Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

ARITMIA GANGGUAN PEMBENTUKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Kardiovaskular II

DISUSUN OLEH
Rudianto

131411123058

Sondi Andika Septian

131411123060

Oktavina Batubara

131411123062

Husna Ardiana

131411123064

Ahmadi Ramadhan

131411123066

Azizs Nurulhuda

131411123068

Alafiatul Oza Hamanu

131411123070

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batasan aritmia merujuk pada segala macam perubahan mengenai
sekuensi dari impuls elektrik otot jantung. Perubahan ini akan menimbulkan
manifestasi berupa gangguan pada frekuensi, keteraturan, bentuk asli, atau
konduksi dari impuls elektrik jantung. Aritmia dapat berupa kelainan pada
satu detak jantung (ataupun detak jantung yang berhenti lama diantara detak
jantung) dan gangguan ritme jantung yang lama dan dapat mengancam
kelangsungan hidup penderita (Thaler, 2007).
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia timbul akibat perubahan
elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi. (Nuraeni, 2013).
Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan adalah
atrial fibrilasi. Sekitar 2,2 juta penduduk Amerika dan hampir sekitar 5 % pada
populasi umur 69 tahun dan 8 % pada populasi umur 80 tahun menderita
kelainan ini. Pada negara maju (kematian mendadak) umur 40-50 tahun. Di
Amerika tahun 2001 (450.000 maeninggal karena aritmia). Hasil Riskesdas
(2007), bahwa di Indonesia menunjukkan aritmia terjadi sebesar 1% populasi
berusia 50 tahun keatas, 10% populasi diatas 80 tahun, Lebih banyak pada
laki-laki dari pada perempuan. Pada dewasa umur <35 tahun, 100 x lebih
rendah dari pada yang >35 tahun.
Angka kejadian aritmia meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Terjadi peningkatan kejadian aritmia yang signifikan pada usia 50 tahun dan
80 tahun, kenaikan angka kejadian aritmia mencapai angka 9% dari kelompok
uumur 50 tahun dan 80 tahun. Fenomena ini salah satunya dipengaruhi oleh
faktor gaya hidup dan kurangnya kesadaran lansia untuk melakukan olahraga.
Angka kematian yang diakibatkan oleh aritmia diperkirakan mencapai 50 %
dari seluruh kematian karena penyakit jantung. Data hasil Riskesdas (2013),
menyebutkan bahwa didapatkan 12,1% penduduk Indonesia mengalami
gangguan sistem kardiovaskuler, jika penduduk Indonesia diperkirakan
mencapai 250 juta jiwa, maka sebesar 15,2 juta jiwa penduduk diperkirakan
meninggal setiap tahunnya karena aritmia. Kejadian kematian akibat aritmia
dapat diminimalkan jika penderita dan keluarga memahami pengetahuan
tentang aritmia, sehingga penderita mampu menghindari faktor penyebab
aritmia. pengetahuan yang memadai diperlukan oleh penderita untuk mampu
melakukan penatalaksanaan aritmia dengan tepat. Faktor nonteknis yang juga
berperan dalam kematian akibat aritmia adalah kemudahan akses menuju
sarana kesehatan, keikutsertaan pemerintah dalam membantu terciptanya

kemudahan akses menuju sarana fasilitas kesehatan secara tidak langsung


menurunkan angka morbiditas aritmia.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan pembentukan impuls jantung.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui :
a. Definisi aritmia
b. Etiologi aritmia
c. Patofisiologi aritmia
d. Manifestasi klinik aritmia
e. Pemeriksaan penunjang dari aritmia
f. Penatalaksanaan aritmia
g. Asuhan keperawatan pada klien dengan aritmia.
1.3 Metoda Penulisan Laporan
Penulis menggunakan metoda deskriptif
menggunakan pendekatan proses keperawatan.

