Khusus Peserta
MODUL MPI 1
Teknologi dan Instalasi Alat TCM
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
Jenis kartrid Xpert yang dapat digunakan untuk pemeriksaan tuberkulosis meliputi
Xpert MTB/RIF, Xpert MTB/RIF Ultra, dan Xpert MTB/XDR.
2) Sampel
a) Jumlah minimum sampel yang digunakan adalah 1 (satu) mL.
b) Sampel harus murni dahak (sputum). Dilarang menggunakan sampel
yang mengandung partikel makanan dan/atau partikel padat lain.
c) Sampel dapat disimpan selama: 3 hari pada suhu 35°C atau 4 – 10 hari
pada suhu 4°C.
d) Untuk sampel pengiriman, selama proses transportasi sampel harus
disimpan pada suhu 2 – 8 °C.
5 - Probes berikatan dengan wild type (tidak berikatan dengan DNA mutant)
1 - Probe untuk SPC (Bacillus globigii)
6 - fluorescent dyes terdeteksi secara bersamaan
6) Alur Proses Kerja Kartrid
8) Interpretasi Hasil
2. Prasyarat Penempatan Alat TCM
a. Prasyarat Ruangan Laboratorium GeneXpert
Alat TCM tersimpan di dalam dua kotak berbeda. Kotak pertama berisi alat TCM,
barcode scanner, dan kabel. Kotak kedua berisi monitor, hard drive, keyboard,
mouse, dan kabel.
2) Letakan alat pada meja yang stabil dan kuat.
3) Susun seluruh peralatan dengan urutan sebagai berikut:
Hard disk– barcode scanner - komputer – TCM – UPS atau UPS – TCM –
komputer – barcode scanner – hard disk.
a) Pasang kabel UPS langsung ke sumber listrik
b) Pasang kabel power TCM, monitor, dan hard drive ke UPS
c) Hubungkan monitor ke hard disk
d) Hubungkan hard disk ke alat TCM
e) Hubungkan kabel barcode scanner, mouse, dan keyboard ke hard disk
f) Pasang kabel sesuai dengan port-nya.
VII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan TB Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia.
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 2
Alur Pemeriksaan untuk Diagnosis Tuberkulosis
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
Terduga TBC
Pemeriksaan
TCM
Pemeriksaan Pemeriksaan
radiologis / ulang TCM
Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan antibiotik ***)
uji kepekaan
molekuler paket standar INH pasien dengan spektrum
(LPA lini dua / uji kepekaan luas
riwayat pengobatan
TCM XDR dll.) fenotipik Pemeriksaan ulang
sebelumnya
TCM dan
sesuaikan
pengobatan
berdasarkan hasil
TCM
*) Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan **) Inisiasi ***) Pengulangan hanya 1
riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos pengobatan dengan kali. Hasil pengulangan
Rif resisten dari kriteria terduga TBC baru harus diulang OAT lini satu yang menjadi acuan
dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil MTB
pos) yang menjadi acuan
Faktor risiko ini didasarkan pada faktor risiko kejadian TBC RO, berbeda dengan
hasil pemeriksaan yang keluar dari mesin TCM. Hasil pemeriksaan very
low/low/medium/high yang berasal dari TCM mengindikasikan jumlah kandungan bakteri
dalam sampel yang diperiksa bersifat semikuantitatif. Pengulangan TCM didasarkan
pada faktor risiko kejadian TBC RO, bukan dari jumlah kandungan bakteri pada sampel
yang diperiksa. Berdasarkan fasktor risiko kejadian TBC RO, terduga TB dibedakan
menjadi terduga TBC RO risiko rendah/ Terduga TBC SO dan terduga TBC RO risiko
tinggi.
TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak
Invalid/
TB, TB, TB, Neg Indet
TB, Negatif/Invalid/ Indet No
Rif no result/ error Rif Rif
Rif result/
Res Res Sen
Sen error
TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak
Ulangi (2)
TCM 1x
Invalid/
TB, TB, Neg Indet
LPA Lini dua No
Rif Rif
Uji Kepekaan result/
Res Sen error
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler
Tahun 2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia Tahun
2020, Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 3
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium TBC
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Penayangan video
4. Simulasi
5. Praktik lapangan
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
Prosedur pemeriksaan TCM masuk dalam tingkat risiko level rendah dan
membutuhkan tindakan pencegahan yang sama seperti pemeriksaan
mikroskopis. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Bekerja di area dengan ventilasi yang baik.
2) Menggunakan sarung tangan dan jas lab selama mengerjakan spesimen
pasien TBC.
3) Pada faskes dengan beban TB-MDR yang tinggi, penilaian risiko dapat
menentukan apakah perlu ada tambahan prosedur keselamatan di lab
TCM; contohnya penggunaan respirator N95 atau penggunaan BSC.
MODUL MPI 4
Penanganan Spesimen (Pre Analisis)
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Penayangan video
3. Simulasi
4. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
b. Penyimpanan Spesimen
1) Petugas lab TCM harus menggunakan APD, yaitu jas laboratorium,
masker, dan sarung tangan pada saat membuka kemasan dan melakukan
proses pemeriksaan spesimen.
2) Periksa kerapatan tutup pot dan perhatikan ada tidaknya kebocoran pada
pot spesimen. Jika terdapat pot spesimen yang pecah, maka pot spesimen
diperlakukan sebagai limbah infeksius. Selanjutnya, harus dilaporkan ke
fasyankes pengirim spesimen secepatnya dan dimintakan spesimen baru.
3) Pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin, namun apabila tidak
memungkinkan maka penyimpanan spesimen dilakukan pada:
a) Suhu 2 − 8℃. Spesimen harus diolah dalam 7 hari, ATAU
b) Suhu ruang. Spesimen harus segera diolah dalam 3 hari.
4) Bila spesimen yang terkumpul tidak memenuhi kualifikasi sebagai
spesimen yang berkualitas, petugas laboratorium berhak meminta pasien
terduga TB memberikan spesimen kembali.
5) Petugas laboratorium pelaksana TCM harus mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, serta membilas kedua tangan dengan alkohol 70%
setelah melakukan penyimpanan spesimen.
VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
3. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 5
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis)
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
Buka tutup Tambahkan SR kedalam Kocok dengan kuat 10 – 20 kali. Inkubasi pada temperatur Buka kemasan
Sample Reagent sputum dengan ruang. Setelah 10 menit inkubasi, kocok kembali dengan kartrid dan beri
(SR)‘s dan pot perbandingan 2:1. Tutup kuat 10 – 20 kali. label ID sampel
sputum. pot sputum. Setelah 5 menit inkubali, sampel harus sudah cair dan pada bagian kanan
homogen sebelum diproses. Apabila masih terlihat kental, atau kiri kartrid.
c. Induced Sputum
Induced sputum disiapkan berdasarkan metode Kent and Kubica * (re-suspensi dalam
67mM Phosphate/H2O buffer).
Buka tutup Kumpulkan 0.5 ml Kocok dengan kuat 10 – 20 kali (Cat: Satu Buka kemasan kartrid
Sample sedimen dan gerakan ke atas dan ke bawah dihitung satu dan beri label ID sampel
Reagent (SR)‘s tambahkan 1.5 ml kocokan). Inkubasi pada suhu ruangan. Setelah pada bagian kanan atau
sample reagen 10 menit, kocok/vortex specimen dengan kuat kiri kartrid
sebanyak 10 – 20 kali . Inkubasi selama 5 menit.
d. Inokulasi
1) Buka kartrid dan masukkan 2-4 ml sampel yang sudah di elusi menggunakan
pipet transfer.
