobat
h) Terduga TBC yang kontak erat dengan pasien TB-MDR
i) Pasien ko-infeksi TBC HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT
2) Terduga TBC RO dengan riwayat pengobatan sebelumnya
a) Pasien TBC RO yang gagal pengobatan
b) Pasien TBC RO kasus kambuh
c) Pasien TBC RO yang kembali setelah putus berobat
3) Terduga TBC RO anak
Anak dengan gejala TBC disertai salah satu:
a) Kontak erat dengan pasien TBC RO (serumah, sekolah, penitipan anak)
b) Kontak erat dengan pasien meninggal akibat TBC, gagal pengobatan,
tidak patuh berobat, pengobatan kategori 2)
c) Anak dalam terapi OAT 2 – 3 bulan dengan dosis dan ketaatan berobat
namun tidak menunjukkan perbaikan
d) Memiliki riwayat pengobatan sebelumnya
e) Anak TBC HIV tidak responsive dengan pengobatan TBC yang adekuat
Pemeriksaan TCM untuk terduga TB RO risiko tinggi sesuai dengan kriteria diatas
adalah sebagai berikut:
Risiko Rendah TB RO
Ket:
2 dahak (1) Hasil pemeriksaan ke-1
(2) Hasil pemeriksaan ke-2
Pemeriksaan TCM
1 dahak (1)

TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak

Ulangi (2)
TCM 1x

Invalid/
TB, TB, Neg Indet
LPA Lini dua No
Rif Rif
Uji Kepekaan result/
Res Sen error

TCM tdk boleh


diulang lagi

Tindak lanjut hasil


pemeriksaan TCM
lebih detil dibagian bawah

1) Jumlah dahak yang dikumpulkan untuk pemeriksaan TCM sebanyak 2 dahak. 1


dahak digunakan untuk pemeriksaan ke-1, apabila hasil pemeriksaan ke-1 dari
terduga TB RO risiko tinggi adalah MTB pos Rif Indeterminate, dan hasil gagal
(error, invalid, no result), maka perlu dilakukan pengulangan pemeriksaan 1x lagi.
2) Pemeriksaan ke-2 dapat menggunakan 1 dahak lagi, dengan hasil akhir dan terapi
pengobatan yang diambil setelah dilakukan pemeriksaan ke-2 adalah sebagai
berikut:

Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Hasil Akhir Terapi Pengobatan
Ke-1 Ke-2
Invalid/no Rif Res Rif Res TB RO
result/error Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indeterminate Indeterminate Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid/no result/error Invalid/no Keputusan pengobatan oleh TAK
result/error
Indeterminate Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Indeterminate Keputusan pengobatan oleh TAK
Indeterminate Indeterminate Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid/no result/error MTB Pos Keputusan pengobatan oleh TAK
3) Pengulangan TCM hanya diperbolehkan 1x atau tidak diperbolehkan pemeriksaan
TCM ke-3 dan seterusnya.
4) Pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke
fasyankes layanan TB RO.

3. Alur Tindak Lanjut Pemeriksaan TBC


a. TBC Sensitif Obat
Obat Anti TBC (OAT) Kategori 1 fase awal dan lanjutan dengan dosis harian.
OAT Kat 1 dosis harian akan mulai dipergunakan secara bertahap. Pada tahun 2021,
prioritas pemberian OAT ini adalah untuk:
1) Pasien TBC HIV
2) Kasus TBC yang diobati di rumah sakit
3) Kasus TBC dengan hasil MTB positif Rifampisin Sensitif dan Rifampisin
Indeterminate dengan riwayat pengobatan sebelumnya.
b. TBC Resistan Obat
1) Pasien TBC MTB pos Rifampisin Sensitif yang berasal dari kriteria dengan riwayat
pengobatan sebelumnya (kambuh, gagal dan loss to follow up) diobati dengan
OAT Kategori 1 dosis harian.
2) Sejak tahun 2019, Program TBC sudah menyediakan OAT dalam sediaan tablet
dispersible untuk pengobatan TBC RO anak dan TPT anak kontak dengan pasien
TBC RO. Sediaan ini mudah dikonsumsi oleh anak, namun pemanfaatannya masih
terbatas. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota agar melakukan sosialisasi
supaya OAT RO anak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Berikut adalah alur diagnosis dan pengobatan TBC RO:

Panduan pengobatan TBC RO mengacu pada Petunjuk Teknis Penatalaksanaan


Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia tahun 2020.

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler
Tahun 2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia Tahun
2020, Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 3
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium TBC

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan keamanan dan
keselamatan kerja laboratorium TBC.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan prinsip keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.
2. Melaksanakan keamanan dan keselamatan kerja dalam implementasi
alat TCM.

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Prinsip keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium
a. Penularan kuman tuberculosis
b. Penilaian risiko dan tingkat pencegahan
2. Keamanan dan keselamatan kerja dalam implementasi alat TCM
a. Praktik keselamatan kerja pada laboratorium TCM
b. Pembuangan limbah infeksius secara aman

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Penayangan video
4. Simulasi
5. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Modul
9. CD Keamanan & Keselamatan Kerja
10. APD
11. Spill kit
12. Pot dahak
13. Kantong sampah infeksius
14. Alkohol 70%, hipoklorit 0,5%
15. Tisu
16. Panduan simulasi
17. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Prinsip keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium
a. Penularan kuman tuberkulosis
Risiko utama di laboratorium TBC adalah adanya produksi aerosol selama
pengolahan spesimen yang dapat terhirup petugas laboratorium.
Risiko penularan akibat MTB lebih tinggi pada orang yang bekerja di laboratorium
TBC dibandingkan dengan pekerja lab lainnya:
1) 1,4 kali lipat pada pemeriksaan mikroskopis TBC
2) 21,5 kali lipat pada pemeriksaan DST/Uji Kepekaan Fenotipik

b. Penilaian risiko dan tingkat pencegahan


Penilaian risiko adalah telaah sederhana mengenai bahaya yang ditimbulkan saat
bekerja, mengacu pada panduan keselamatan kerja untuk laboratorium TBC oleh
WHO. Penilaian risiko harus mempertimbangkan:
1) Kandungan/jumlah bakteri pada spesimen, dan viabilitas kuman TBC
2) Mode transmisi/penularan TBC
3) Jenis pekerjaan/prosedur yang akan memproduksi aerosol
4) Frekuensi prosedur yang dapat menimbulkan aerosol
5) Beban kerja lab dan SDM di lab
6) Lokasi laboratorium
7) Epidemiologi penyakit dan populasi pasien
8) Tingkat kemampuan dan kompetensi petugas lab
9) Status kesehatan petugas lab (terutama petugas dengan HIV positif)

Langkah-langkah penilaian risiko:


1) Identifikasi potensi bahaya
2) Tentukan siapa saja yang berisiko terkena bahaya dan bagaimana
caranya
3) Evaluasi risiko dan tentukan tindakan pencegahan:
a) Tentukan jarak aman untuk setiap alat
b) Evaluasi kepatuhan petugas untuk mengikuti prosedur keamanan
kerja
c) Evaluasi integritas alat (rusak atau tidak)
4) Catat temuan dan implementasikan jika ada perubahan
5) Kaji kembali penilaian risiko dan perbaharui jika diperlukan
Tingkat risiko laboratorium TBC berdasarkan jenis kegiatan dan penilaian risiko
adalah sebagai berikut:
Tingkat risiko Kegiatan pemeriksaan Penilaian risiko
Rendah Pemeriksaan mikroskopis; Risiko rendah untuk menghasilkan
penyiapan spesimen untuk aerosol yang infeksius dari spesimen;
pemeriksaan TCM konsentrasi partikel infeksius rendah
Sedang Pengolahan dan konsentrasi Risiko sedang untuk menghasilkan
spesimen untuk inokulasi biakan aerosol yang infeksius dari spesimen;
dan uji kepekaan dengan metode konsentrasi partikel infeksius rendah
langsung (misalnya, Uji LPA dari
spesimen dahak)
Tinggi Pengolahan biakan untuk uji Risiko tinggi untuk menghasilkan
identifikasi; Uji Kepekaan atau Uji aerosol yang infeksius; konsentrasi
LPA dari isolat partikel infeksius tinggi

Prosedur pemeriksaan TCM masuk dalam tingkat risiko level rendah dan
membutuhkan tindakan pencegahan yang sama seperti pemeriksaan
mikroskopis. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Bekerja di area dengan ventilasi yang baik.
2) Menggunakan sarung tangan dan jas lab selama mengerjakan spesimen
pasien TBC.
3) Pada faskes dengan beban TB-MDR yang tinggi, penilaian risiko dapat
menentukan apakah perlu ada tambahan prosedur keselamatan di lab
TCM; contohnya penggunaan respirator N95 atau penggunaan BSC.

2. Keamanan dan keselamatan kerja dalam implementasi alat TCM


a. Praktik keselamatan kerja pada laboratorium TCM
1) Pemisahan area laboratorium
a) Area bersih
- Pemeriksaan mikroskopis
- Memasukan kartrid ke alat TCM
- Pencatatan dan penyimpanan
b) Area kotor
- Pembuatan slide dan pewarnaan
- Pengolahan spesimen untuk TCM sampai memasukan spesimen ke
kartrid
c) Area perbatasan bersih dan kotor
Tempat yang berkontak dengan spesimen sebelum melakukan
pemeriksaan TCM.
2) Aliran Udara
a) Pemisahan meja lab
Meja lab yang digunakan untuk pengolahan spesimen untuk pemeriksaan
harus dipisahkan dengan area untuk melakukan kegiatan administrasi.
b) Ventilasi yang memadai
Untuk prosedur berisiko rendah diperlukan ventilasi alami yang cukup
memadai, yaitu aliran udara tidak mengarah ke petugas lab tapi ke area
kerja dan kemudian keluar ruangan. Ketika cuaca tidak memungkinkan
kita untuk membuka jendela lab maka dapat menggunakan exhaust fan
sebagai alternatif. Namun jika ventilasi alami dan exhaust fan tidak
tersedia maka dapat menggunakan meja kerja dengan ventilasi.
Ventilasi yang memadai untuk lab TBC dideskripsikan sebagai aliran udara
terarah dengan pergantian udara 6-12 kali per jam. Aliran udara bergerak
dari area bersih ke area kotor lalu keluar ruangan.
3) Alar Pelindung Diri
a) Gown/Jas Laboratorium
- Dilarang menggunkan jas keluar lab atau membawa jas lab kerumah,
pembersihan dilakukan di tempat kerja.
- Kencangkan jas lab saat digunakan.
- Gunakan ukuran yang sesuai.
- Lakukan pencucian seminggu sekali (minimal, disesuaikan dengan
kebutuhan).
- Jas lab dilakukan laundry di lab/ RS dan sudah di-disinfeksi
sebelumnya.
b) Gloves/ Sarung tangan
- Digunakan saat mengolah spesimen untuk pemeriksaan TCM.
- Gunakan yang powder-free.
- Penggunaan sarung tangan bukan sebagai pengganti prosedur
mencuci tangan: Cuci tangan secara bersih dan teratur tetap
diperlukan.
- Lepas sarung tangan sebelum memegang komputer atau telepon
(untuk menghindari kontaminasi).
- Dilarang menggunakan sarung tangan berulang.
- Dilarang menggunakan sarung tangan keluar dari laboratorium.
c) Respirator/Masker
- Diperlukan sesuai penilaian risiko
- Respirator yan direkomendasikan N95 (NIOSH N95) dan FFP2 (EN
149:2001)
d) Spill Kit
Spill kit yang harus disiapkan di laboratorium TB:
- Instruksi (SPO) pembersihan tumpahan.
- Disinfektan (dibuat setiap hari untuk Hipoklorit 0,5% atau lihat ED-
setiap bulan).
- Forsep, sapu dan serok autoclavable, atau alat mekanik lain untuk
menangani benda tajam.
- Kertas tissue atau bahan penyerap lainnya.
- Kantong Biohazard untuk membuang tumpahan yang terkontaminasi.
- Tempat sampah benda tajam yang kosong.
- Sarung tangan.
- Pelindung wajah (kacamata dan masker atau pelindung wajah).
- Sepatu boots kedap air.

Prosedur pembersihan tumpahan:


A. Tumpahan di luar BSC
- Segera ungsikan, amankan lab, dan informasikan ke manajer lab.
- Biarkan ventilasi/sistem exhaust dalam lab tetap menyala, termasuk dalam BSC.
- Jangan masuk kembali ke lab minimal 30 menit (tempelkan tanda JANGAN
MASUK).
- Sebelum masuk kembali ke lab, gunakan sarung tangan bersih, jas lab bersih,
dan respirator.
- Tutupi tumpahan dengan kain atau kertas penyerap, dan rendam kertas/kain
penyerap dengan disinfektan yang sesuai; tuang disinfektan dari arah luar ke
dalam.
- Berikan disinfektan waktu untuk bekerja optimal (minimal 30-60 menit) sebelum
materi infeksius tadi dibuang.
- Kumpulkan semua kontainer dan bersihkan material yang terkontaminasi
tumpahan dan tempatkan di dalam kantong yang tersedia di spill kit; ikat kantong
dan tempatkan di kontainer untuk diotoklaf (gunakan kontainer yang sesuai
untuk benda tajam/ pecahan kaca).
- Ganti sarung tangan yang telah terkontaminasi; buang bersama dengan limbah
infeksius tadi.
- Bersihkan dan disinfeksi area tumpahan.
- Staf yang terpapar tumpahan harus dirujuk untuk pemeriksaan medis, dan
kejadian rinci terjadinya
- Tumpahan harus tercatat di logbook.

B. Tumpahan di dalam BSC


- Tutup area tumpahan dengan kain atau kertas penyerap, dan tuangkan
disinfektan yang sesuai dari arah luar ke dalam:
• Peralatan dan materi apapun yang terkena cipratan harus dibersihkan
(termasuk bagian dalam interior dan dinding BSC, atau safety buckets)
• Jangan gunakan hipoklorit pada benda terbuat dari metal (korosif).
- Berikan waktu agar disinfektan bekerja sekitar 30-60 menit, sebelum membuang
materi tersebut.
- Di dalam BSC, tempatkan semua kontainer dan buang material ke kantong
plastik yang disediakan dalam spill kit; ikat kantong, dan tempatkan di dalam
kontainer yang akan diotoklaf.
- Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi; buang sarung tangan bersama
dengan limbah infeksius tadi.
- Staf yang terpapar tumpahan harus dirujuk untuk pemeriksaan medis, dan
kejadian rinci tentang kecelakaan tersebut harus tercatat di logbook

C. Tumpahan di dalam sealed buckets


- Selalu gunakan sentrifus dengan sealed buckets.
- Buka buckets di dalam BSC.

b. Pembuangan limbah infeksius secara aman


1) Selesai bekerja, segel materi yang terkontaminasi (seperti pot dahak bekas,
pipet dan kartrid bekas) ke dalam kantong bertanda biohazard, dan otoklaf atau
insenerasi atau kubur dengan segera.
2) Perhatian: membakar plastik dapat melepaskan toksin yang berbahaya bagi
pernafasan.
3) Dekontaminasi pipet transfer menggunakan disinfektan yang sesuai sebelum
dibuang.
VIII. REFERENSI
1. Tuberculosis Laboratory Biosafety Manual Tahun 2012, WHO
2. Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
3. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 4
Penanganan Spesimen (Pre Analisis)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan penanganan
spesimen (pre-analisis).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan jenis spesimen untuk pemeriksaan laboratorium TBC.
2. Melaksanakan pengumpulan spesimen dahak.
3. Melakukan pengemasan dan pengiriman spesimen dahak ke
laboratorium rujukan.
4. Melakukan penerimaan dan penyimpanan spesimen dahak.

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Jenis spesimen untuk pemeriksaan laboratorium TBC
2. Pengumpulan spesimen dahak
3. Pengemasan dan pengiriman spesimen dahak ke laboratorium rujukan
a. Pengemasan dahak
b. Pelabelan pot
c. Jejaring transportasi spesimen
d. Pengiriman dahak ke laboratorium rujukan TCM
4. Penerimaan dan penyimpanan spesimen dahak
a. Penerimaan spesimen dahak
b. Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian spesimen yang diterima
dan formulir TB.05 di SITB
c. Penyimpanan spesimen dahak

IV. METODE
1. CTJ
2. Penayangan video
3. Simulasi
4. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Video
10. Spesimen dahak
11. Pot dahak
12. Spesimen box dan kelengkapannya
13. Daftar tilik simulasi
14. Panduan Simulasi
15. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Jenis Spesimen untuk Pemeriksaan Laboratorium TBC
a. Spesimen Dahak
Jumlah dahak yang dikumpulkan adalah 2 (dua) dahak yaitu Sewaktu – Sewaktu,
Sewaktu – Pagi maupun Pagi – Sewaktu, dengan jarak 1 jam dari pengambilan
dahak pertama ke pengambilan dahak kedua.
1) Pengambilan spesimen Sewaktu – Pagi: Dahak pertama diambil
SEWAKTU pada saat pasien berkunjung ke fasyankes, lalu diberi pot
dahak pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan dahak
PAGI hari berikutnya.
2) Pengambilan spesimen Pagi – Sewaktu: Pada hari pertama pasien
diberi pot dahak untuk pengambilan dahak keesokan harinya, kemudian
pasien berdahak pada PAGI hari setelah bangun tidur dan membawa
spesimen dahak ke laboratorium, kemudian pasien diberi pot dahak
untuk pengambilan dahak SEWAKTU.
3) Pengambilan spesimen Sewaktu – Sewaktu: Dahak pertama diambil
SEWAKTU pada saat pasien berkunjung ke fasyankes, kemudian
pasien menunggu 1 jam setelah pengambilan dahak pertama dan
pasien diberi pot dahak untuk pengambilan dahak SEWAKTU kedua.

Standar kualitas dahak yang digunakan adalah:


1) Volume 3 - 5 ml
2) Mukopurulen

b. Spesimen Non Dahak


Jenis spesimen non dahak yang digunakan untuk pemeriksaan TCM pada terduga
TBC ekstra paru adalah cairan serebrospinal, kelenjar limfe dan jaringan.

c. Spesimen TCM pada Anak


Untuk diagnosis TBC pada anak, spesimen yang dapat digunakan adalah:
1) Dahak baik berdahak langsung maupun induksi sputum
2) Bilas lambung
2. Pengumpulan Spesimen Dahak
a. Spesifikasi Pot Dahak
1) Kapasitas 30-50 ml
2) Berbahan tembus pandang
3) Bagian sisi dan dindingnya mudah diberi label
4) Material sekali pakai dan mudah dibakar
5) Tahan bocor dengan tutup ulir
6) Bermulut lebar

b. Cara Berdahak untuk Pasien


Instruksikan pasien sesuai langkah-langkah berikut:
1) Berkumur-kumur dengan air matang untuk menghilangkan sisa makanan
atau benda-benda lain.
2) Tarik napas dalam 2-3 kali dan hembuskan dengan kuat setiap kalinya.
3) Batukkan dalam-dalam untuk menghasilkan dahak.
4) Letakkan pot dahak yang telah terbuka ke dekat mulut untuk mengumpulkan
dahak; jangan mengambil sputum yang berada di luar pot dahak.
5) Cuci tangan setelah mengumpulkan dahak.

c. Prosedur pengumpulan spesimen dahak sebagai berikut:


1) Sediakan pot dahak bertutup minimal 4 ulir, baru, bersih, dan bermulut lebar
(± diameter 5cm).
2) Tuliskan nama pasien dan nomor identitas spesimen dahak pada dinding
pot dahak sesuai dengan aturan penamaan pedoman nasional. JANGAN
lakukan penulisan identitas pasien pada tutup pot dahak.

3) Pengumpulan spesimen dahak dilakukan di tempat khusus berdahak


(sputum booth) yang terdapat di ruang terbuka, mendapat sinar matahari
langsung, terdapat wastafel, sabun cuci tangan, tempat sampah infeksius,
tisu, dan tidak dilalui banyak orang.
4) Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur.
5) Kumur dengan air minum sebelum mengeluarkan dahak.
6) Tarik napas dalam sebanyak 2-3 kali dan setiap kali hembuskan napas
dengan kuat.
7) Letakkan pot dahak yang sudah dibuka dekat dengan mulut.
8) Batukkan dengan keras dari dalam dada dan keluarkan dahak ke dalam pot.
Tutup langsung pot dahak dengan rapat. Hindari terjadinya tumpahan atau
mengotori bagian luar wadah dan kemudian kencangkan tutup pada
wadah pengumpulan. Pemeriksaan TCM membutuhkan volume dahak
minimal 1 ml.
9) Bersihkan mulut dengan tisu dan buang tisu pada tempat sampah tertutup
yang sudah disediakan.
10) Cuci tangan dengan sabun dan antiseptik.

3. Pengemasan dan Pengiriman Dahak ke Laboratorium Rujukan


Pengemasan dan pengiriman spesimen dahak dan non dahak dilakukan sebagai
berikut:
1) Pot spesimen ditutup rapat dan disegel dengan parafilm.
2) Masukkan pot spesimen ke dalam kantong plastik klip berisi 1 lembar tisu.
Pastikan klip tertutup sempurna, rapikan dan ikat dengan karet gelang.
3) Masukkan kantong plastik yang telah berisi pot terduga TB ke dalam cool
box/ Styrofoam box/ kotak plastik.
4) Masukkan ice pack gel/ cool pack beku/ ice cube untuk menjaga suhu tetap
dingin.
5) Isi ruang kosong pada cool box/styrofoam box/kotak plastik dengan
potongan kertas bekas sampai seluruh box padat agar posisi pot dahak
tidak berubah.
6) Tutup cool box/ Styrofoam box/ kotak plastik dengan rapat, rekatkan
lakban bening di sekeliling tutupnya.
7) Tempelkan label tanda arah panah (↑) sesuai arah atas pot dan label
‘Bahan Rujukan Laboratorium’ pada dinding cool box/ Styrofoam box/
kotak plastik.
8) Masukkan lembar rujukan permintaan pemeriksaan laboratorium ke dalam
amplop yang bertuliskan alamat laboratorium rujukan dan pengirim.
9) Masukkan amplop dalam kantung plastik klip.
10) Tempelkan amplop pada bagian atas cool box/ Styrofoam box/ kotak
plastik, rekatkan dengan lakban bening.

