Anda di halaman 1dari 8

Kekuatan Persalinan

Mengulang dari Bab 20 bahwa kekuatan persalinan memberikan dorongan untuk


mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kekuatan primer dan sekunder
bekerja sama dalam upaya ini. Kekuatan primer terdiri atas kontraksi uterus
secara involunter yang memberikan kekuatan pada kala I persalinan. Kekuatan
sekunder adalah kekuatan mengejan maternal yang menambah kontraksi
involunter dalam upaya yang terkoordinasi. Upaya volunter ini muncul sebagai
respons terhadap keinginan kuat untuk mendorong dan secara umum hanya
efektif di kala II persalinan. Pada kala I persalinan, upaya mengejan dapat
menghambat dilatasi serviks.
Kontraksi Uterus
Untuk mengeluarkan janin, uterus melalui serangkaian kontraksi (pemendekan
otot secara berkala). Setiap kontraksi mencakup 3 fase: periode peningkatan
intensitas kontraksi (incremeni), periode puncak kontraksi (acme), dan periode
penurunan intensitas kontraksi (decrement). Gambar 21-6 menggambarkan
ketiga fase ini dan karakteristik utama kontraksi. Durasi kontraksi nonr^plnya
berkisar antara 30 sampai 90 detik, rata-rata 1 menit. Kekuatan, atau intensitas
kontraksi diukur dalam mmHg. Kontraksi spontan normal sering kali memberikan
tekanan sekitar 60 mrnHg; namun, kontraksi dapat b^P/ariasi antara 20 sampai
75 mmHg. Dilatasi serviks kemungkinan besar tidak teijadi dengan tekanan
kurang dari 25 mmHg diatas tonus istirahat (lihat Gbr. 21-6; Berg et. al., 1992).
Kontraksi uterus selama persalinan bersifat berkala, dengan periode relaksasi
diantaranya, yang menyerupai tekanan sistolik dan diastolik jantung. Frekuensi
merujuk pada waktu antara permulaan kontraksi pertama sampai permulaan
kontraksi berikutnya. Interval antara kontraksi, sering kali disebut fase istirahat,
berkurang secara bertahap dari sekitar 10 menit pada awal persalinan sampai
sekitar 2 sampai 3 menit pada kala II. Periode relaksasi ini tidak hanya
memberikan waktu istirahat pada otot uterus dan ibu, tetapi juga penting untuk
kesejahteraan janin. Selama relaksasi miometrium yang terjadi setelah kontraksi
pada persalinan normal, terdapat fenomena pantulan, yang selama waktu itu,
aliran darah uteroplasenta meningkat di atas kadar kontrol. Dengan demikian,
pengiriman oksigen dan zat nutrisi penting ke janin tidak mengalami penurunan
yang bermakna. Saat kontraksi secara konsisten berlangst 0 sekitar 90 detik
(tetanik) atau terjadi lebih sering dari setiap 2 menit, fungsi plasenta dapat
terganggu, menghasilkan penurunan oksigenasijanir ian berpotensi
membahayakan janin akibat hipoksia intrauteri.
Kontraksi persalinan bersifat involunter; keijanya tidak bergantung pada
keinginan ibu dan kontrol saraf ekstrauteri. Miometrium berkontraksi oleh
pergeseran filamen aktrn dan miosin dan membutuhkan adenosin trifosfat dan
kalsium (Hacker et al., 1992). Estrogen meningkatkan pertumbuhan aktin dan
miosin sampai atei m, sel miometrium memiliki aktomiosin yang adeKuat untuk
menyelesaikan proses persalinan. Kontraksi otot halus uterus terutama dipacu
oleh stimulus hormonal dan tidak membutuhkan inervasi seperti yang
dibutuhkan untuk kontraksi otot skeletal. Reseptor untuk oksitosin dan

prostaglundin ditemukan dalam membran sel miometrium. Efisiensi kontraksi


uterus difasilitasi oleh keberadaan kontak sel ke sel, yang dikenal dengan gap
junction dalam jaringan miometrium, yang meningkatkan sinkronisasi kontraksi
sel-sel otot halus. Selama persalinan, jumlah dan ukuran gapjuction meningkat.
F^rostaglandin diperkirakan memegang peran pengatur utama; PGE2dan PGF9
merupakan stimulus yang kuat pada kontraksi miometrium. Hormon ini
menyebabkan cepatnya penampakan gap junction miometrium dan menginduksi
perubahan kematangan pada kematangan serviks (Cunningham et al., 1993).
Kontraksi uterus yang efektif juga bergantung pada keadekuatan pertukaran
elektrolit selular kalsium, natrium, dan kalium.
Selama persalinan, uterus dibedakan ke dalam dua bagian, segmen atas dan
bawah uterus. Segmen atas, dikenal sebagai fundus, terdiri atas sel miometrium
dalam konsentrasi terbesar dan bersifat aktif, bagian uterus yang jcontraktil.
Fungsi fundus adalah untuk mengeluarkan isi uterus. Uterus memperlihatkan
penurunan gradien intensitas kontraksi dari fundus ke bawah. Seiring dengan
kemajuan persalinan, berkembang segmen bawah uterus yang pasif. Pada setiap
kontraksi, serat otot segmen atas tertarik, menjadi lebih pendek saat janin
menurun. Oleh karena itu, segmen atas menjadi lebih tebal. Serat segmen
bawah meregang, dan akhirnya menjadi lebih tipis. Batasan jelas antara segmen
uterus bawah dan atas dinamakan cincin retraksi fisiologis |physiologie rtraction
ring).
Derajat ketidaknyamanan*yang dialami selama proses persalinan sangat
bervariasi pada setiap individu. Ibu yang mengira akan mengalami nyeri pada
umumnya akan merasa lebih tidak nyaman dibandingkan ibu yang dipersiapkan
untuk menjadikannya sebagai pengalaman positif. Untuk menghilangkan
ketakutan, perawat sebaiknya mengatakan kontraksi uterus sebagai kontraksi,
bukan nyeri.

GAMBAR 21-6 Fase dan karakteristik dan kontraksi uterus.

Upaya Mengejan Maternal


Setelah serviks terliftatasi secara lengkap, kekuatan terpenting untuk
mengeluarkan janin adulah kekuatan sekunder yang dihasilkan oleh peningkatan
tekanan intra abdomen saat ibu mendorong atau mengejan. Sebagian besar
wanita mengalami desakan tak tertahankan untuk mengejan saat kepala janin
atau bagian presentasi janin mencapai dasar panggul dan dilatasi serviks telah
lengkap. Peningkatan, tekanan abdomen diciptakan dengan napas dalam,
kemudian mengontraksikan otot-otot abdomen dengan glotis tertutup. Upaya
mengejan harus bersamaan dengan kontraksi uterus, dan wanita harus
dianjurkan untuk beristirahat diantara waktu kontraksi. Meskipun mengejan
merupakan bagian yang penting untuk kontraksi uterus pada kala II persalinan,
mengejan menjadi tidak terlalu berguna dan dapat menyebabkan edema serviks
jika dilakukan pada kala 1. Pada kala III persalinan, pengeluaran plasenta secara
spontan sekali lagi membutuhkan upaya mengejan dari ibu.
Respons Maternai Terhadap Persalinan dan Kelahiran
Proses persalinan dan kelahiran dihubungkan, dengan : sejumlah perubahan
fisiologis dan psikologis pada ; ifou yang akmi'melahirkan. 'Perubahan ini
bervariasi.: bergantung pada, lama dan intensitas persalinan, pola pemapasan
ibu yang cepat dan pencick (panting) , suhu ruangan, dan penggantian cairan.
Persiapan melahirkan cr.:' dapat secara positif memC; .gtuuhi respons maternal,
yaitu menurunkan kecemasan dan meningkatkan. upaya mengejan maternal
(lihat Bab 19).
Respons Fisiologis Kardiovaskular .
Selama persalinan, curah jantung meningkat 40% sampai 50% dibandingkan
dengan kadar sebelum persalinan dan sekitar 80% sampai 100% dibandingkan
dengan kadar sebelum kehamilan (Hacker et al., 1992). Peningkatan curah
jantung ini terjadi karena, pelepasan katekolamin akibat nyeri dan karena
kontraksi otot abdomen dan uterus. Seiring dengan: kontraksi uterus, sekitar 300
sampai 500 ml.darah dipindahkan ke volume darah sentral (Sullivan e t al.,
1985). Dalam studi klasik, Hendrick dan Quiiligan (1956) mendemonstrasikan
bahwa nyeri dan ansietas dapat.meningkatkan curah jantung sekitar 50%
sampai 60%. Karena kontraksi uterus dapat menyebabkan kompresi bermakna
pada aorta dan arteri iliak,a, sebagian besar peningkatan curah jantung dialirkan
ke ektremitas atas dan kepala (Gabbe et al., 1991). Pada setiap kontraksi uterus,
aliran darah di cabang-cabang arteri uterus yang menyuplai ruang intervilli
menurun dengan cepat sesuai dengan besarnya kontraksi. Penurunan ini tidak
berhubungan dengan perubahan yang bermakna dalam tekanan perfusi
sistemik, tetapi lebih berhubungan dengan peningkatan tahanan vaskular lokal di
dalam uterus (Assali, 1989). Tekanan veiiassistemik menmgkafsaat darah
kembali dari vena uterus yang membengkak. Pada kala I, tekanan sistolik ratarata meningkat sebesar 10 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata meningkat .
sebesar 5 sampai 10 mmHg selama kontraksi, tetapi tekanan tidak banyak
berubah di antara waktu kontraksi; pada kala II, terdapat peningkatan 30/ 25
mmHg selama kontraksi dan 10/5 sampai 10 mmHg di antara . waktu kontraksi