2) Pipet sampel hati-hati untuk menghindari terbentuknya aerosol dan gelembung
3) Jangan meindahkan partikel padat ke dalam kartrid.
4) Tutup hati-hati.
5) Mulai lakukan uji.
2. Pengolahan Spesimen
Pengolahan spesimen dahak dapat dilakukan di tempat yang sama untuk pengolahan
dan pewarnaan mikroskopis.apabila di laboratorium TCM tersedia Biological Safety
Cabinet (BSC) maka pengolahan spesimen dapat dilakukan pada BSC.
a. Pengolahan Spesimen Dahak
1) Beri label identitas pada setiap kartrid.
2) Bukalah penutup pot dahak, tambahkan Sample Reagent yang sudah tersedia
sebanyak 2 kali volume spesimen.
3) Tutup kembali pot dahak, kemudian kocok dengan kuat sampai campuran
dahak dan Sample Reagent menjadi homogen.
4) Diamkan selama 15 menit pada suhu ruang.
5) Kocok kembali campuran, lalu diamkan selama 5 menit.
6) Bila masih ada gumpalan, kocok kembali agar campuran dahak dan Sample
Reagent menjadi homogen sempurna dan biarkan selama 5 menit pada suhu
kamar.
7) Buka penutup kartrid, kemudian buka tempat penampung spesimen. Gunakan
pipet yang disediakan untuk memindahkan spesimen dahak yang telah diolah
sebanyak 2 ml (sampai garis batas pada pipet) ke dalam kartrid secara
perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung yang bisa
menyebabkan eror.
8) Tutup kartrid secara perlahan dan masukan kartrid ke dalam alat TCM.
Catatan:
• 1 sample reagent untuk pengolahan 1 spesimen dahak
• Apabila volume dahak > 4 ml maka disarankan untuk membagi spesimen menjadi 2
bagian dan harus dilakukan dalam BSC. Satu bagian digunakan untuk pemeriksaan
TCM, satu bagian lainnya disimpan dalam pot dahak baru sebagai cadangan.
• Spesimen yang sudah diolah dan masuk ke dalam kartrid harus segera dimasukkan
ke dalam alat TCM. Saat mengolah beberapa spesimen dalam satu waktu, pengisian
spesimen ke dalam kartrid dilakukan satu persatu. Tutup kartrid terlebih dahulu
sebelum mengisi kartrid berikutnya.
• Jika terdapat sisa spesimen yang telah diolah, spesimen tersebut dapat disimpan
selama 5 jam jika dibutuhkan pemeriksaan ulang.
d. Setelah nomor seri kartrid masuk, masukan data patient. Bagian “Select
Module” akan terisi secara otomatis, petugas lab tidak perlu mengubahnya.
Kemudian klik “Start Test”.
e. Lampu warna hijau di alat TCM akan berkedip-kedip pada modul yang terpilih
otomatis. Buka pintu modul dan letakkan kartrid TCM.
f. Tutup pintu modul dengan sempurna hingga terdengar bunyi klik. Pemeriksaan
akan dimulai dan lampu hijau akan tetap menyala tanpa berkedip. Pemeriksaan
akan berlangsung kurang lebih 2 jam. Saat pemeriksaan selesai, lampu akan
mati secara otomatis dan pintu modul akan terbuka secara otomatis.
g. Buka pintu modul dan keluarkan kartrid. Kartrid yang telah dipakai harus
dibuang ke tempat sampah infeksius sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh
masing- masing institusi.
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 6
Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM (Post Analisis)
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Latihan kasus
4. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
Pembacaan dan
Print Out Hasil Pemeriksaan TCM
Penulisan Hasil
Hanya ada satu kurva yang mengalami kenaikan, yaitu SPC sebagai kontrol bahwa
reaksi PCR berjalan dengan baik. Namun demikian, tidak terjadi kenaikan kurva pada
probe A-E dikarenakan tidak terdapat DNA MTB di dalam sampel.
5) Invalid
Tidak ada kurva yang mengalami kenaikan, bahkan SPC sebagai kontrol. Hal
tersebut menandakan proses PCR terganggu.
6) Error
7) No Result
a. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Hasil Interpretasi Tindak lanjut
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED; Lanjutkan sesuai dengan
• Mutasi gen rpoB terdeteksi,
Rif Resistance alur diagnosis TB resistan
kemungkinan besar resistan
DETECTED obat
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED;
• Mutasi gen rpoB tidak terdeteksi. Lanjutkan sesuai dengan
Rif Resistance NOT
Kemungkinan besar sensitif alur diagnosis TB biasa
DETECTED
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
Ulangi pemeriksaan*)
MTB DETECTED; • Mutasi gen rpoB / resistansi
secepatnya menggunakan
Rif Resistance rifampisin tidak dapat ditentukan
spesimen dahak baru
INDETERMINATE karena sinyal penanda resistansi
dengan kualitas yang baik
tidak cukup terdeteksi
Lanjutkan sesuai alur
MTB Not Detected DNA MTB tidak terdeteksi
diagnosis TB
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid dan
ditentukan karena kurva SPC tidak spesimen dahak baru*),
INVALID menunjukan kenaikan jumlah pastikan spesimen tidak
amplikon, proses sampel tidak benar, terdapat bahan-bahan
reaksi PCR terhambat yang dapat menghambat
PCR
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid baru*),
ERROR ditentukan, quality control internal pastikan pengolahan
gagal atau terjadi kegagalan sistem spesimen sudah benar
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 7
Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
b. Pemeliharaan Mingguan
Pemeliharaan mingguan dilakukan apabila alat TCM digunakan selama
seminggu penuh tanpa dimatikan, dengan cara melakukan restart sistem
(mematikan kemudian menyalakan kembali alat TCM dan komputer).
c. Pemeliharaan Bulanan
1) Membersihkan permukaan alat
2) Membersihkan permukaan bagian dalam modul (cartridge bay interior)
2 1
4
3
5
6
4) Membersihkan filter debu kipas
a. Keluhan/ kerusakan ringan yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh user
fasyankes (kategori 0)
Solusi dari kerusakan ini dapat diselesaikan secara mandiri oleh user fasyankes.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
4001, 4002, 4003, • Malfungsi perangkat • Jika terdapat katrid di dalam modul, keluarkan
4004, 4006, 4008, keras pada modul terlebih dahulu
4009, 4010, 4011, • Penempatan katrid • Lakukan self-test pada menu Maintenance
4012, 4013, 4014 yang tidak baik • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
4015, 4016, 4017, • Pintu modul tidak • Pastikan suhu ruangan berada pada rentannya,
4019, 2005, 2006, tertutup rapat tidak ada penghalang pada ventilasi, dan filter
2012, 2014, 2016, tidak kotor
2022, 2024, 2034 • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
2032, 2035 namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2011 • Malfungsi perangkat • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
2018 keras pada modul • Ulangi tes dengan katrid yang sama pada modul
2025 • Kerusakan katrid lain. Jika berhasil, maka modul sebeumnya
2037 mengalami kerusakan
• Jika gagal di modul lain, uangi tes di modul
sebelumnya, jika berhasi kerusakan terjadi pada
fisik katrid
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, dan apabila terjadi
kerusakan pada modul, segera laporkan ke ASP
1004 • Suhu ruangan terlalu • Pastikan jarak antara alat dengan sekitar cukup
1017 tinggi untuk sirkulasi udara
• Kondisi ruangan tidak • Pastikan ruangan sesuai persyaratan
sesuai dengan • Pastikan kipas pada bagian belakang alat
persyaratan berfungsi
• Kegagalan sensor suhu • Pastikan filter tidak kotor
• Kipas kotor / rusak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
1005 • Malfungsi perangkat • Gunakan katrid baru
1018 keras pada modul • Pastikan pintu modul tertutup rapat
• Pintu modul tidak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
tertutup rapat namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2008 • Sampel mengandung • Gunakan sampel baru dengan kualitas yang lebih
2009 pengotor baik
• Jika eror berulang, coba melakukan tes hanya
dengan menggunakan SR saja, tanpa sampel
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2017, • Malfungsi perangkat • Untuk mengeluarkan katrid, lakukan langkah
Katrid tersangkut keras pada pintu modul berikut:
di dalam modul atau sensor pintu − Masuk ke menu Maintenance
− Klik Open Module Door
− Klik Open Door untuk membuka pintu modul
• Setelah katrid dikeluarkan, matikan sistem lalu
nyalakan kembali
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2126 • Gangguan aliran listrik • Matikan sistem, kemudian nyalakan kembali
2127 • Kegagalan kabel power • Lepas kabel LAN kemudian pasang kembali.