4. Penerimaan dan Penyimpanan Spesimen Dahak


a. Penerimaan Spesimen
Petugas lab TCM harus memeriksa kelengkapan dan kesesuaian identitas spesimen
yang diterima dengan data di SITB. Bila terdapat ketidaksesuaian identitas dan
spesimen, segera hubungi fasyankes pengirim untuk melakukan klarifikasi.

b. Penyimpanan Spesimen
1) Petugas lab TCM harus menggunakan APD, yaitu jas laboratorium,
masker, dan sarung tangan pada saat membuka kemasan dan melakukan
proses pemeriksaan spesimen.
2) Periksa kerapatan tutup pot dan perhatikan ada tidaknya kebocoran pada
pot spesimen. Jika terdapat pot spesimen yang pecah, maka pot spesimen
diperlakukan sebagai limbah infeksius. Selanjutnya, harus dilaporkan ke
fasyankes pengirim spesimen secepatnya dan dimintakan spesimen baru.
3) Pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin, namun apabila tidak
memungkinkan maka penyimpanan spesimen dilakukan pada:
a) Suhu 2 − 8℃. Spesimen harus diolah dalam 7 hari, ATAU
b) Suhu ruang. Spesimen harus segera diolah dalam 3 hari.
4) Bila spesimen yang terkumpul tidak memenuhi kualifikasi sebagai
spesimen yang berkualitas, petugas laboratorium berhak meminta pasien
terduga TB memberikan spesimen kembali.
5) Petugas laboratorium pelaksana TCM harus mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, serta membilas kedua tangan dengan alkohol 70%
setelah melakukan penyimpanan spesimen.
VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
3. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 5
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan pemeriksaan
TCM sesuai prosedur (Analisis).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Melakukan preparasi spesimen
2. Melakukan pengolahan spesimen
3. Melakukan pemeriksaan spesimen menggunakan alat TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Preparasi spesimen
2. Pengolahan specimen
3. Pemeriksaan spesimen menggunakan alat TCM

IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Label
10. Spesimen dahak
11. Pot dahak
12. Alat TCM
13. Kartrid
14. Panduan latihan
15. Lembar kasus
16. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Preparasi Spesimen
a. Pelabelan
1) Angkat kartrid hanya pada sisi kanan dan kiri. Jangan sentuh bagian tutupnya,
tanda Barcode di sisi depan, atau tabung reaksi di sisi belakang
2) Beri label kartrid dengan ID sampel dengan tulisan di sebelah kiri atau kanan
label ID kartrid atau label afiks.
3) Jangan meletakkan label pada penutup kartrid atau menghalangi barcode 2D
yang ada pada kartrid

b. Expectorated Sputum Sample

Buka tutup Tambahkan SR kedalam Kocok dengan kuat 10 – 20 kali. Inkubasi pada temperatur Buka kemasan
Sample Reagent sputum dengan ruang. Setelah 10 menit inkubasi, kocok kembali dengan kartrid dan beri
(SR)‘s dan pot perbandingan 2:1. Tutup kuat 10 – 20 kali. label ID sampel
sputum. pot sputum. Setelah 5 menit inkubali, sampel harus sudah cair dan pada bagian kanan
homogen sebelum diproses. Apabila masih terlihat kental, atau kiri kartrid.

Buka kartrid Gunakan pipet transfer Masukkan ke dalam Tutup kartrid.


untuk memindahkan kartrid
minimal 2 ml sampel yang
telah diolah dari pot sputum.

c. Induced Sputum
Induced sputum disiapkan berdasarkan metode Kent and Kubica * (re-suspensi dalam
67mM Phosphate/H2O buffer).
Buka tutup Kumpulkan 0.5 ml Kocok dengan kuat 10 – 20 kali (Cat: Satu Buka kemasan kartrid
Sample sedimen dan gerakan ke atas dan ke bawah dihitung satu dan beri label ID sampel
Reagent (SR)‘s tambahkan 1.5 ml kocokan). Inkubasi pada suhu ruangan. Setelah pada bagian kanan atau
sample reagen 10 menit, kocok/vortex specimen dengan kuat kiri kartrid
sebanyak 10 – 20 kali . Inkubasi selama 5 menit.

Gunakan pipet transfer Masukkan ke dalam Tutup kartrid


Buka kartrid
untuk memindahkan kartrid
minimal 2 ml sampel
yang telah diolah dari pot
sputum.

d. Inokulasi
1) Buka kartrid dan masukkan 2-4 ml sampel yang sudah di elusi menggunakan
pipet transfer.
2) Pipet sampel hati-hati untuk menghindari terbentuknya aerosol dan gelembung
3) Jangan meindahkan partikel padat ke dalam kartrid.
4) Tutup hati-hati.
5) Mulai lakukan uji.

Kartrid tidak boleh digunakan apabila:


1) Permukaan telah basah dan kotor
2) Segel penutup (Lid) rusak
3) Bagian PCR filling tube (ekor) rusak
4) Terbalik dan/atau terjatuh (pada saat sudah berisi spesimen)
5) Sudah pernah digunakan

2. Pengolahan Spesimen
Pengolahan spesimen dahak dapat dilakukan di tempat yang sama untuk pengolahan
dan pewarnaan mikroskopis.apabila di laboratorium TCM tersedia Biological Safety
Cabinet (BSC) maka pengolahan spesimen dapat dilakukan pada BSC.
a. Pengolahan Spesimen Dahak
1) Beri label identitas pada setiap kartrid.
2) Bukalah penutup pot dahak, tambahkan Sample Reagent yang sudah tersedia
sebanyak 2 kali volume spesimen.
3) Tutup kembali pot dahak, kemudian kocok dengan kuat sampai campuran
dahak dan Sample Reagent menjadi homogen.
4) Diamkan selama 15 menit pada suhu ruang.
5) Kocok kembali campuran, lalu diamkan selama 5 menit.

Campurkan “Sample Reagent” Transfer kedalam Xpert® Masukkan kartrid dan


dengan spesimen Inkubasi kartrid MTB/RIF mulai tes
selama 15 menit pada suhu
ruang.

6) Bila masih ada gumpalan, kocok kembali agar campuran dahak dan Sample
Reagent menjadi homogen sempurna dan biarkan selama 5 menit pada suhu
kamar.
7) Buka penutup kartrid, kemudian buka tempat penampung spesimen. Gunakan
pipet yang disediakan untuk memindahkan spesimen dahak yang telah diolah
sebanyak 2 ml (sampai garis batas pada pipet) ke dalam kartrid secara
perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung yang bisa
menyebabkan eror.
8) Tutup kartrid secara perlahan dan masukan kartrid ke dalam alat TCM.
Catatan:
• 1 sample reagent untuk pengolahan 1 spesimen dahak
• Apabila volume dahak > 4 ml maka disarankan untuk membagi spesimen menjadi 2
bagian dan harus dilakukan dalam BSC. Satu bagian digunakan untuk pemeriksaan
TCM, satu bagian lainnya disimpan dalam pot dahak baru sebagai cadangan.
• Spesimen yang sudah diolah dan masuk ke dalam kartrid harus segera dimasukkan
ke dalam alat TCM. Saat mengolah beberapa spesimen dalam satu waktu, pengisian
spesimen ke dalam kartrid dilakukan satu persatu. Tutup kartrid terlebih dahulu
sebelum mengisi kartrid berikutnya.
• Jika terdapat sisa spesimen yang telah diolah, spesimen tersebut dapat disimpan
selama 5 jam jika dibutuhkan pemeriksaan ulang.

b. Pengolahan Spesimen Non Dahak


Hal yang perlu diperhatian dalam pengolahan spesimen non dahak:
1) Pengolahan spesimen non dahak harus dilakukan di dalam BSC untuk
menghindari terhirupnya aerosol saat proses pengolahan spesimen oleh
petugas laboratorium.
2) Spesimen non dahak, apabila volume spesimen minimal 5 ml atau minimal 2
gr, maka dibagi dua sebelum diperiksa dengan TCM untuk mengantisipasi hasil
TCM yang harus dilanjutkan dengan biakan dan uji kepekaan.
3) Spesimen non dahak yang dapat diperiksa dengan TCM terdiri atas cairan
serebrospinal (CSF), bilasan lambung (gastric lavage), jaringan biopsi-aspirasi,
dan cairan tubuh lainnya kecuali darah.
4) Seluruh spesimen non-dahak harus diproses sesegera mungkin untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal. Selama transportasi, spesimen
harus disimpan pada suhu 2-8 oC dan sudah harus diproses maksimal dalam
waktu 7 hari.

3. Pemeriksaan Menggunakan Alat TCM


a. Pastikan komputer dan alat TCM telah menyala serta telah menjalankan
program GeneXpert Dx.
b. Pada halaman utama software GeneXpert® Dx System, klik “Create Test”,
maka akan muncul kotak dialog “Please scan kartrid barcode”.
c. Pindai barcode kartrid menggunakan barcode scanner dengan cara menekan
tombol warna kuning pada barcode scanner atau pilih ‘Manual Entry’ untuk
memasukkan 16 digit nomor seri kartrid.

d. Setelah nomor seri kartrid masuk, masukan data patient. Bagian “Select
Module” akan terisi secara otomatis, petugas lab tidak perlu mengubahnya.
Kemudian klik “Start Test”.
e. Lampu warna hijau di alat TCM akan berkedip-kedip pada modul yang terpilih
otomatis. Buka pintu modul dan letakkan kartrid TCM.

f. Tutup pintu modul dengan sempurna hingga terdengar bunyi klik. Pemeriksaan
akan dimulai dan lampu hijau akan tetap menyala tanpa berkedip. Pemeriksaan
akan berlangsung kurang lebih 2 jam. Saat pemeriksaan selesai, lampu akan
mati secara otomatis dan pintu modul akan terbuka secara otomatis.
g. Buka pintu modul dan keluarkan kartrid. Kartrid yang telah dipakai harus
dibuang ke tempat sampah infeksius sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh
masing- masing institusi.

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 6
Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM (Post Analisis)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan interpretasi
hasil TBC (post analisis).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Menjelaskan jenis-jenis hasil pemeriksaan TCM
b. Melakukan pembacaan hasil pemeriksaan TCM
c. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Jenis-jenis hasil pemeriksaan TCM
2. Pembacaan hasil pemeriksaan TCM
3. Interpretasi hasil pemeriksaan TCM
a. Interpretasi hasil pemeriksaan
b. Tindak lanjut hasil interpretasi

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Latihan kasus
4. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Alat TCM
10. Kartrid
11. Panduan latihan kasus
12. Lembar kasus
13. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Jenis-Jenis Hasil Pemeriksaan TCM

Hasil yang akan didapatkan pada pemeriksaan TCM yaitu:


a. MTB DETECTED Rif Resistance DETECTED
b. MTB DETECTED Rif Resistance NOT DETECTED
c. MTB DETECTED Rif Resistance INDETERMINATE
d. MTB Not Detected
e. INVALID
f. ERROR
g. NO RESULT
2. Pembacaan Hasil Pemeriksaan TCM
Cara membaca dan menuliskan hasil TCM sebagai berikut:

Pembacaan dan
Print Out Hasil Pemeriksaan TCM
Penulisan Hasil

MTB NOT DETECTED


→ Neg

MTB DETECTED, RIF


RESISTANCE NOT
DETECTED → Rif Sen
MTB DETECTED, RIF
RESISTANCE
DETECTED → Rif Res

MTB DETECTED, RIF


RESISTANCE
INDETERMINATED →
Ref Indet
ERROR

3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM


a. Hasil Pemeriksaan TCM pada Software GxDx
Sistem GeneXpert memberikan hasil pemeriksaan melalui pengukuran sinyal
fluoresensi dan algoritme perhitungan otomatis. Hasil pemeriksaan TCM akan
menunjukkan ada tidaknya DNA Mycobacterium tuberculosis kompleks dan ada
tidaknya mutasi penyandi resistansi rifampisin, serta perhitungan semikuantitatif
jumlah basil pada spesimen berdasarkan nilai Ct (high, <16; medium, 16–22; low,
22–28; very low, >28).

1) MTB Detected, Rif Resistance Detected → Rif Res


Semua kurva menunjukkan kenaikan mengindikasikan ada gen MTB yang
teramplifikasi, kecuali satu kurva. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat
mutasi pada gen rpoB di daerah probe B, sehingga probe B tersebut tidak dapat
mengamplifikasi gen. Hal yang sama dapat terjadi pada probe A-E.

2) MTB Detected, Rif Resistance Not Detected → Rif Sen

Semua kurva menunjukkan kenaikan mengindikasikan ada gen MTB yang


teramplifikasi. TIDAK ada kurva yang mengalami keterlambatan kenaikan, karena
tidak ada mutasi di daerah gen rpoB, sehingga semua probe dapat mengamplifikasi
gen tersabut.
3) MTB Detected, Rif Resistance Indeterminated → Rif Indet
Terdapat mutasi gen rpoB yang, akan tetapi resistansi rifampisin tidak dapat ditentukan
karena sinyal penanda resistansi tidak cukup terdeteksi.

4) MTB Not Detected → Neg

Hanya ada satu kurva yang mengalami kenaikan, yaitu SPC sebagai kontrol bahwa
reaksi PCR berjalan dengan baik. Namun demikian, tidak terjadi kenaikan kurva pada
probe A-E dikarenakan tidak terdapat DNA MTB di dalam sampel.

5) Invalid
Tidak ada kurva yang mengalami kenaikan, bahkan SPC sebagai kontrol. Hal
tersebut menandakan proses PCR terganggu.

6) Error

7) No Result
a. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Hasil Interpretasi Tindak lanjut
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED; Lanjutkan sesuai dengan
• Mutasi gen rpoB terdeteksi,
Rif Resistance alur diagnosis TB resistan
kemungkinan besar resistan
DETECTED obat
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED;
• Mutasi gen rpoB tidak terdeteksi. Lanjutkan sesuai dengan
Rif Resistance NOT
Kemungkinan besar sensitif alur diagnosis TB biasa
DETECTED
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
Ulangi pemeriksaan*)
MTB DETECTED; • Mutasi gen rpoB / resistansi
secepatnya menggunakan
Rif Resistance rifampisin tidak dapat ditentukan
spesimen dahak baru
INDETERMINATE karena sinyal penanda resistansi
dengan kualitas yang baik
tidak cukup terdeteksi
Lanjutkan sesuai alur
MTB Not Detected DNA MTB tidak terdeteksi
diagnosis TB
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid dan
ditentukan karena kurva SPC tidak spesimen dahak baru*),
INVALID menunjukan kenaikan jumlah pastikan spesimen tidak
amplikon, proses sampel tidak benar, terdapat bahan-bahan
reaksi PCR terhambat yang dapat menghambat
PCR
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid baru*),
ERROR ditentukan, quality control internal pastikan pengolahan
gagal atau terjadi kegagalan sistem spesimen sudah benar

Keberadaan DNA MTB tidak dapat


Ulangi pemeriksaan
ditentukan karena data reaksi PCR
NO RESULT dengan katrid baru*)
tidak
mencukupi

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 7
Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan pemeliharaan,
pemecahan masalah, dan kalibrasi alat TCM.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melakukan pemeliharaan alat TCM
b. Melakukan pemecahan masalah pada alat TCM
c. Melakukan kalibrasi alat TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Pemeliharaan alat TCM
2. Pemecahan masalah pada alat TCM
3. Kalibrasi alat TCM

IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Alat TCM
10. Xpert Check Kit
11. Kit Peralatan alat TCM
12. Panduan latihan
13. Lembar kasus
14. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pemeliharaan Alat TCM
Alat TCM membutuhkan pemeliharaan secara berkala meliputi pemeliharaan harian,
mingguan, bulanan, enam bulanan dan tahunan yang dilakukan oleh petugas
laboratorium.
a. Pemeliharaan Harian
1) Membersihkan permukaan meja kerja

2) Membuang kartrid yang telah dipakai

3) Memposisikan pintu modul mengarah ke atas (vertikal)

b. Pemeliharaan Mingguan
Pemeliharaan mingguan dilakukan apabila alat TCM digunakan selama
seminggu penuh tanpa dimatikan, dengan cara melakukan restart sistem
(mematikan kemudian menyalakan kembali alat TCM dan komputer).

c. Pemeliharaan Bulanan
1) Membersihkan permukaan alat
2) Membersihkan permukaan bagian dalam modul (cartridge bay interior)

3) Membersihkan Plunger Rod

2 1

4
3

5
6
4) Membersihkan filter debu kipas

5) Membersihkan slot modul PCR

6) Menyimpan data hasil pemeriksaan archive data


d. Pemeliharaan Enam Bulanan
Pemeliharaan enam bulanan dilakukan dengan backup database/database
management.
e. Pemeliharaan Tahunan
Pemeliharaan tahunan alat TCM adalah kalibrasi. Kalibrasi dilakukan untuk
semua modul sekali setahun atau setelah alat mencapai 2000 tes per modul.
Kalibrasi menggunakan kartrid Xpert Check Kit yang dilakukan oleh user dan
akan dibantu oleh Authorized Service Provider (ASP).

Alat yang dibutuhkan untuk kalibrasi meliputi:


1) CD 1: program kalibrasi
2) CD 2: CD-RW kosong untuk menyimpan data kalibrasi
3) Kartrid Xpert Check (5 buah/kit)
4) Sikat i-core

Alur pemeliharaan tahunan/ kalibrasi sebagai berikut:


Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh user. Suhu ruangan pada saat kalibrasi
harus 15 − 30℃. Diamkan xpert check kit pada suhu ruangan kurang lebih 10
menit sebelum digunakan untuk kalibrasi.
1) User menerima xpert check kit
2) User running xpert check kit pada alat TCM
3) User mengirimkan data hasil kalibrasi
4) Data diolah, kode aktivasi dikirimkan ke user
5) User memasukan kode aktivasi, kalibrasi selesai.
2. Pemecahan Masalah
Berikut adalah berbagai kemungkinan masalah yang akan ditemui terkait pemeriksaan
menggunakan TCM berdasarkan kategori error:

a. Keluhan/ kerusakan ringan yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh user
fasyankes (kategori 0)
Solusi dari kerusakan ini dapat diselesaikan secara mandiri oleh user fasyankes.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
4001, 4002, 4003, • Malfungsi perangkat • Jika terdapat katrid di dalam modul, keluarkan
4004, 4006, 4008, keras pada modul terlebih dahulu
4009, 4010, 4011, • Penempatan katrid • Lakukan self-test pada menu Maintenance
4012, 4013, 4014 yang tidak baik • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
4015, 4016, 4017, • Pintu modul tidak • Pastikan suhu ruangan berada pada rentannya,
4019, 2005, 2006, tertutup rapat tidak ada penghalang pada ventilasi, dan filter
2012, 2014, 2016, tidak kotor
2022, 2024, 2034 • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
2032, 2035 namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2011 • Malfungsi perangkat • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
2018 keras pada modul • Ulangi tes dengan katrid yang sama pada modul
2025 • Kerusakan katrid lain. Jika berhasil, maka modul sebeumnya
2037 mengalami kerusakan
• Jika gagal di modul lain, uangi tes di modul
sebelumnya, jika berhasi kerusakan terjadi pada
fisik katrid
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, dan apabila terjadi
kerusakan pada modul, segera laporkan ke ASP
1004 • Suhu ruangan terlalu • Pastikan jarak antara alat dengan sekitar cukup
1017 tinggi untuk sirkulasi udara
• Kondisi ruangan tidak • Pastikan ruangan sesuai persyaratan
sesuai dengan • Pastikan kipas pada bagian belakang alat
persyaratan berfungsi
• Kegagalan sensor suhu • Pastikan filter tidak kotor
• Kipas kotor / rusak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
1005 • Malfungsi perangkat • Gunakan katrid baru
1018 keras pada modul • Pastikan pintu modul tertutup rapat
• Pintu modul tidak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
tertutup rapat namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2008 • Sampel mengandung • Gunakan sampel baru dengan kualitas yang lebih
2009 pengotor baik
• Jika eror berulang, coba melakukan tes hanya
dengan menggunakan SR saja, tanpa sampel
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2017, • Malfungsi perangkat • Untuk mengeluarkan katrid, lakukan langkah
Katrid tersangkut keras pada pintu modul berikut:
di dalam modul atau sensor pintu − Masuk ke menu Maintenance
− Klik Open Module Door
− Klik Open Door untuk membuka pintu modul
• Setelah katrid dikeluarkan, matikan sistem lalu
nyalakan kembali
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2126 • Gangguan aliran listrik • Matikan sistem, kemudian nyalakan kembali
2127 • Kegagalan kabel power • Lepas kabel LAN kemudian pasang kembali.
atau kabel konektor Setelah itu, matikan dan nyalakan kembali sistem
• Kegagalan kabel LAN • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
5001, 5002 • Kerusakan pada katrid • Gunakan katrid baru
5003, 5004 yang menyebabkan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
5005, 5010 kurva positif yang namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
5011 • abnormal ASP
5006, 5007 • Volume sampel yang • Pastikan proses memasukkan sampel dilakukan
5008, 5009 tidak sesuai dengan baik
• Reagen buruk • Pastikan katrid disimpan di tempat yang sesuai
• Sampel tidak • Ulangi dengan katrid baru
dimasukkan dengan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
baik namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Sistem tidak dapat • Alat tidak terhubung ke • Periksa koneksi sumber listrik
menyala sumber listrik • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
Modul tidak • Kabel LAN tidak • Hubungkan kabel LAN
terdeteksi terhubung, lepas, atau • Tutup program dan buka kembali dengan kondisi
rusak alat sedang menyala
• Komputer dinyakan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
sebelum menyalakan namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
alat ASP
Barcode scanner • Lepas dan pasang kembali kabel barcode scanner
tidak berfungsi pada CPU komputer
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Lampu pada • Kegagalan mekanik • Keluarkan katrid dari dalam modul
modul berkedip pada modul • Lakukan self test
merah • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Hasil tidak dapat • Printer tidak terhubung • Periksa koneksi antara printer dan komputer
dicetak • Printer mati • Periksa tinta & kertas
• Tinta printer habis • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Tidak ada kertas namun eror masih terjadi, hubungi bagian IT atau
IPSRS masing-masing faskes
Tidak dapat • Tidak ada modul yang • Periksa kembali assay yang akan digunakan
memulai tes tersedia • Periksa modul sedang tidak dinonaktifkan
• Tidak ada assay yang • Periksa suhu internal modul pada menu
terpilih Maintenance
• Modul belum dikalibrasi • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Suhu ruangan terlalu namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
tinggi ASP

b. Keluhan/ kerusakan ringan yang harus dilaporkan kepada ASP (kategori 1)


