Anda di halaman 1dari 3

Panduan Praktik Klinis

SMF/KSM ILMU BEDAH


BAGIAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK

RSUD KabupatenMimika
TGL/BLN/THN
PENGESAHAN
:

RevisiKe.

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD MIMIKA

Dr. Evelyn Pasaribu, MARS


NIP. 19661108 200212 2 001

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT


1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

Otitis media supuratif akut ialah infeksi akut yang mengenai


mukoperiosteum kavum timpani dengan disertai
pembentukan sekret purulen.
Kuman Penyebab yang tersering adalah :
1. S. pneumoniae
2. H. Infuenzae
Kuman lain yang lebih jarang adalah :
1. S. aureus,
2. S. pyogenes,
3. B. catarrhalis
1. Kataral
Diawali dengan ISPA akut dan diikuti dengan gejala di
telinga terasa penuh, grebeb grebeg dan gangguan
pendengaran
2. Supurasi/Bombans
a. Otalgia hebat
b. Gangguan pendengaran.
c. Febris, batuk, pilek.
d. Pada bayi dan anak kadang disertai dengan :
gelisah, rewel, konvulsi, gastro-enteritis
e. Belum terjadi otore
3. Perforasi
a. Otore, mukopurulen
b. Otalgi dan febris mereda
c. Gangguan pendengaran
d. Masih ada batuk dan
4. Resolusi
Gejala-gejala pada stadium sebelumnya sudah banyak
mereda, kadang masih ada gejala sisa: Tinitus dan
gangguan pendengaran.
1. Kataral
Membran timpani: Retraksi, warna mulai hyperemia
Kadang-kadang tampak adanya air fluid level
2. Supurasi/Bombans
Membran timpani: bombans dan hiperemia
Belum ada sekret di bagian telinga luar
3. Perforasi
Membran timpani: perforasi, sentral, kecil di kuadran
anteroinferior.
Sekret: muko-purulen kadang tampak pulsasi
Warna Membran timpani hiperemia
4. Resolusi.

Membran timpani: sudah putih menjadi normal kembali


Masih dijumpai lubang perforasi
Tidak dijumpai sekret lagi (telinga telah kering)
4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis

a. Penyakit muncul secara mendadak dan bersifat akut


b. Ditemukan adanya tanda efusi
c. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah

1. Penyakit muncul secara mendadak


2. Ditemukan tanda efusi (penggumpalan cairan di suatu
rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan
adanya salah satu tanda berikut :
a. Menggembungnya gendang telinga
b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang
dibuktikan dengan tanda berikut :
a. Kemerahan pada gendang telinga
b. Nyeri telinga yang mengganggutidur dan aktivitas
normal.

6. Diagnosis Banding
a. Furunkel liang telinga
b. Otitis eksterna
7. Pemeriksaan Penunjang

8. Terapi

Pemeriksaan kultur untuk mengetahui kuman penyebab dalam


rangka pemberian antibiotik
1. Antibiotik
Lini I: Amoxyicilline : Dewasa 3 x 500 mg/hari
Bayi/anak
: 50 mg/kg BB/hari
Erythtromycine
: Dosis dewasa/anak sama dengan
dosis amoxyicilline
Co-trimoxazole
: (kombinasi TM 80 mg dan SMZ
400 mg -tablet) Dewasa: 2 x 2
tablet
Anak-anak
: (Trimethoprim 40 mg dan
Sulfamethoxazole 200 mg)
Suspensi 2 x I cth
Lini II : Bila ditemukan kuman sudah resisten (infeksi
berulang)
Kombinasi amoxyicilline dan asam clavulanic acid Dewasa
: 3 x 625 mg/hari
Bayi/Anak-anak: disesuaikan dengan berat badan dan
usia. Cephalosporine II/11I oral (cefuroxime, cefixime,
cefadroxil dsb.)
Antibiotik diberikan 7-10 hari. Pemberian yang tidak
adekuat dapat menyebabkan kekambuhan. Penderita alergi
penicillin dapat diberikan makrolid (Azithromycine,
Roxithromycine)
2. Memperbaiki fungsi drainase dan ventilasi tuba Eustachius
(bila diperlukan). Dekongestan: Oral/Topikal.
3. Evakuasi mukopus (bila diperlukan, pada stadium II).
Dilakukan miringotomi (parasentesis) pada kuadran postero
inferior membran timpani dengan menggunakan bius lokal

(larutan Xylocain 8 %)
9

Edukasi

Menghindari factor predisposisi

10 Prognosis

Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam

11 Tingkat Evidens

I/II/III/IV

12 Tingkat Rekomendasi

A/B/C

13 Penelaah Kritis

1. dr. Rini Ardiana, SpTHT


2. dr. Moh. Ibnu Malik, SpTHT

14 Indikator Medis
15 Kepustakaan

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

a. Efusi
b. Eritemotasa
1. Austin DF. Acute inflamatory diseases of middle ear. In:
Ballenger JJ. ed. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head
and Neck. 14th ed. Philadelphia, London: Lea & Febiger,
1991:1104-8.
2.

Kenna MA. Otitis media with effusion. In: Bailey BJ and


Pillsburry III HC. eds. Head and Neck SurgeryOtolaryngology Vol. II Philadelphia: JB Lippincott
Company. 1993:1592-606

3. Shambaugh Jr GE, Girgis TF. Acute otitis media and


mastoiditis In: Paparella NN, Shumrick DD. Stuckman 3L ,
nleyerhoff WL, eds. Otolaryngology 3 rd ed. Vol. II.
Otology and Neuro~tology. Philadelphia, London, Toronto,
WB Saunders, Co, 1991:1343-48.
4.

Ketua Komite Medik


Dr. Jeanne Rini P, Sp.A, MSc, Ph.D
NIP. 19660222 199102 2 003

Neely JG. Intratemporal and intracranial complications


of otitis media. In: Bailey BJ and Pillsburry III HC. eds.
Head and Neck Surgery - Otolaryngology Vol. II
Philadelphia: JB Lippincott Company. 1993:1607-22.
Penyusun
dr. Antonius Pasulu,MKes,Sp.THT
NIP. 19770411 200605 1 001

Anda mungkin juga menyukai