atau kabel konektor Setelah itu, matikan dan nyalakan kembali sistem
• Kegagalan kabel LAN • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
5001, 5002 • Kerusakan pada katrid • Gunakan katrid baru
5003, 5004 yang menyebabkan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
5005, 5010 kurva positif yang namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
5011 • abnormal ASP
5006, 5007 • Volume sampel yang • Pastikan proses memasukkan sampel dilakukan
5008, 5009 tidak sesuai dengan baik
• Reagen buruk • Pastikan katrid disimpan di tempat yang sesuai
• Sampel tidak • Ulangi dengan katrid baru
dimasukkan dengan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
baik namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Sistem tidak dapat • Alat tidak terhubung ke • Periksa koneksi sumber listrik
menyala sumber listrik • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
Modul tidak • Kabel LAN tidak • Hubungkan kabel LAN
terdeteksi terhubung, lepas, atau • Tutup program dan buka kembali dengan kondisi
rusak alat sedang menyala
• Komputer dinyakan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
sebelum menyalakan namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
alat ASP
Barcode scanner • Lepas dan pasang kembali kabel barcode scanner
tidak berfungsi pada CPU komputer
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Lampu pada • Kegagalan mekanik • Keluarkan katrid dari dalam modul
modul berkedip pada modul • Lakukan self test
merah • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Hasil tidak dapat • Printer tidak terhubung • Periksa koneksi antara printer dan komputer
dicetak • Printer mati • Periksa tinta & kertas
• Tinta printer habis • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Tidak ada kertas namun eror masih terjadi, hubungi bagian IT atau
IPSRS masing-masing faskes
Tidak dapat • Tidak ada modul yang • Periksa kembali assay yang akan digunakan
memulai tes tersedia • Periksa modul sedang tidak dinonaktifkan
• Tidak ada assay yang • Periksa suhu internal modul pada menu
terpilih Maintenance
• Modul belum dikalibrasi • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Suhu ruangan terlalu namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
tinggi ASP
c. Keluhan/ kerusakan berat yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh fasyankes
dengan panduan jarak jauh oleh ASP (kategori 2)
Kerusakan ini menyebabkan alat TCM tidak operasional dikarenakan modul/ alat
tidak dapat digunakan. Perbaikan dapat dilakukan oleh fasyankes dengan syarat
harus diketahui oleh ASP dan dilakukan dengan pendampingan jarak jauh oleh
ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Katrid tidak dapat • Katrid tersangkut dan tidak dapat • Mengeluarkan katrid dari dalam
dikeluarkan dari dikeluarkan melalui program modul secara manual dengan
modul panduan ASP
Modul tidak • Kabel LAN di dalam alat lepas • Memasang kembali kabel yang
terdeteksi oleh • Masalah pada perangkat keras terlepas dengan panduan ASP
program modul
Penggantian • Apabila terjadi HW Failure dan • Untuk mengeluarkan modul yang
modul yang akan dilakukan penggantian rusak dan memasang modul
mengalami dengan modul baru pengganti harus dilakukan dengan
Hardware Failure panduan ASP
d. Keluhan/ kerusakan berat yang hanya dapat diselesaikan oleh ASP di fasyankes
(kategori 3)
Kerusakan kategori 3 adalah kerusakan kategori 2 yang tidak dapat diselesaikan
oleh fasyankes, sehingga membutuhkan bantuan teknis langsung dari ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengeluarkan katrid • Intervensi ASP ke faskes
mengeluarkan yang tersangkut
katrid yang
tersangkut
Kegagalan untuk • Faskes gagal membongkar dan • Intervensi ASP ke faskes
membongkar dan memasang kembali alat yang
memasang dibongkar
kembali modul
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengganti modul • Intervensi ASP ke faskes
mengganti modul yang rusak dengan modul baru
yang rusak
Analisa kerusakan • Kerusakan hardware komputer • Intervensi APS untuk melakukan
komputer yang menyebabkan komputer tidak analisa kerusakan di faskes
dapat dinyalakan • Setelah faskes menerima
komputer pengganti, ASP akan
melakukan pemasangan di faskes
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 8
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
5) Apabila ‘status kirim’ belum dikirim maka akan muncul fungsi ‘konfirmasi
pengiriman contoh uji’ (lambang pesawat kertas).
6) Lakukan pengisian ‘konfirmasi pengiriman contoh uji’ dengan variabel yang perlu
diisi adalah:
Catatan: Baris kedua pada hasil pemeriksaan TCM diisi jika ada pengulangan
pemeriksaan sesuai ketentuan Program TBC. Namun apabila tidak terdapat
pengulangan maka baris kedua dikosongkan.
7) Setelah pilih/klik simpan maka akan muncul pada ‘status hasil’ yaitu Lengkap yang
ditandai kotak merah.
Untuk mengupdate sub menu mesin TCM, variable yang perlu dilengkapi
adalah SN mesin TCM yang dapat dilihat pada bagian belakang mesin TCM
atau pada installation qualification report (IQ Report) yang didapat saat
instalasi alat.
4) Input Laporan Bulanan TCM
a) Melalui modul “laboratorium” → pilih menu “laporan bulanan TCM”
b) Klik tambah.
Periode Pelaporan
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 6
VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 9
Manajemen Logistik Laboratorium TBC
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah Pendapat
3. Latihan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pengelolaan Logistik Laboratorium TBC
Manajemen logistik lab TBC merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menjamin agar logistik tersedia di setiap layanan pada saat dibutuhkan
dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Kegiatan pengelolaan logistik
dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, sampai
dengan penggunaan, serta adanya sistem manajemen pendukung yaitu
organisasi, dana, sistem informasi, sumber daya manusia dan juga mutu.
Logistik yang terkait dengan laboratorium TCM TBC adalah alat TCM, kartrid, UPS,
dan printer yang masuk dalam logistik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Bila diperkirakan kartrid akan habis sebelum akhir triwulan/jadwal berikutnya (terjadi
penyerapan “kartrid” yg tinggi), segera buat permintaan kembali. JANGAN setelah
Kartrid Habis/Kosong baru melakukan permintaan. Lakukan evaluasi
(validasi/rasionalisasi) perhitungan kebutuhan sesuai “history” penggunaan triwulan
sebelumnya, dan perkiraan target/sasaran pemeriksaan kartrid utk permintaan
triwulan berikutnya.
VIII. REFERENSI
1. Perpres No 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Permenkes No 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
3. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
Khusus Fasilitator
MODUL MPI 1
Teknologi dan Instalasi Alat TCM
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
Jenis kartrid Xpert yang dapat digunakan untuk pemeriksaan tuberkulosis meliputi
Xpert MTB/RIF, Xpert MTB/RIF Ultra, dan Xpert MTB/XDR.