Kerusakan ringan kategori 1 adalah kerusakan yang tidak menghentikan
operasional alat TCM.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
1001 • Kegagalan komponen pemanas • Segera laporkan ke ASP
1002 • Suhu lingkungan terlalu panas
• Kegagalan fungsi kipas
1006 • Kegagalan detektor elektronik • Segera laporkan ke ASP
1007 • Voltase sumber listrik terlalu tinggi
2003 • Kegagalan komunikasi program • Segera laporkan ke ASP
2026 • Kegagalan ultrasonic horn • Segera laporkan ke ASP

c. Keluhan/ kerusakan berat yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh fasyankes
dengan panduan jarak jauh oleh ASP (kategori 2)
Kerusakan ini menyebabkan alat TCM tidak operasional dikarenakan modul/ alat
tidak dapat digunakan. Perbaikan dapat dilakukan oleh fasyankes dengan syarat
harus diketahui oleh ASP dan dilakukan dengan pendampingan jarak jauh oleh
ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Katrid tidak dapat • Katrid tersangkut dan tidak dapat • Mengeluarkan katrid dari dalam
dikeluarkan dari dikeluarkan melalui program modul secara manual dengan
modul panduan ASP
Modul tidak • Kabel LAN di dalam alat lepas • Memasang kembali kabel yang
terdeteksi oleh • Masalah pada perangkat keras terlepas dengan panduan ASP
program modul
Penggantian • Apabila terjadi HW Failure dan • Untuk mengeluarkan modul yang
modul yang akan dilakukan penggantian rusak dan memasang modul
mengalami dengan modul baru pengganti harus dilakukan dengan
Hardware Failure panduan ASP
d. Keluhan/ kerusakan berat yang hanya dapat diselesaikan oleh ASP di fasyankes
(kategori 3)
Kerusakan kategori 3 adalah kerusakan kategori 2 yang tidak dapat diselesaikan
oleh fasyankes, sehingga membutuhkan bantuan teknis langsung dari ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengeluarkan katrid • Intervensi ASP ke faskes
mengeluarkan yang tersangkut
katrid yang
tersangkut
Kegagalan untuk • Faskes gagal membongkar dan • Intervensi ASP ke faskes
membongkar dan memasang kembali alat yang
memasang dibongkar
kembali modul
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengganti modul • Intervensi ASP ke faskes
mengganti modul yang rusak dengan modul baru
yang rusak
Analisa kerusakan • Kerusakan hardware komputer • Intervensi APS untuk melakukan
komputer yang menyebabkan komputer tidak analisa kerusakan di faskes
dapat dinyalakan • Setelah faskes menerima
komputer pengganti, ASP akan
melakukan pemasangan di faskes

e. Keluhan/ kerusakan yang tidak tertanggung garansi (kategori 4)


Pada saat ASP menerima laporan kerusakan alat TCM, ASP akan menganalisa
penyebab dan solusi kerusakan tersebut. Jika ditemukan kerusakan yang
disebabkan oleh kesalahan prosedur yang dilakukan oleh faskes, pada umumnya
ASP akan memberitahukan bahwa perbaikan tidak dapat ditanggung oleh garansi
dan membutuhkan pembiayaan. Adapun beberapa contoh kerusakan yang tidak
ditanggung oleh garansi antara lain sebagai berikut.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Kerusakan • Hubungan pendek arus listrik • Laporkan ke ASP untuk melakukan
komputer (korsleting) akibat terkena tetesan analisis penyebab
air dari AC, serangga, dll • Perbaikan tidak tertanggung
• Kerusakan akibat penggunaan garansi, ASP akan membuat
diluar untuk alat TCM (internet, rekomendasi perbaikan ke LRN dan
game, USB, dll) Subdit TB
• Hubungi LRN, Dinas Kesehatan
Provinsi
Kerusakan alat • Hubungan pendek arus listrik • Laporkan ke ASP untuk melakukan
(korsleting) akibat terkena tetesan analisis penyebab
air dari AC, serangga, dll • Perbaikan tidak tertanggung
• Eror yang disebabkan oleh garansi, ASP akan membuat
kondisi ruangan yang tidak sesua rekomendasi perbaikan ke LRN dan
persyaratan atau suhu udara Subdit TB
yang terlalu panas • Hubungi LRN, Dinas Kesehatan
• Eror yang disebabkan oleh Provinsi
pemeliharaan yang tidak baik
• Eror yang disebabkan oleh
penggunaan yang tidak sesuai
prosedur seperti menggunakan
sarung tangan bertepung
Kerusakan • Perbaikan tidak tertanggung garansi
printer ASP
• Dikoordinasikan sesuai status
kepemilikan alat
Kerusakan UPS • Perbaikan tidak tertanggung garansi
ASP
• Tidak direkomendasikan
menyambungkan alat TCM
langsung ke sumber listrik, ganti
dengan UPS yang bekerja dengan
baik.
• Dikoordinasikan sesuai status
kepemilikan alat

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 8
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan pencatatan dan
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium TBC.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melaksanakan pencatatan terkait laboratorium TBC sesuai alur
b. Melaksanakan pengisian laporan bulanan pemeriksaan TCM di SITB

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Pencatatan terkait laboratorium TBC sesuai alur
2. Pengisian laporan bulanan pemeriksaan TCM di SITB

IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Formulir untuk laboratorium tuberculosis
10. Sistem informasi tuberkulosis (SITB)
11. Jaringan internet
12. Lembar print out hasil pemeriksaan TCM
13. Panduan latihan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pencatatan terkait Laboratorium TBC
a. Fomulir TBC terkait Laboratorium TBC
1) Formulir TBC.06
Formulir register TBC.06 adalah formulir yang digunakan untuk mencatat data terduga
TB, berada di Poli TBC/ Poli TBC RO, Poli TB-HIV, dan poli lainnya. Formulir tersebut
berisikan data pasien dan diisikan oleh petugas poli.

2) Formulir Permohonan Laboratorium TBC.05


Formulir TBC.05 adalah formulir permohonan pemeriksaan laboratorium TBC.
Formulir tersebut merupakan formulir pengantar yang diisi oleh petugas poli ke
laboratorium. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan, petugas laboratorium harus
mengisi hasil tersebut di TBC.05 dan mengirimkan formulir TBC.05 tersebut kembali
ke poli/fasyankes perujuk.
3) Formulir TBC.04
Formulir Register TBC.04 adalah formulir register laboratorium yang digunakan untuk
mencatat hasil pemeriksaan TCM, berada di laboratorium diisi oleh petugas
laboratorium.

b. Sistem Informasi Tuberkulosis


Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) merupakan sebuah sistem informasi untuk
mencatat kasus TBC dan TBC RO mulai dari terdugan sampai akhir pengobatan. SITB
dapat diakses melalui link http://sitb.id/sitb/app sesuai tampilan dibawah ini. Login
dapat menggunakan username dan password yang telah didaftarkan sebelumnya.
Untuk melakukan uji coba/latihan dapat login pada link http://
training.sitb.id/newtraining/app.

2. Pengisian terkait Pemeriksaan TBC di SITB


a. Permohonan Laboratorium
Untuk melakukan permohonan laboratorium tersedia dua cara yaitu dengan
pilih/klik tombol ‘tambah permohonan pemeriksaan lab’ atau ‘terduga telah
mempunyai hasil lab’ (ditandai dengan kotak merah).
1) Lakukan pengisian ‘tambah permohonan pemeriksaan lab’. Variabel yang perlu
diisi sama pada pengisian ‘terduga TB yang telah mempunya hasil lab’, dengan
tambahan variabel ‘tanggal pengambilan contoh uji’ dan ‘tanggal pengiriman
contoh uji’.
2) Setelah di klik ‘simpan’ maka akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

3) Permohonan laboratorium yang sudah terisi dapat didownload sebagai formulir


TBC.05 dalam format pdf dengan cara pilih/klik fungsi ‘ekspor ke pdf’ (lambang
pdf).
4) Untuk dapat menginput hasil pemeriksaan pastikan terlebih dahulu ‘status kirim’
pada menu permohonan laboratorium apakah sudah ‘terkirim atau belum dikirim’.

5) Apabila ‘status kirim’ belum dikirim maka akan muncul fungsi ‘konfirmasi
pengiriman contoh uji’ (lambang pesawat kertas).

6) Lakukan pengisian ‘konfirmasi pengiriman contoh uji’ dengan variabel yang perlu
diisi adalah:

a) Tanggal pengambilan contoh uji


b) Tanggal pengiriman contoh uji
c) Jenis pengiriman: dipilih menggunakan aplikasi Sitrust atau Bukan Sitrust.
d) Jasa Pengiriman: Kurir Internal/PT POS/JNE/JNT/SiCepat/TIKI/OJOL/Lainnya.
b. Pengisian Hasil Laboratorium
1) Akses untuk menginput hasil laboratorium hanya dapat dilakukan menggunakan
akun user laboratorium.
2) Pilih modul Laboratorium → pilih Permohonan Pemeriksaan Laboratorium → Pilih
Permohonan Laboratorium Masuk

3) Setelah pilih ‘permohonan laboratorium masuk’, akan muncul tampilan seperti


berikut. Informasi fungsi yang tersedia pada permohonan pemeriksaan
laboratorium masuk yaitu fungsi lihat, fungsi ekspor ke pdf, dan fungsi input hasil
lab. Selanjutnya pilih fungsi ‘input hasil lab’.
4) Lakukan pengisian hasil pemeriksaan laboratorium dengan variabel yang harus
diisi yaitu:

a) Tanggal Contoh Uji Diterima/Konfirmasi Penerimaan


b) Jenis Contoh Uji akan otomatis terisi sesuai dengan yang diisi sebelumnya.
c) Konfirmasi Penerimaan Contoh Uji: Baik/Bocor/Rusak/ Pasien tidak
menyerahkan sampel. Apabila memilih ‘bocor, rusak, atau pasien tidak
menyerahkan sampel’ maka akan muncul kolom kosong untuk diisi kondisi
contoh uji yang diterima.
d) Informasi Pemeriksaan: Pemeriksaan dapat dilakukan/tidak dapat dilakukan.
Catatan:
- Pilihan ‘Pemeriksaan dapat dilakukan’ akan otomatis terpilih apabila memilih
‘Baik’ pada variabel sebelumnya.
- Apabila contoh uji yang diterima dalam keadaan ‘bocor atau rusak’, maka
dapat disesuaikan apakah contoh uji tersebut masih dapat dilakukan
pemeriksaan atau tidak.
- Apabila ‘pasien tidak datang menyerahkan sampel’, maka otomatis akan
terpilih ‘tidak dapat dilakukan’.
- Apabila pemeriksaan tidak dapat dilakukan maka akan muncul pada kolom
‘notifikasi’ yaitu permintaan sampel baru, yang ditandai dengan kotak
merah. User yang dapat melakukan permintaan sampel baru adalah
fasyankes/poli yang mengirim.

e) Penerima/Pemeriksa Contoh Uji: diisi dengan nama petugas yang menerima


atau memeriksa contoh uji.
f) Tanggal Register
g) Dokter PJ Pemeriksa Lab
h) Keterangan

5) Lakukan pengisian ‘Pemeriksaan Visual Dahak di Laboratorium’ → pilih kolom waktu


pengambilan dahak (sewaktu/pagi) → centang apabila dahak yang diterima terdapat
nanah lender/bercak darah/air liur.

6) Selanjutnya lakukan pengisian hasil pemeriksaan Xpert (TCM) dengan variabel


sebagai berikut:

a) Contoh Uji: diisi A/B dan Sewaktu/Pagi.


b) No. Register Lab
c) Tanggal Hasil: diisi dengan tanggal hasil pemeriksaan keluar.
d) Jenis Contoh Uji: otomatis terisi
e) Kode Unik TCM
f) Hasil Uji: dipilih Neg/Rif Sen/Rif Res/ Rif Indet/ Invalid/ Error/ No Result/ TDL.
Keterangan hasil uji akan muncul di ‘keterangan’ yang ditandai kotak hijau.
g) Catatan: diisi dengan informasi tambahan terkait hasil pemeriksaan.

Catatan: Baris kedua pada hasil pemeriksaan TCM diisi jika ada pengulangan
pemeriksaan sesuai ketentuan Program TBC. Namun apabila tidak terdapat
pengulangan maka baris kedua dikosongkan.

7) Setelah pilih/klik simpan maka akan muncul pada ‘status hasil’ yaitu Lengkap yang
ditandai kotak merah.

3. Pengisian Laporan Bulanan TCM di SITB


Laporan bulanan (Lapbul) TCM adalah tools analisis pelaporan pada tingkat fasyankes
TCM. Pada mulanya pelaporan lapbul TCM dibuat berbasis excel. Sejak Agustus 2021
laporan bulanan TCM di SITB akan digunakan sebagai satu-satunya alat untuk
monitoring data pemeriksaan TCM dimulai pada bulan Agustus 2021.

a. Ketentuan Pengisian Laporan Bulanan TCM


1) Pengisian lapbul TCM di lakukan oleh petugas laboratorium TCM.
2) Pengisian dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal 10 di bulan berikutnya.
Contoh: Data laporan bulanan periode bulan Januari 2022, maksimal diinput
dan dilaporkan di SITB paling lambat setiap tanggal 10 bulan Februari 2022.
3) Lakukan update profil unit TB
a) Data mesin TCM
b) Fungsi dan kemampuan fasyankes
- Admin dinkes kab kota/provinsi harus melakukan update fungsi
fasyankes sebagai lab TCM di SITB (modul referensi).
- Petugas lab melakukan update informasi umum dan mesin TCM
pada modul “profil unit TB”

b. Alur penginputan Laporan Bulanan TCM di SITB


c. Tahapan Input Laporan Bulanan TCM di SITB
1) Update checklist kemampuan lab TCM
Checklist kemampuan lab hanya dapat dilakukan oleh akun level dinas
kesehatan.

a) Menggunakan user admin dinkes kab kota/provinsi


b) Melalui modul “referensi” → Unit TB
c) Cari fasyankes yang akan dilakukan update fungsi dan kemampuan
fasyankes → edit → checklist sebagai lab TCM

2) Update data informasi umum fasyankes


a) Menggunakan user akun fasyankes
b) Melalui modul “profil unit TB”
c) Klik Informasi umum
d) Update data pada bagian edit unit TBC

3) Pengisian informasi data ketersediaan mesin TCM

a) Menggunakan user akun fasyankes bagian laboratorium


b) Melalui modul “profil unit TB”
c) Klik Informasi umum
d) Update data pada sub menu ‘Mesin TCM’

Pengisian Serial Number (SN):

Untuk mengupdate sub menu mesin TCM, variable yang perlu dilengkapi
adalah SN mesin TCM yang dapat dilihat pada bagian belakang mesin TCM
atau pada installation qualification report (IQ Report) yang didapat saat
instalasi alat.
4) Input Laporan Bulanan TCM
a) Melalui modul “laboratorium” → pilih menu “laporan bulanan TCM”
b) Klik tambah.
Periode Pelaporan

Input periode tahun dan bulan pelaporan

Bagian 1

Input kondisi modul (baik/rusak) sesuai


dengan kondisi pada bulan pelaporan

Bagian 2

1. Input jumlah kartrid yang diterima pada


periode pelaporan dan jumlah kartrid
diterima dari relokasi → stok kartrid yang
diterima pada periode pelaporan

2. Input jumlah kartrid rusak pada periode


pelaporan dan jumlah kartrid direlokasi →
stok kartrid yang berkurang pada periode
pelaporan

3. Input Jumlah sisa kartrid bulan


sebelumnya

4. Jumlah pemeriksaan TCM TB →


otomatis tertarik dari data hasil
pemeriksaan TCM yang telah diinput di
SITB per terduga/pasien
5. Sisa kartrid bulan ini: otomatis akan
terhitung dari stok kartrid dikurang
dengan jumlah pemeriksaan TCM TB
pada periode pelaporan

6. Jumlah modul TCM yang digunakan:


otomatis akan menyesuaikan dengan
kondisi modul yang telah diinput pada
bagian 1.

Catatan: apabila tidak terdapat


perubahan pada jumlah kartrid yang
diterima, jumlah kartrid diterima dari
relokasi, jumlah kartrid rusak, jumlah
kartrid direlokasi, dan sisa kartrid bulan
sebelumnya maka diisi dengan angka nol
‘0’. Apabila tidak diisi maka lapbul tidak
dapat disimpan.
Bagian 3

Pada bagian ini akan otomatis tertarik dari


data hasil pemeriksaan TCM yang telah
diinput di SITB per terduga/pasien.

Total pada bagian ini adalah penjumlahan


dari kolom TB dan TB RO saja.
Sedangkan untuk TB HIV, TB Anak, TB
DM, TB EP, dan lainnya sudah masuk
pada kolom TB.
Bagian 4

Apabila terdapat pemeriksaan TCM selain


TB seperti VL-HIV, VL-HCV, COVID-19
dll maka dapat diinput jumlahnya pada
bagian ini.
Bagian 5

Apabila pada periode pelaporan terdapat


hasil pemeriksaan error maka diinput
pada bagian ini.

Kode error dan jumlah yg diinput


disesuaikan dengan hasil error yang
keluar pada software GxDx.

Total pada bagian ini harus sama dengan


jumlah error pada bagian 3, apabila tidak
sama maka lapbul tidak akan dapat
disimpan.

Bagian 6

Kapasitas maksimal penggunaan TCM


per bulan dihitung berdasarkan jumlah
modul yang digunakan dikali dengan 50
(3 running per hari x 20 hari kerja per
bulan x 80%).

Tingkat penggunaan TCM TB: Jumlah


pemeriksaan TCM / kapasitas TCM x
100%

Tingkat error: jumlah error/ jumlah


pemeriksaan TCM x 100%

VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 9
Manajemen Logistik Laboratorium TBC

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan manajemen
logistik laboratorium TBC.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melakukan pengelolaan logistik laboratorium TBC
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan logistik laboratorium di SITB
c. Melakukan pengawasan mutu logistik laboratorium TBC

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Pengelolaan logistik laboratorium TBC
a. Perencanaan barang habis pakai
b. Pengadaan barang habis pakai
c. Penyimpanan barang habis pakai
d. Permintaan barang habis pakai
2. Pencatatan dan pelaporan logistik laboratorium di SITB
3. Pengawasan mutu logistik laboratorium TBC

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah Pendapat
3. Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Jaringan Internet
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Modul
10. Panduan latihan
11. Lembar kasus
12. Sistem informasi tuberkulosis (SITB)

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pengelolaan Logistik Laboratorium TBC

Manajemen logistik lab TBC merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menjamin agar logistik tersedia di setiap layanan pada saat dibutuhkan
dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Kegiatan pengelolaan logistik
dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, sampai
dengan penggunaan, serta adanya sistem manajemen pendukung yaitu
organisasi, dana, sistem informasi, sumber daya manusia dan juga mutu.

Logistik yang terkait dengan laboratorium TCM TBC adalah alat TCM, kartrid, UPS,
dan printer yang masuk dalam logistik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

a. Perencanaan barang habis pakai


Perencanaan terdiri dari proses penilaian kebutuhan, menentukan sasaran,
menetapkan tujuan dan target, menentukan strategi, dan sumber daya yang
akan digunakan. Perencanaan logistik berdasarkan kebutuhan program TB
(program oriented) bukan berdasarkan kebutuhan biaya (budget oriented).
Proses pelaksanaan perencanaan logistik Non OAT dapat dilaksanakan di
setiap tingkatan dengan memperhitungkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Spesifikasi barang
2) Tanggal kedaluwarsa barang
3) Jumlah kebutuhan berdasarkan konsumsi per bulan yang disesuaikan
dengan target dan konsumsi sebelumnya
4) Stok yang tersedia yang masih dapat digunakan
5) Stok yang diperkirakan akan datang / stock in pipeline
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan kartrid TCM
meliputi:
1) Menghitung kebutuhan kartrid menggunakan kapasitas mesin optimal
2) Menghitung kebutuhan kartrid berdasarkan target utilisasi mesin TCM
3) Menghitung kebutuhan kartrid berdasarkan target penemuan kasus
TBC.

b. Pengadaan barang habis pakai


1) Pengadaan yang baik harus dapat memastikan kartrid TCM yang
diadakan sesuai dengan spesifikasi, jumlah, tepat waktu sesuai dengan
kontrak/perjanjian kerja dan harga yang kompetitif.
2) Pengadaan kartrid bersumber dari dana APBN dan sumber lainnya
yang sah sesuai peraturan.
3) Pengadaan kartrid TCM dilakukan melalui pendanaan DAK yang
dilakukan di Kabupaten / Kota terpilih dan pengadaan buffer stok pusat.
4) Pengadaan melalui DAK harus mempertimbangkan stok yang dimiliki,
utilisasi mesin TCM, target pasien yang akan ditemukan, leadtime
kedatangan kartrid dan buffer stok.
5) Masa “selflife”/pakai kartrid TCM hasil pengadaan minimal 18 bulan.

c. Penyimpanan barang habis pakai


Tersedia ruangan yang cukup untuk penyimpanan setiap jenis
barang/logistik yang akan disimpan sesuai persyaratan, antara lain:
1) Tersedia cukup ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan.
2) Mempunyai ventilasi yang cukup dan dilengkapi dengan penghalang
sinar matahari langsung.
3) Tersedia alat pengukur suhu (Termometer) dan pengukur kelembaban
(Higrometer).
4) Tersedia alat pengatur suhu ruangan (AC, kipas, exhaustfan).

