Anda di halaman 1dari 10

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
2.1.1 Konsep Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan untuk mencegah
transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota Department of Health,
2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi, sedangkan pengendalian
memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan demikian, tujuan utama dari
pelaksanaan program ini adalah mencegah dan mengendalikan infeksi dengan cara menghambat
pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang
dirawat (Darmadi, 2008).
2.1.2 Cakupan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
PPI, yaitu:
a. Kebersihan tangan
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang disebarkan melalui tangan
dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat dan membunuh mikroorganisme
pada kulit. Menjaga kebersihan tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum
kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama melakukan 11

tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah kontak atau melakukan tindakan
untuk pasien. Secara garis besar, kebersihan tangan dilakukan pada air mengalir, menggunakan sabun
dan/atau larutan antiseptik, dan diakhiri dengan mengeringkan tangan dengan kain yang bersih dan
kering (Kemenkes RI, 2011).
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) telah lama digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
ada pada petugas kesehatan. Namun, dengan munculnya Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS) dan Hepatitis C, serta meningkatnya kembali kasus Tuberculosis (TBC), pemakaian APD
juga menjadi sangat penting dalam melindungi petugas. Alat pelindung diri mencakup sarung tangan,
masker, alat pelindung mata, topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat pelindung lainnya
(Kemenkes RI, 2011).
c. Penatalaksanaan peralatan pasien dan linen
Konsep ini meliputi cara memproses instrumen yang kotor, sarung tangan, linen, dan alat yang akan
dipakai kembali dengan menggunakan larutan klorin 0,5%, mengamankan alat-alat kotor yang akan
tersentuh serta memilih proses penanganan yang akan digunakan secara tepat. Penatalaksanaan ini
dapat dilakukan dengan precleaning, pencucian dan pembersihan, Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT),
serta sterilisasi (Kemenkes RI, 2011). 12

d. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan PPI berupa pengelolaan limbah rumah
sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, baik limbah yang terkontaminasi maupun yang tidak
terkontaminasi (Kemenkes RI, 2011).
e. Pengendalian lingkungan rumah sakit
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya adalah untuk
menciptakan lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman. Pengendalian lingkungan secara baik dapat
meminimalkan atau mencegah transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit atau fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
f. Kesehatan karyawan/perlindungan pada petugas kesehatan
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terpapar kuman saat bekerja. Upaya rumah sakit atau
fasilitas kesehatan untuk mencegah transmisi ini adalah membuat program pencegahan dan
pengendalian infeksi pada petugasnya, misalnya dengan pemberian imunisasi (Kemenkes RI, 2011).
g. Penempatan/isolasi pasien
Penerapan program ini diberikan pada pasien yang telah atau sedang dicurigai menderita penyakit
menular. Pasien akan ditempatkan dalam suatu ruangan tersendiri untuk meminimalkan proses
penularan pada orang lain (Kemenkes RI, 2011). 13

h. Hygiene respirasi/etika batuk


Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan perlu memperhatikan kebersihan pernapasan
dengan cara selalu menggunakan masker jika berada di fasilitas pelayanan kesehatan. Saat batuk,
sebaiknya menutup mulut dan hidung menggunakan tangan atau tissue (Kemenkes RI, 2011).
i. Praktik menyuntik yang aman
Jarum yang digunakan untuk menyuntik sebaiknya jarum yang steril dan sekali pakai pada setiap kali
suntikan (Kemenkes RI, 2011).
j. Praktik lumbal pungsi
Saat melakukan prosedur lumbal pungsi sebaiknya menggunakan masker untuk mencegah transmisi
droplet flora orofaring (Kemenkes RI, 2011).
2.2 Pemilahan Limbah Rumah Sakit
2.2.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah semua limbah hasil dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair,
pasta (gel), serta gas yang dapat mengandung mikroorganisme patogen bersifat infeksius, bahan
kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit bisa mengandung berbagai
macam mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit dan tingkat pengolahan yang dilakukan
sebelum dibuang (Djohan & Halim, 2013).
2.2.2 Jenis-jenis Limbah Rumah Sakit
Djohan & Halim (2013) membagi jenis-jenis limbah berdasarkan bentuk dan bahayanya. 14

A. Berdasarkan bentuk
1. Limbah padat
Limbah padat rumah sakit adalah limbah berbentuk padat hasil kegiatan rumah sakit yang terdiri atas
limbah non medis, limbah medis padat, limbah infeksius, dan limbah sangat infeksius (Djohan &
Halim, 2013).
2. Limbah cair
Limbah cair adalah semua bentuk air buangan termasuk tinja hasil kegiatan rumah sakit, yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan (Rohani & Setio, 2010).
3. Limbah gas
Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang merupakan hasil kegiatan pembakaran di
rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat
sitotoksik (Rohani & Setio, 2010).
B. Berdasarkan bahaya
1. Limbah Non Medis
Limbah non medis merupakan limbah hasil kegiatan rumah sakit di luar kegiatan medis. Limbah ini
bisa berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman, serta unit pelayanan. Contohnya: karton,
kaleng dan botol, serta sampah dari ruangan pasien yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya (Djohan & Halim, 2013). 15