2) Sampel
a) Jumlah minimum sampel yang digunakan adalah 1 (satu) mL.
b) Sampel harus murni dahak (sputum). Dilarang menggunakan sampel
yang mengandung partikel makanan dan/atau partikel padat lain.
c) Sampel dapat disimpan selama: 3 hari pada suhu 35°C atau 4 – 10 hari
pada suhu 4°C.
d) Untuk sampel pengiriman, selama proses transportasi sampel harus
disimpan pada suhu 2 – 8 °C.
5 - Probes berikatan dengan wild type (tidak berikatan dengan DNA mutant)
1 - Probe untuk SPC (Bacillus globigii)
6 - fluorescent dyes terdeteksi secara bersamaan
6) Alur Proses Kerja Kartrid
8) Interpretasi Hasil
2. Prasyarat Penempatan Alat TCM
a. Prasyarat Ruangan Laboratorium GeneXpert
Alat TCM tersimpan di dalam dua kotak berbeda. Kotak pertama berisi alat TCM,
barcode scanner, dan kabel. Kotak kedua berisi monitor, hard drive, keyboard,
mouse, dan kabel.
2) Letakan alat pada meja yang stabil dan kuat.
3) Susun seluruh peralatan dengan urutan sebagai berikut:
Hard disk– barcode scanner - komputer – TCM – UPS atau UPS – TCM –
komputer – barcode scanner – hard disk.
a) Pasang kabel UPS langsung ke sumber listrik
b) Pasang kabel power TCM, monitor, dan hard drive ke UPS
c) Hubungkan monitor ke hard disk
d) Hubungkan hard disk ke alat TCM
e) Hubungkan kabel barcode scanner, mouse, dan keyboard ke hard disk
f) Pasang kabel sesuai dengan port-nya.
VII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan TB Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia.
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 2
Alur Pemeriksaan untuk Diagnosis Tuberkulosis
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
Terduga TBC
Pemeriksaan
TCM
Pemeriksaan Pemeriksaan
radiologis / ulang TCM
Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan antibiotik ***)
uji kepekaan
molekuler paket standar INH pasien dengan spektrum
(LPA lini dua / uji kepekaan luas
riwayat pengobatan
TCM XDR dll.) fenotipik Pemeriksaan ulang
sebelumnya
TCM dan
sesuaikan
pengobatan
berdasarkan hasil
TCM
*) Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan **) Inisiasi ***) Pengulangan hanya 1
riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos pengobatan dengan kali. Hasil pengulangan
Rif resisten dari kriteria terduga TBC baru harus diulang OAT lini satu yang menjadi acuan
dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil MTB
pos) yang menjadi acuan
Faktor risiko ini didasarkan pada faktor risiko kejadian TBC RO, berbeda dengan
hasil pemeriksaan yang keluar dari mesin TCM. Hasil pemeriksaan very
low/low/medium/high yang berasal dari TCM mengindikasikan jumlah kandungan bakteri
dalam sampel yang diperiksa bersifat semikuantitatif. Pengulangan TCM didasarkan
pada faktor risiko kejadian TBC RO, bukan dari jumlah kandungan bakteri pada sampel
yang diperiksa. Berdasarkan fasktor risiko kejadian TBC RO, terduga TB dibedakan
menjadi terduga TBC RO risiko rendah/ Terduga TBC SO dan terduga TBC RO risiko
tinggi.
TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak
Invalid/
TB, TB, TB, Neg Indet
TB, Negatif/Invalid/ Indet No
Rif no result/ error Rif Rif
Rif result/
Res Res Sen
Sen error
TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak
Ulangi (2)
TCM 1x
Invalid/
TB, TB, Neg Indet
LPA Lini dua No
Rif Rif
Uji Kepekaan result/
Res Sen error
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler
Tahun 2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat di Indonesia Tahun
2020, Kementerian Kesehatan RI
3. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan Alur
Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 3
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium TBC
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Penayangan video
4. Simulasi
5. Praktik lapangan
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
Prosedur pemeriksaan TCM masuk dalam tingkat risiko level rendah dan
membutuhkan tindakan pencegahan yang sama seperti pemeriksaan
mikroskopis. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Bekerja di area dengan ventilasi yang baik.
2) Menggunakan sarung tangan dan jas lab selama mengerjakan spesimen
pasien TBC.
3) Pada faskes dengan beban TB-MDR yang tinggi, penilaian risiko dapat
menentukan apakah perlu ada tambahan prosedur keselamatan di lab
TCM; contohnya penggunaan respirator N95 atau penggunaan BSC.
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Pelatihan Inti 3
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium TBC
PANDUAN SIMULASI
Tujuan Setelah mengikuti studi kasus, peserta mampu melakukan keamanan dan
keselamatan kerja laboratorium TBC .
Bahan dan Alat:
1. Komputer/ laptop
2. LCD
3. Bahan tayang
4. Flip chart
5. White board
6. Spidol
7. ATK
8. APD (sarung tangan, jas lab bukaan belakang, masker)
9. Spill kit
10. Pot dahak
11. Kantong sampah infeksius
12. Alkohol 70%, hipoklorit 0,5% 13. Tisu
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Setiap kelompok didampingi oleh 1 orang instruktur
3. Setiap kelompok mensimulasikan:
a. Peserta menunjukkan jenis-jenis APD yang digunakan
b. Peserta menunjukkan persyaratan ruangan yang digunakan untuk Alat
TCM
c. Prosedur pembersihan tumpahan spesimen
d. Prosedur pembuangan kartrid dan dahak
4. Total waktu penugasan simulasi 90 menit / 2 JPL
5. Setiap kelompok melakukan simulasi selama waktu 60 Menit
6. Fasilitator memberian masukan terkait hasil simulasi (30 menit)
Waktu:
2 JPL x 45 menit : 90 menit
Formulir Simulasi
Nilai:
Sangat Kurang: < 50
Kurang : 50-59
Cukup : 60-69
Baik : 70-79
Sangat Baik : > 80
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 4
Penanganan Spesimen (Pre Analisis)
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Penayangan video
3. Simulasi
4. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
b. Penyimpanan Spesimen
1) Petugas lab TCM harus menggunakan APD, yaitu jas laboratorium,
masker, dan sarung tangan pada saat membuka kemasan dan melakukan
proses pemeriksaan spesimen.
2) Periksa kerapatan tutup pot dan perhatikan ada tidaknya kebocoran pada
pot spesimen. Jika terdapat pot spesimen yang pecah, maka pot spesimen
diperlakukan sebagai limbah infeksius. Selanjutnya, harus dilaporkan ke
fasyankes pengirim spesimen secepatnya dan dimintakan spesimen baru.
3) Pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin, namun apabila tidak
memungkinkan maka penyimpanan spesimen dilakukan pada:
a) Suhu 2 − 8℃. Spesimen harus diolah dalam 7 hari, ATAU
b) Suhu ruang. Spesimen harus segera diolah dalam 3 hari.
4) Bila spesimen yang terkumpul tidak memenuhi kualifikasi sebagai
spesimen yang berkualitas, petugas laboratorium berhak meminta pasien
terduga TB memberikan spesimen kembali.
5) Petugas laboratorium pelaksana TCM harus mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, serta membilas kedua tangan dengan alkohol 70%
setelah melakukan penyimpanan spesimen.
VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
3. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Pelatihan Inti 4 Penanganan Spesimen (Pre Analisis)
PANDUAN SIMULASI
Tujuan:
Setelah mengikuti studi kasus, peserta mampu melakukan Penanganan Spesimen
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Setiap kelompok didampingi oleh 1 orang instruktur.