Penyimpanan dan penerimaan kartrid TCM:


1) Penerimaan
a) SBBK (setelah di tandatangan, segera dikirim kembali ke pengirim
barang).
b) Cek kartrid yg diterima: Jumlah (sesuai SBBK) & kondisi-nya.
2) Penyimpanan
a) Sesuai kebijakan Kemenkes: “One Gate Policy” di unit instalasi
farmasi (IF): Dinkes Prov, Kab/Kota, RS, Puskesmas.
b) Tempat penyimpanan (Gudang/IF) memenuhi syarat “Cara
Penyimpanan Logistik yg Baik”.
c) Kartrid disimpan disuhu 2-28oC
d) Dilengkapi dgn pencatatan: kartu stok, dicatat dlm buku inventaris
barang, dll.

d. Permintaan dan distribusi

1) Distribusi dari Pusat dilaksanakan atas permintaan dari Dinas


Kesehatan Provinsi.
2) Distribusi dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota atas permintaan
Kabupaten/ Kota.
3) Distribusi dari Kabupaten/Kota berdasarkan permintaan Fasyankes.
4) Setelah ada kepastian jumlah logistik yang akan didistribusikan,
maka satuan kerja pengirim akan menyampaikan surat
pemberitahuan kepada satuan kerja penerima mengenai jumlah,
jenis, dan waktu pengiriman logistik.
5) Membuat SBBK dan BAST (Berita Acara Serah Terima).
6) Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan logistik maka satuan kerja
penerima menginformasikan ke satuan kerja pengirim untuk
dilakukan relokasi atau penambahan logistik tersebut.
7) Proses distribusi ke tempat tujuan harus memperhatikan
sarana/transportasi pengiriman yang memenuhi syarat sesuai
ketentuan obat atau logistik lainnya yang dikirim.
8) Penerimaan logistik dilaksanakan pada jam kerja.
9) Penetapan frekuensi pengiriman logistik haruslah memperhatikan
antara lain anggaran yang tersedia, jarak dan kondisi geografis,
fasilitas gudang, dan sarana yang ada.

Hal-hal dan tahapan yang harus diperhatikan dalam proses pendistribusian


logistik TBC adalah:
1) Distribusi dari Pusat dilaksanakan atas permintaan dari Dinas
Kesehatan Provinsi.
2) Distribusi dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota atas permintaan
Kabupaten/ Kota.
3) Distribusi dari Kabupaten/Kota berdasarkan permintaan Fasyankes.
4) Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Berita Acara Serah
Terima (BAST).
5) Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan logistik maka satuan kerja
penerima menginformasikan ke satuan kerja pengirim untuk dilakukan
relokasi atau penambahan logistik tersebut.
6) Proses distribusi ke tempat tujuan harus memperhatikan
sarana/transportasi pengiriman yang memenuhi syarat sesuai
ketentuan obat atau logistik lainnya yang dikirim.
7) Penerimaan logistik dilaksanakan pada jam kerja.
Jadwal permintaan logistik TBC:

Menghitung kebutuhan Kartrid per-Triwulan :

(Kebutuhan 1 triwulan - Sisa stok) + Stok pengaman 5%

Contoh Perhitungan Berdasarkan Kapasitas Maksimum Mesin :


• 1 Mesin TCM memiliki 4 modul
• 1 Modul dapat melakukan pemeriksaan 50 sample setiap bulan
• Jumlah maksimum pemeriksaan perbulan: 4 x 50 = 200 Cartidge
• Pemeriksaan kartrid per triwulan: 4 x 50 x 3 bulan = 600 kartrid
• Sisa stock: 100
• Jumlah Kebutuhan = 600 – 100 = 500
• Buffer Stok 5%: 500 x 0,05 = 50
Maka permintaan: 500 + 50 = 550 kartrid

Bila diperkirakan kartrid akan habis sebelum akhir triwulan/jadwal berikutnya (terjadi
penyerapan “kartrid” yg tinggi), segera buat permintaan kembali. JANGAN setelah
Kartrid Habis/Kosong baru melakukan permintaan. Lakukan evaluasi
(validasi/rasionalisasi) perhitungan kebutuhan sesuai “history” penggunaan triwulan
sebelumnya, dan perkiraan target/sasaran pemeriksaan kartrid utk permintaan
triwulan berikutnya.

2. Pencatatan dan pelaporan logistik laboratorium di SITB


Pencatatan dan pelaporan menggunakan software SITB dilakukan di seluruh tingkat
mulai dari fasilitas kesehatan sampai pada level Kementerian Kesehatan, melalui
alamat website: SITB.id/sitb/app.

Pencatatan dilakukan untuk semua transaksi logistik di SITB:


1) Permintaan
2) Penerimaan
3) Pengiriman
4) Pemakaian
5) Penyesuaian Stok
6) Stok Opname
Dashboard monitoring logistik Non OAT di SITB:
Alat bantu monitoring logistik TBC di SITB:

3. Pengawasan mutu logistik laboratorium TBC


Pengawasan mutu didefinisikan sebagai suatu konsep pengawasan yang mencakup
segala aspek yang secara individual atau bersama-sama dapat mempengaruhi mutu
suatu produk. Pengawasan mutu post market dilakukan di setiap tingkatan pelaksana
pengelolaan logistik TB, mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga Fasilitas
Pelayanan Kesehatan bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM).

VIII. REFERENSI
1. Perpres No 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Permenkes No 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
3. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

Khusus Fasilitator

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 1
Teknologi dan Instalasi Alat TCM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat memahami teknologi dan
instalasi alat TCM.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan teknologi dan komponen sistem TCM
2. Menjelaskan prinsip kerja dan prosedur instalasi alat TCM
3. Menjelaskan prasyarat penempatan alat TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Teknologi dan Komponen Sistem TCM
a. Teknologi alat TCM (6 color dan 10 color)
b. Komponen sistem TCM

2. Prinsip Kerja dan prosedur instalasi Alat TCM


a. Prinsip kerja alat TCM
b. Prosedur instalasi alat TCM
3. Menjelaskan Prasyarat Penempatan Alat TCM
a. Sumber listrik
b. Keamanan ruangan
c. Suhu ruangan
d. Tempat penyimpanan kartrid
e. Kebersihan ruangan

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Modul
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.

VII. URAIAN MATERI


1. Teknologi dan Komponen Sistem TCM
a. Teknologi Alat TCM
Genexpert merupakan metode deteksi molekuler berbasis real-time PCR dengan
pembacaan fluoresensi, tanpa perpindahan cairan antara kartrid dengan alat (closed
system), menggunakan teknologi ultrasonic horn untuk melisiskan membran sel
bakteri, sistem internal control yang terintegrasi dalam kartrid serta dapat mereduksi
data dan interpretasi hasil secara otomatis.

b. Komponen Sistem GeneXpert


1) Alat GeneXpert
2) Sistem Komputer: Monitor dengan Software GxDx, CPU dan Barcode
scanner
3) Kabel daya dan kabel lainnya
4) Aksesoris yang direkomendasikan: UPS dan Printer
5) Kartrid Xpert
6) Buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan TCM
c. Instrumen GeneXpert

Jenis GeneXpert berdasarkan jumlah modul yang tersedia yaitu GX-1 (1


modul), GX-2 (2 modul), GX-4 (4 modul), GX-16 (16 modul) dan GX-Infinity (48
atau 80 modul).

GeneXpert Instrument 10-color

1) Visual alat GeneXpert 10 color yang membedakan dengan 6 color adalah


terdapat lis biru pada modulnya.
2) GeneXpert 10 color memiliki target gen yang lebih banyak dibandingkan
dengan 6 color, yaitu dengan menggunakan kartrid Xpert MTB/XDR dapat
mendeteksi MTB dan resistansi terhadap INH, obat lini dua golongan
fluorokuinolon dan obat injeksi lini dua (amikasin, kanamisin, kapreomisin)
dan etionamid secara bersamaan.
3) GeneXpert 10 color hanya dapat digunakan pada geneXpert Dx Software
v4.7b atau lebih tinggi.
d. Xpert Assay

Jenis kartrid Xpert yang dapat digunakan untuk pemeriksaan tuberkulosis meliputi
Xpert MTB/RIF, Xpert MTB/RIF Ultra, dan Xpert MTB/XDR.

Xpert Assay MTB/RIF


1) Penggunaan
Xpert MTB/RIF berfungsi untuk mendeteksi keberadaan dari kompleks DNA
bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) dan resistensi (kekebalan) bakteri
tersebut terhadap pengobatan dengan Rifampisin. Xpert MTB/RIF mendeteksi
gen rpoB (dan mutasi yang terjadi, apabila ditemukan) yang berhubungan
dengan resistensi bakteri MTB terhadap Rifampisin.

2) Sampel
a) Jumlah minimum sampel yang digunakan adalah 1 (satu) mL.
b) Sampel harus murni dahak (sputum). Dilarang menggunakan sampel
yang mengandung partikel makanan dan/atau partikel padat lain.
c) Sampel dapat disimpan selama: 3 hari pada suhu 35°C atau 4 – 10 hari
pada suhu 4°C.
d) Untuk sampel pengiriman, selama proses transportasi sampel harus
disimpan pada suhu 2 – 8 °C.

3) Reagen (Kit Assay Xpert MTB/RIF)


a) Kit disimpan pada suhu 2 – 28 °C.
b) Satu paket kit terdiri dari: 5 pak kartrid (masing-masing pak berisi 10
kartrid), satu kotak Sample Reagent (SR) berisi 50 botol kecil, 5 pak
pipet (masing-masing pak berisi 12 pipet 2mL) dan 1 CD ADF.

4) Reagen dan Sistem Kontrol

5) Deteksi Mutasi pada Gen rpoB oleh Xpert MTB / RIF

5 - Probes berikatan dengan wild type (tidak berikatan dengan DNA mutant)
1 - Probe untuk SPC (Bacillus globigii)
6 - fluorescent dyes terdeteksi secara bersamaan
6) Alur Proses Kerja Kartrid

7) Algoritma Deteksi pada Kartrid

8) Interpretasi Hasil
2. Prasyarat Penempatan Alat TCM
a. Prasyarat Ruangan Laboratorium GeneXpert

1) Ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.


2) Terdapat pendingin ruangan (AC) dan exhaust fan atau ventilasi untuk udara
keluar.
3) Suhu ruangan harus dapat dikontrol antara 15°-25°C.
4) Ruangan bersih, tidak berdebu, dan tidak lembab.
5) Terdapat minimal 2 sumber listrik dekat dengan alat.
6) Preparasi sampel dapat dilakukan di ruang kotor atau ruang pewarnaan BTA
(jika ada), atau dapat dilakukan berdekatan dengan instrumen GeneXpert.
7) Upayakan ketersediaan listrik yang memadai.

Peralatan yang bersifat opsional dimiliki laboratorium pelaksana TCM TB adalah:


1) Biosafety cabinet (BSC), minimal BSC kelas II-A, biocontainment centrifuge
2) Vortex

b. Prasyarat Penempatan GeneXpert


1) Alat harus diletakkan pada meja yang kokoh.
2) Alat dapat diletakkan bersamaan dengan alat lab lain (tidak membutuhkan
perlakuan khusus), kecuali berdekatan dengan alat yang menimbulkan getaran
seperti Centrifuge atau berdekatan dengan meminbulkan panas seperti Water
Bath.
3) Alat tidak boleh terkena angin langsung dari AC dan/atau terkena paparan sinar
matahari langsung.
4) Diupayakan alat tidak dabawah AC langsung untuk mengantisipasi terkena
tetesan air dari AC.
5) Beri jarak antara alat dengan tembok atau dengan alat lain 10-15 cm untuk
menjaga sirkulasi yang baik.

3. Prosedur Instalasi Alat TCM


Hal yang perlu diperhatikan:
1) Penyimpanan alat (sebelum instalasi alat) harus dilakukan dengan baik dan
benar.
2) Hindari penyimpanan di tempat panas (misal. Gudang atau terpapar sinar
matahari langsung) dan jangan dibanting.
3) Dilarang membongkar alat dari kemasan (palet kayu) tanpa pendampingan
teknisi.

Berikut langkah-langkah instalasi alat TCM:


1) Keluarkan seluruh komponen alat dari dalam kotak.

Alat TCM tersimpan di dalam dua kotak berbeda. Kotak pertama berisi alat TCM,
barcode scanner, dan kabel. Kotak kedua berisi monitor, hard drive, keyboard,
mouse, dan kabel.
2) Letakan alat pada meja yang stabil dan kuat.
3) Susun seluruh peralatan dengan urutan sebagai berikut:
Hard disk– barcode scanner - komputer – TCM – UPS atau UPS – TCM –
komputer – barcode scanner – hard disk.
a) Pasang kabel UPS langsung ke sumber listrik
b) Pasang kabel power TCM, monitor, dan hard drive ke UPS
c) Hubungkan monitor ke hard disk
d) Hubungkan hard disk ke alat TCM
e) Hubungkan kabel barcode scanner, mouse, dan keyboard ke hard disk
f) Pasang kabel sesuai dengan port-nya.

VII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan TB Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia.
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 2
Alur Pemeriksaan untuk Diagnosis Tuberkulosis

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat memahami alur
pemeriksaan untuk diagnosis tuberkulosis.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan alur pemeriksaan untuk diagnosis tuberkulosis
2. Menjelaskan alur tindak lanjut pemeriksaan tuberkulosis

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Alur pemeriksaan untuk diagnosis tuberkulosis
2. Alur tindak lanjut pemeriksaan tuberkulosis
a. Sensitif obat
b. Resistan obat

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Modul

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Alur Pemeriksaan untuk Diagnosis TBC
Gold standar pemeriksaan tuberkulosis adalah pemeriksaan biakan, karena dapat
mendeteksi kuman MTB yang masih hidup. Sedangkan TCM tidak dapat membedakan
antara MTB hidup dan mati, sedangkan pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
membedakan antara MTB dengan kuman lingkungan.
Alur diagnosis TBC dan TBC RO mengacu pada Surat Edaran (SE) Direktorat
Jenderal P2P Nomor HK.02.02/III.I/936/2021 adalah sebagai berikut:
a. TCM adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk penegakan diagnosis
TBC.
b. Pemeriksaan TCM digunakan untuk mendiagnosis TBC, baik TBC paru maupun
TBC ekstra paru, baik riwayat pengobatan TBC baru maupun yang memiliki riwayat
pengobatan TBC sebelumnya, dan pada semua golongan umur termasuk pada
ODHA.
c. Pemeriksaan TCM dilakukan dari spesimen dahak (untuk terduga TBC paru) dan
non dahak (untuk terduga TBC ekstra paru, yaitu dari cairan serebro spinal, kelenjar
limfe dan jaringan).
d. Seluruh terduga TBC harus dilakukan pemeriksaan TCM pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang saat ini sudah mempunyai alat TCM.
e. Jumlah dahak yang dikumpulkan adalah 2 (dua) dahak. Standar kualitas dahak
yang digunakan adalah dahak dengan volume 3-5 ml dan mukopurulen.
f. Hasil pemeriksaan TCM terdiri dari MTB pos Rif resistan, MTB pos Rif sensitif, MTB
pos Rif indeterminate, MTB negatif dan hasil gagal (error, invalid, no result).
Beberapa ketentuan terkait hasil pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pasien dengan hasil MTB pos, Rif Resistan berdasarkan riwayat pengobatannya
terdiri dari:
a) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC baru atau tidak ada kontak erat
dengan TBC RO harus dilakukan pengulangan TCM sebanyak 1 kali, dan
hasil pengulangan yang memberikan hasil MTB pos yang menjadi acuan.
b) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC baru dengan riwayat kontak erat
dengan pasien TBC RO atau terduga TBC dengan riwayat pengobatan
sebelumnya dinyatakan sebagai pasien TBC Rifampisin resistan dan
selanjutnya dilakukan inisiasi pengobatan TBC RO.
c) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC ekstra paru tanpa riwayat
pengobatan TBC sebelumnya sebaiknya diulang TCM sebanyak 1 kali
dengan spesimen yang berbeda. Apabila tidak dimungkinkan untuk
dilakukan pengulangan terkait kesulitan mendapatkan spesimen baru,
pertimbangkan kondisi klinis pasien.

Terduga TBC

Pemeriksaan
TCM

MTB pos MTB pos MTB pos Rif MTB No result,


Rif Rif sensitif **) Indeterminate**) Negatif error, invalid
resistan*)

Pemeriksaan Pemeriksaan
radiologis / ulang TCM
Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan antibiotik ***)
uji kepekaan
molekuler paket standar INH pasien dengan spektrum
(LPA lini dua / uji kepekaan luas
riwayat pengobatan
TCM XDR dll.) fenotipik Pemeriksaan ulang
sebelumnya
TCM dan
sesuaikan
pengobatan
berdasarkan hasil
TCM

Sensitif Abnormalitas paru


Resisten Sensitif Gambaran paru
terhadap obat Resisten yang mengarah
gol. terhadap obat tampak normal/
INH INH ke TBC / tidak ada
gol. flurokuinolon perbaikan klinis
flurokuinolon perbaikan klinis

Pengobatan Pengobatan Pengobatan Lanjutkan


Pengobatan
TBC RO TBC RO TBC pengobata
TBC SO dengan Bukan TBC
paduan paduan monoresist n OAT lini
OAT lini satu
jangka pendek individu en INH satu

*) Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan **) Inisiasi ***) Pengulangan hanya 1
riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos pengobatan dengan kali. Hasil pengulangan
Rif resisten dari kriteria terduga TBC baru harus diulang OAT lini satu yang menjadi acuan
dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil MTB
pos) yang menjadi acuan

2) Pasien yang terkonfirmasi sebagai pasien TBC Rifampisin resistan akan


dilanjutkan dengan pemeriksaan molekuler (LPA lini dua atau TCM XDR) dan
pemeriksaan paket standar uji kepekaan fenotipik.
Fasilitas pelayanan kesehatan akan mengirimkan spesimen dahak dari pasien
tersebut ke laboratorium rujukan sesuai jejaring rujukan yang berlaku. Hasil
pemeriksaan ini akan menentukan paduan pengobatan TBC RO yang akan
diberikan terhadap pasien.
3) Pasien dengan hasil MTB pos Rif sensitif berdasarkan riwayat pengobatannya
terdiri dari:
a) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC baru akan dilakukan inisiasi
pengobatan dengan OAT kategori 1.
b) Pasien berasal dari kriteria terduga TBC dengan riwayat pengobatan
sebelumnya (kambuh, gagal, loss to follow up, tidak konversi) akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan uji kepekaan terhadap INH. Inisiasi atau
melanjutkan pengobatan dengan OAT Kategori 1 dilakukan sambil
menunggu hasil uji kepekaan terhadap INH. Apabila hasil uji kepekaan
menunjukkan INH resistan akan diberikan paduan pengobatan TBC
monoresistan INH.
4) Pasien dengan hasil MTB indeterminate akan dilakukan pengulangan oleh
laboratorium TCM sebanyak 1 kali untuk memastikan status resistansi terhadap
rifampisin. Gunakan dahak dengan kualitas baik yaitu volume 3-5 ml dan
mukopurulen.
5) Pasien dengan hasil TCM gagal (invalid, error, no result) akan dilakukan
pengulangan oleh laboratorium TCM untuk memastikan pasien positif atau
negatif TBC dan mengetahui status resistansi terhadap rifampisin. Gunakan sisa
sampel jika masih tersedia. Pada kondisi volume sampel kurang dari 2 ml,
gunakan dahak kedua. Apabila dahak kedua tidak tersedia, kumpulkan dahak
baru dengan kualitas baik yaitu volume 3-5 ml dan mukopurulen.
6) Pasien dengan hasil MTB negatif dapat dilakukan pemeriksaan foto toraks
dan/atau pemberian antibiotik spektrum luas. Pasien tersebut dapat didiagnosis
sebagai TBC klinis sesuai pertimbangan klinisi.
7) Penegakan diagnosis TBC secara klinis harus didahului dengan pemeriksaan
bakteriologis sesuai dengan butir a di atas.
8) Fasilitas pelayanan kesehatan bersama dinas kesehatan setempat harus
mengevaluasi proporsi pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis dibandingkan
dengan pasien TBC terkonfirmasi klinis. Proporsi antara terkonfirmasi
bakteriologis dan terdiagnosis klinis idealnya adalah 60:40.
g. Fasilitas pelayanan kesehatan yang belum/tidak mempunyai TCM, harus merujuk
terduga TBC atau dahak dari terduga TBC tersebut ke fasilitas pelayanan kesehatan
TCM. Merujuk dahak lebih direkomendasikan dibanding merujuk terduga TBC terkait
alasan pengendalian infeksi.
h. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota mengatur jejaring rujukan dan
menetapkan fasilitas pelayanan kesehatan TCM menjadi pusat rujukan pemeriksaan
TCM bagi fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.
i. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan sumber daya di fasilitas
pelayanan kesehatan yang akan mengoperasikan TCM.
j. Jika fasilitas pelayanan kesehatan mengalami kendala mengakses layanan TCM
berupa kesulitan transportasi, jarak dan kendala geografis maka penegakan diagnosis
dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
k. Pasien TBC yang terdiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan
pemeriksaan lanjutan menggunakan TCM. Dinas kesehatan berperan mengatur
jejaring rujukan spesimen ke fasilitas pelayanan kesehatan TCM terdekat. Jumlah
dahak yang dikirimkan adalah sebanyak 2 dahak. Pemeriksaan TCM ini bertujuan
untuk mengetahui status resistansi terhadap Rifampisin.

2. Faktor Risiko Terduga TBC Resistan Obat

Faktor risiko ini didasarkan pada faktor risiko kejadian TBC RO, berbeda dengan
hasil pemeriksaan yang keluar dari mesin TCM. Hasil pemeriksaan very
low/low/medium/high yang berasal dari TCM mengindikasikan jumlah kandungan bakteri
dalam sampel yang diperiksa bersifat semikuantitatif. Pengulangan TCM didasarkan
pada faktor risiko kejadian TBC RO, bukan dari jumlah kandungan bakteri pada sampel
yang diperiksa. Berdasarkan fasktor risiko kejadian TBC RO, terduga TB dibedakan
menjadi terduga TBC RO risiko rendah/ Terduga TBC SO dan terduga TBC RO risiko
tinggi.

a. Terduga TBC RO Risiko Rendah (Low Risk Group TBC RO)


Terduga yang masuk dalam kriteria ini adalah teduga TB baru, terduga TB anak,
terduga TB dari pasien DM, dan terduga TB dari ODHA. Pemeriksaan TCM untuk terduga
TB RO risiko rendah adalah sebagai berikut:
Risiko Rendah TB RO
Ket:
2 dahak (1) Hasil pemeriksaan ke-1
(2) Hasil pemeriksaan ke-2
Pemeriksaan TCM
1 dahak (1)

TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak

Ulangi TCM 1x Ulangi (2)


(2) TCM 1x

Invalid/
TB, TB, TB, Neg Indet
TB, Negatif/Invalid/ Indet No
Rif no result/ error Rif Rif
Rif result/
Res Res Sen
Sen error

TCM tdk boleh TCM tdk boleh


diulang lagi diulang lagi
Tindak lanjut hasil Tindak lanjut hasil
pemeriksaan TCM pemeriksaan TCM
lebih detil dibagian bawah lebih detil dibagian bawah

1) Jumlah dahak yang dikumpulkan untuk pemeriksaan TCM sebanyak 2 dahak.


