Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Payudara


Payudara dewasa normalnya terletak di hemithoraks kanan dan kiri dengan
dasarnya terletak dari kira-kira iga kedua sampai iga keenam. Bagian medial
payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral sejajar garis aksilaris anterior.
Payudara meluas ke atas melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid. Payudara
terletak di atas lapisan fascia otot pektoralis mayor pada dua pertiga superomedial
dan otot seratus anterior pada sepertiga lateral bawah. 1
Payudara terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, jaringan lemak,
pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening serta otot dan fascia. Parenkim
epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus. Masing masing lobus dialiri
oleh sistem duktus dari sinus laktiferous (bila distensi mempunyai diameter 5 8
mm) terbuka pada nipel, dan masing-masing sinus menerima suatu duktus lobulus
dengan diameter 2 mm atau kurang. Di dalam lobus terdapat 40 atau lebih
lobulus. Satu lobulus mempunyai diameter 23 mm dan dapat terlihat dengan
mata telanjang. Masing-masing lobulus mengandung 10 sampai 100 alveoli
(acini) yang merupakan unit dasar sekretori. Payudara dibungkus oleh fascia
pektoralis superfisialis yang bagian anterior dan posteriornya dihubungkan oleh
ligamentum Cooper sebagai penyangga.1,2,3
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu : 3
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Vaskularisasi Payudara 1,2,4


a. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari:
1.

Cabang-cabang

perforantes

a.

mammaria

interna

yang

memperdarahi tepi medial glandula mammae


2.

Rami pektoralis a. thorakoakromialis yang memperdarahi glandula


mammae bagian dalam (deep surface)

3.

A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) yang memperdarahi


bagian lateral payudara

Pembuluh darah lain yang juga penting artinya meskipun tidak memperdarahi
glandula mammae adalah a. thorakodorsalis.
b. Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu:
1. Cabang cabang perforantes v. mammaria interna
2. Cabang-cabang v. aksilaris
a. v. thorako-akromialis
b. v. thorako-dorsalis
c. v. thorako lateralis
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara pada v.
azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru).
Persarafan Payudara 1,2,4
Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis
sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh sistem simpatis.
Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari nervus
supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus interkostal torasik (34 ).
Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang anterior nervus interkostal

torasik. Kuadran lateral atas payudara dipersarafi terutama oleh nervus


interkostobrakialis ( C8 dan T1 ).
Sistem Limfatik Payudara 1,2,3
a. Pembuluh getah bening
1. Pembuluh getah bening aksila
2. Pembuluh getah bening mamaria intena
3. Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah
payudara
b. Kelenjar getah bening aksila
Terdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila:
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Grup ini dibagi dalam dua kelompok:
i. Kelompok superior setinggi interkostal II-III
ii. Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI
2. Kelenjar getah bening skapula
3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan
terbanyak jumlahnya, terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak.
Beberapa di antaranya terletak sangat superfisial di bawah kulit dan fascia
kira-kira pada pertengahan lipat ketiak sehingga relatif paling mudah
diraba.
4. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes)
5. Kelenjar getah bening v. Aksilaris
6. Kelenjar getah bening subklavikula
7. Kelenjar getah bening prepektoral
8. Kelenjar getah bening mammaria interna

Keterangan :
A Ductus
B Lobulus
C Sinus lactiferous
D Puting susu (nipple)
E Jaringan lemak
F Otot pectoralis mayor
G Tulang Iga

Pembesaran :
A sel normal
B membrane basal
C lumen (saluran tengah)