3. Setiap kelompok mensimulasikan:
a. Peralatan yang digunakan dalam pengiriman
b. Pelabelan pot dahak
c. Pengemasan triple packaging
d. Penerimaan spesimen di laboratorium
4. Waktu simulasi 90 menit / 2 JPL
5. Setiap kelompok melakukan simulasi selama waktu 60 Menit
6. Fasilitator memberian masukan terkait hasil simulasi (30 menit)
Waktu:
2 JPL x 45 menit : 90 menit
Formulir Simulasi:
Nilai:
Sangat Kurang: < 50
Kurang : 50-59
Cukup : 60-69
Baik : 70-79
Sangat Baik : > 80
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 5
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis)
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
Buka tutup Tambahkan SR kedalam Kocok dengan kuat 10 – 20 kali. Inkubasi pada temperatur Buka kemasan
Sample Reagent sputum dengan ruang. Setelah 10 menit inkubasi, kocok kembali dengan kartrid dan beri
(SR)‘s dan pot perbandingan 2:1. Tutup kuat 10 – 20 kali. label ID sampel
sputum. pot sputum. Setelah 5 menit inkubali, sampel harus sudah cair dan pada bagian kanan
homogen sebelum diproses. Apabila masih terlihat kental, atau kiri kartrid.
c. Induced Sputum
Induced sputum disiapkan berdasarkan metode Kent and Kubica * (re-suspensi dalam
67mM Phosphate/H2O buffer).
Buka tutup Kumpulkan 0.5 ml Kocok dengan kuat 10 – 20 kali (Cat: Satu Buka kemasan kartrid
Sample sedimen dan gerakan ke atas dan ke bawah dihitung satu dan beri label ID sampel
Reagent (SR)‘s tambahkan 1.5 ml kocokan). Inkubasi pada suhu ruangan. Setelah pada bagian kanan atau
sample reagen 10 menit, kocok/vortex specimen dengan kuat kiri kartrid
sebanyak 10 – 20 kali . Inkubasi selama 5 menit.
d. Inokulasi
1) Buka kartrid dan masukkan 2-4 ml sampel yang sudah di elusi menggunakan
pipet transfer.
2) Pipet sampel hati-hati untuk menghindari terbentuknya aerosol dan gelembung
3) Jangan meindahkan partikel padat ke dalam kartrid.
4) Tutup hati-hati.
5) Mulai lakukan uji.
2. Pengolahan Spesimen
Pengolahan spesimen dahak dapat dilakukan di tempat yang sama untuk pengolahan
dan pewarnaan mikroskopis.apabila di laboratorium TCM tersedia Biological Safety
Cabinet (BSC) maka pengolahan spesimen dapat dilakukan pada BSC.
a. Pengolahan Spesimen Dahak
1) Beri label identitas pada setiap kartrid.
2) Bukalah penutup pot dahak, tambahkan Sample Reagent yang sudah tersedia
sebanyak 2 kali volume spesimen.
3) Tutup kembali pot dahak, kemudian kocok dengan kuat sampai campuran
dahak dan Sample Reagent menjadi homogen.
4) Diamkan selama 15 menit pada suhu ruang.
5) Kocok kembali campuran, lalu diamkan selama 5 menit.
6) Bila masih ada gumpalan, kocok kembali agar campuran dahak dan Sample
Reagent menjadi homogen sempurna dan biarkan selama 5 menit pada suhu
kamar.
7) Buka penutup kartrid, kemudian buka tempat penampung spesimen. Gunakan
pipet yang disediakan untuk memindahkan spesimen dahak yang telah diolah
sebanyak 2 ml (sampai garis batas pada pipet) ke dalam kartrid secara
perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung yang bisa
menyebabkan eror.
8) Tutup kartrid secara perlahan dan masukan kartrid ke dalam alat TCM.
Catatan:
• 1 sample reagent untuk pengolahan 1 spesimen dahak
• Apabila volume dahak > 4 ml maka disarankan untuk membagi spesimen menjadi 2
bagian dan harus dilakukan dalam BSC. Satu bagian digunakan untuk pemeriksaan
TCM, satu bagian lainnya disimpan dalam pot dahak baru sebagai cadangan.
• Spesimen yang sudah diolah dan masuk ke dalam kartrid harus segera dimasukkan
ke dalam alat TCM. Saat mengolah beberapa spesimen dalam satu waktu, pengisian
spesimen ke dalam kartrid dilakukan satu persatu. Tutup kartrid terlebih dahulu
sebelum mengisi kartrid berikutnya.
• Jika terdapat sisa spesimen yang telah diolah, spesimen tersebut dapat disimpan
selama 5 jam jika dibutuhkan pemeriksaan ulang.
d. Setelah nomor seri kartrid masuk, masukan data patient. Bagian “Select
Module” akan terisi secara otomatis, petugas lab tidak perlu mengubahnya.
Kemudian klik “Start Test”.
e. Lampu warna hijau di alat TCM akan berkedip-kedip pada modul yang terpilih
otomatis. Buka pintu modul dan letakkan kartrid TCM.
f. Tutup pintu modul dengan sempurna hingga terdengar bunyi klik. Pemeriksaan
akan dimulai dan lampu hijau akan tetap menyala tanpa berkedip. Pemeriksaan
akan berlangsung kurang lebih 2 jam. Saat pemeriksaan selesai, lampu akan
mati secara otomatis dan pintu modul akan terbuka secara otomatis.
g. Buka pintu modul dan keluarkan kartrid. Kartrid yang telah dipakai harus
dibuang ke tempat sampah infeksius sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh
masing- masing institusi.
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
2. Modul Pelatihan Laboratorium Tuberkulosis Bagi Petugas di Fasyankes Tahun 2017,
Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Pelatihan Inti 5
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis)
PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah melakukan penugasan ini, peserta mampu melakukan pemeriksaan TCM
sesuai prosedur (analisis).
Petunjuk:
a. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
b. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji.
c. Fasiltator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
d. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 30 menit
e. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 6 menit (5 kelompok x 6
menit = 30 menit)
f. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi, waktu: 30 menit
Waktu:
2 Jpl x 45 menit = 90 menit
Lembar Kasus:
Kasus 1
Berapa rasio perbandingan antara sampel dahak dengan reagen?
Kasus 2
Berapa lama total waktu yang dibutuhkan untuk menginkubasi campuran sampel
dahak dan reagen sebelum dimasukkan ke dalam kartrid?
Kasus 3
Berapa lama kartrid yang berisi spesimen harus segera diproses ke dalam alat TCM?
Kasus 4
Apa saja syarat kartrid yang masih bisa digunakan untuk pemeriksaan TCM? Kasus 5
Bagaimana cara memegang kartrid yang benar?
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 6
Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM (Post Analisis)
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah pendapat
3. Latihan kasus
4. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
Pembacaan dan
Print Out Hasil Pemeriksaan TCM
Penulisan Hasil
Hanya ada satu kurva yang mengalami kenaikan, yaitu SPC sebagai kontrol bahwa
reaksi PCR berjalan dengan baik. Namun demikian, tidak terjadi kenaikan kurva pada
probe A-E dikarenakan tidak terdapat DNA MTB di dalam sampel.
5) Invalid
Tidak ada kurva yang mengalami kenaikan, bahkan SPC sebagai kontrol. Hal
tersebut menandakan proses PCR terganggu.