(Beischer et al,, 1986),. Jika wanita., mengejan dengan kuat, terjadi kompensasi
tekanan darah dan sering kali terjadi penurunan tekanan darah secara dramatis
saat wanita berhenti mengejan di akhir kontraksi. Perubahan lain dalam
persalinan mencakup peningkatan denyut nadi secara perlahan tapi pasti sampai
sekitar 100 kali per menit pada persalinan kala II. Frekuensi denyut nadi dapat
ditingkatkan lebihjauh oleh dehidrasi, perdarah.;m, ansletas, nyeri, dan obatobatan tertentu, seperti terbutalin.
Karena perubahan kardiovaskular yang terjadi selama kontraksi uterus;
pengkajian paling akurat untuk mengkaji tanda-tanda vital maternal adalah di ;
antara waktu kontraksi. Pengaturan, posisi memiliki efek yang besar pada cyrah
jantung.Membalikkan posisi wanita bersalin dari miring ke telentang menurunkan
curah jantung sebesar .25% sampai 30%.
Pernapasan
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak C02 dalam setiap napas.
Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernapasan
meningkat sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat
pertambahan laju metabolik. Rata-rata PaC02 menurun dari 32 mmHg pada awal
persalinan menjadi 20 ..tmHgpada akhir kala I (Beischer et al., 1986). Menahan
napas saat mengejmi selama kala 11 persalinan dapat mengurangi pengeluaran
C02. Mj .alah yang umum terjadi adalah hiperventilasi maternal, menyebabkan
kadar PaC02 menurun dibav ah 16 sampai 18 mmHg (Beischer et al., 1986).
Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan kaki,
kebas, dan pusing. Jika pernapasan dangkal dan berlebihan, situasi kebalikan
dapat terjadi kareria tidal volume rendah. Mengejan yang berlebihan atau
berkepanjangan selama ka la II dapat menyebabkan penurunan oksigen sebagai
akibat sekunder dari menahan napas.
Gastrointestinal
Motilitas dan absorpsi gastrointestinal menurun selama persalinan aktif, dan
waktu pengosongan lambung berkurang. Efek ini dapat memburuk setelah
pemberian narkotik. Banyak wanita mengalami mual dan muntah.saat persalinan
berlangsung, khususnya selama fase transisi pada kala Ipersalinan.
Ketidaknyamanan lain mencakup dehidrasi darubibir kering akibat bernapas
melalui mulut. Karena risiko mual dan muntah, beberapa fasilitas pelayanan
bersalin membatasi asupan oral selama persalinan. Es batu biasanya diberikan
untuk mengurangi ketidaknyamanan akibatkekeringari muldt,dan bibir. Beberapa
fasilitas lain mengijinkan pemberian air. putih, jus, dan ise pop. Banyak fasilitas
lain memberikan asupan cairan melalui intravena.
Ginjal
Wanita bersalin-mungkin tidak menyadari bahwa kandung kemihnya penuh
karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin atau efek
onestesia lokal. Bagaimanapun juga kandung kemih yang penuh dapat menahan
penurunan kepala janin dan dapat memicu trauma mukosa kandung kemih