Gambar 2.1. Anatomi Payudara

Gambar 2.2. Sistem Limfatik Payudara

2.2. Definisi Kanker Payudara


Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau
lobulus payudara. Insiden kanker payudara terus meningkat, saat ini lebih dari
170.000 kasus ditemukan per tahun.5
2.3. Epidemiologi Kanker Payudara
Insidennya bervariasi di tiap negara, Kanker payudara pada wanita
menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma serviks uterus. Di Amerika
Serikat, kanker payudara merupakan 28% kanker pada wanita kulit putih, dan
25% pada wanita kulit hitam. Tertinggi di Swedia dengan rata-rata insiden
129,5/100.000 wanita dan terendah di Jepang 37,0/100.000 wanita. 4
Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi
nomor 1 dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidennya meningkat.
Penyakit kanker payudara dengan prevalensi tertinggi terdapat pada Provinsi D.I.
Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4. Sebagian besar keganasan payudara datang pada
stadium lanjut.Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya informasi,letak
geografis, pendidikan, banyaknya iklan yang menerangkan tentang pengobatan
alternatif, kurangnya alat diagnostik, dan kurangnya keterampilan tenaga medis
dalam mendiagnosis keganasan payudara.5,6
2.4. Etiologi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa
gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh
disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada
lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen
keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y.
Mutasi gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi
kanker payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun
yang paling diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen.
Mutagen ini bisa berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid
peroksidase dan malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi.
Virus juga diduga sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada
manusia.3,7
2.5. Faktor Resiko Kanker Payudara
Saat ini, penyebab pasti kanker payudara belum diketahui secara pasti,
namun berbagai penelitian dan pengumpulan bukti-bukti epidemiologi telah
dilakukan untuk mencari tahu faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena
kanker payudara. Berbagai faktor itu antara lain :
a.Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi
insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%). Setelah usia
50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi perlahan. Perbedaan insiden
berdasarkan usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari hormon ovarium pada
perkembangan penyakit.1,2,8
Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif ditemukan pada
wanita yang lebih muda dari usia 45 tahun, sedangkan 2 hingga 3 kejadian
ditemukan pada wanita berusia 55 tahun keatas.
b. Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara
diseluruh dunia. Wanita asian-hispanic memiliki risiko kejadian kanker

payudara yang lebih rendah daripada wanita afican-american. Angka kejadian


kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali lebih tinggi daripada di
Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden kanker payudara berbeda-beda.
Misalnya di Israel, keturunan Jews mempunyai risiko empat kali lebih tinggi
daripada non-Jews dan di Italia terdapat perbedaan angka kejadian sekitar dua
kali lipat antara daerah utara dan selatan. Variasi geografis ini lebih disebabkan
oleh faktor lingkungan daripada genetik karena penduduk yang bermigrasi dari
negara berisiko rendah ke negara berisiko tinggi mengalami peningkatan
frekuensi kanker payudara.2,9

b.

Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada
laki-laki. Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel pada payudara
lebih sering terekspose oleh hormon-hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada payudara. Angka kejadian kanker
payudara pada laki-laki hanya 1 %.2

c. Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah usia
15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika
menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause terjadi
setelah usia 55 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena eksposure hormon
estrogen

dan

progesterone

yang

berkepanjangan

yang

mempengaruhi

pertumbuhan sel-sel payudara. 2,3,8


d.

Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali
melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga hingga
empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan anak

pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang mempunyai banyak anak


(multipara) diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker payudara,
tentunya setelah memperhitungkan usia saat melahirkan anak pertama.
Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker
payudara.1,2,3
e.Diet
Perbedaan

insiden

kanker

payudara

di

berbagai

belahan

dunia

menunjukkan bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam


perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan bahwa
tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat meningkatkan
risiko sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah, vitamin dan
phytoestrogens dapat menurunkan risiko. Diet di negara-negara Barat biasanya
mengandung lemak dan gula yang tinggi sedangkan di Asia dan negara yang
belum berkembang dietnya lebih banyak mengandung vitamin dan serat.
Wanita-wanita dari negara Barat mempunyai risiko terkena kanker
payudara enam kali lebih tinggi dibandingkan wanita-wanita Asia dan negara
berkembang lainnya. Risiko ini akan berubah jika penduduk dari negara berisiko
rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan mengadaptasi pola makan di
negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet pada insiden kanker
payudara tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-anak dan remaja. Tidak
ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola makan dari diet tinggi lemak
ke diet rendah lemak pada usia pertengahan dan tua dapat menurunkan risiko
kanker payudara.1,2,3
f. Ukuran tubuh
Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan dengan
sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Usia terjadinya
menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran tubuh dengan demikian gizi pada
masa anak-anak akan mempengaruhi pada usia berapa menarche terjadi. Tinggi
badan yang lebih yang juga ditentukan oleh keadaan nutrisi diteliti dapat sedikit

meningkatkan risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada usia


dewasa, tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum
menopause sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah menopause.
Lemak tubuh adalah situs konversi androstenedione menjadi oestradiol, satusatunya sumber endogenik estrogen setelah menopause, mungkin inilah yang
memediasi efek berat badan terhadap risiko kanker payudara pada wanita postmenopause.1,2,3

g.

Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker payudara
terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar diwarisi secara
familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan demikian individu yang
memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi untuk terkena kanker
payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang
menderita kanker payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan
hubungan mereka terhadap individu tersebut.
Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua kali pada anak perempuan
yang ibunya menderita kanker dan pada wanita yang saudara perempuannya
menderita kanker. Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda
dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan gengen yang mempredisposisi kanker payudara. Pada keluarga berisiko tinggi,
dengan empat atau lebih anggota keluarga terkena kanker payudara, 33% di
antaranya mengalami mutasi BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi
BRCA-1 pada 12 dari 193 wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum
usia 35 tahun dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker
payudara pada anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker
payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain
seperti colon, ovarium dan uterus.1,2,3

h.