6) Error
7) No Result
a. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Hasil Interpretasi Tindak lanjut
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED; Lanjutkan sesuai dengan
• Mutasi gen rpoB terdeteksi,
Rif Resistance alur diagnosis TB resistan
kemungkinan besar resistan
DETECTED obat
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
MTB DETECTED;
• Mutasi gen rpoB tidak terdeteksi. Lanjutkan sesuai dengan
Rif Resistance NOT
Kemungkinan besar sensitif alur diagnosis TB biasa
DETECTED
terhadap rifampisin
• DNA MTB terdeteksi
Ulangi pemeriksaan*)
MTB DETECTED; • Mutasi gen rpoB / resistansi
secepatnya menggunakan
Rif Resistance rifampisin tidak dapat ditentukan
spesimen dahak baru
INDETERMINATE karena sinyal penanda resistansi
dengan kualitas yang baik
tidak cukup terdeteksi
Lanjutkan sesuai alur
MTB Not Detected DNA MTB tidak terdeteksi
diagnosis TB
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid dan
ditentukan karena kurva SPC tidak spesimen dahak baru*),
INVALID menunjukan kenaikan jumlah pastikan spesimen tidak
amplikon, proses sampel tidak benar, terdapat bahan-bahan
reaksi PCR terhambat yang dapat menghambat
PCR
Ulangi pemeriksaan
Keberadaan DNA MTB tidak dapat dengan katrid baru*),
ERROR ditentukan, quality control internal pastikan pengolahan
gagal atau terjadi kegagalan sistem spesimen sudah benar
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 6
Interpretasi hasil TCM TBC (Post Analisis)
PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah melakukan penugasan ini, peserta mampu melakukan interpretasi hasil TCM
TBC (post analisis)
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 orang
2. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji.
3. Fasiltator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
4. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 30 menit
5. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 6 menit (5 kelompok x 6
menit = 30 menit)
6. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi, waktu: 30 menit
Waktu:
2 Jpl x 45 menit = 90 menit
Lembar Kasus:
Kasus 1
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “A” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “A”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “A”?
Kasus 2
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “B” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “B”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “B”?
Kasus 3
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “C” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “C”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “C”?
Kasus 4
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “D” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “D”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “D”?
Kasus 5
Hasil pemeriksaan TCM spesimen dahak Saudara “E” ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Saudara “E”? Apa tindak lanjut yang
Anda lakukan kepada Saudara “E?
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 7
Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan kasus
3. Praktik lapangan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca modul secara bergantian.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Pelatih
c. Mengerjakan latihan, menyusun perencanaan Penanggulangan TBC
dilanjutkan dengan diskusi.
b. Pemeliharaan Mingguan
Pemeliharaan mingguan dilakukan apabila alat TCM digunakan selama
seminggu penuh tanpa dimatikan, dengan cara melakukan restart sistem
(mematikan kemudian menyalakan kembali alat TCM dan komputer).
c. Pemeliharaan Bulanan
1) Membersihkan permukaan alat
2) Membersihkan permukaan bagian dalam modul (cartridge bay interior)
2 1
4
3
5
6
4) Membersihkan filter debu kipas
a. Keluhan/ kerusakan ringan yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh user
fasyankes (kategori 0)
Solusi dari kerusakan ini dapat diselesaikan secara mandiri oleh user fasyankes.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
4001, 4002, 4003, • Malfungsi perangkat • Jika terdapat katrid di dalam modul, keluarkan
4004, 4006, 4008, keras pada modul terlebih dahulu
4009, 4010, 4011, • Penempatan katrid • Lakukan self-test pada menu Maintenance
4012, 4013, 4014 yang tidak baik • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
4015, 4016, 4017, • Pintu modul tidak • Pastikan suhu ruangan berada pada rentannya,
4019, 2005, 2006, tertutup rapat tidak ada penghalang pada ventilasi, dan filter
2012, 2014, 2016, tidak kotor
2022, 2024, 2034 • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
2032, 2035 namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2011 • Malfungsi perangkat • Matikan semua sistem lalu nyalakan kembali
2018 keras pada modul • Ulangi tes dengan katrid yang sama pada modul
2025 • Kerusakan katrid lain. Jika berhasil, maka modul sebeumnya
2037 mengalami kerusakan
• Jika gagal di modul lain, uangi tes di modul
sebelumnya, jika berhasi kerusakan terjadi pada
fisik katrid
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, dan apabila terjadi
kerusakan pada modul, segera laporkan ke ASP
1004 • Suhu ruangan terlalu • Pastikan jarak antara alat dengan sekitar cukup
1017 tinggi untuk sirkulasi udara
• Kondisi ruangan tidak • Pastikan ruangan sesuai persyaratan
sesuai dengan • Pastikan kipas pada bagian belakang alat
persyaratan berfungsi
• Kegagalan sensor suhu • Pastikan filter tidak kotor
• Kipas kotor / rusak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
1005 • Malfungsi perangkat • Gunakan katrid baru
1018 keras pada modul • Pastikan pintu modul tertutup rapat
• Pintu modul tidak • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
tertutup rapat namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2008 • Sampel mengandung • Gunakan sampel baru dengan kualitas yang lebih
2009 pengotor baik
• Jika eror berulang, coba melakukan tes hanya
dengan menggunakan SR saja, tanpa sampel
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2017, • Malfungsi perangkat • Untuk mengeluarkan katrid, lakukan langkah
Katrid tersangkut keras pada pintu modul berikut:
di dalam modul atau sensor pintu − Masuk ke menu Maintenance
− Klik Open Module Door
− Klik Open Door untuk membuka pintu modul
• Setelah katrid dikeluarkan, matikan sistem lalu
nyalakan kembali
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
2126 • Gangguan aliran listrik • Matikan sistem, kemudian nyalakan kembali
2127 • Kegagalan kabel power • Lepas kabel LAN kemudian pasang kembali.
atau kabel konektor Setelah itu, matikan dan nyalakan kembali sistem
• Kegagalan kabel LAN • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
5001, 5002 • Kerusakan pada katrid • Gunakan katrid baru
5003, 5004 yang menyebabkan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
5005, 5010 kurva positif yang namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
5011 • abnormal ASP
5006, 5007 • Volume sampel yang • Pastikan proses memasukkan sampel dilakukan
5008, 5009 tidak sesuai dengan baik
• Reagen buruk • Pastikan katrid disimpan di tempat yang sesuai
• Sampel tidak • Ulangi dengan katrid baru
dimasukkan dengan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
baik namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Sistem tidak dapat • Alat tidak terhubung ke • Periksa koneksi sumber listrik
menyala sumber listrik • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
• ASP
Modul tidak • Kabel LAN tidak • Hubungkan kabel LAN
terdeteksi terhubung, lepas, atau • Tutup program dan buka kembali dengan kondisi
rusak alat sedang menyala
• Komputer dinyakan • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
sebelum menyalakan namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
alat ASP
Barcode scanner • Lepas dan pasang kembali kabel barcode scanner
tidak berfungsi pada CPU komputer
• Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Lampu pada • Kegagalan mekanik • Keluarkan katrid dari dalam modul
modul berkedip pada modul • Lakukan self test
merah • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
ASP
Hasil tidak dapat • Printer tidak terhubung • Periksa koneksi antara printer dan komputer
dicetak • Printer mati • Periksa tinta & kertas
• Tinta printer habis • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Tidak ada kertas namun eror masih terjadi, hubungi bagian IT atau
IPSRS masing-masing faskes
Tidak dapat • Tidak ada modul yang • Periksa kembali assay yang akan digunakan
memulai tes tersedia • Periksa modul sedang tidak dinonaktifkan
• Tidak ada assay yang • Periksa suhu internal modul pada menu
terpilih Maintenance
• Modul belum dikalibrasi • Apabila langkah-langkah diatas telah dilakukan
• Suhu ruangan terlalu namun eror masih terjadi, segera laporkan ke
tinggi ASP
c. Keluhan/ kerusakan berat yang dapat diselesaikan secara mandiri oleh fasyankes
dengan panduan jarak jauh oleh ASP (kategori 2)
Kerusakan ini menyebabkan alat TCM tidak operasional dikarenakan modul/ alat
tidak dapat digunakan. Perbaikan dapat dilakukan oleh fasyankes dengan syarat
harus diketahui oleh ASP dan dilakukan dengan pendampingan jarak jauh oleh
ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Katrid tidak dapat • Katrid tersangkut dan tidak dapat • Mengeluarkan katrid dari dalam
dikeluarkan dari dikeluarkan melalui program modul secara manual dengan
modul panduan ASP
Modul tidak • Kabel LAN di dalam alat lepas • Memasang kembali kabel yang
terdeteksi oleh • Masalah pada perangkat keras terlepas dengan panduan ASP
program modul
Penggantian • Apabila terjadi HW Failure dan • Untuk mengeluarkan modul yang
modul yang akan dilakukan penggantian rusak dan memasang modul
mengalami dengan modul baru pengganti harus dilakukan dengan
Hardware Failure panduan ASP
d. Keluhan/ kerusakan berat yang hanya dapat diselesaikan oleh ASP di fasyankes
(kategori 3)
Kerusakan kategori 3 adalah kerusakan kategori 2 yang tidak dapat diselesaikan
oleh fasyankes, sehingga membutuhkan bantuan teknis langsung dari ASP.