selama proses persalinan. Pencegahan (dengan ,-mengingatkan ibu untuk


berkemih di sepanjang kala 1) adalah penting. Sistem adaptasi ginjal mencakup
diaforesis dan peningkatan IWL (insensible water loss) melalui respirasi.
Hematopoietik
Pelahiran bayi cukup bulan per vaginam menyebabkah kehilangan darah ratarata sebanyak 500 ml, sedangkan kelahiran sesarea tanpa komplikasi
menyebabkan kehilangan darah rata-rata 1.000 ml. Hipervolemia kehamilan
membantu mengompensasi kehilangan darah ini. Selama persalinan, waktu
pembekuan darah sedikit menurun, tetapi kadar fibrinogen plasma meningkat.
Jumlah leukosit normalnya meningkat selama proses persalinan.
Cairan dan Elektrolit
Kadar natrium dan klorida dalam plasma dapat menurun sebagai akibat dari
penurunan absorbsi gastrointestinal, napas terengah-engah, dan diaforesis ,
(perspirasi) selama persalinan dan kelahiran. Poliuria (sering berkemih)
merupakan hal yang biasa terjadi. Penurunan asupan cairan oral akibat mual dan
muntah, ketidaknyamanan, dan pemberian analgesik atau anastesi dapat lebih
jauh mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit.

Nyeri
Nyeri dalam persalinan dan kelahiran adalah bagian dari respons fisiologis yang
normal terhadap beberapa faktor, Selama kala 1 persalinan, nyeri terutama
disebabkan oleh dilatasi serviks dan distensi segmen uterus bawah. Nyeri pada
kala II terutama disebabkan oleh distensi dan kemungkinan gangguan pada
bagian bawah vagina dan perineum. Persepsi nyeri dipengaruhi oleh, berbagai
faktor. Mekanisme nyeri dan metode penurunan nyeri didiskusikan secara
lengkap dalam Bab 23, Nyeri dan ketidaknyamanan juga sangat beragam antara
satu wanita dengan wanita lain. Bagaimanapun juga, sebuah pola respons
umumnya terjadi pada setiap fase dan kala, seperti diuraikan di bawah ini.
Pada awal kala I, selama fase laten, kontraksi pendek dan lemah, 5 sampai 10
menit atau lebih, dan berlangsung selama 20 sampai 30 detik. Wanita mungkin
tidak mengalami ketidaknyamanan yang bermakna dan mungkin dapat berjalan
ke sekeliling secara nyaman diantara waktu kontraksi. Pada awal kala I, sensasi
biasanya berlokasi di punggung bawah, tetapi seiring dengan waktu, nyeri
menjalar ke sekelilingnya, seperti korset/ikat pinggang, sampai , ke bagian
anterior abdomen. Interval kontraksi makin memendek, setiap 3 sampai 5 menit,
menjadi lebih kuat dan lebih lama.
Saat persalinan berkembang ke fase aktif, wanita sering kali memilih untuk tetap
di tempat tidur, ambulasi mungkin tidak lagi terasa nyaman. Ia menjadi - sangat