Satu dahak digunakan untuk pemeriksaan ke-1, apabila hasil pemeriksaan ke-1
dari terduga TBC RO risiko rendah adalah MTB Pos Rif Resistan, MTB pos Rif
Indeterminate, dan hasil gagal (error, invalid, no result), maka perlu dilakukan
pengulangan pemeriksaan 1x lagi.
2) Pemeriksaan ke-2 dapat menggunakan 1 dahak lagi, dengan hasil akhir dan terapi
pengobatan yang diambil setelah dilakukan pemeriksaan ke-2 adalah sebagai
berikut:

Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Hasil Akhir Terapi Pengobatan
Ke-1 Ke-2
Rif Res Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Indeterminate MTB Pos TB SO
Negatif/Invalid/no MTB Pos TB SO
result/error
Invalid/no Rif Res MTB Pos TB SO
result/error Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indeterminate MTB Pos TB SO
Invalid/no result/error Invalid/no Keputusan pengobatan
result/error oleh TAK
Indeterminate Rif Res MTB Pos TB SO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif MTB Pos TB SO
Indeterminate MTB Pos TB SO
Invalid/no result/error MTB Pos TB SO

3) Pengulangan TCM hanya diperbolehkan 1x atau tidak diperbolehkan pemeriksaan


TCM ke-3 dan seterusnya.
4) Pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke
fasyankes layanan TBC RO.

b. Terduga TBC RO Risiko Tinggi (High Risk Group TBC RO)


Terduga yang masuk dalam kriteria ini adalah:
1) Terduga TBC RO
a) Pasien TBC gagal kategori 2
b) Pasien TBC kategori 2 yang tidak konversi
c) Pasien TBC dengan riwayat pengobatan TB tidak standar
d) Pasien TBC gagal kategori 1
e) Pasien TBC kategori 1 yang tidak konversi
f) Pasien TBC yang kambuh/relaps
g) Pasien TBC dari kembali setelah putus berobat
h) Terduga TBC yang kontak erat dengan pasien TB-MDR
i) Pasien ko-infeksi TBC HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT
2) Terduga TBC RO dengan riwayat pengobatan sebelumnya
a) Pasien TBC RO yang gagal pengobatan
b) Pasien TBC RO kasus kambuh
c) Pasien TBC RO yang kembali setelah putus berobat
3) Terduga TBC RO anak
Anak dengan gejala TBC disertai salah satu:
a) Kontak erat dengan pasien TBC RO (serumah, sekolah, penitipan anak)
b) Kontak erat dengan pasien meninggal akibat TBC, gagal pengobatan,
tidak patuh berobat, pengobatan kategori 2)
c) Anak dalam terapi OAT 2 – 3 bulan dengan dosis dan ketaatan berobat
namun tidak menunjukkan perbaikan
d) Memiliki riwayat pengobatan sebelumnya
e) Anak TBC HIV tidak responsive dengan pengobatan TBC yang adekuat
Pemeriksaan TCM untuk terduga TB RO risiko tinggi sesuai dengan kriteria diatas
adalah sebagai berikut:
Risiko Rendah TB RO
Ket:
2 dahak (1) Hasil pemeriksaan ke-1
(2) Hasil pemeriksaan ke-2
Pemeriksaan TCM
1 dahak (1)

TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak

Ulangi (2)
TCM 1x

Invalid/
TB, TB, Neg Indet
LPA Lini dua No
Rif Rif
Uji Kepekaan result/
Res Sen error

TCM tdk boleh


diulang lagi

Tindak lanjut hasil


pemeriksaan TCM
lebih detil dibagian bawah

1) Jumlah dahak yang dikumpulkan untuk pemeriksaan TCM sebanyak 2 dahak. 1


dahak digunakan untuk pemeriksaan ke-1, apabila hasil pemeriksaan ke-1 dari
terduga TB RO risiko tinggi adalah MTB pos Rif Indeterminate, dan hasil gagal
(error, invalid, no result), maka perlu dilakukan pengulangan pemeriksaan 1x lagi.
2) Pemeriksaan ke-2 dapat menggunakan 1 dahak lagi, dengan hasil akhir dan terapi
pengobatan yang diambil setelah dilakukan pemeriksaan ke-2 adalah sebagai
berikut:

Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Hasil Akhir Terapi Pengobatan
Ke-1 Ke-2
Invalid/no Rif Res Rif Res TB RO
result/error Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indeterminate Indeterminate Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid/no result/error Invalid/no Keputusan pengobatan oleh TAK
result/error
Indeterminate Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Indeterminate Keputusan pengobatan oleh TAK
Indeterminate Indeterminate Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid/no result/error MTB Pos Keputusan pengobatan oleh TAK
3) Pengulangan TCM hanya diperbolehkan 1x atau tidak diperbolehkan pemeriksaan
TCM ke-3 dan seterusnya.
4) Pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke
fasyankes layanan TB RO.

3. Alur Tindak Lanjut Pemeriksaan TBC


a. TBC Sensitif Obat
Obat Anti TBC (OAT) Kategori 1 fase awal dan lanjutan dengan dosis harian.
OAT Kat 1 dosis harian akan mulai dipergunakan secara bertahap. Pada tahun 2021,
prioritas pemberian OAT ini adalah untuk:
1) Pasien TBC HIV
2) Kasus TBC yang diobati di rumah sakit
3) Kasus TBC dengan hasil MTB positif Rifampisin Sensitif dan Rifampisin
Indeterminate dengan riwayat pengobatan sebelumnya.
b. TBC Resistan Obat
1) Pasien TBC MTB pos Rifampisin Sensitif yang berasal dari kriteria dengan riwayat
pengobatan sebelumnya (kambuh, gagal dan loss to follow up) diobati dengan
OAT Kategori 1 dosis harian.
2) Sejak tahun 2019, Program TBC sudah menyediakan OAT dalam sediaan tablet
dispersible untuk pengobatan TBC RO anak dan TPT anak kontak dengan pasien
TBC RO. Sediaan ini mudah dikonsumsi oleh anak, namun pemanfaatannya masih
terbatas. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota agar melakukan sosialisasi
supaya OAT RO anak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Berikut adalah alur diagnosis dan pengobatan TBC RO:

Panduan pengobatan TBC RO mengacu pada Petunjuk Teknis Penatalaksanaan


Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia tahun 2020.

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler
Tahun 2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia Tahun
2020, Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 3
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium TBC

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan keamanan dan
keselamatan kerja laboratorium TBC.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan prinsip keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.
2. Melaksanakan keamanan dan keselamatan kerja dalam implementasi
alat TCM.

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Prinsip keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium
a. Penularan kuman tuberculosis
b. Penilaian risiko dan tingkat pencegahan
2. Keamanan dan keselamatan kerja dalam implementasi alat TCM
a. Praktik keselamatan kerja pada laboratorium TCM
b. Pembuangan limbah infeksius secara aman

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Penayangan video
4. Simulasi
5. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Modul
9. CD Keamanan & Keselamatan Kerja
10. APD
11. Spill kit
12. Pot dahak
13. Kantong sampah infeksius
14. Alkohol 70%, hipoklorit 0,5%
15. Tisu
16. Panduan simulasi
17. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Prinsip keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium
a. Penularan kuman tuberkulosis
Risiko utama di laboratorium TBC adalah adanya produksi aerosol selama
pengolahan spesimen yang dapat terhirup petugas laboratorium.
Risiko penularan akibat MTB lebih tinggi pada orang yang bekerja di laboratorium
TBC dibandingkan dengan pekerja lab lainnya:
1) 1,4 kali lipat pada pemeriksaan mikroskopis TBC
2) 21,5 kali lipat pada pemeriksaan DST/Uji Kepekaan Fenotipik

b. Penilaian risiko dan tingkat pencegahan


Penilaian risiko adalah telaah sederhana mengenai bahaya yang ditimbulkan saat
bekerja, mengacu pada panduan keselamatan kerja untuk laboratorium TBC oleh
WHO. Penilaian risiko harus mempertimbangkan:
1) Kandungan/jumlah bakteri pada spesimen, dan viabilitas kuman TBC
2) Mode transmisi/penularan TBC
3) Jenis pekerjaan/prosedur yang akan memproduksi aerosol
4) Frekuensi prosedur yang dapat menimbulkan aerosol
5) Beban kerja lab dan SDM di lab
6) Lokasi laboratorium
7) Epidemiologi penyakit dan populasi pasien
8) Tingkat kemampuan dan kompetensi petugas lab
9) Status kesehatan petugas lab (terutama petugas dengan HIV positif)

Langkah-langkah penilaian risiko:


1) Identifikasi potensi bahaya
2) Tentukan siapa saja yang berisiko terkena bahaya dan bagaimana
caranya
3) Evaluasi risiko dan tentukan tindakan pencegahan:
a) Tentukan jarak aman untuk setiap alat
b) Evaluasi kepatuhan petugas untuk mengikuti prosedur keamanan
kerja
c) Evaluasi integritas alat (rusak atau tidak)
4) Catat temuan dan implementasikan jika ada perubahan
5) Kaji kembali penilaian risiko dan perbaharui jika diperlukan
Tingkat risiko laboratorium TBC berdasarkan jenis kegiatan dan penilaian risiko
adalah sebagai berikut:
Tingkat risiko Kegiatan pemeriksaan Penilaian risiko
Rendah Pemeriksaan mikroskopis; Risiko rendah untuk menghasilkan
penyiapan spesimen untuk aerosol yang infeksius dari spesimen;
pemeriksaan TCM konsentrasi partikel infeksius rendah
Sedang Pengolahan dan konsentrasi Risiko sedang untuk menghasilkan
spesimen untuk inokulasi biakan aerosol yang infeksius dari spesimen;
dan uji kepekaan dengan metode konsentrasi partikel infeksius rendah
langsung (misalnya, Uji LPA dari
spesimen dahak)
Tinggi Pengolahan biakan untuk uji Risiko tinggi untuk menghasilkan
identifikasi; Uji Kepekaan atau Uji aerosol yang infeksius; konsentrasi
LPA dari isolat partikel infeksius tinggi

Prosedur pemeriksaan TCM masuk dalam tingkat risiko level rendah dan
membutuhkan tindakan pencegahan yang sama seperti pemeriksaan
mikroskopis. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Bekerja di area dengan ventilasi yang baik.
2) Menggunakan sarung tangan dan jas lab selama mengerjakan spesimen
pasien TBC.
3) Pada faskes dengan beban TB-MDR yang tinggi, penilaian risiko dapat
menentukan apakah perlu ada tambahan prosedur keselamatan di lab
TCM; contohnya penggunaan respirator N95 atau penggunaan BSC.

2. Keamanan dan keselamatan kerja dalam implementasi alat TCM


a. Praktik keselamatan kerja pada laboratorium TCM
1) Pemisahan area laboratorium
a) Area bersih
- Pemeriksaan mikroskopis
- Memasukan kartrid ke alat TCM
- Pencatatan dan penyimpanan
b) Area kotor
- Pembuatan slide dan pewarnaan
- Pengolahan spesimen untuk TCM sampai memasukan spesimen ke
kartrid
c) Area perbatasan bersih dan kotor
Tempat yang berkontak dengan spesimen sebelum melakukan
pemeriksaan TCM.
2) Aliran Udara
a) Pemisahan meja lab
Meja lab yang digunakan untuk pengolahan spesimen untuk pemeriksaan
harus dipisahkan dengan area untuk melakukan kegiatan administrasi.
b) Ventilasi yang memadai
Untuk prosedur berisiko rendah diperlukan ventilasi alami yang cukup
memadai, yaitu aliran udara tidak mengarah ke petugas lab tapi ke area
kerja dan kemudian keluar ruangan. Ketika cuaca tidak memungkinkan
kita untuk membuka jendela lab maka dapat menggunakan exhaust fan
sebagai alternatif. Namun jika ventilasi alami dan exhaust fan tidak
tersedia maka dapat menggunakan meja kerja dengan ventilasi.
Ventilasi yang memadai untuk lab TBC dideskripsikan sebagai aliran udara
terarah dengan pergantian udara 6-12 kali per jam. Aliran udara bergerak
dari area bersih ke area kotor lalu keluar ruangan.
3) Alar Pelindung Diri
a) Gown/Jas Laboratorium
- Dilarang menggunkan jas keluar lab atau membawa jas lab kerumah,
pembersihan dilakukan di tempat kerja.
- Kencangkan jas lab saat digunakan.
- Gunakan ukuran yang sesuai.
- Lakukan pencucian seminggu sekali (minimal, disesuaikan dengan
kebutuhan).
- Jas lab dilakukan laundry di lab/ RS dan sudah di-disinfeksi
sebelumnya.
b) Gloves/ Sarung tangan
- Digunakan saat mengolah spesimen untuk pemeriksaan TCM.
- Gunakan yang powder-free.
- Penggunaan sarung tangan bukan sebagai pengganti prosedur
mencuci tangan: Cuci tangan secara bersih dan teratur tetap
diperlukan.
- Lepas sarung tangan sebelum memegang komputer atau telepon
(untuk menghindari kontaminasi).
- Dilarang menggunakan sarung tangan berulang.
- Dilarang menggunakan sarung tangan keluar dari laboratorium.
c) Respirator/Masker
- Diperlukan sesuai penilaian risiko
- Respirator yan direkomendasikan N95 (NIOSH N95) dan FFP2 (EN
149:2001)
d) Spill Kit
Spill kit yang harus disiapkan di laboratorium TB:
- Instruksi (SPO) pembersihan tumpahan.
- Disinfektan (dibuat setiap hari untuk Hipoklorit 0,5% atau lihat ED-
setiap bulan).
- Forsep, sapu dan serok autoclavable, atau alat mekanik lain untuk
menangani benda tajam.
- Kertas tissue atau bahan penyerap lainnya.
- Kantong Biohazard untuk membuang tumpahan yang terkontaminasi.
- Tempat sampah benda tajam yang kosong.
- Sarung tangan.
- Pelindung wajah (kacamata dan masker atau pelindung wajah).
- Sepatu boots kedap air.

Prosedur pembersihan tumpahan:


A. Tumpahan di luar BSC
- Segera ungsikan, amankan lab, dan informasikan ke manajer lab.
- Biarkan ventilasi/sistem exhaust dalam lab tetap menyala, termasuk dalam BSC.
- Jangan masuk kembali ke lab minimal 30 menit (tempelkan tanda JANGAN
MASUK).
- Sebelum masuk kembali ke lab, gunakan sarung tangan bersih, jas lab bersih,
dan respirator.
- Tutupi tumpahan dengan kain atau kertas penyerap, dan rendam kertas/kain
penyerap dengan disinfektan yang sesuai; tuang disinfektan dari arah luar ke
dalam.
- Berikan disinfektan waktu untuk bekerja optimal (minimal 30-60 menit) sebelum
materi infeksius tadi dibuang.
- Kumpulkan semua kontainer dan bersihkan material yang terkontaminasi
tumpahan dan tempatkan di dalam kantong yang tersedia di spill kit; ikat kantong
dan tempatkan di kontainer untuk diotoklaf (gunakan kontainer yang sesuai
untuk benda tajam/ pecahan kaca).
- Ganti sarung tangan yang telah terkontaminasi; buang bersama dengan limbah
infeksius tadi.
- Bersihkan dan disinfeksi area tumpahan.
- Staf yang terpapar tumpahan harus dirujuk untuk pemeriksaan medis, dan
kejadian rinci terjadinya
- Tumpahan harus tercatat di logbook.

B. Tumpahan di dalam BSC


- Tutup area tumpahan dengan kain atau kertas penyerap, dan tuangkan
disinfektan yang sesuai dari arah luar ke dalam:
• Peralatan dan materi apapun yang terkena cipratan harus dibersihkan
(termasuk bagian dalam interior dan dinding BSC, atau safety buckets)
• Jangan gunakan hipoklorit pada benda terbuat dari metal (korosif).
- Berikan waktu agar disinfektan bekerja sekitar 30-60 menit, sebelum membuang
materi tersebut.
- Di dalam BSC, tempatkan semua kontainer dan buang material ke kantong
plastik yang disediakan dalam spill kit; ikat kantong, dan tempatkan di dalam
kontainer yang akan diotoklaf.
- Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi; buang sarung tangan bersama
dengan limbah infeksius tadi.
- Staf yang terpapar tumpahan harus dirujuk untuk pemeriksaan medis, dan
kejadian rinci tentang kecelakaan tersebut harus tercatat di logbook

C. Tumpahan di dalam sealed buckets


- Selalu gunakan sentrifus dengan sealed buckets.
- Buka buckets di dalam BSC.

b. Pembuangan limbah infeksius secara aman


1) Selesai bekerja, segel materi yang terkontaminasi (seperti pot dahak bekas,
pipet dan kartrid bekas) ke dalam kantong bertanda biohazard, dan otoklaf atau
insenerasi atau kubur dengan segera.
2) Perhatian: membakar plastik dapat melepaskan toksin yang berbahaya bagi
pernafasan.
3) Dekontaminasi pipet transfer menggunakan disinfektan yang sesuai sebelum
dibuang.
VIII. REFERENSI
1. Tuberculosis Laboratory Biosafety Manual Tahun 2012, WHO
2. Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
3. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI

IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Pelatihan Inti 3
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium TBC

PANDUAN SIMULASI
Tujuan Setelah mengikuti studi kasus, peserta mampu melakukan keamanan dan
keselamatan kerja laboratorium TBC .
Bahan dan Alat:
1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. APD (sarung tangan, jas lab bukaan belakang, masker)
9. Spill kit
10. Pot dahak
11. Kantong sampah infeksius
12. Alkohol 70%, hipoklorit 0,5% 13. Tisu

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Setiap kelompok didampingi oleh 1 orang instruktur
3. Setiap kelompok mensimulasikan:
a. Peserta menunjukkan jenis-jenis APD yang digunakan
b. Peserta menunjukkan persyaratan ruangan yang digunakan untuk Alat
TCM
c. Prosedur pembersihan tumpahan spesimen
d. Prosedur pembuangan kartrid dan dahak
4. Total waktu penugasan simulasi 90 menit / 2 JPL
5. Setiap kelompok melakukan simulasi selama waktu 60 Menit
6. Fasilitator memberian masukan terkait hasil simulasi (30 menit)

Waktu:
2 JPL x 45 menit : 90 menit

Formulir Simulasi

No Kegiatan simulasi yang dinilai Nama Peserta

1 Cara menggunakan APD (sarung tangan, jas lab,


respirator, spill kit)

2 Presentasi persyaratan ruangan yang digunakan


untuk menempatkan alat TCM

3 Cara membersihkan tumpahan spesimen

4 Cara membuang kartrid dan dahak

Nilai:
Sangat Kurang: < 50
Kurang : 50-59
Cukup : 60-69
Baik : 70-79
Sangat Baik : > 80
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 4
Penanganan Spesimen (Pre Analisis)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan penanganan
spesimen (pre-analisis).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan jenis spesimen untuk pemeriksaan laboratorium TBC.
2. Melaksanakan pengumpulan spesimen dahak.
3. Melakukan pengemasan dan pengiriman spesimen dahak ke
laboratorium rujukan.
4. Melakukan penerimaan dan penyimpanan spesimen dahak.

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Jenis spesimen untuk pemeriksaan laboratorium TBC
2. Pengumpulan spesimen dahak
3. Pengemasan dan pengiriman spesimen dahak ke laboratorium rujukan
a. Pengemasan dahak
b. Pelabelan pot
c. Jejaring transportasi spesimen
d. Pengiriman dahak ke laboratorium rujukan TCM
4. Penerimaan dan penyimpanan spesimen dahak
a. Penerimaan spesimen dahak
b. Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian spesimen yang diterima
dan formulir TB.05 di SITB
c. Penyimpanan spesimen dahak

IV. METODE
1. CTJ
2. Penayangan video
3. Simulasi
4. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Video
10. Spesimen dahak
11. Pot dahak
12. Spesimen box dan kelengkapannya
13. Daftar tilik simulasi
14. Panduan Simulasi
15. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Jenis Spesimen untuk Pemeriksaan Laboratorium TBC
a. Spesimen Dahak
Jumlah dahak yang dikumpulkan adalah 2 (dua) dahak yaitu Sewaktu – Sewaktu,
Sewaktu – Pagi maupun Pagi – Sewaktu, dengan jarak 1 jam dari pengambilan
dahak pertama ke pengambilan dahak kedua.
1) Pengambilan spesimen Sewaktu – Pagi: Dahak pertama diambil
SEWAKTU pada saat pasien berkunjung ke fasyankes, lalu diberi pot
dahak pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan dahak
PAGI hari berikutnya.
2) Pengambilan spesimen Pagi – Sewaktu: Pada hari pertama pasien
diberi pot dahak untuk pengambilan dahak keesokan harinya, kemudian
pasien berdahak pada PAGI hari setelah bangun tidur dan membawa
spesimen dahak ke laboratorium, kemudian pasien diberi pot dahak
untuk pengambilan dahak SEWAKTU.
3) Pengambilan spesimen Sewaktu – Sewaktu: Dahak pertama diambil
SEWAKTU pada saat pasien berkunjung ke fasyankes, kemudian
pasien menunggu 1 jam setelah pengambilan dahak pertama dan
pasien diberi pot dahak untuk pengambilan dahak SEWAKTU kedua.