Hormon

Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya


menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan kanker payudara.
Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan jaringan payudara serta
meningkatkan karsinogenesis payudara pada hewan percobaan, namun buktibukti epidemiologisnya pada manusia masih merupakan konflik. Mungkin hal
ini disebabkan oleh kesulitan dalam pengukurannya. Sebuah studi populasi pada
wanita postmenopause yang berasal dari negara berisiko tinggi menunjukkan
level serum oestradiol rata-rata sekitar 20% lebih tinggi daripada wanita-wanita
yang berasal dari negara berisiko rendah. Studi case-control lain menunjukkan
wanita dengan kanker payudara mempunyai level progesterone yang lebih
tinggi dari kelompok kontrol pada analisis yang terbatas pada saat ovulasi.
Prolactin adalah mitogen dalam jaringan payudara dan merupakan hormon
yang penting untuk perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi
perannya pada kanker payudara manusia belum jelas. Meskipun demikian
terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa level prolaktin dipengaruhi oleh
sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko kanker payudara. Selain hormon
seks endogen, hormon seks eksogen seperti terapi pengganti hormon dan
kontrasepsi oral juga dianggap berpengaruh terhadap risiko kanker payudara.
Terapi pengganti hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada
orang-orang yang baru atau sedang menggunakan (dalam jangka waktu lima
tahun). Risiko meningkat sekitar 2% untuk setiap satu tahun penggunaan.
Kontrasepsi oral juga dikatakan dapat meningkatkan risiko bila digunakan
jangka panjang. Pada penelitian terbukti kontrasepsi oral hanya sedikit
meningkatkan risiko kanker payudara yaitu sebesar 1,24% pada orang yang
sedang menggunakan dan sebesar 1,16% pada orang yang telah berhenti
menggunakan 1-4 tahun sebelumnya.1,2,3
i. Radiasi
Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai faktor
penyebab kanker payudara. Dari penelitian epidemiologi setelah ledakan bom

atom atau penelitian pada orang setelah pajanan sinar rontgen, peranan sinar
ionisasi sebagai faktor penyebab pada manusia lebih jelas.2
2.6. Patogenesis Kanker Payudara
Patogenesis kanker payudara melibatkan beberapa faktor, yaitu faktor
yang tidak bisa diubah (melibatkan jenis kelamin, umur, genetik/riwayat
keluarga), faktor yang berkaitan dengan reproduksi, dan gaya hidup. Interaksi
ketiga faktor ini memicu proses karsinogenesis pada payudara. 10

Perusak DNA
yang
didapat
(lingkungan)
1
2
3

Kimiawi
Radiasi
Virus

Sel normal
Reparasi
DNA berhasil
Kerusakan DNA
Reparasi
DNA gagal
Mutasi di dalam
genome sel somatik

Aktivasi onkogen
pertumbuhanpromosi

Mutasi diturunkan
di dalam:
1

Gen
yang
berefek pada
reparasi
DNA
2 Gen
yang
berefek pada
pertumbuhan
sel
Inaktivasi gen
supresor kanker

Perubahan gen
yang mengatur
apoptosis

Ekspansi klonal
Ekspresi hasil
produk gen
yang berubah

Mutasi tambahan (progresif)

Heterogenitas

Neoplasma ganas
Gambar 2.3. Patogenesis neoplasia 10

2.7. Diagnosis Kanker Payudara


a. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap
dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama penderita dapat berupa:
adanya benjolan pada payudara; rasa nyeri; keluar cairan dari puting susu;
retraksi puting susu; adanya ekzema di sekitar areola; keluhan kulit berupa
dimpling, venektasi, ulserasi atau adanya peau dorange; adanya benjolan di
ketiak; edema lengan dan tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang
(vertebrae, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala
hebat.2,3,7,8
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker
payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker
cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan
(nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar secara
spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling
umum dari kanker payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu
menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu menandakan galaktore, cairan
purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan multiwarna atau lengket
menandakan ektasia duktus (comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus,
berdarah atau seperti air mungkin menandakan papiloma (80%) atau
karsinoma intraduktal (20%).3
Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi
terhadap keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah
menopause, pada usia berapa; usia saat pertama kali melahirkan anak;
menyusui atau tidak; riwayat kanker payudara atau kanker lainnya dalam
keluarga; riwayat pemakaian obat-obat hormonal; riwayat operasi tumor
payudara atau tumor ginekologik; dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktorfaktor risiko ini perlu ditanyakan agar dokter dapat mempertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan mamografi pada penderita yang berisiko tinggi, dan

bagi pasien agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan payudara
sendiri. Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan metastasis
perlu ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan
sakit kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan penurunan
berat badan juga perlu ditanyakan.2,8
b. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance
status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara
lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara
dilakukan saat pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah lebih
kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik
yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara
klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan 1,2,3
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di
depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat
simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau dorange,
kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit; kelainan puting
susu seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.