Kode Eror/
Penyebab Solusi
Masalah
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengeluarkan katrid • Intervensi ASP ke faskes
mengeluarkan yang tersangkut
katrid yang
tersangkut
Kegagalan untuk • Faskes gagal membongkar dan • Intervensi ASP ke faskes
membongkar dan memasang kembali alat yang
memasang dibongkar
kembali modul
Kegagalan untuk • Faskes gagal mengganti modul • Intervensi ASP ke faskes
mengganti modul yang rusak dengan modul baru
yang rusak
Analisa kerusakan • Kerusakan hardware komputer • Intervensi APS untuk melakukan
komputer yang menyebabkan komputer tidak analisa kerusakan di faskes
dapat dinyalakan • Setelah faskes menerima
komputer pengganti, ASP akan
melakukan pemasangan di faskes
VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 7
Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM
PANDUAN LATIHAN
Tujuan
Setelah mengikuti simulasi ini, peserta mampu melakukan pemeliharaan, pemecahan
masalah, dan kalibrasi alat TCM
Waktu:
2 Jpl x 45 menit = 90 menit
Lembar Kasus:
1. Apabila terjadi kartrid tersangkut pada alat TCM, Jelaskan apa yang terjadi dan
bagaimana solusi yang dapat dilakukan oleh petugas laboratorium! Kasus
2. Apabila pada alat TCM mengeluarkan kode eror 5007, jelaskan arti kode eror
tersebut dan bagaimana solusi yang harus dilakukan oleh petugas
laboratorium! Kasus
3. Apabila lampu indikator pada salah satu modul alat TCM berkedip merah,
jelaskan apa yang terjadi dan bagaimana solusi yang dapat dilakukan oleh
petugas laboratorium! Kasus
4. Sebutkan beberapa kemungkinan penyebab pada alat TCM dimana seorang
petugas laboratorium tidak dapat memulai tes? Kasus
5. Apabila alat TCM di Laboratorium Puskesmas Mawar mengalami hubungan
pendek arus listrik (korsleting) akibat terkenan tetesan air dari AC sehingga
alat mengalami kerusakan. Tindakan apa yang harus dilakukan oleh petugas
laboratorium di ‘Puskesmas Mawar’?
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 8
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Latihan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
5) Apabila ‘status kirim’ belum dikirim maka akan muncul fungsi ‘konfirmasi
pengiriman contoh uji’ (lambang pesawat kertas).
6) Lakukan pengisian ‘konfirmasi pengiriman contoh uji’ dengan variabel yang perlu
diisi adalah:
Catatan: Baris kedua pada hasil pemeriksaan TCM diisi jika ada pengulangan
pemeriksaan sesuai ketentuan Program TBC. Namun apabila tidak terdapat
pengulangan maka baris kedua dikosongkan.
7) Setelah pilih/klik simpan maka akan muncul pada ‘status hasil’ yaitu Lengkap yang
ditandai kotak merah.
Untuk mengupdate sub menu mesin TCM, variable yang perlu dilengkapi
adalah SN mesin TCM yang dapat dilihat pada bagian belakang mesin TCM
atau pada installation qualification report (IQ Report) yang didapat saat
instalasi alat.
4) Input Laporan Bulanan TCM
a) Melalui modul “laboratorium” → pilih menu “laporan bulanan TCM”
b) Klik tambah.
Periode Pelaporan
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 6
VIII. REFERENSI
1. Permenkes Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 8
Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium Tuberkulosis
PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan, peserta mampu melakukan pencatatan dan pelaporan hasil
pemeriksaan laboratorium TBC
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
2. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji
3. Fasiltator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
4. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 45 menit
5. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 9 menit (5 kelompok x 9
menit = 45 menit)
6. Kelompok lain memberi masukan terhadap penyajian kelompok yang
presentasi, waktu diskusi @4 menit (5 kelompok x 4 menit = 20 menit)
7. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi kepada tiap kelompok, waktu
@5 menit (5 kelompok x 5 menit = 25 menit)
Waktu:
3 Jpl x 45 menit = 135 menit
Lembar Kasus:
Kasus 1
Seorang Laki laki bernama “A”, usia 39 tahun, merupakan pasien yang istrinya adalah
pasien TBC Resistan Obat. Hasil pemeriksaan TCM MTB Detected Rifampisin
Resistance Not Detected. Apakah terduga tersebut perlu dilakukan pemeriksaan TCM
ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!
Kasus 2
Seorang Perempuan bernama “B”, usia 57 tahun, merupakan terduga TBC Sensitif
obat dan memiliki riwayat DM dan status HIV positif. Hasil pemeriksaan MTB Detected
Rifampisin Resistance Detected. Apakah terduga tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan TCM ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!
Kasus 3
Saudari “C”, usia 29 tahun, datang ke Puskesmas “Mawar” dengan keluhan batuk
berdahak, berat badan turun, dan berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan
kegiatan. Terduga TBC tersebut tidak memiliki riwayat pengobatan TB dan tidak
kontak erat dengan pasien TBC/TBC RO. Hasil Pemeriksaan TCM MTB Detected Rif
Resistance Indeterminate. Apakah terduga tersebut perlu dilakukan pemeriksaan TCM
ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!
Kasus 4
Anak bernama “E”, usia 7 tahun, merupakan anak TB HIV tidak responsive dengan
pengobatan yang adekuat. Hasil pemeriksaan TCM Negatif. Apakah terduga tersebut
perlu dilakukan pemeriksaan TCM ulang atau tidak? Masukan informasi ini ke dalam
formulir TBC.04!
Kasus 5
Saudara “D”, usia 31 tahun, merupakan terduga TB yang kontak erat dengan pasien
TBMDR. Hasil Pemeriksaan TCM pertama error, hasil pemeriksaan TCM kedua MTB
Detected Rifampisin Resistance Detected. Apakah hasil akhir pemeriksaan terduga
tersebut? Masukan informasi ini ke dalam formulir TBC.04!