terpengaruh dengan sensasi didalam tubuhnya dan cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitar. Lama setiap kontraksi berkisar antara 30 sampai 90 detik,
rata-rata sekitar 1 menit.
Saat dilatasi serviks mencapai 8 sampai 9 cm, kontraksi mencapai intensitas
puncak, dan wanita memasuki fase transisi. Fase transisi biasanya pendek, tetapi
sering kali merupakan waktuu yang paling sulit dan sangat nyeri bagi wanita
karena frekuensi (setiap 2 sampai 3 menit) dan lama (sering kali
berlangsungsampai 90 detik) kontraksi. Wanita menjadi sensitif dan kehilangan
kontrol. Biasanya ditandai, dengan meningkatnya jumlah show akibat ruptur
pembuluh darah kapiler di serviks dan segmen uterus bawah.
Status Psikologis (Psike)
Respons psikologis terhadap pengalaman persalinan sangat bervariasi dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara faktor yang penting adalah latar
belakang budaya wanita. Orang-orang yang berasal, dari latar belakang budaya
berbeda mungkin memiliki keyakinan yang berbeda tentang bagaimana
seharusnya sikap wanita bersalin, keberadaan orang-orang pendukung, dan
peran perawat. Misalnya, dalam keyakinan Yahudi ortodoks, kitab agama
mengajarkan kesopanan, bahkan pada saat persalinan suami mungkin dilarang
melihat istrinya yang sedang terpajan secara tidak sopan (Lutwak et al., 1988).
Dalam budaya lain, penggunaan sentuhan mungkin merupakan masalah yang
menjadi perhatian. Temuan dari studi kualitatif (Khazoyan et al., 1994)
menunjukkan bahwa wanita Latin dewasa menginginkan pasangannya
menemaninya sepanjang persalinan dan pelahiran, sebagai ungkapan rasa
cinta, dan memperlihatkan pengertian dan kesabaran.
Persiapan kelahiran, sering kali bervariasi dan secara dramatis dapat
memengaruhi kemampuan koping wanita bersalin dan pasangannya (lihat Bab f
19). Dalam studi klasik, Mercer, Hackley, dan Bostrom (1983) menemukan
bahwa dukungan emosional pasangan selama melahirkan merupakan prediktor
utama terbentuknya persepsi yang positif terhadap pengalaman. Kepercayaan
diri maternal dalam koping terhadap persalinan telah terbukti berhubungan
dengan persepsinya tentang nyeri selama persalinan (Lowe, 1991) . Begitu juga,
harapan dapat memengaruhi respons psikologis terhadap persalinan. Heaman,
Beaton, Gupton, dan Sloan (1992) mengobservasi bahwa wanita dengan
kehamilan risiko tinggi mungkin lebih mengharapkan intervensi medis dan lebih
sulit mengatasi liyari persalinan dan kelahiran dibandingkan wanita dengan
kehamilan risiko rendah. Bagi kedua kelompok wanita tersebut, kecemasan
berhubungan secara negatif dengan harapan melahirkan. Dalam rangkaian studi
klasik yang terkenal, Lederman et al. (1978, 1979) meneliti hubungan antara
faktor psikologis dalam variabel kehamilan dan persalinan, seperti epinefrin
plasma dan kemajuan persalinan . Kecemasan dalam persalinan dan epinefrin
plasma berhubungan dengan pola denyut jantung janin dalam persalinan aktif
(Lederman et al., 1981). Lama persalinan berhubung dengan kadar epinefrin
plasma dan norepinefrin pada multipara, persalinan yang lebih lama
dihubungkan dengan kadar katekolamin yang lebih tinggi, yang berhubungan

dengan ukuran kecemasan pasien (Lederman et al., 1985). Peneliti lain


menemukan kesamaan bahwa wanita yang mengalami nyeri yang sangat atau
distres akan lebih mengalami persalinan yang tidak efisien (Wuitchik et al, 1989).
Respons Janin Terhadap Persalinan dan Kelahiran
Pengalaman persalinan dan kelahiran menunjukkan beberapa perubahan dalam
posisi janin, sikap, dan kompresi bagian presentasi janin, adaptasi ini,
didiskusikan dalam Bab 20. Adaptasi fisiologi tambahan diuraikan pada bagian
berikut.
Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung janin (D JJ) diatur oleh pengaruh divisi simpatis dan parasimpatis
sistem saraf otonom dan kemoreseptor serta baroreseptor. Rentang normal DJJ
adalah 120 sampai 160 kali per menit. Irama DJJ cukup stabil, dan fluktuasi
beragam antara 5 sampai 10 kali per menit. Perubahan antar denyut
(keragaman, jangka pendek) diperantarai oleh refleks vagal (sistem saraf
parasimpatis). Apabila refleks vagal distimulasi, DJJ menurun, apabila sistem
saraf simpatis distimulasi, DJJ meningkat. Sistem saraf otonom menerima
informasi mengenai status oksigen dari kemoreseptor (sel saraf sensori dalam
lengkung aorta, badan carotid, dan otak), yang dapat memicu sistem saraf
simpatis untuk meningkatkan DJJ guna meningkatkan perfusi pada area yang
terkait, Baroreseptor (ujung saraf yang sensitif terhadap tekanan dalam dinding
arteri carotid internal dan eksternal) memberikan input mengenai tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah menyebabkan baroreseptor memberi tanda kepada
sistem saraf parasimpatis untuk menurunkan curah jantung dan tekanan darah
secara cepat, sehingga memperlambat DJJ.
Selama kontraksi uterus, DJJ biasanya tidak berubah secara bermakna jika fungsi
plasenta adekuat. Aliran darah ke ruang intervilli berhenti ketika ketegangan
uterus mencapai 50 mmHg. Janin yang sehat mampu bergantung pada cadangan
oksigen di dalam ruang intervilli dalam kondisi normal. DJJ dapat turun selama
kontraksi jika terdapat kompresi tali pusat, peregangan, atau tekanan pada
kepala janin (menyebabkan stimulasi saraf vagus dan menurunkan aliran darah
otak). Jika fungsi uteroplasenta tidak adekuat, DJJ dapat turun sesudah awal
kontraksi dan tidak kembali ke garis dasar sampai setelah kontraksi selesai
(deselerasi lambat). Hipoksia ringan menyebabkan peningkatan DJJ, namun
hipoksia yang parah menyebabkah penurunan DJJ.