Gambar 2.4. Inspeksi Payudara


2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal
kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan
dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III dan IV
yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua
sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah
sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke
sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan
pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil.
Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan
kuat karena rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan massa
payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran
payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah
sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk
dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan
sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding dada.

Gambar 2.5. Palpasi KGB dan Payudara


c. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional
1. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila
jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang
dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan penderita
diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan
aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB
mammari eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis
aksila; KGB subskapularis di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat
aksila; dan KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan
ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain
atau ke jaringan sekitarnya.

2. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan
cermat dan teliti. Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa
adalah paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.

d. Pemeriksaan Penunjang 3
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic
yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker
payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker
payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat diraba.
Adanya proses keganasan akan memberikan tandatanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi,
deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan distorsi
duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi,
adanya bridge of tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur.
Mammografi sangat baik digunakan untuk diagnosis dini dan skrining,
hanya saja untuk skrining harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan
yang selektif yaitu untuk wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas
mammografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir 90%.
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau
kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy. Mammografi dan
USG payudara dilakukan pada tumor yang berukuran < 3cm.
Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun 1956. Dengan
menggunakan sinar infra merah pemeriksaan ini memanfaatkan perbedaan
suhu di mana suhu kanker payudara lebih tinggi dibanding jaringan
sekitarnya.

Xerografi

merupakan

pemeriksaan

yang

menggunakan

sistem

pencitraan foto elektrik. Ketepatannya mencapai 95,3% dengan false


positive 5%.
Scintimamografi

merupakan

teknik

pemeriksaan

radionuklir

menggunakan radioisotop Tc 99m. Sensitifitasnya dalam menilai aktifitas sel


kanker payudara cukup tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi lesi
yang multipel dan adanya keterlibatan KGB regional.
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)
Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk menegakkan
diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan dapat diambil melalui
biopsi eksisional (untuk ukuran tumor < 3cm) atau biopsi insisional (untuk
tumor operabel dengan ukuran > 3cm sebelum operasi definitif dan untuk
tumor yang inoperabel) yang kemudian diperiksa potong beku atau PA.
Untuk biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada
mammografi dapat dilakukan ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu
pungsi dengan jarum besar yang akan menghasilkan suatu silinder jaringan
yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik biokimia.2,3,8

3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle aspiration
biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan dilaporkan sebesar
90-95% bila tepat cara pengambilan dan diekspertise oleh ahlinya.2,8
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai dengan
perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function tests untuk
metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor untuk metastase tulang.2,3,8
5. Pemeriksaan metastase jauh

Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau bone


survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk mencari metastasis
jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh PERABOI adalah foto
thoraks dan USG abdomen sedangkan bone scanning dan/atau bone survey
(bila sitologi dan/atau klinis sangat mencurigakan pada lesi > 5cm) dan CT
scan dilakukan atas indikasi.
Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan gambaran
coin lesion yang multipel dengan ukuran yang bermacam-macam.
Metastasis dapat pula mengenai pleura yang akan menimbulkan efusi pleura.
Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat pada foto rontgen sebagai
gambaran osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.2,8
6. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia
Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin berguna untuk
memantau respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut.
Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu),
cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.3

2.8. Klasifikasi Stadium dan Histologik 11


Klasifikasi Stadium
Tumor Primer (T)
TX

Tumor primer tidak dapat dinilai

T0

Tidak ada bukti terdapat tumor primer

Tis

Tis Carcinoma in situ

Tis(DCIS)

Ductal carcinoma in situ

Tis(LCIS)

Lobular carcinoma in situ

Tis(Paget's)

Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan :


Paget's disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan
menurut ukuran tumor)

T1
T1mic

Tumor 2 cm
Microinvasion 0.1

T1a

Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm

T1b

Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm

T1c

Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm

T2

Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm

T3

Tumor > 5 cm

T4

Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding


dada atau kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :

T4a

Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis

T4b

Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit payudara,


atau ada nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama

T4c

Kriteria T4a dan T4b

T4d

Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah BeningKlinis (N)


NX

KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah


diangkat)

N0

Tidak ada metastasis ke KGB regional N1 Metastasis ke KGB


aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan

N2

Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan


atau terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla ipsilateral

N2a

Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling

melekat atau melekat ke struktur lain sekitarnya.