Standar kualitas dahak yang digunakan adalah:


1) Volume 3 - 5 ml
2) Mukopurulen

b. Spesimen Non Dahak


Jenis spesimen non dahak yang digunakan untuk pemeriksaan TCM pada terduga
TBC ekstra paru adalah cairan serebrospinal, kelenjar limfe dan jaringan.

c. Spesimen TCM pada Anak


Untuk diagnosis TBC pada anak, spesimen yang dapat digunakan adalah:
1) Dahak baik berdahak langsung maupun induksi sputum
2) Bilas lambung
2. Pengumpulan Spesimen Dahak
a. Spesifikasi Pot Dahak
1) Kapasitas 30-50 ml
2) Berbahan tembus pandang
3) Bagian sisi dan dindingnya mudah diberi label
4) Material sekali pakai dan mudah dibakar
5) Tahan bocor dengan tutup ulir
6) Bermulut lebar

b. Cara Berdahak untuk Pasien


Instruksikan pasien sesuai langkah-langkah berikut:
1) Berkumur-kumur dengan air matang untuk menghilangkan sisa makanan
atau benda-benda lain.
2) Tarik napas dalam 2-3 kali dan hembuskan dengan kuat setiap kalinya.
3) Batukkan dalam-dalam untuk menghasilkan dahak.
4) Letakkan pot dahak yang telah terbuka ke dekat mulut untuk mengumpulkan
dahak; jangan mengambil sputum yang berada di luar pot dahak.
5) Cuci tangan setelah mengumpulkan dahak.

c. Prosedur pengumpulan spesimen dahak sebagai berikut:


1) Sediakan pot dahak bertutup minimal 4 ulir, baru, bersih, dan bermulut lebar
(± diameter 5cm).
2) Tuliskan nama pasien dan nomor identitas spesimen dahak pada dinding
pot dahak sesuai dengan aturan penamaan pedoman nasional. JANGAN
lakukan penulisan identitas pasien pada tutup pot dahak.

3) Pengumpulan spesimen dahak dilakukan di tempat khusus berdahak


(sputum booth) yang terdapat di ruang terbuka, mendapat sinar matahari
langsung, terdapat wastafel, sabun cuci tangan, tempat sampah infeksius,
tisu, dan tidak dilalui banyak orang.
4) Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur.
5) Kumur dengan air minum sebelum mengeluarkan dahak.
6) Tarik napas dalam sebanyak 2-3 kali dan setiap kali hembuskan napas
dengan kuat.
7) Letakkan pot dahak yang sudah dibuka dekat dengan mulut.
8) Batukkan dengan keras dari dalam dada dan keluarkan dahak ke dalam pot.
Tutup langsung pot dahak dengan rapat. Hindari terjadinya tumpahan atau
mengotori bagian luar wadah dan kemudian kencangkan tutup pada
wadah pengumpulan. Pemeriksaan TCM membutuhkan volume dahak
minimal 1 ml.
9) Bersihkan mulut dengan tisu dan buang tisu pada tempat sampah tertutup
yang sudah disediakan.
10) Cuci tangan dengan sabun dan antiseptik.

3. Pengemasan dan Pengiriman Dahak ke Laboratorium Rujukan


Pengemasan dan pengiriman spesimen dahak dan non dahak dilakukan sebagai
berikut:
1) Pot spesimen ditutup rapat dan disegel dengan parafilm.
2) Masukkan pot spesimen ke dalam kantong plastik klip berisi 1 lembar tisu.
Pastikan klip tertutup sempurna, rapikan dan ikat dengan karet gelang.
3) Masukkan kantong plastik yang telah berisi pot terduga TB ke dalam cool
box/ Styrofoam box/ kotak plastik.
4) Masukkan ice pack gel/ cool pack beku/ ice cube untuk menjaga suhu tetap
dingin.
5) Isi ruang kosong pada cool box/styrofoam box/kotak plastik dengan
potongan kertas bekas sampai seluruh box padat agar posisi pot dahak
tidak berubah.
6) Tutup cool box/ Styrofoam box/ kotak plastik dengan rapat, rekatkan
lakban bening di sekeliling tutupnya.
7) Tempelkan label tanda arah panah (↑) sesuai arah atas pot dan label
‘Bahan Rujukan Laboratorium’ pada dinding cool box/ Styrofoam box/
kotak plastik.
8) Masukkan lembar rujukan permintaan pemeriksaan laboratorium ke dalam
amplop yang bertuliskan alamat laboratorium rujukan dan pengirim.
9) Masukkan amplop dalam kantung plastik klip.
10) Tempelkan amplop pada bagian atas cool box/ Styrofoam box/ kotak
plastik, rekatkan dengan lakban bening.

4. Penerimaan dan Penyimpanan Spesimen Dahak


a. Penerimaan Spesimen
Petugas lab TCM harus memeriksa kelengkapan dan kesesuaian identitas spesimen
yang diterima dengan data di SITB. Bila terdapat ketidaksesuaian identitas dan
spesimen, segera hubungi fasyankes pengirim untuk melakukan klarifikasi.

b. Penyimpanan Spesimen
1) Petugas lab TCM harus menggunakan APD, yaitu jas laboratorium,
masker, dan sarung tangan pada saat membuka kemasan dan melakukan
proses pemeriksaan spesimen.
2) Periksa kerapatan tutup pot dan perhatikan ada tidaknya kebocoran pada
pot spesimen. Jika terdapat pot spesimen yang pecah, maka pot spesimen
diperlakukan sebagai limbah infeksius. Selanjutnya, harus dilaporkan ke
fasyankes pengirim spesimen secepatnya dan dimintakan spesimen baru.
3) Pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin, namun apabila tidak
memungkinkan maka penyimpanan spesimen dilakukan pada:
a) Suhu 2 − 8℃. Spesimen harus diolah dalam 7 hari, ATAU
b) Suhu ruang. Spesimen harus segera diolah dalam 3 hari.
4) Bila spesimen yang terkumpul tidak memenuhi kualifikasi sebagai
spesimen yang berkualitas, petugas laboratorium berhak meminta pasien
terduga TB memberikan spesimen kembali.
5) Petugas laboratorium pelaksana TCM harus mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, serta membilas kedua tangan dengan alkohol 70%
setelah melakukan penyimpanan spesimen.
VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
3. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI

IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Pelatihan Inti 4 Penanganan Spesimen (Pre Analisis)

PANDUAN SIMULASI
Tujuan:
Setelah mengikuti studi kasus, peserta mampu melakukan Penanganan Spesimen

Bahan dan Alat:


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Panduan simulasi
9. Spesimen dahak
10. Pot dahak
11. Spesimen box dan kelengkapannya

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Setiap kelompok didampingi oleh 1 orang instruktur.
3. Setiap kelompok mensimulasikan:
a. Peralatan yang digunakan dalam pengiriman
b. Pelabelan pot dahak
c. Pengemasan triple packaging
d. Penerimaan spesimen di laboratorium
4. Waktu simulasi 90 menit / 2 JPL
5. Setiap kelompok melakukan simulasi selama waktu 60 Menit
6. Fasilitator memberian masukan terkait hasil simulasi (30 menit)

Waktu:
2 JPL x 45 menit : 90 menit

Formulir Simulasi:

No Kegiatan simulasi yang dinilai Nama Peserta

1 Menunjukkan peralatan yang digunakan dalam


pengiriman

2 Cara pelabelan pot dahak

3 Cara pengemasan triple packaging

4 Langkah-langkah penerimaan spesimen di


laboratorium :
a. Periksa jumlah dan kualitas spesimen
b. Periksa kelengkapan keterangan pasien,
dan pemeriksaan TCM sudah dicentang
sesuai panduan program TB nasional
c. Ikuti kriteria penolakan spesimen sesuai
program TB nasional
d. Pastikan keterangan pasien lengkap pada
lembar permintaan dan pot/kontainer
spesimen; pastikan informasi pada
keduanya cocok
e. Catat spesimen di dalam register
laboratorium dan berikan nomor
laboratorium kepada spesimen

Nilai:
Sangat Kurang: < 50
Kurang : 50-59
Cukup : 60-69
Baik : 70-79
Sangat Baik : > 80
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 5
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan pemeriksaan
TCM sesuai prosedur (Analisis).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Melakukan preparasi spesimen
2. Melakukan pengolahan spesimen
3. Melakukan pemeriksaan spesimen menggunakan alat TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Preparasi spesimen
2. Pengolahan specimen
3. Pemeriksaan spesimen menggunakan alat TCM

IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Label
10. Spesimen dahak
11. Pot dahak
12. Alat TCM
13. Kartrid
14. Panduan latihan
15. Lembar kasus
16. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Preparasi Spesimen
a. Pelabelan
1) Angkat kartrid hanya pada sisi kanan dan kiri. Jangan sentuh bagian tutupnya,
tanda Barcode di sisi depan, atau tabung reaksi di sisi belakang
2) Beri label kartrid dengan ID sampel dengan tulisan di sebelah kiri atau kanan
label ID kartrid atau label afiks.
3) Jangan meletakkan label pada penutup kartrid atau menghalangi barcode 2D
yang ada pada kartrid

b. Expectorated Sputum Sample

Buka tutup Tambahkan SR kedalam Kocok dengan kuat 10 – 20 kali. Inkubasi pada temperatur Buka kemasan
Sample Reagent sputum dengan ruang. Setelah 10 menit inkubasi, kocok kembali dengan kartrid dan beri
(SR)‘s dan pot perbandingan 2:1. Tutup kuat 10 – 20 kali. label ID sampel
sputum. pot sputum. Setelah 5 menit inkubali, sampel harus sudah cair dan pada bagian kanan
homogen sebelum diproses. Apabila masih terlihat kental, atau kiri kartrid.

Buka kartrid Gunakan pipet transfer Masukkan ke dalam Tutup kartrid.


untuk memindahkan kartrid
minimal 2 ml sampel yang
telah diolah dari pot sputum.

c. Induced Sputum
Induced sputum disiapkan berdasarkan metode Kent and Kubica * (re-suspensi dalam
67mM Phosphate/H2O buffer).
Buka tutup Kumpulkan 0.5 ml Kocok dengan kuat 10 – 20 kali (Cat: Satu Buka kemasan kartrid
Sample sedimen dan gerakan ke atas dan ke bawah dihitung satu dan beri label ID sampel
Reagent (SR)‘s tambahkan 1.5 ml kocokan). Inkubasi pada suhu ruangan. Setelah pada bagian kanan atau
sample reagen 10 menit, kocok/vortex specimen dengan kuat kiri kartrid
sebanyak 10 – 20 kali . Inkubasi selama 5 menit.

Gunakan pipet transfer Masukkan ke dalam Tutup kartrid


Buka kartrid
untuk memindahkan kartrid
minimal 2 ml sampel
yang telah diolah dari pot
sputum.

d. Inokulasi
1) Buka kartrid dan masukkan 2-4 ml sampel yang sudah di elusi menggunakan
pipet transfer.
2) Pipet sampel hati-hati untuk menghindari terbentuknya aerosol dan gelembung
3) Jangan meindahkan partikel padat ke dalam kartrid.
4) Tutup hati-hati.
5) Mulai lakukan uji.

Kartrid tidak boleh digunakan apabila:


1) Permukaan telah basah dan kotor
2) Segel penutup (Lid) rusak
3) Bagian PCR filling tube (ekor) rusak
4) Terbalik dan/atau terjatuh (pada saat sudah berisi spesimen)
5) Sudah pernah digunakan

2. Pengolahan Spesimen
Pengolahan spesimen dahak dapat dilakukan di tempat yang sama untuk pengolahan
dan pewarnaan mikroskopis.apabila di laboratorium TCM tersedia Biological Safety
Cabinet (BSC) maka pengolahan spesimen dapat dilakukan pada BSC.
a. Pengolahan Spesimen Dahak
1) Beri label identitas pada setiap kartrid.
2) Bukalah penutup pot dahak, tambahkan Sample Reagent yang sudah tersedia
sebanyak 2 kali volume spesimen.
3) Tutup kembali pot dahak, kemudian kocok dengan kuat sampai campuran
dahak dan Sample Reagent menjadi homogen.
4) Diamkan selama 15 menit pada suhu ruang.
5) Kocok kembali campuran, lalu diamkan selama 5 menit.

Campurkan “Sample Reagent” Transfer kedalam Xpert® Masukkan kartrid dan


dengan spesimen Inkubasi kartrid MTB/RIF mulai tes
selama 15 menit pada suhu
ruang.

6) Bila masih ada gumpalan, kocok kembali agar campuran dahak dan Sample
Reagent menjadi homogen sempurna dan biarkan selama 5 menit pada suhu
kamar.
7) Buka penutup kartrid, kemudian buka tempat penampung spesimen. Gunakan
pipet yang disediakan untuk memindahkan spesimen dahak yang telah diolah
sebanyak 2 ml (sampai garis batas pada pipet) ke dalam kartrid secara
perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung yang bisa
menyebabkan eror.
8) Tutup kartrid secara perlahan dan masukan kartrid ke dalam alat TCM.
Catatan:
• 1 sample reagent untuk pengolahan 1 spesimen dahak
• Apabila volume dahak > 4 ml maka disarankan untuk membagi spesimen menjadi 2
bagian dan harus dilakukan dalam BSC. Satu bagian digunakan untuk pemeriksaan
TCM, satu bagian lainnya disimpan dalam pot dahak baru sebagai cadangan.
• Spesimen yang sudah diolah dan masuk ke dalam kartrid harus segera dimasukkan
ke dalam alat TCM. Saat mengolah beberapa spesimen dalam satu waktu, pengisian
spesimen ke dalam kartrid dilakukan satu persatu. Tutup kartrid terlebih dahulu
sebelum mengisi kartrid berikutnya.
• Jika terdapat sisa spesimen yang telah diolah, spesimen tersebut dapat disimpan
selama 5 jam jika dibutuhkan pemeriksaan ulang.

b. Pengolahan Spesimen Non Dahak


Hal yang perlu diperhatian dalam pengolahan spesimen non dahak:
1) Pengolahan spesimen non dahak harus dilakukan di dalam BSC untuk
menghindari terhirupnya aerosol saat proses pengolahan spesimen oleh
petugas laboratorium.
2) Spesimen non dahak, apabila volume spesimen minimal 5 ml atau minimal 2
gr, maka dibagi dua sebelum diperiksa dengan TCM untuk mengantisipasi hasil
TCM yang harus dilanjutkan dengan biakan dan uji kepekaan.
3) Spesimen non dahak yang dapat diperiksa dengan TCM terdiri atas cairan
serebrospinal (CSF), bilasan lambung (gastric lavage), jaringan biopsi-aspirasi,
dan cairan tubuh lainnya kecuali darah.
4) Seluruh spesimen non-dahak harus diproses sesegera mungkin untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal. Selama transportasi, spesimen
harus disimpan pada suhu 2-8 oC dan sudah harus diproses maksimal dalam
waktu 7 hari.

3. Pemeriksaan Menggunakan Alat TCM


a. Pastikan komputer dan alat TCM telah menyala serta telah menjalankan
program GeneXpert Dx.
b. Pada halaman utama software GeneXpert® Dx System, klik “Create Test”,
maka akan muncul kotak dialog “Please scan kartrid barcode”.
c. Pindai barcode kartrid menggunakan barcode scanner dengan cara menekan
tombol warna kuning pada barcode scanner atau pilih ‘Manual Entry’ untuk
memasukkan 16 digit nomor seri kartrid.

d. Setelah nomor seri kartrid masuk, masukan data patient. Bagian “Select
Module” akan terisi secara otomatis, petugas lab tidak perlu mengubahnya.
Kemudian klik “Start Test”.
e. Lampu warna hijau di alat TCM akan berkedip-kedip pada modul yang terpilih
otomatis. Buka pintu modul dan letakkan kartrid TCM.

f. Tutup pintu modul dengan sempurna hingga terdengar bunyi klik. Pemeriksaan
akan dimulai dan lampu hijau akan tetap menyala tanpa berkedip. Pemeriksaan
akan berlangsung kurang lebih 2 jam. Saat pemeriksaan selesai, lampu akan
mati secara otomatis dan pintu modul akan terbuka secara otomatis.
g. Buka pintu modul dan keluarkan kartrid. Kartrid yang telah dipakai harus
dibuang ke tempat sampah infeksius sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh
masing- masing institusi.

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Pelatihan Inti 5
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis)

PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah melakukan penugasan ini, peserta mampu melakukan pemeriksaan TCM
sesuai prosedur (analisis).

Bahan dan Alat:


1. Soal latihan
2. Papan Flipchart
3. Panduan latihan
4. Spidol
5. Laptop

Petunjuk:
a. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
b. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji.
c. Fasiltator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
d. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 30 menit
e. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 6 menit (5 kelompok x 6
menit = 30 menit)
f. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi, waktu: 30 menit

Waktu:
2 Jpl x 45 menit = 90 menit

Lembar Kasus:
Kasus 1
Berapa rasio perbandingan antara sampel dahak dengan reagen?

Kasus 2
Berapa lama total waktu yang dibutuhkan untuk menginkubasi campuran sampel
dahak dan reagen sebelum dimasukkan ke dalam kartrid?
Kasus 3
Berapa lama kartrid yang berisi spesimen harus segera diproses ke dalam alat TCM?

Kasus 4
Apa saja syarat kartrid yang masih bisa digunakan untuk pemeriksaan TCM? Kasus 5
Bagaimana cara memegang kartrid yang benar?
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 6
Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM (Post Analisis)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan interpretasi
hasil TBC (post analisis).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Menjelaskan jenis-jenis hasil pemeriksaan TCM
b. Melakukan pembacaan hasil pemeriksaan TCM
c. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Jenis-jenis hasil pemeriksaan TCM
2. Pembacaan hasil pemeriksaan TCM
3. Interpretasi hasil pemeriksaan TCM
a. Interpretasi hasil pemeriksaan
b. Tindak lanjut hasil interpretasi

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Latihan kasus
4. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Alat TCM
10. Kartrid
11. Panduan latihan kasus
12. Lembar kasus
13. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Jenis-Jenis Hasil Pemeriksaan TCM

Hasil yang akan didapatkan pada pemeriksaan TCM yaitu:


a. MTB DETECTED Rif Resistance DETECTED
b. MTB DETECTED Rif Resistance NOT DETECTED
c. MTB DETECTED Rif Resistance INDETERMINATE
d. MTB Not Detected
e. INVALID
f. ERROR
g. NO RESULT
2. Pembacaan Hasil Pemeriksaan TCM
Cara membaca dan menuliskan hasil TCM sebagai berikut:

Pembacaan dan
Print Out Hasil Pemeriksaan TCM
Penulisan Hasil

MTB NOT DETECTED


→ Neg

MTB DETECTED, RIF


RESISTANCE NOT
DETECTED → Rif Sen
MTB DETECTED, RIF
RESISTANCE
DETECTED → Rif Res

MTB DETECTED, RIF


RESISTANCE
INDETERMINATED →
Ref Indet
ERROR

3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM


a. Hasil Pemeriksaan TCM pada Software GxDx
Sistem GeneXpert memberikan hasil pemeriksaan melalui pengukuran sinyal
fluoresensi dan algoritme perhitungan otomatis. Hasil pemeriksaan TCM akan
menunjukkan ada tidaknya DNA Mycobacterium tuberculosis kompleks dan ada
tidaknya mutasi penyandi resistansi rifampisin, serta perhitungan semikuantitatif
jumlah basil pada spesimen berdasarkan nilai Ct (high, <16; medium, 16–22; low,
22–28; very low, >28).

1) MTB Detected, Rif Resistance Detected → Rif Res


Semua kurva menunjukkan kenaikan mengindikasikan ada gen MTB yang
teramplifikasi, kecuali satu kurva. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat
mutasi pada gen rpoB di daerah probe B, sehingga probe B tersebut tidak dapat
mengamplifikasi gen. Hal yang sama dapat terjadi pada probe A-E.

2) MTB Detected, Rif Resistance Not Detected → Rif Sen

Semua kurva menunjukkan kenaikan mengindikasikan ada gen MTB yang


teramplifikasi. TIDAK ada kurva yang mengalami keterlambatan kenaikan, karena
tidak ada mutasi di daerah gen rpoB, sehingga semua probe dapat mengamplifikasi
gen tersabut.
3) MTB Detected, Rif Resistance Indeterminated → Rif Indet
Terdapat mutasi gen rpoB yang, akan tetapi resistansi rifampisin tidak dapat ditentukan
karena sinyal penanda resistansi tidak cukup terdeteksi.

4) MTB Not Detected → Neg

Hanya ada satu kurva yang mengalami kenaikan, yaitu SPC sebagai kontrol bahwa
reaksi PCR berjalan dengan baik. Namun demikian, tidak terjadi kenaikan kurva pada
probe A-E dikarenakan tidak terdapat DNA MTB di dalam sampel.

5) Invalid
Tidak ada kurva yang mengalami kenaikan, bahkan SPC sebagai kontrol. Hal
tersebut menandakan proses PCR terganggu.

6) Error

7) No Result
a. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Hasil Interpretasi Tindak lanjut
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED; Lanjutkan sesuai dengan
• Mutasi gen rpoB terdeteksi,
Rif Resistance alur diagnosis TB resistan
kemungkinan besar resistan
DETECTED obat
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED;
• Mutasi gen rpoB tidak terdeteksi. Lanjutkan sesuai dengan
Rif Resistance NOT
Kemungkinan besar sensitif alur diagnosis TB biasa
DETECTED
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
Ulangi pemeriksaan*)
MTB DETECTED; • Mutasi gen rpoB / resistansi
secepatnya menggunakan
Rif Resistance rifampisin tidak dapat ditentukan
spesimen dahak baru
INDETERMINATE karena sinyal penanda resistansi
dengan kualitas yang baik
tidak cukup terdeteksi
Lanjutkan sesuai alur
MTB Not Detected DNA MTB tidak terdeteksi
diagnosis TB
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid dan
ditentukan karena kurva SPC tidak spesimen dahak baru*),
INVALID menunjukan kenaikan jumlah pastikan spesimen tidak
amplikon, proses sampel tidak benar, terdapat bahan-bahan
reaksi PCR terhambat yang dapat menghambat
PCR
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid baru*),
ERROR ditentukan, quality control internal pastikan pengolahan
gagal atau terjadi kegagalan sistem spesimen sudah benar

Keberadaan DNA MTB tidak dapat


Ulangi pemeriksaan
ditentukan karena data reaksi PCR
NO RESULT dengan katrid baru*)
tidak
mencukupi

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 6
Interpretasi hasil TCM TBC (Post Analisis)

PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah melakukan penugasan ini, peserta mampu melakukan interpretasi hasil TCM
TBC (post analisis)

Bahan dan Alat:


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Panduan latihan kasus

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 orang
2. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji.
3. Fasiltator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
4. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 30 menit
5. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 6 menit (5 kelompok x 6
menit = 30 menit)
6. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi, waktu: 30 menit

Waktu:
2 Jpl x 45 menit = 90 menit

Lembar Kasus:
Kasus 1
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “A” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “A”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “A”?
Kasus 2
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “B” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “B”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “B”?