MODUL PELATIHAN
PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN ALAT TES CEPAT MOLEKULER
BAGI TENAGA LABORATORIUM DI FASILITAS KESEHATAN
MODUL MPI 9
Manajemen Logistik Laboratorium TBC
Merujuk pada WHO Global TBC Report 2021, kasus TBC di Indonesia pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 824.000 kasus dengan insidensi 301 per 100.00
penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Pada laporan tahunan tersebut di
juga diperkirakan 24.000 kasus TBC resistan obat (TBC RO), 18.000 kasus TBC
dengan status HIV positif, cakupan pengobatan 47% dan keberhasilan pengobatan
83%.
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030 perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh WHO tahun
2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberkulosis – Module 3: rapid
diganostics for tuberkulosis. Pada buku tersebut terdapat perubahan paradigma dalam
penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang harus dilakukan lebih dini, lebih akurat
untuk semua jenis, tipe penyakit TBC serta deteksi yang cepat untuk mengetahui
resistensi obat TBC.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia yang menyatakan bahwa
Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk
penegakan diagnosis Tuberkulosis. Sampai bulan Januari 2022, telah terdistribusi
sebanyak 1781 alat TCM yang tersebar pada 34 provinsi di seluruh Indonesia, teridiri
dari 714 rumah sakit, 30 Laboratorium, dan 914 Puskesmas.
Modul ini akan membahas Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat TCM
Bagi Tenaga Laboratorium di Fasilitas Kesehatan antara lain Teknologi dan Instalasi
Alat TCM, Alur Pemeriksaan Untuk Diagnosis Tuberkulosis, Keamanan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium TBC, Penanganan Spesimen (Pre Analisis),
Pemeriksaan TCM Sesuai Prosedur (Analisis), Interpretasi Hasil Pemeriksaan TCM
(Post Analisis), Pemeliharaan, Pemecahan Masalah, dan Kalibrasi Alat TCM,
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium TBC dan Manajemen
Logistik Laboratorium TBC.
IV. METODE
1. CTJ
2. Curah Pendapat
3. Latihan
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan.
c. Bersama peserta meringkas poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih.
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran.
VII. URAIAN MATERI
1. Pengelolaan Logistik Laboratorium TBC
Manajemen logistik lab TBC merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menjamin agar logistik tersedia di setiap layanan pada saat dibutuhkan
dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Kegiatan pengelolaan logistik
dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, sampai
dengan penggunaan, serta adanya sistem manajemen pendukung yaitu
organisasi, dana, sistem informasi, sumber daya manusia dan juga mutu.
Logistik yang terkait dengan laboratorium TCM TBC adalah alat TCM, kartrid, UPS,
dan printer yang masuk dalam logistik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Bila diperkirakan kartrid akan habis sebelum akhir triwulan/jadwal berikutnya (terjadi
penyerapan “kartrid” yg tinggi), segera buat permintaan kembali. JANGAN setelah
Kartrid Habis/Kosong baru melakukan permintaan. Lakukan evaluasi
(validasi/rasionalisasi) perhitungan kebutuhan sesuai “history” penggunaan triwulan
sebelumnya, dan perkiraan target/sasaran pemeriksaan kartrid utk permintaan
triwulan berikutnya.
VIII. REFERENSI
1. Perpres No 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2. Permenkes No 67 tahun 2016 tentang Penangulangan Tuberkulosis
3. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Tes Cepat Molekuler tahun
2017, Kementerian Kesehatan RI
IX. LAMPIRAN
PANDUAN PENUGASAN
Materi Inti 9
Manajemen Logistik Laboratorium TBC
PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan, peserta mampu melakukan manajemen logistik
laboratorium TBC.
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang
2. Setiap kelompok memilih ketua, notulen dan penyaji.
3. Fasilitator memberikan setiap kelompok masing-masing 1 soal latihan.
4. Setiap kelompok menjawab soal latihan, waktu diskusi: 45 menit
5. Masing-masing kelompok menyajikan hasil, waktu @ 9 menit (5 kelompok x 9
menit = 45 menit)
6. Kelompok lain memberi masukan terhadap penyajian kelompok yang
presentasi, waktu diskusi @4 menit (5 kelompok x 4 menit = 20 menit)
7. Fasilitator memberikan masukan atau klarifikasi kepada tiap kelompok, waktu
@5 menit (5 kelompok x 5 menit = 25 menit)
Waktu:
3 Jpl x 45 menit = 135 menit
Lembar Kasus
Kasus 1
Pemakaian Kartrid TCM TB Per Bulan di RS A
Pemakaian
Stok Awal
Sisa Stok
No Bulan (Penerimaan Total Akhir Kartrid Rusak Akhir
Per Bulan) Pemeriksaan (rusak sebelum
TCM digunakan/ED)
1 Januari 150 70 0 80
3 Maret 0 135 2 40
Kasus 2
Laboratorium RS B memiliki stok awal kartrid pada bulan Januari sebanyak 50 tes
kartrid. Pada bulan Februari, terdapat penerimaan kartrid dari Dinas Kesehatan
Kab/Kota sebanyak 200 tes kartrid.
a. Dengan rerata penggunaan kartrid per bulan sebanyak 110 tes, kapan stok
kartrid tersebut akan habis?
b. Agar tidak terjadinya kekosongan stok kartrid di laboratorium, maka kapan
usulan permintaan kartrid harus diajukan?
c. Hitung kebutuhan kartrid untuk 3 (tiga) bulan selanjutnya di RS B!
Kasus 3
RS C memiliki alat TCM 4 modul yang telah operasional sejak bulan Oktober tahun
lalu. Sisa kartrid yang tersisa pada akhir Desember adalah 350 tes yang terdiri dari
150 tes kartrid batch 1 ED Maret 2022, 100 tes kartrid batch 2 dengan ED September
2022 dan 100 tes kartrid ED Oktober 2022.
a. Bagaimana cara penyimpanan kartrid yang benar agar bisa FEFO? Manakah
kartrid yang seharusnya dikonsumsi terlebih dahulu?
b. Bagaimana pendapat Saudara jika kartrid tsb disimpan di dalam ruangan tanpa
AC?
Kasus 4
RS D memiliki alat TCM 4 modul yang telah operasional sejak Desember 2021. Pada
Januari 2022, 2 (dua) modul TCM di RS tsb rusak, sehingga hanya 2 (dua) modul yang
dapat operasional. Sisa kartrid pada Januari 2022 adalah 100 tes. Pada Februari 2022,
dilakukan penerimaan kartrid dari IFK sebanyak 400 tes dengan ED Mei 2022. Rerata
penggunaan kartrid per bulan pada RS D adalah 80 tes.
a. Sesuai kapasitas alat TCM dan rerata penggunaan kartrid per bulan, berapa
perkiraan kartrid yang dapat dikonsumsi oleh RS D sampai bulan Mei?
b. Jika jumlah perkiraan penggunaan kartrid pada poin a lebih kecil dari jumlah
stok kartrid dengan ED Mei 2022, apa yang harus dilakukan oleh RS D?
c. Berapa jumlah kartrid yang beresiko kadaluwarsa pada Mei 2022? Apa yang
perlu dilakukan oleh RS D menanggulangi hal tsb?
Kasus 5
Pada RS E terdapat 50 kartrid TCM TB yang sudah kadaluwarsa, hal ini disebabkan
karena penyimpanan dan pemakaian kartrid yang tidak FEFO, sehingga baru
diketahui kemudian kalau kartrid yang ada di Gudang farmasi RS tsb sudah
kadaluwarsa.
a. Bagaimana cara pelaporan kartrid kadaluwarsa di SITB?
b. Apakah kartrid yang telah kadaluwarsa masih dapat digunakan untuk
pemeriksaan?
c. Apa langkah - langkah yang harus dilakukan RS E untuk mencegah terjadinya
kadaluwarsa kartrid di fasyankes?