N2b

Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal


mammary Universitas Sumatera Utara ipsilateral dan tidak
terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB aksilla
ipsilateral

N3

Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa


keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau metastasis ke KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
infraklavikula atau aksilla ipsilateral

N3a

Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral N3b Metastasis ke


KGB internal mammary dan aksilla

N3c

Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral

Kelenjar Getah Bening RegionalPatologi anatomi (pN)


pNX

KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau


tidak dilakukan pemeriksaan patologi)

pN0b

Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada


pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan :
Isolated tumor cells (ITC) diartikan sebagai sekelompok tumor
kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm, biasanya dideteksi hanya
dengan immunohistochemical (IHC) atau metode molekuler

pN0(i)

Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)

pN0(i+)

Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+),


IHC cluster tidak lebih dari 0.2 mm

pN0(mol)

Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,


pemeriksaan molekuler (-) (RT-PCR)

pN0(mol+)

Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,

pemeriksaan molekuler (+) (RT-PCR)


pN1

Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary


terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB,
secara klinis tidak tampak

pN1mi

Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)

pN1a

Metastasis ke 1-3 KGB aksila

pN1b

Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara


mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak

pN1c

Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary


terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB,
secara klinis tidak tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB
aksila, KGB internal mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)

pN2

Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB


internal mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla

pN2a

Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)

pN2b

tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara


klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla

pN3

Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau


secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1
atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB
aksilla tetapi secara klinis microscopic metastasis (-) ke KGB
internal mammary; atau ke KGB supraklavikular ipsilateral

pN3a

Metastasis ke 10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau


metastasis ke KGB infraklavikula

pN3b

Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral


dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3
metastasis ke KGB aksilla dan dalam KGB internal mammary

dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi


KGB sentinel, tidak tampak secara klinis
pN3c

Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral

Metastasis Jauh (M)


MX

Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0

Tidak terdapat metastasis jauh

M1

Terdapat metastasis jauh

Stadium (AJCC 2010)


Stadium 0

Tis

N0 M0

Stadium I

T1

N0 M0

Stadium II A

T0

N1 M0

T1

N1 M0

T2

N0 M0

T2

N1 M0

T3

N0 M0

T0

N2 M0

T1

N2 M0

T2

N2 M0

T3

N1 M0

T3

N2 M0

Stadium II B

Stadium III A

Stadium III B

T4

N0 M0

T4

N1 M0

T4

N2 M0

Stadium III C

Any T N3 M0

Stadium IV

Any T Any N M1

Klasifikasi Histologik
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologik berdasarkan WHO
Histological Classification of Tumours of the Breast , tahun 2012 sbb. :
Karsinoma in situ :
Ductal carcinoma in situ
Lobular carcinoma in situ
Karsinoma invasive :
Invasive carcinoma of no special type (NST) :
Subtipe : Pleomorphic carcinoma, Carcinoma with osteoclast-like
stromal giant, cells, Carcinoma with choriocarcinomatous features,
Carcinoma with melanocytic features
Invasive Lobular carcinoma :
Subtipe : Classic , Solid, Alveolar, Pleomorphic, Tubulolobular,
mixed lobular.
Tubular carcinoma
Cribriform carcinoma
Mucinous carcinoma
Carcinoma with medullary features

Subtipe : Medullary carcinoma, Atypical medullary , invasive


carcinoma with medullary features.
Carcinoma with apocrine differentiation
Carcinoma with signet ring cell differentiation
Invasive micropapillary carcinoma
Metaplastic carcinoma of no special type
Subtype : low grade adenosquamous carcinoma, fibromatosis-like
metaplastic carcinoma, squamous cell carcinoma, spindle cell
carcinoma,
differentiation,

metaplastic
mixed

carcinoma

metaplastic

with

carcinoma,

mesenchymal
myoepithelial

carcinoma
Rare types
Carcinoma with neuroendocrine features
Secretory carcinoma Invasive papillary carcinoma
Acinic cell carcinoma Mucoepidermoid carcinoma
Polymorphous

carcinoma

Oncocytic

carcinoma

Lipid-rich

carcinoma
Glicogen-rich clear cell carcinoma
Sebaceous carcinoma
Salivary gland/skin adnexal type tumours
Epithelial-myoepithelial tumors
Subtipe : Adenomyoepithelioma with carcinoma, adenoid cystic
carcinoma.
Intraductal papillary carcinoma
Encapsulated papillary carcinoma
Solid papillary carcinoma
Subtype : in situ, invasive.
Pagets disease of the nipple

2.9. Diagnosa Banding 2


a.Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar
dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr. Soetomo (Sukardja).
Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis diketahui sebagai tumor di
payudara dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan
sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan berbatas tegas. Pertumbuhannya
lambat, tidak ada perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM
terdapat pada usia muda yaitu 15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau
multipel (15%). Sebagai tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh,
pengobatannya cukup dengan eksisi tumornya.
b. Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa
nyeri terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar,
penuh dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil serta nyeri berkurang
setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD dipengaruhi oleh keseimbangan
hormonal. Tumor jenis ini umumnya tidak berbatas tegas kecuali kista soliter.
Konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik. Jenis yang padat kadangkadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga
dijumpai tanpa massa tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat,
permukaan granular.
c.

Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM yang besar.
Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran bisa
mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian yang
kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit.
Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi. Cystosarcoma philloides
tidak bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%)
ditemukan dalam bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma

philloides. Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk mencegah residif.


Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk
mastekstomi subkutan.
d.

Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru melainkan
suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktiferus
pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas
tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.

e.

Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat
pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang dan sering
sudah menjadi abses.

2.10. Pencegahan 11
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara.
Pencegahan primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang
diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara.
Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah
mengetahui faktor-faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di
atas, dan berusaha menghindarinya.
Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara.
Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan
abnormalitas yang mengarah pada k a n k e r payudara pada seseorang atau
kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan. Tujuan dari skrining adalah
untuk menurunkan angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka
kematian.Pencegahan sekunder merupakan primadona dalam penanganan kanker
secara keseluruhan.

Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok


orang yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker
payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining ditujukan
untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi
efektif; dengan demikian akan menurunkan kemungkinan kekambuhan,
menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup. Beberapa tindakan untuk
skrining adalah :
Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
Mammografi skrining
Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI dilakukan oleh masing-masing wanita, mulai dari usia 20 tahun.
SADARI dilakukan setiap bulan, 7-10 hari setelah hari pertama haid terakhir.
Cara melakukan Sadari yang benar dapat dilakukan dalam 5 langkah yaitu :
1. Dimulai dengan memandang kedua payudara didepan cermin dengan posisi
lengan terjuntai kebawah dan selanjutnya tangan berkacak pinggang.
Lihat dan bandingan kedua payudara dalam bentuk, ukuran dan warna
kulitnya.
Perhatikan kemungkinan kemungkinan dibawah ini :
Dimpling, pembengkakan kulit.
Posisi dan bentuk dari puting susu (apakah masuk kedalam atau bengkak)
Kulit kemerahan, keriput atau borok dan bengkak.
2. Tetap didepan cermin kemudian mengangkat kedua lengan dan melihat
kkelainan seperti pada langkah 1.
3. Pada waktu masih ada didepan cermin, lihat dan perhatikan tanda tanda adanya
pengeluaran cairan dari puting susu.

4. Berikutnya dengan posisi berbaring, rabalah kedua payudara, payudara kiri


dengan tangan kanan dan sebaliknya, gunakan bagian dalam (volar/telapak)
dari jari ke 2-4. Raba seluruh payudara dengan cara melingkar dari luar
kedalam atau dapat juga vertikal dari atas kebawah.
5. Langkah berikutnya adalah meraba payudara dalam keadaan basah dan licin
karena sabun dikamar mandi; rabalah dalam posisi berdiri dan lakukan seperti
langkah-4.
Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan klinis payudara dikerjakan oleh petugas kesehatan yang
terlatih, mulai dari Tingkat Pelayanan Kesehatan Primer (I). Pemeriksaan klinis
pada payudara dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila ditemukan
adanya abnormalitas pada proses Sadari.
Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan klinis payudara maka dapat
ditentukan apakah memang betul ada kelainan; dan apakah kelainan tersebut
termasuk kelainan jinak, ganas atau perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Mammografi Skrining
Pemeriksaan mamografi skrining memegang peranan penting, terutama pada
tumor tumor yang sangat kecil atau non-papable. Sensitifitas bervariasi antara 7080 % dengan spesifisitas antara 80-90%.
2.11. Penatalaksanaan 5
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk
stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3 dan T4) dan bahkan
inflammatory

carcinoma

mungkin

multimodalitas, tetapi kebanyakan

dapat

disembuhkan

dengan

terapi

hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif

diberikan pad pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh
atau untuk karsinoma local yang tidak dapat di reseksi.

A. Terapi secara pembedahan


1

Masektomi partial (breast conservation)


Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor dan fascia pectoral serta diseksi aksila level iii. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut.
Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas sebanding dengan
CRM.