Kasus 3
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “C” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “C”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “C”?
Kasus 4
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “D” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “D”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “D”?

Kasus 5
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “E” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “E”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “E?
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 7
Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan pemeliharaan,
pemecahan masalah, dan kalibrasi alat TCM.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melakukan pemeliharaan alat TCM
b. Melakukan pemecahan masalah pada alat TCM
c. Melakukan kalibrasi alat TCM

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Pemeliharaan alat TCM
2. Pemecahan masalah pada alat TCM
3. Kalibrasi alat TCM

IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Alat TCM
10. Xpert Check Kit
11. Kit Peralatan alat TCM
12. Panduan latihan
13. Lembar kasus
14. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.

b. Menugaskan kelompok untuk menjawab pertanyaan dan latihan.

c. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses


Perencanaan Penanggulangan TBC, memberikan arahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
2. Kegiatan Peserta
a. Melakukan proses membaca modul secara bergantian.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.

Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pemeliharaan Alat TCM
Alat TCM membutuhkan pemeliharaan secara berkala meliputi pemeliharaan harian,
mingguan, bulanan, enam bulanan dan tahunan yang dilakukan oleh petugas
laboratorium.
a. Pemeliharaan Harian
1) Membersihkan permukaan meja kerja

2) Membuang kartrid yang telah dipakai

3) Memposisikan pintu modul mengarah ke atas (vertikal)

b. Pemeliharaan Mingguan
Pemeliharaan mingguan dilakukan apabila alat TCM digunakan selama
seminggu penuh tanpa dimatikan, dengan cara melakukan restart sistem
(mematikan kemudian menyalakan kembali alat TCM dan komputer).

c. Pemeliharaan Bulanan
1) Membersihkan permukaan alat
2) Membersihkan permukaan bagian dalam modul (cartridge bay interior)

3) Membersihkan Plunger Rod

2 1

4
3

5
6
4) Membersihkan filter debu kipas

5) Membersihkan slot modul PCR

6) Menyimpan data hasil pemeriksaan archive data


d. Pemeliharaan Enam Bulanan
Pemeliharaan enam bulanan dilakukan dengan backup database/database
management.
e. Pemeliharaan Tahunan
Pemeliharaan tahunan alat TCM adalah kalibrasi. Kalibrasi dilakukan untuk
semua modul sekali setahun atau setelah alat mencapai 2000 tes per modul.
Kalibrasi menggunakan kartrid Xpert Check Kit yang dilakukan oleh user dan
akan dibantu oleh Authorized Service Provider (ASP).

Alat yang dibutuhkan untuk kalibrasi meliputi:


1) CD 1: program kalibrasi
2) CD 2: CD-RW kosong untuk menyimpan data kalibrasi
3) Kartrid Xpert Check (5 buah/kit)
4) Sikat i-core

Alur pemeliharaan tahunan/ kalibrasi sebagai berikut:


Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh user. Suhu ruangan pada saat kalibrasi
harus 15 − 30℃. Diamkan xpert check kit pada suhu ruangan kurang lebih 10
menit sebelum digunakan untuk kalibrasi.
1) User menerima xpert check kit
2) User running xpert check kit pada alat TCM
3) User mengirimkan data hasil kalibrasi
4) Data diolah, kode aktivasi dikirimkan ke user
5) User memasukan kode aktivasi, kalibrasi selesai.
2. Pemecahan Masalah
Berikut adalah berbagai kemungkinan masalah yang akan ditemui terkait pemeriksaan
menggunakan TCM berdasarkan kategori error:

a. Keluhan/ kerusakan ringan yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh user
fasyankes (kategori 0)
Solusi dari kerusakan ini dapat diselesaikan secara mandiri oleh user fasyankes.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
4001, 4002, 4003, • Malfungsi perangkat • Jika terdapat katrid di dalam modul, keluarkan
4004, 4006, 4008, keras pada modul terlebih dahulu
4009, 4010, 4011, • Penempatan katrid • Lakukan self-test pada menu Maintenance
4012, 4013, 4014 yang tidak baik • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
4015, 4016, 4017, • Pintu modul tidak • Pastikan suhu ruangan berada pada rentannya,
4019, 2005, 2006, tertutup rapat tidak ada penghalang pada ventilasi, dan filter
2012, 2014, 2016, tidak kotor
2022, 2024, 2034 • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
2032, 2035 namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2011 • Malfungsi perangkat • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
2018 keras pada modul • Ulangi tes dengan katrid yang sama pada modul
2025 • Kerusakan katrid lain. Jika berhasil, maka modul sebeumnya
2037 mengalami kerusakan
• Jika gagal di modul lain, uangi tes di modul
sebelumnya, jika berhasi kerusakan terjadi pada
fisik katrid
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, dan apabila terjadi
kerusakan pada modul, segera laporkan ke ASP
1004 • Suhu ruangan terlalu • Pastikan jarak antara alat dengan sekitar cukup
1017 tinggi untuk sirkulasi udara
• Kondisi ruangan tidak • Pastikan ruangan sesuai persyaratan
sesuai dengan • Pastikan kipas pada bagian belakang alat
persyaratan berfungsi
• Kegagalan sensor suhu • Pastikan filter tidak kotor
• Kipas kotor / rusak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
1005 • Malfungsi perangkat • Gunakan katrid baru
1018 keras pada modul • Pastikan pintu modul tertutup rapat
• Pintu modul tidak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
tertutup rapat namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2008 • Sampel mengandung • Gunakan sampel baru dengan kualitas yang lebih
2009 pengotor baik
• Jika eror berulang, coba melakukan tes hanya
dengan menggunakan SR saja, tanpa sampel
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2017, • Malfungsi perangkat • Untuk mengeluarkan katrid, lakukan langkah
Katrid tersangkut keras pada pintu modul berikut:
di dalam modul atau sensor pintu − Masuk ke menu Maintenance
− Klik Open Module Door
− Klik Open Door untuk membuka pintu modul
• Setelah katrid dikeluarkan, matikan sistem lalu
nyalakan kembali
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2126 • Gangguan aliran listrik • Matikan sistem, kemudian nyalakan kembali
2127 • Kegagalan kabel power • Lepas kabel LAN kemudian pasang kembali.
atau kabel konektor Setelah itu, matikan dan nyalakan kembali sistem
• Kegagalan kabel LAN • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
5001, 5002 • Kerusakan pada katrid • Gunakan katrid baru
5003, 5004 yang menyebabkan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
5005, 5010 kurva positif yang namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
5011 • abnormal ASP
5006, 5007 • Volume sampel yang • Pastikan proses memasukkan sampel dilakukan
5008, 5009 tidak sesuai dengan baik
• Reagen buruk • Pastikan katrid disimpan di tempat yang sesuai
• Sampel tidak • Ulangi dengan katrid baru
dimasukkan dengan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
baik namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Sistem tidak dapat • Alat tidak terhubung ke • Periksa koneksi sumber listrik
menyala sumber listrik • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
Modul tidak • Kabel LAN tidak • Hubungkan kabel LAN
terdeteksi terhubung, lepas, atau • Tutup program dan buka kembali dengan kondisi
rusak alat sedang menyala
• Komputer dinyakan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
sebelum menyalakan namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
alat ASP
Barcode scanner • Lepas dan pasang kembali kabel barcode scanner
tidak berfungsi pada CPU komputer
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Lampu pada • Kegagalan mekanik • Keluarkan katrid dari dalam modul
modul berkedip pada modul • Lakukan self test
merah • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Hasil tidak dapat • Printer tidak terhubung • Periksa koneksi antara printer dan komputer
dicetak • Printer mati • Periksa tinta & kertas
• Tinta printer habis • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Tidak ada kertas namun eror masih terjadi, hubungi bagian IT atau
IPSRS masing-masing faskes
Tidak dapat • Tidak ada modul yang • Periksa kembali assay yang akan digunakan
memulai tes tersedia • Periksa modul sedang tidak dinonaktifkan
• Tidak ada assay yang • Periksa suhu internal modul pada menu
terpilih Maintenance
• Modul belum dikalibrasi • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Suhu ruangan terlalu namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
tinggi ASP

b. Keluhan/ kerusakan ringan yang harus dilaporkan kepada ASP (kategori 1)


Kerusakan ringan kategori 1 adalah kerusakan yang tidak menghentikan
operasional alat TCM.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
1001 • Kegagalan komponen pemanas • Segera laporkan ke ASP
1002 • Suhu lingkungan terlalu panas
• Kegagalan fungsi kipas
1006 • Kegagalan detektor elektronik • Segera laporkan ke ASP
1007 • Voltase sumber listrik terlalu tinggi
2003 • Kegagalan komunikasi program • Segera laporkan ke ASP
2026 • Kegagalan ultrasonic horn • Segera laporkan ke ASP

c. Keluhan/ kerusakan berat yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh fasyankes
dengan panduan jarak jauh oleh ASP (kategori 2)
Kerusakan ini menyebabkan alat TCM tidak operasional dikarenakan modul/ alat
tidak dapat digunakan. Perbaikan dapat dilakukan oleh fasyankes dengan syarat
harus diketahui oleh ASP dan dilakukan dengan pendampingan jarak jauh oleh
ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Katrid tidak dapat • Katrid tersangkut dan tidak dapat • Mengeluarkan katrid dari dalam
dikeluarkan dari dikeluarkan melalui program modul secara manual dengan
modul panduan ASP
Modul tidak • Kabel LAN di dalam alat lepas • Memasang kembali kabel yang
terdeteksi oleh • Masalah pada perangkat keras terlepas dengan panduan ASP
program modul
Penggantian • Apabila terjadi HW Failure dan • Untuk mengeluarkan modul yang
modul yang akan dilakukan penggantian rusak dan memasang modul
mengalami dengan modul baru pengganti harus dilakukan dengan
Hardware Failure panduan ASP
d. Keluhan/ kerusakan berat yang hanya dapat diselesaikan oleh ASP di fasyankes
(kategori 3)
Kerusakan kategori 3 adalah kerusakan kategori 2 yang tidak dapat diselesaikan
oleh fasyankes, sehingga membutuhkan bantuan teknis langsung dari ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengeluarkan katrid • Intervensi ASP ke faskes
mengeluarkan yang tersangkut
katrid yang
tersangkut
Kegagalan untuk • Faskes gagal membongkar dan • Intervensi ASP ke faskes
membongkar dan memasang kembali alat yang
memasang dibongkar
kembali modul
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengganti modul • Intervensi ASP ke faskes
mengganti modul yang rusak dengan modul baru
yang rusak
Analisa kerusakan • Kerusakan hardware komputer • Intervensi APS untuk melakukan
komputer yang menyebabkan komputer tidak analisa kerusakan di faskes
dapat dinyalakan • Setelah faskes menerima
komputer pengganti, ASP akan
melakukan pemasangan di faskes

e. Keluhan/ kerusakan yang tidak tertanggung garansi (kategori 4)


Pada saat ASP menerima laporan kerusakan alat TCM, ASP akan menganalisa
penyebab dan solusi kerusakan tersebut. Jika ditemukan kerusakan yang
disebabkan oleh kesalahan prosedur yang dilakukan oleh faskes, pada umumnya
ASP akan memberitahukan bahwa perbaikan tidak dapat ditanggung oleh garansi
dan membutuhkan pembiayaan. Adapun beberapa contoh kerusakan yang tidak
ditanggung oleh garansi antara lain sebagai berikut.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Kerusakan • Hubungan pendek arus listrik • Laporkan ke ASP untuk melakukan
komputer (korsleting) akibat terkena tetesan analisis penyebab
air dari AC, serangga, dll • Perbaikan tidak tertanggung
• Kerusakan akibat penggunaan garansi, ASP akan membuat
diluar untuk alat TCM (internet, rekomendasi perbaikan ke LRN dan
game, USB, dll) Subdit TB
• Hubungi LRN, Dinas Kesehatan
Provinsi
Kerusakan alat • Hubungan pendek arus listrik • Laporkan ke ASP untuk melakukan
(korsleting) akibat terkena tetesan analisis penyebab
air dari AC, serangga, dll • Perbaikan tidak tertanggung
• Eror yang disebabkan oleh garansi, ASP akan membuat
kondisi ruangan yang tidak sesua rekomendasi perbaikan ke LRN dan
persyaratan atau suhu udara Subdit TB
yang terlalu panas • Hubungi LRN, Dinas Kesehatan
• Eror yang disebabkan oleh Provinsi
pemeliharaan yang tidak baik
• Eror yang disebabkan oleh
penggunaan yang tidak sesuai
prosedur seperti menggunakan
sarung tangan bertepung
Kerusakan • Perbaikan tidak tertanggung garansi
printer ASP
• Dikoordinasikan sesuai status
kepemilikan alat
Kerusakan UPS • Perbaikan tidak tertanggung garansi
ASP
• Tidak direkomendasikan
menyambungkan alat TCM
langsung ke sumber listrik, ganti
dengan UPS yang bekerja dengan
baik.
• Dikoordinasikan sesuai status
kepemilikan alat

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI

IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 7
Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM

PANDUAN LATIHAN
Tujuan
Setelah mengikuti simulasi ini, peserta mampu melakukan pemeliharaan, pemecahan
masalah, dan kalibrasi alat TCM

Bahan dan Alat”:


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Panduan latihan kasus
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
2. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji.
3. Fasiltator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
4. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 30 menit
5. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 6 menit (5 kelompok x 6
menit = 30 menit)
6. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi kepada semua kelompok,
waktu 30 menit

Waktu:
2 Jpl x 45 menit = 90 menit

Lembar Kasus:
1. Apabila terjadi kartrid tersangkut pada alat TCM, Jelaskan apa yang terjadi dan
bagaimana solusi yang dapat dilakukan oleh petugas laboratorium! Kasus
2. Apabila pada alat TCM mengeluarkan kode eror 5007, jelaskan arti kode eror
tersebut dan bagaimana solusi yang harus dilakukan oleh petugas
laboratorium! Kasus
3. Apabila lampu indikator pada salah satu modul alat TCM berkedip merah,
jelaskan apa yang terjadi dan bagaimana solusi yang dapat dilakukan oleh
petugas laboratorium! Kasus
4. Sebutkan beberapa kemungkinan penyebab pada alat TCM dimana seorang
petugas laboratorium tidak dapat memulai tes? Kasus
5. Apabila alat TCM di Laboratorium Puskesmas Mawar mengalami hubungan
pendek arus listrik (korsleting) akibat terkenan tetesan air dari AC sehingga
alat mengalami kerusakan. Tindakan apa yang harus dilakukan oleh petugas
laboratorium di ‘Puskesmas Mawar’?
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 8
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan pencatatan dan
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium TBC.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melaksanakan pencatatan terkait laboratorium TBC sesuai alur
b. Melaksanakan pengisian laporan bulanan pemeriksaan TCM di SITB

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Pencatatan terkait laboratorium TBC sesuai alur
2. Pengisian laporan bulanan pemeriksaan TCM di SITB

IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Modul
2. Komputer/ laptop
3. LCD
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Formulir untuk laboratorium tuberculosis
10. Sistem informasi tuberkulosis (SITB)
11. Jaringan internet
12. Lembar print out hasil pemeriksaan TCM
13. Panduan latihan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran


1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pencatatan terkait Laboratorium TBC
a. Fomulir TBC terkait Laboratorium TBC
1) Formulir TBC.06
Formulir register TBC.06 adalah formulir yang digunakan untuk mencatat data terduga
TB, berada di Poli TBC/ Poli TBC RO, Poli TB-HIV, dan poli lainnya. Formulir tersebut
berisikan data pasien dan diisikan oleh petugas poli.

2) Formulir Permohonan Laboratorium TBC.05


Formulir TBC.05 adalah formulir permohonan pemeriksaan laboratorium TBC.
Formulir tersebut merupakan formulir pengantar yang diisi oleh petugas poli ke
laboratorium. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan, petugas laboratorium harus
mengisi hasil tersebut di TBC.05 dan mengirimkan formulir TBC.05 tersebut kembali
ke poli/fasyankes perujuk.
3) Formulir TBC.04
Formulir Register TBC.04 adalah formulir register laboratorium yang digunakan untuk
mencatat hasil pemeriksaan TCM, berada di laboratorium diisi oleh petugas
laboratorium.

b. Sistem Informasi Tuberkulosis


Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) merupakan sebuah sistem informasi untuk
mencatat kasus TBC dan TBC RO mulai dari terdugan sampai akhir pengobatan. SITB
dapat diakses melalui link http://sitb.id/sitb/app sesuai tampilan dibawah ini. Login
dapat menggunakan username dan password yang telah didaftarkan sebelumnya.
Untuk melakukan uji coba/latihan dapat login pada link http://
training.sitb.id/newtraining/app.

2. Pengisian terkait Pemeriksaan TBC di SITB


a. Permohonan Laboratorium
Untuk melakukan permohonan laboratorium tersedia dua cara yaitu dengan
pilih/klik tombol ‘tambah permohonan pemeriksaan lab’ atau ‘terduga telah
mempunyai hasil lab’ (ditandai dengan kotak merah).
1) Lakukan pengisian ‘tambah permohonan pemeriksaan lab’. Variabel yang perlu
diisi sama pada pengisian ‘terduga TB yang telah mempunya hasil lab’, dengan
tambahan variabel ‘tanggal pengambilan contoh uji’ dan ‘tanggal pengiriman
contoh uji’.
2) Setelah di klik ‘simpan’ maka akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

3) Permohonan laboratorium yang sudah terisi dapat didownload sebagai formulir


TBC.05 dalam format pdf dengan cara pilih/klik fungsi ‘ekspor ke pdf’ (lambang
pdf).
4) Untuk dapat menginput hasil pemeriksaan pastikan terlebih dahulu ‘status kirim’
pada menu permohonan laboratorium apakah sudah ‘terkirim atau belum dikirim’.

5) Apabila ‘status kirim’ belum dikirim maka akan muncul fungsi ‘konfirmasi
pengiriman contoh uji’ (lambang pesawat kertas).

6) Lakukan pengisian ‘konfirmasi pengiriman contoh uji’ dengan variabel yang perlu
diisi adalah:

a) Tanggal pengambilan contoh uji


b) Tanggal pengiriman contoh uji
c) Jenis pengiriman: dipilih menggunakan aplikasi Sitrust atau Bukan Sitrust.
d) Jasa Pengiriman: Kurir Internal/PT POS/JNE/JNT/SiCepat/TIKI/OJOL/Lainnya.
b. Pengisian Hasil Laboratorium
1) Akses untuk menginput hasil laboratorium hanya dapat dilakukan menggunakan
akun user laboratorium.
2) Pilih modul Laboratorium → pilih Permohonan Pemeriksaan Laboratorium → Pilih
Permohonan Laboratorium Masuk

3) Setelah pilih ‘permohonan laboratorium masuk’, akan muncul tampilan seperti


berikut. Informasi fungsi yang tersedia pada permohonan pemeriksaan
laboratorium masuk yaitu fungsi lihat, fungsi ekspor ke pdf, dan fungsi input hasil
lab. Selanjutnya pilih fungsi ‘input hasil lab’.
4) Lakukan pengisian hasil pemeriksaan laboratorium dengan variabel yang harus
diisi yaitu:

a) Tanggal Contoh Uji Diterima/Konfirmasi Penerimaan


b) Jenis Contoh Uji akan otomatis terisi sesuai dengan yang diisi sebelumnya.
c) Konfirmasi Penerimaan Contoh Uji: Baik/Bocor/Rusak/ Pasien tidak
menyerahkan sampel. Apabila memilih ‘bocor, rusak, atau pasien tidak
menyerahkan sampel’ maka akan muncul kolom kosong untuk diisi kondisi
contoh uji yang diterima.
d) Informasi Pemeriksaan: Pemeriksaan dapat dilakukan/tidak dapat dilakukan.
Catatan:
- Pilihan ‘Pemeriksaan dapat dilakukan’ akan otomatis terpilih apabila memilih
‘Baik’ pada variabel sebelumnya.
- Apabila contoh uji yang diterima dalam keadaan ‘bocor atau rusak’, maka
dapat disesuaikan apakah contoh uji tersebut masih dapat dilakukan
pemeriksaan atau tidak.
- Apabila ‘pasien tidak datang menyerahkan sampel’, maka otomatis akan
terpilih ‘tidak dapat dilakukan’.
- Apabila pemeriksaan tidak dapat dilakukan maka akan muncul pada kolom
‘notifikasi’ yaitu permintaan sampel baru, yang ditandai dengan kotak
merah. User yang dapat melakukan permintaan sampel baru adalah
fasyankes/poli yang mengirim.

e) Penerima/Pemeriksa Contoh Uji: diisi dengan nama petugas yang menerima


atau memeriksa contoh uji.
f) Tanggal Register
g) Dokter PJ Pemeriksa Lab
h) Keterangan

5) Lakukan pengisian ‘Pemeriksaan Visual Dahak di Laboratorium’ → pilih kolom waktu


pengambilan dahak (sewaktu/pagi) → centang apabila dahak yang diterima terdapat
nanah lender/bercak darah/air liur.

6) Selanjutnya lakukan pengisian hasil pemeriksaan Xpert (TCM) dengan variabel


sebagai berikut:

a) Contoh Uji: diisi A/B dan Sewaktu/Pagi.


b) No. Register Lab
c) Tanggal Hasil: diisi dengan tanggal hasil pemeriksaan keluar.
d) Jenis Contoh Uji: otomatis terisi
e) Kode Unik TCM
f) Hasil Uji: dipilih Neg/Rif Sen/Rif Res/ Rif Indet/ Invalid/ Error/ No Result/ TDL.
Keterangan hasil uji akan muncul di ‘keterangan’ yang ditandai kotak hijau.
g) Catatan: diisi dengan informasi tambahan terkait hasil pemeriksaan.