dengan

pembahasan

1.4 Cara Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penyusunan makalah pada klien dengan
aritmia gangguan pembentukan diperoleh dari berbagai studi literatur terbaru
yang ada.
1.5 Manfaat
Menambah ilmu pengetahuan dalam penatalaksanaan
keperawatan pada klien dengan aritmia gangguan pembentukan

asuhan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Aritmia merupakan irama jantung abnormal yang mempengaruhi
pembentukan atau konduksi impuls. Aritmia dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu irama sinus yang abnormal, inisiasi impuls yang
abnormal (ektopik) dan gangguan jalur konduksi (Copstead & Banasik, 2013).
Aritmia adalah gangguan irama jantung akibat perubahan
elektrofisiologi sel-sel miokard (perubahan bentuk aksi potensial) yang pada
akhirnya mengakibatkan gangguan irama, frekuensi, dan konduksi (Udjianti,
2010).
Kelainan irama jantung dibagi menjadi dua kelompok yaitu irama
jantung yang terlalu lambat (bradiaritmia) dan irama jantung yang terlalu
cepat (takiaritmia), (Dharma, 2009).
2.2 Etiologi
Menurut Udjianti (2010), faktor presdiposisi yang dapat menyebabkan
aritmia, yaitu :
1. Aterosklerosis koroner (iskemia/injuri jaringan miokard)
2. Hipoksemia
3. Pengaruh sistem saraf otonom (simpati dan dan parasimpatis)
4. Gangguan metabolisme (asidosis laktat karena perfusi jaringan)
5. Kelainan hemodinamik
6. Obat-obatan (keracunan digitalis atau keracunan quinidine)
7. Ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipokalsemia,
dan hiperkalsemia)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Etiologi aritmia pada jantung normal, yaitu :


Takut, cemas, gelisah, exercise
Demam, nyeri, anemia, dehidrasi
Hipersensitif vagal
Infeksi : bronchitis, pneumonia, hepatitis
Hormon thyroid : hiper/hipo
Obat-obatan : digitalis, anti aritmia, anti depresan
Tindakan : endoskopi, bronkoskopi
Gangguan elektrolit, asam basa
Etiologi aritmia pada jantung abnormal, yaitu :
Penyakit katup jantung
PJK, angina pektoris, akut infark
Miokarditis, myopathi, miokarditis
Penyakit jantung bawaan
Manipulasi pada jantung. Mis. : punksi pericardium, kateterisasi jantung,
operasi jantung
Proses degenarasi, kalsifikasi, fibrosis

2.3 Patofisiologi
Reseptor Beta adrenergic dan Na+/K+ ATPase juga diregulasi oleh
hormone tiroid. Adanya peningklatan stimulasi Beta adrenergic akibat
peningkatan second messenger, cAMP, yang akan meningkatkan heart rate
Selain memodifikasi protein tersebut diatas, hormone tiroid juga memodifikasi
ekspresi ion channels seperti Na+/K+ activated ATPase, voltage-gated K+
channels, Na+/Ca+ exchanger, dengan demikian akan mempengaruhi respon
elektrokimia dan mekanikal miokardium.
Mekanisme adanya kecenderungan aritmia seperti AF pada hipertiroid
subkilinis, kemungkinan besar disebabkan peningkatan excitability atrial dan
pemendekan periode refraktor dari jaringan konduksi. Selain itu dapat juga
akibat peningkatan tekanan atrium kiri akibat hipertropi ventrikel kiri, iskemik
akibat peningkatan resting heart rate, peningkatan aktifitas atrial ectopic.
Selain itu dapat juga diakibatkan adanya hyperadrenergic state, yang pada
mengakibatkan peningkatan sesitivitas jantung terhadap stimulasi adrenergic
Klein I, Danzi S, Thyroid Disease and The Heart, Circulation 2007
2.4 Klasifikasi aritmia yang sering terjadi
1. SA node disritmia
a. Sinus takikardia
1. Kriteria : HR > 100 x/menit
2. Penyebab : latihan (HR meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan oksigen dalam tubuh), stimulan (konsumsi kafein,
nikotin, dekongestan, penekan nafsu makan, stres, dan nyeri dapat
meningkatkan HR), peningkatan suhu tubuh, perubahan status cairan
(hipovolemia dan hipervolemia)

b. Sinus bradycardia
1. Kriteria : HR < 60 x/menit
2. Penyebab : pada atlit bradikardia adalah normal, peningkatan
stimulasi vagal, efek konsumsi obat (dromotropic, chronotopic,
inotropic), iskemia SA node, hipoksemia, dan peningkatan tekanan
intrakranial.