Skin spacing masektomi (SSM)


Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudar beserta tumor dan nipple
areola komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi
aksila level I-II. Operasi ini harus disetai rekonstruksi payudara secara langsung
yang umunya adalah TRAM flap (transverse rektus abdominis musculotaneus
flap), LD flap (latissimus dorsi flap) atau implant. Dilakukan pada tumor stadium
dini dengan jarak tumor ke kulitjauh (>2cm) atau stadium dini yang tidak
memenuhi syarat untuk BCT.

NSP
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan
mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit seta diseksi aksila level I-II.
Operasi ini, juga harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang
umumnya adalah TRAM flap, LD flap atau implant. Dilakukan tumor stadium
dini dengan ukuran 2cm atau kurang, lokasi periper, secara klinis NAC tidak
terlibat, kgb N0, histopatologi baik, dan potong beku sub areoala : bebas tumor.

BCT
BCT adalah terapi yang komponenya terdiri dari lumpektomi dan
segmentektomi atau kuadrantektoi dan diseksi aksila serta radioterapi. Jika
terdapat fasilitas, lymphatic maping dengan sentined lymph node biopsy (SLNB)

dapat dilakukan untuk menggantikan diseksi aksila. Terapi ini memberikan


survival yang sama dengan MRM, namun rekurensinya lebih besar.
B. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat abti kanker (sitostatika utnuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
menggangu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat
sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat local/
setempat. Obat sitostatika dibawa melalui aliran darah atau diberikan langsung
kedalam tumor, jarang menembus blood brain barrier sehingga obat ini sulit
mencapai SSP. AAda 3 jenis setting kemoterapi yakni Adjuva, Neoadjuvan dan
primer.
1

Adjuvan kemoterapi
Terapi tambahan setelah terapi utama. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan occult micrometastasic disease sehingga menurunkan resiko
timbulnya kekambuhan dan metastasis jauh. Usia, ukuran tumor, karakter biologic
tumor dan status kelenjar getah bening merupakan faktor yang menentukan dalam
pemberian kemoterapi. Kemoterapi bekerja paling efektif pada tumor yang
berukuran kecil dan masih dalam fase pertumbuhan linier. Adjuvan kemoterapi
menurunkan 25% mortalitas kanker payudara. Contoh regimen yang digunakan
antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-fluoroasil dan methotrexate.

Neoadjuvan Kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada penderita kanker dengan high grade
malignancy dan belum pernah mendapat tindakan loco- regional dengan bedah
atau radiasi. Neoadjuvan terapi bertujuan untuk memeprkecil ukuran tumor dan
control mikrometastasis, disamping itu neoadjuvan dapat memberikan informasi
tentang respon regimen kemoterapi.

Kemoterapi Primer (Paliatif)


Diberikan pada stadium lanjut untuk mengendalikan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit kanker. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
kualitas hidup yang baik, control progresi tumor, dn memperlama harapan hidup.
Respon terbaik diperoleh dengan first line kemoterapi dan kombinasi regimen.
Kombinasi regimen yang sering digunakan anthracycline dengan taxane.
C. Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada kanker
payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA
dengan gangguan proses replikasi. RT menurunkan resiko rekurensi lokaldan
berpotensi untuk menurunkan mortaliitas jangka panjang penderita kanker
payudara. Walaupun beberapa studi memperlihatkan bahwa RT setelah kemoterapi
menghasilkan long term survival yang lebih baik disbanding sebaliknya, namun
studi terbaru memperlihatkantidak ada perbedaan yang bermakna antara
kemoterapi pertama dengan RT pertama.
Indikasi RT pada protocol PERABOI 2003 adalah ;
-

Setelah tindakan operasi BCS

Tepi sayatan dekat atau tidak bebas tumor (T<5cm)

Tumor letak sentral atau medial

KGB positif dengan ekstensi ekstra kapsular

D. Terapi Hormonal
Terapi hormonal yang mulai dikembangkan sejak satu abad lalu.dengan
masih paling efektif dan plaing jelas targetnya dari terapi sistemik untuk kanker
payudara. Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang
menunjukan ekdspresi positif dari estrogen reseptor. Dan atau progesterone
reseptor tanpa memandang usia, status menopause, status KGB Aksila maupun
ukuran tumor. Tujuan teapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk

menghilangkan atau mengurangi estrogen dalam sel tumor.


Hal ini dapat diperoleh dengan :
-

Blockade reseptor misalnya dengan selective estrogen reseptor modulator


misalnya tamoxifen atau toremifen

Supresi sintesis estrogen pada wanita post menopause dengan aromatase


inhibitor, missal anastrozole, letrozole, rxemestane atau dengan analog LHRH
pada wanita premenopause.

Ablasi ovarium dengan ooprectomy atau radiasi eksterna pada premenopause.