Keseimbangan Asam-Basa
Nilai normal pH serum janin berkisar antara 7,25 dan 7,35 selama persalinan.
Saat mendekati kelahiran, terjadi penurunan pH secara perlahan, sebagian besar
disebabkan oleh kontraksi uterus yang menghambat pertukaran plasental, tetapi
sebagian dikarenakan oleh pH ibu yang juga menurun pada saat ini (Beischer et
al., 1986). Upaya mengejan yang dilakukan ibu pada kala II persalinan dapat
lebih jauh menurunkan pH karena menyebabkan hipoksia ringan. Nilai pH janin

antara 7,20 dan 7,25, yang diperoleh melalui sampel kulit kepala, dianggap
praasidosis, dan nilai dibawah 7,20 dianggap asidosis nyata. PCO2, normal
biasanya berada dalam rentang 40 sampai 50 mmHg. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa janin yang memperlihatkan akselerasi DJJ dalam berespons
terhadap pengambilan sampel kulit kepala atau terhadap stimulasi suara
memiliki pH diatas 7,20 (Clark et al., 1982; Rice at al., 1986; Smith et al., 1986).
Pernapasan dan Pergerakan
Selama persalinan, waktu yang digunakan oleh janin untuk melakukan aktivitas
pernapasan menurun secara tajam (30%-40% menjadi sekitar 1%, Beischer etal.,
1386). Pergerakan batang tubuh pada dasarnya tidak berubah tetapi dapat
berkurang jika ketuban telah pecah. Siklus tidur terjaga terus berlangsung,
bahkan saat persalinan mengalami kemajuan. Selama tahap tidur tenang, variasi
DJJ dan gerak pemapasan janin menurun.
Penatalaksanaan Keperawatan Selama Persalinan dan Kelahiran
Penatalaksanaan keperawatan dalam persalinan dan kelahiran dijelaskan secara
singkat. Penjelasan yang lebih rinci mengenai dimensi asuhan keperawatan yang
efektif dan aplikasi proses keperawatan diuraikan dalam Bab 22. Intervensi
keperawatan yang berhubungan dengan persalinan dan kelahiran terdiri dari:
1. Berikan pedoman antisipasi dan edukasi pada wanita hamil dan
keluarganya tentang proses persalinan dan pelahiran
2. Jelaskan cara membedakan tanda persalinan sejati dan semu
3. Lakukan pengkajian berkelanjutan selama periode intrapartum untuk
mengetahui perubahan penipisan serviks, dilatasi serviks, dan station
janin.
4. Lakukan pengkajian berkelanjutan dan intervensi yang tepat untuk
memastikan keamanan ibu dan bayi baru lahir.
5. Jelaskan tentang perubahan fisiologis yang terjadi selama persalinan
untuk mengurangi kecemasan dan membantu wanita dan orang
pendukungnya memperoleh kontrol terhadap pengalaman persalinan.
6. Berikan intervensi farmakologis dan nonfarma-kologis yang tepat untuk
meredakan nyeri.
7. Ajarkan dan beridukungan untuk memperbaiki pola napas yang tidak tepat
yang menghasilkan hipebventilasi atau menahan napas selama mengejan.
8. Berikan informasi pada wanita bersalin dan orang pendukungnya
mengenai kemajuan persalinan, prosedur, dan medikasi.
9. Berikan perawatan yang nyaman dan bantuan untuk melakukan higiene
personal

Anda mungkin juga menyukai