2. Atria disritmia
a. Atrial flutter
1. Kriteria : HR 240-340 x/menit, irama ireguler atau reguler.
2. Penyebab : penyakit jantung dan sebagian disebabkan oleh katup
jantung

b. Atrial Fibrilation
1. Kriteria : HR > 400 x/menit, irama, irama ireguler
2. Penyebab : peningkatan sekresi katekolamin,, injuri SA nide, gagal
jantung, dan penyebab lain.

2.5 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis menurut Brady & Catherine (2013), antara lain :
1. Palpitasi
2. Pusing
3. Pingsan
4. Nafas pendek
5. Nyeri dada
6. Gelisah
7. Penurunan toleransi latihan
8. Hipotensi (sistolik < 90mmHg)
9. Sinkop

10. Tanda-tanda gagal jantung


11. Nyeri dada atau tanda dari iskemia pada EKG
12. Denyut nadi ekstrim : > 150 x/menit atau <40 x/menit

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a.
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
b.
Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c.
Foto dada : dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
d.
Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal
atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
f.
Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
g.
Pemeriksaan obat : dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i.
Laju sedimentasi : peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j.
GDA/nadi oksimetri : hipoksemia dapat /mengeksaserbasi
disritmia.
2.7 Penatalaksanaan
a.
Terapi Farmakologis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia kelas 1 (Sodium channel blocker)
a. Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut
dan berulang.
b. Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
c. Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2. Anti aritmia kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4. Anti aritmia kelas 4 (Calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

Alogaritme Bradikardi menurut AHA 2010

Neumar R W et al. Circulation. 2010;122:S729-S767

Alogaritme Bradikardi menurut AHA 2010

Neumar R W et al. Circulation. 2010;122:S729-S767

b.
1.
2.
3.
4.

Terapi mekanis
Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan
prosedur elektif.
Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

BAB III
PENUTUP
1

Kesimpulan
Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia timbul akibat perubahan
elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi. Penatalaksanaan pada aritmia meliputi terapi farmakologis dan
terapi mekanik. Selain itu, asuhan keperawatan yang baik diperlukan dalam
penatalaksanaan aritmia ini sehingga dapat membantu klien untuk dapat
memaksimalkan fungsi jantungnya dan dapat memandirikan klien untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Saran
Setelah penulisan makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang aritmia bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa keperawatan
untuk dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan aritmia
sesuai dengan konsep yang ada sehingga berguna dalam peningkatan status
sehat klien.

DAFTAR PUSTAKA
American Association of Critical Care Nurses. The Cardiovascular
System. In J. Alspach (Ed.). 1998. Core curriculum for critical care nursing 5th
ed., Rev., pp. 137338. Philadelphia: Saunders.
Copstead, Lee-Ellen C. & Banasik, Jaquelyn L. 2013. Pathophysiology
Ed.5, St.Louis : Elsevier Saunders
Dharma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG : Pedoman Praktis.
Jakarta : EGC
Daniels, R., Nosek, L., Nicolle, L. 2007. Contemporary Medica-Surgical
Nursing. USA : Thomson
Davey, Patrick. 2010. Medicine At a Glance. Jakarta : Erlangga
Nuraeni,
2013.
Artikel:
Aritmia/Disritmia.
Diakses
dari
http://www.abcmedika.com tanggal 18 November 2014 Jam 10.00 WIB
Ohlone College. Nursing Student Hand Book Part III : Clinical Forms.
2004. California.
Rahman, Arif. Budi. 2008. Skripsi : Prevalensi Penderita AritmiaDi
Rumah Sakit Bina Waluya Athun 2008-2009
Salmon, Nadine. Focused Cardiovascular assessment. (2004). AMN
Health Care education Service.
Silvestri, Linda A. 2011.Comprehensive Review NCLE-RN Examination.
Ed.5. St.Louis : Elsevier Saunders
Thaler, Malcom S. The Only EKG Book YoullEver Need 5th Edition.
(2007). Lippincott Williams and Wilkins : Pennsylvania
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta :
Salemba Medika
Wang, Huizhen et.al. Nicotine Is a Potent Blocker of the Cardiac A-Type
K+ Channels. (2000). AHA : Dallas

WOC

Anda mungkin juga menyukai