Tamoxifen merupakan adjuvant hormonal yang paling banyak digunakan dan


merupakan terapi standar untuk wanita premenopause. Terapi ini menurunkan
rekurensi hingga 50% dan menurunkan 28% mortalitas kanker payudara
sedangkan ablasi ovarium menghasilkan keuntungan yang serupa dengan
kemoterapi pada premenopause dengan reseptor hormon positif.

2.12. Komplikasi 12
Karsinoma payudara biasanya menyebar secara limfogen. Distribusi
penyebaran tergantung pada lokalisasi tumor. Sebahagian besar tumor
mengadakan metastasis di Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila melibatkan
satu

atau

lebih

kelenjar. Kadang-kadang sel tumor mencapai KGB

infraklavikular ataupun supraklavikular tanpa melibatkan KGB di aksila.Tumor


yang terletak pada daerah medial dapat menyebar ke KGB parasternal dan
jarang ke KGB aksila kontra lateral. Metastasis karsinoma ke organ yang jauh bisa
melalui hematogen.
Organ yang paling sering terlibat adalah tulang (vertebra), paru, hati
dan ke susunan saraf pusat, kelenjar tiroid dan ginjal. Apabila tumor sudah
metastasis ke hati, maka pada ovarium kemungkinan ditemukan deposit
tumor.Metastasis karsinoma payudara merupakan penyulit dalam perjalanan
penyakit oleh karena merupakan

faktor

memperburuk

prognosis.

Kapan

terjadinya metastasis ini belum dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli

membuktikan bahawa

ukuran

tumor

erat

kaitannya

dengan

kejadian

metastasis. Semakin kecil ukuran tumor, kemungkinan kejadian metastasis


semakin

kecil

pula.

Atas

dasar fenomena

inilah

diupayakan

untuk

menemukan tumor-tumor pada tahap awal yaitu ketika pada ukuran kecil
antara lain dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan pemeriksaan
payudara oleh dokter atau perawat walaupun tidak ada keluhan yang diikuti
mamografi dan sitologi aspirasi. Akan tetapi tumor berukuran kecil belum
merupakan jaminan bebas dari kejadian metastasis. Oleh kerana itu beberapa
pakar berpendapat bahwa karsinoma payudara merupakan penyakit sistemik
yang sukar dijangkau.
2.13. Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal
seperti karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetik, level stress,
imunitas, keinginan
kanker

untuk

hidup,

dan

lain-lain.

Stadium

klinis

dari

payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis

penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun
digambarkan dalam five-year survival rate. 12
Prognosis kanker payudara dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu3:
a. Stadium klinik
Tabel 2.1. Prognosis kanker payudara berdasarkan stadium klinik
Stadium Klinik
0
I
II
IIIA
IIIB
IV

5 tahun (%)
> 90
80
60
50
35
10

10 tahun (%)
90
65
45
40
20
5

b. Keterlibatan histologik KGB aksila


Tabel 2.2. Prognosis kanker payudara berdasarkan keterlibatan histologik KGB
aksila

KGB aksila
Tidak ada

5 tahun (%)
80

10 tahun (%)
65

1-3 KGB

65

40

> 3 KGB

30

15

c. Ukuran tumor
Tabel 2.3. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm)

10 tahun (%)

<1

80

3-4

55

5-7,5

45

d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang well differentiated.
e.

Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu
survival yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER
negatif.

DAPUS
1. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker
Payudara dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening
Aksila. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. 2003. Available from: http://www.usu.ac.id.

2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk


(editor). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa
Aksara. 1995. Hlm: 342-364.

3. Sjamsuhidayat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC, 2011.

4. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi


Pertama . 2005 . Hlm : 387-402.

5. Suyatno & Pasaribu ET. Bedah Onkologi : Diagnosis dan Terapi. Edisi ke2. Jakarta: Sagung Seto. 2014.
6. Depkes.Kanker.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/info
datin/infodatin-kanker.pdf

7. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology.


2nd Ed. Oxford Press. Page: 110-116
8. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol

PERABOI 2003.

PERABOI. Jakarta. Edisi Pertama. 2004. Hlm: 2-15.


9. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer.
Dennis A. Casciato and Berry B. Lowitz (editors). Manual on
Clinical Oncology. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia.
2000. Page: 11

10. Aziz, M. F. 2006. Karsinogenesis. In: Aziz, M.F., Andrijono, and


Saifuddin, A.B. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo: 31.

11.Panduan Nasional Penanganan Kanker : Kanker Payudara. KPKN.


2015

12. Taha

MNAB.

Kanker

Payudara.

2012.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31030/4/Chapter%20II.pdf
(30 April 2016)

Anda mungkin juga menyukai