Catatan: Baris kedua pada hasil pemeriksaan TCM diisi jika ada pengulangan
pemeriksaan sesuai ketentuan Program TBC. Namun apabila tidak terdapat
pengulangan maka baris kedua dikosongkan.

7) Setelah pilih/klik simpan maka akan muncul pada ‘status hasil’ yaitu Lengkap yang
ditandai kotak merah.

3. Pengisian Laporan Bulanan TCM di SITB


Laporan bulanan (Lapbul) TCM adalah tools analisis pelaporan pada tingkat fasyankes
TCM. Pada mulanya pelaporan lapbul TCM dibuat berbasis excel. Sejak Agustus 2021
laporan bulanan TCM di SITB akan digunakan sebagai satu-satunya alat untuk
monitoring data pemeriksaan TCM dimulai pada bulan Agustus 2021.

a. Ketentuan Pengisian Laporan Bulanan TCM


1) Pengisian lapbul TCM di lakukan oleh petugas laboratorium TCM.
2) Pengisian dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal 10 di bulan berikutnya.
Contoh: Data laporan bulanan periode bulan Januari 2022, maksimal diinput
dan dilaporkan di SITB paling lambat setiap tanggal 10 bulan Februari 2022.
3) Lakukan update profil unit TB
a) Data mesin TCM
b) Fungsi dan kemampuan fasyankes
- Admin dinkes kab kota/provinsi harus melakukan update fungsi
fasyankes sebagai lab TCM di SITB (modul referensi).
- Petugas lab melakukan update informasi umum dan mesin TCM
pada modul “profil unit TB”

b. Alur penginputan Laporan Bulanan TCM di SITB


c. Tahapan Input Laporan Bulanan TCM di SITB
1) Update checklist kemampuan lab TCM
Checklist kemampuan lab hanya dapat dilakukan oleh akun level dinas
kesehatan.

a) Menggunakan user admin dinkes kab kota/provinsi


b) Melalui modul “referensi” → Unit TB
c) Cari fasyankes yang akan dilakukan update fungsi dan kemampuan
fasyankes → edit → checklist sebagai lab TCM

2) Update data informasi umum fasyankes


a) Menggunakan user akun fasyankes
b) Melalui modul “profil unit TB”
c) Klik Informasi umum
d) Update data pada bagian edit unit TBC

3) Pengisian informasi data ketersediaan mesin TCM

a) Menggunakan user akun fasyankes bagian laboratorium


b) Melalui modul “profil unit TB”
c) Klik Informasi umum
d) Update data pada sub menu ‘Mesin TCM’

Pengisian Serial Number (SN):

Untuk mengupdate sub menu mesin TCM, variable yang perlu dilengkapi
adalah SN mesin TCM yang dapat dilihat pada bagian belakang mesin TCM
atau pada installation qualification report (IQ Report) yang didapat saat
instalasi alat.
4) Input Laporan Bulanan TCM
a) Melalui modul “laboratorium” → pilih menu “laporan bulanan TCM”
b) Klik tambah.
Periode Pelaporan

Input periode tahun dan bulan pelaporan

Bagian 1

Input kondisi modul (baik/rusak) sesuai


dengan kondisi pada bulan pelaporan

Bagian 2

1. Input jumlah kartrid yang diterima pada


periode pelaporan dan jumlah kartrid
diterima dari relokasi → stok kartrid yang
diterima pada periode pelaporan

2. Input jumlah kartrid rusak pada periode


pelaporan dan jumlah kartrid direlokasi →
stok kartrid yang berkurang pada periode
pelaporan

3. Input Jumlah sisa kartrid bulan


sebelumnya

4. Jumlah pemeriksaan TCM TB →


otomatis tertarik dari data hasil
pemeriksaan TCM yang telah diinput di
SITB per terduga/pasien
5. Sisa kartrid bulan ini: otomatis akan
terhitung dari stok kartrid dikurang
dengan jumlah pemeriksaan TCM TB
pada periode pelaporan

6. Jumlah modul TCM yang digunakan:


otomatis akan menyesuaikan dengan
kondisi modul yang telah diinput pada
bagian 1.

Catatan: apabila tidak terdapat


perubahan pada jumlah kartrid yang
diterima, jumlah kartrid diterima dari
relokasi, jumlah kartrid rusak, jumlah
kartrid direlokasi, dan sisa kartrid bulan
sebelumnya maka diisi dengan angka nol
‘0’. Apabila tidak diisi maka lapbul tidak
dapat disimpan.
Bagian 3

Pada bagian ini akan otomatis tertarik dari


data hasil pemeriksaan TCM yang telah
diinput di SITB per terduga/pasien.

Total pada bagian ini adalah penjumlahan


dari kolom TB dan TB RO saja.
Sedangkan untuk TB HIV, TB Anak, TB
DM, TB EP, dan lainnya sudah masuk
pada kolom TB.
Bagian 4

Apabila terdapat pemeriksaan TCM selain


TB seperti VL-HIV, VL-HCV, COVID-19
dll maka dapat diinput jumlahnya pada
bagian ini.
Bagian 5

Apabila pada periode pelaporan terdapat


hasil pemeriksaan error maka diinput
pada bagian ini.

Kode error dan jumlah yg diinput


disesuaikan dengan hasil error yang
keluar pada software GxDx.

Total pada bagian ini harus sama dengan


jumlah error pada bagian 3, apabila tidak
sama maka lapbul tidak akan dapat
disimpan.

Bagian 6

Kapasitas maksimal penggunaan TCM


per bulan dihitung berdasarkan jumlah
modul yang digunakan dikali dengan 50
(3 running per hari x 20 hari kerja per
bulan x 80%).

Tingkat penggunaan TCM TB: Jumlah


pemeriksaan TCM / kapasitas TCM x
100%

Tingkat error: jumlah error/ jumlah


pemeriksaan TCM x 100%

VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 8
Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium Tuberkulosis

PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan, peserta mampu melakukan pencatatan dan pelaporan hasil
pemeriksaan laboratorium TBC

Bahan dan Alat:


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Panduan latihan kasus

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
2. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji
3. Fasiltator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
4. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 45 menit
5. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 9 menit (5 kelompok x 9
menit = 45 menit)
6. Kelompok lain memberi masukan terhadap penyajian kelompok yang
presentasi, waktu diskusi @4 menit (5 kelompok x 4 menit = 20 menit)
7. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi kepada tiap kelompok, waktu
@5 menit (5 kelompok x 5 menit = 25 menit)

Waktu:
3 Jpl x 45 menit = 135 menit
Lembar Kasus:
Kasus 1
Seorang Laki laki bernama “A”, usia 39 tahun, merupakan pasien yang istrinya adalah
pasien TBC Resistan Obat. Hasil pemeriksaan TCM MTB Detected Rifampisin
Resistance Not Detected. Apakah terduga tersebut perlu dilakukan pemeriksaan TCM
ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!

Kasus 2
Seorang Perempuan bernama “B”, usia 57 tahun, merupakan terduga TBC Sensitif
obat dan memiliki riwayat DM dan status HIV positif. Hasil pemeriksaan MTB Detected
Rifampisin Resistance Detected. Apakah terduga tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan TCM ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!

Kasus 3
Saudari “C”, usia 29 tahun, datang ke Puskesmas “Mawar” dengan keluhan batuk
berdahak, berat badan turun, dan berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan
kegiatan. Terduga TBC tersebut tidak memiliki riwayat pengobatan TB dan tidak
kontak erat dengan pasien TBC/TBC RO. Hasil Pemeriksaan TCM MTB Detected Rif
Resistance Indeterminate. Apakah terduga tersebut perlu dilakukan pemeriksaan TCM
ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!

Kasus 4
Anak bernama “E”, usia 7 tahun, merupakan anak TB HIV tidak responsive dengan
pengobatan yang adekuat. Hasil pemeriksaan TCM Negatif. Apakah terduga tersebut
perlu dilakukan pemeriksaan TCM ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam
formulir TBC.04!

Kasus 5
Saudara “D”, usia 31 tahun, merupakan terduga TB yang kontak erat dengan pasien
TBMDR. Hasil Pemeriksaan TCM pertama error, hasil pemeriksaan TCM kedua MTB
Detected Rifampisin Resistance Detected. Apakah hasil akhir pemeriksaan terduga
tersebut? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN

MODUL MPI 9
Manajemen Logistik Laboratorium TBC

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan manajemen
logistik laboratorium TBC.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melakukan pengelolaan logistik laboratorium TBC
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan logistik laboratorium di SITB
c. Melakukan pengawasan mutu logistik laboratorium TBC

III. POKOK BAHASAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


1. Pengelolaan logistik laboratorium TBC
a. Perencanaan barang habis pakai
b. Pengadaan barang habis pakai
c. Penyimpanan barang habis pakai
d. Permintaan barang habis pakai
2. Pencatatan dan pelaporan logistik laboratorium di SITB
3. Pengawasan mutu logistik laboratorium TBC

IV. METODE
1. CTJ
2. Curah Pendapat
3. Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Jaringan Internet
4. Bahan tayang
5. Flip chart
6. White board
7. Spidol
8. ATK
9. Modul
10. Panduan latihan
11. Lembar kasus
12. Sistem informasi tuberkulosis (SITB)

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan Perencanaan Penanggulangan TBC dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TBC yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ.
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan secara garis
besar dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pengelolaan Logistik Laboratorium TBC

Manajemen logistik lab TBC merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menjamin agar logistik tersedia di setiap layanan pada saat dibutuhkan
dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Kegiatan pengelolaan logistik
dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, sampai
dengan penggunaan, serta adanya sistem manajemen pendukung yaitu
organisasi, dana, sistem informasi, sumber daya manusia dan juga mutu.

Logistik yang terkait dengan laboratorium TCM TBC adalah alat TCM, kartrid, UPS,
dan printer yang masuk dalam logistik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

a. Perencanaan barang habis pakai


Perencanaan terdiri dari proses penilaian kebutuhan, menentukan sasaran,
menetapkan tujuan dan target, menentukan strategi, dan sumber daya yang
akan digunakan. Perencanaan logistik berdasarkan kebutuhan program TB
(program oriented) bukan berdasarkan kebutuhan biaya (budget oriented).
Proses pelaksanaan perencanaan logistik Non OAT dapat dilaksanakan di
setiap tingkatan dengan memperhitungkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Spesifikasi barang
2) Tanggal kedaluwarsa barang
3) Jumlah kebutuhan berdasarkan konsumsi per bulan yang disesuaikan
dengan target dan konsumsi sebelumnya
4) Stok yang tersedia yang masih dapat digunakan
5) Stok yang diperkirakan akan datang / stock in pipeline
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan kartrid TCM
meliputi:
1) Menghitung kebutuhan kartrid menggunakan kapasitas mesin optimal
2) Menghitung kebutuhan kartrid berdasarkan target utilisasi mesin TCM
3) Menghitung kebutuhan kartrid berdasarkan target penemuan kasus
TBC.

b. Pengadaan barang habis pakai


1) Pengadaan yang baik harus dapat memastikan kartrid TCM yang
diadakan sesuai dengan spesifikasi, jumlah, tepat waktu sesuai dengan
kontrak/perjanjian kerja dan harga yang kompetitif.
2) Pengadaan kartrid bersumber dari dana APBN dan sumber lainnya
yang sah sesuai peraturan.
3) Pengadaan kartrid TCM dilakukan melalui pendanaan DAK yang
dilakukan di Kabupaten / Kota terpilih dan pengadaan buffer stok pusat.
4) Pengadaan melalui DAK harus mempertimbangkan stok yang dimiliki,
utilisasi mesin TCM, target pasien yang akan ditemukan, leadtime
kedatangan kartrid dan buffer stok.
5) Masa “selflife”/pakai kartrid TCM hasil pengadaan minimal 18 bulan.

c. Penyimpanan barang habis pakai


Tersedia ruangan yang cukup untuk penyimpanan setiap jenis
barang/logistik yang akan disimpan sesuai persyaratan, antara lain:
1) Tersedia cukup ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan.
2) Mempunyai ventilasi yang cukup dan dilengkapi dengan penghalang
sinar matahari langsung.
3) Tersedia alat pengukur suhu (Termometer) dan pengukur kelembaban
(Higrometer).
4) Tersedia alat pengatur suhu ruangan (AC, kipas, exhaustfan).

Penyimpanan dan penerimaan kartrid TCM:


1) Penerimaan
a) SBBK (setelah di tandatangan, segera dikirim kembali ke pengirim
barang).
b) Cek kartrid yg diterima: Jumlah (sesuai SBBK) & kondisi-nya.
2) Penyimpanan
a) Sesuai kebijakan Kemenkes: “One Gate Policy” di unit instalasi
farmasi (IF): Dinkes Prov, Kab/Kota, RS, Puskesmas.
b) Tempat penyimpanan (Gudang/IF) memenuhi syarat “Cara
Penyimpanan Logistik yg Baik”.
c) Kartrid disimpan disuhu 2-28oC
d) Dilengkapi dgn pencatatan: kartu stok, dicatat dlm buku inventaris
barang, dll.

d. Permintaan dan distribusi

1) Distribusi dari Pusat dilaksanakan atas permintaan dari Dinas


Kesehatan Provinsi.
2) Distribusi dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota atas permintaan
Kabupaten/ Kota.
3) Distribusi dari Kabupaten/Kota berdasarkan permintaan Fasyankes.
4) Setelah ada kepastian jumlah logistik yang akan didistribusikan,
maka satuan kerja pengirim akan menyampaikan surat
pemberitahuan kepada satuan kerja penerima mengenai jumlah,
jenis, dan waktu pengiriman logistik.
5) Membuat SBBK dan BAST (Berita Acara Serah Terima).
6) Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan logistik maka satuan kerja
penerima menginformasikan ke satuan kerja pengirim untuk
dilakukan relokasi atau penambahan logistik tersebut.
7) Proses distribusi ke tempat tujuan harus memperhatikan
sarana/transportasi pengiriman yang memenuhi syarat sesuai
ketentuan obat atau logistik lainnya yang dikirim.
8) Penerimaan logistik dilaksanakan pada jam kerja.
9) Penetapan frekuensi pengiriman logistik haruslah memperhatikan
antara lain anggaran yang tersedia, jarak dan kondisi geografis,
fasilitas gudang, dan sarana yang ada.

Hal-hal dan tahapan yang harus diperhatikan dalam proses pendistribusian


logistik TBC adalah:
1) Distribusi dari Pusat dilaksanakan atas permintaan dari Dinas
Kesehatan Provinsi.
2) Distribusi dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota atas permintaan
Kabupaten/ Kota.
3) Distribusi dari Kabupaten/Kota berdasarkan permintaan Fasyankes.
4) Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Berita Acara Serah
Terima (BAST).
5) Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan logistik maka satuan kerja
penerima menginformasikan ke satuan kerja pengirim untuk dilakukan
relokasi atau penambahan logistik tersebut.
6) Proses distribusi ke tempat tujuan harus memperhatikan
sarana/transportasi pengiriman yang memenuhi syarat sesuai
ketentuan obat atau logistik lainnya yang dikirim.
7) Penerimaan logistik dilaksanakan pada jam kerja.
Jadwal permintaan logistik TBC:

Menghitung kebutuhan Kartrid per-Triwulan :

(Kebutuhan 1 triwulan - Sisa stok) + Stok pengaman 5%

Contoh Perhitungan Berdasarkan Kapasitas Maksimum Mesin :


• 1 Mesin TCM memiliki 4 modul
• 1 Modul dapat melakukan pemeriksaan 50 sample setiap bulan
• Jumlah maksimum pemeriksaan perbulan: 4 x 50 = 200 Cartidge
• Pemeriksaan kartrid per triwulan: 4 x 50 x 3 bulan = 600 kartrid
• Sisa stock: 100
• Jumlah Kebutuhan = 600 – 100 = 500
• Buffer Stok 5%: 500 x 0,05 = 50
Maka permintaan: 500 + 50 = 550 kartrid

Bila diperkirakan kartrid akan habis sebelum akhir triwulan/jadwal berikutnya (terjadi
penyerapan “kartrid” yg tinggi), segera buat permintaan kembali. JANGAN setelah
Kartrid Habis/Kosong baru melakukan permintaan. Lakukan evaluasi
(validasi/rasionalisasi) perhitungan kebutuhan sesuai “history” penggunaan triwulan
sebelumnya, dan perkiraan target/sasaran pemeriksaan kartrid utk permintaan
triwulan berikutnya.

2. Pencatatan dan pelaporan logistik laboratorium di SITB


Pencatatan dan pelaporan menggunakan software SITB dilakukan di seluruh tingkat
mulai dari fasilitas kesehatan sampai pada level Kementerian Kesehatan, melalui
alamat website: SITB.id/sitb/app.

Pencatatan dilakukan untuk semua transaksi logistik di SITB:


1) Permintaan
2) Penerimaan
3) Pengiriman
4) Pemakaian
5) Penyesuaian Stok
6) Stok Opname
Dashboard monitoring logistik Non OAT di SITB:
Alat bantu monitoring logistik TBC di SITB:

3. Pengawasan mutu logistik laboratorium TBC


Pengawasan mutu didefinisikan sebagai suatu konsep pengawasan yang mencakup
segala aspek yang secara individual atau bersama-sama dapat mempengaruhi mutu
suatu produk. Pengawasan mutu post market dilakukan di setiap tingkatan pelaksana
pengelolaan logistik TB, mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga Fasilitas
Pelayanan Kesehatan bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM).

VIII. REFERENSI
1. Perpres No 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Permenkes No 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
3. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 9
Manajemen Logistik Laboratorium TBC

PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan, peserta mampu melakukan manajemen logistik
laboratorium TBC.

Bahan dan Alat:


1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. Panduan latihan kasus

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
2. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji.
3. Fasilitator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
4. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 45 menit
5. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 9 menit (5 kelompok x 9
menit = 45 menit)
6. Kelompok lain memberi masukan terhadap penyajian kelompok yang
presentasi, waktu diskusi @4 menit (5 kelompok x 4 menit = 20 menit)
7. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi kepada tiap kelompok, waktu
@5 menit (5 kelompok x 5 menit = 25 menit)

Waktu:
3 Jpl x 45 menit = 135 menit
Lembar Kasus
Kasus 1
Pemakaian Kartrid TCM TB Per Bulan di RS A

Pemakaian
Stok Awal
Sisa Stok
No Bulan (Penerimaan Total Akhir Kartrid Rusak Akhir
Per Bulan) Pemeriksaan (rusak sebelum
TCM digunakan/ED)

1 Januari 150 70 0 80

2 Februari 250 150 3 177

3 Maret 0 135 2 40

a. Masukkan data total pemakaian kartrid bulanan di RS A pada SITB sesuai


dengan tabel di atas!
b. Hitung kebutuhan kartrid untuk 3 (tiga) bulan selanjutnya di RS A sesuai
dengan tabel di atas!
c. Bagaimana cara mengajukan permintaan kartid TCM TB? Kapan usulan
permintaan kartrid diajukan?
d. Apakah kartrid rusak tetap dilaporkan di SITB? Jika iya, bagaimana cara
pelaporannya?

Kasus 2
Laboratorium RS B memiliki stok awal kartrid pada bulan Januari sebanyak 50 tes
kartrid. Pada bulan Februari, terdapat penerimaan kartrid dari Dinas Kesehatan
Kab/Kota sebanyak 200 tes kartrid.
a. Dengan rerata penggunaan kartrid per bulan sebanyak 110 tes, kapan stok
kartrid tersebut akan habis?
b. Agar tidak terjadinya kekosongan stok kartrid di laboratorium, maka kapan
usulan permintaan kartrid harus diajukan?
c. Hitung kebutuhan kartrid untuk 3 (tiga) bulan selanjutnya di RS B!

Kasus 3
RS C memiliki alat TCM 4 modul yang telah operasional sejak bulan Oktober tahun
lalu. Sisa kartrid yang tersisa pada akhir Desember adalah 350 tes yang terdiri dari
150 tes kartrid batch 1 ED Maret 2022, 100 tes kartrid batch 2 dengan ED September
2022 dan 100 tes kartrid ED Oktober 2022.
a. Bagaimana cara penyimpanan kartrid yang benar agar bisa FEFO? Manakah
kartrid yang seharusnya dikonsumsi terlebih dahulu?
b. Bagaimana pendapat Saudara jika kartrid tsb disimpan di dalam ruangan tanpa
AC?

Kasus 4
RS D memiliki alat TCM 4 modul yang telah operasional sejak Desember 2021. Pada
Januari 2022, 2 (dua) modul TCM di RS tsb rusak, sehingga hanya 2 (dua) modul yang
dapat operasional. Sisa kartrid pada Januari 2022 adalah 100 tes. Pada Februari 2022,
dilakukan penerimaan kartrid dari IFK sebanyak 400 tes dengan ED Mei 2022. Rerata
penggunaan kartrid per bulan pada RS D adalah 80 tes.
a. Sesuai kapasitas alat TCM dan rerata penggunaan kartrid per bulan, berapa
perkiraan kartrid yang dapat dikonsumsi oleh RS D sampai bulan Mei?
b. Jika jumlah perkiraan penggunaan kartrid pada poin a lebih kecil dari jumlah
stok kartrid dengan ED Mei 2022, apa yang harus dilakukan oleh RS D?
c. Berapa jumlah kartrid yang beresiko kadaluwarsa pada Mei 2022? Apa yang
perlu dilakukan oleh RS D menanggulangi hal tsb?

Kasus 5
Pada RS E terdapat 50 kartrid TCM TB yang sudah kadaluwarsa, hal ini disebabkan
karena penyimpanan dan pemakaian kartrid yang tidak FEFO, sehingga baru
diketahui kemudian kalau kartrid yang ada di Gudang farmasi RS tsb sudah
kadaluwarsa.
a. Bagaimana cara pelaporan kartrid kadaluwarsa di SITB?
b. Apakah kartrid yang telah kadaluwarsa masih dapat digunakan untuk
pemeriksaan?
c. Apa langkah - langkah yang harus dilakukan RS E untuk mencegah terjadinya
kadaluwarsa kartrid di fasyankes?

Anda mungkin juga menyukai