2. Limbah Medis
Limbah medis merupakan limbah hasil kegiatan pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi, atau
sejenis, pengobatan, serta penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun dan
infeksius berbahaya atau bisa membahayakan jika tidak dilakukan pengamanan tertentu (Djohan &
Halim, 2013).
Limbah medis dapat digolongkan, sebagai berikut: (Djohan & Salim, 2013)
a. Golongan A
Dressing bedah (kasa/perban, kapas, plester), swab (kain/kasa penyeka), dan semua limbah
terkontaminasi, bahan linen kasus penyakit infeksi, seluruh jaringan tubuh manusia, hewan dari
laboratorium, serta hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing.
b. Golongan B
Syringe (suntikan) bekas, jarum, catridge (kemasan yang keras untuk obat), pecahan gelas, dan benda
tajam lainnya.
c. Golongan C
Limbah laboratorium dan postpartum kecuali yang masuk golongan A
d. Golongan D
Limbah bahan kimia dan farmasi tertentu
e. Golongan E
Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad dan stamag bags. 16

2.2.3 Pengelolaan Limbah Rumah sakit


A. Konsep Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Pengelolaan limbah rumah sakit adalah salah satu upaya kegiatan pencegahan infeksi di rumah sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Pengelolaan limbah rumah sakit dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah, dimulai dari tahap
pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan/penampungan serta tahap pengolahan
akhir (pemusnahan/pembuangan) (Djohan & Halim, 2011). Pengelolaan limbah yang benar dimulai
dari pemilahan limbah di tempat yang menjadi sumber limbah tersebut dihasilkan (Rohani & Setio,
2010).
Semua petugas harus mengerti dan pernah dilatih tentang cara penanganan limbah yang benar.
Pemberian warna dan label pada tempat limbah yang telah disepakati bersama dalam satu institusi
kesehatan akan memudahkan pengelolaan sehingga biaya yang digunakan lebih efisien (Rohani &
Setio, 2010).
B. Tujuan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Rohani & Setio (2010), menyebutkan bahwa tujuan dari pengelolaan limbah rumah sakit adalah:
1. Melindungi petugas dari perlukaan
2. Melindungi petugas kesehatan dan masyarakat sekitar terhadap penyebaran infeksi
3. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman.
17

C. Ketentuan-ketentuan dalam Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


Djohan & Salim (2013), menuliskan tentang ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan limbah rumah sakit, antara lain:
1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis (dilapisi
kantung plastik kuning) dan satunya lagi untuk limbah non medis (dilapisi kantung plastik warna
hitam).
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai limbah non medis
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi dianggap sebagai limbah medis dan perlu dinyatakan
aman sebelum dibuang.
Persyaratan tempat/wadah penampung limbah non medis, sebagai berikut: (Djohan & Salim, 2013)
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan
yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3. Terdapat minimal satu buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong
sudah terisi oleh limbah sudah harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau
binatang pengganggu.
18

Persyaratan tempat/wadah penampung limbah medis, sebagai berikut: (Rohani & Setio, 2010).
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan
yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass
2. Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan
limbah non medis
3. Kantung plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
4. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau
karton yang aman.
5. Tempat pewadahan limbah padat medis infeksius dan sitotoksis yang tidak langsung kontak
dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan
kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah
tidak boleh digunakan lagi.
D. Pemilahan Limbah Rumah Sakit
Pengelolaan limbah dilakukan mulai dari identifikasi limbah, pemisahan/pemilahan dan
pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, serta pemusnahan/pembuangan (Kemenkes RI, 2011).
19

1. Identifikasi limbah
Pada tahap ini, limbah diidentifikasi berdasarkan jenisnya, yaitu padat, cair, tajam, infeksius, non
infeksius, gas, bahan beracun, atau radioaktif (Djohan & Salim, 2013; Kemenkes RI, 2011).
2. Pemilahan dan pengumpulan limbah
Pemisahan limbah harus dimulai dari unit atau sumber penghasil limbah, serta dipisahkan dan
ditempatkan berdasarkan jenisnya (Kemenkes RI, 2011).
a) Limbah non medis
Limbah non medis anorganik (kertas, plastik, botol kemasan, dan lain-lain) dikumpulkan dalam bak
sampah berwarna kuning yang sudah dilapisi plastik hitam sedangkan limbah non medis organik
(sisa-sisa makanan/minuman, daun-daun kering) dikumpulkan dalam bak sampah berwarna hijau
yang telah dilapisi dengan plastik hitam. Limbah non medis dengan volume besar baik organik
maupun anorganik dapat langsung diangkut ke tempat penampungan sementara jika tidak
memungkinkan untuk ditampung di bak sampah (Djohan & Halim, 2013).
b) Limbah medis
Limbah medis terdiri atas limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah kandungan logam berat tinggi (Djohan & Halim, 2013). Tabel 2.1 berikut ini
adalah tabel yang menjelaskan cara dan ketentuan pemilahan dan pengumpulan limbah medis. 20
Tabel 2.1.
Detail Warna
dan Lambang
Label Wadah
Limbah Medis
No
1

Kategori

Warna
Kantung
Plastik

Lambang

Radioaktif

Merah

Sangat Infeksius

Kuning

Infeksius

Kuning

Sitotoksik

Ungu

Limbah kimia
dan farmasi

Cokelat

Keterangan

Kantung boks timbal


dengan simbol
radioaktif
Kantung plastik kuat
dan antibocor atau
kontainer yang dapat
disterilisasi dengan
otoklaf
Plastik kuat dan
antibocor atau
kontainer
Kontainer
plastik kuat dan
antibocor
Kantung plastik
atau kontainer

Sumber: https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1302116011-3-BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai