ANGKATAN LXXIV
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXIV
ii
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Marinir Cilandak pada periode 6
Februari - 30 Maret 2012. Kegiatan PKPA dilaksanakan dengan tujuan
meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh
ujian akhir Apoteker pada Departemen Farmasi FMIPA UI. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang penulis terima, sulit bagi penulis
untuk dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
dalam ruang yang terbatas ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Kolonel Laut dr. Arie Zakaria, SpOT, FICS, selaku Komandan Rumah Sakit
Marinir Cilandak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir
Cilandak.
2. Letnan Kolonel Laut Drs. Arsyadi, M.Si., Apt, selaku Kepala Departemen
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
3. Mayor Laut Mayannaria, M.Farm, Apt, selaku pembimbing di Rumah Sakit
Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana H., M.S., Apt, selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
6. Prof. Maksum Radji, M.Biomed, Ph.D, Apt selaku pembimbing dari
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
7. Seluruh staf Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
8. Seluruh staf Rumah Sakit Marinir Cilandak.
iii
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
Penulis
2012
iv
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN. ii
KATA PENGANTAR.iii
DAFTAR ISI... .v
DAFTAR TABEL. viii
DAFTAR LAMPIRAN.. ix
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Tujuan3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 4
2.1. Rumah Sakit......................................................................................... ....... 4
2.1.1. Definisi Rumah Sakit..................................................................... 4
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit......................................................4
2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit.................................................................5
2.1.4. Fasilitas Rumah Sakit.............................7
2.1.5. Struktur Organisasi Rumah Sakit................................................... 8
2.1.6. Ketenagaan Rumah Sakit............................................................... 8
2.1.7. Panitia Farmasi dan Terapi.9
2.2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.. .................................................. . 12
2.2.1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. ................. . 12
2.2.2. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.12
2.2.3. Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit....... 13
2.2.4. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.....................14
2.2.5 Fasilitas dan dan Bangunan Instalasi Farmasi Rumah Sakit........ 15
2.2.6. Kebijakan dan Prosedur Instalasi Farmasi Rumah Sakit..............17
2.3. Pelayanan dan Pengendalian Obat di Rumah Sakit.19
2.3.1. Sistem Manajemen Obat......... . 20
BAB 3 TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK.. 22
3.1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak..22
3.2. Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok Rumah Sakit Marinir
Cilandak.................................................................................................. 24
3.2.1. Tujuan.......................................................................................... 24
3.2.2. Visi............................................................................................... 25
3.2.3. Misi.............................................................................................. 25
3.2.4. Motto............................................................................................ 25
3.2.5. Tugas Pokok.................................................................................25
3.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak .......................... . 25
3.4. Tenaga Profesional Rumah Sakit Marinir Cilandak ........................... ..... 26
3.5. Instalasi Rawat Jalan............................................................. ............. ..... 26
3.6. Instalasi Rawat Inap.... 27
3.7. Fasilitas Penunjang ............................................................................... . 27
Universitas Indonesia
vi
Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN.. 46
5.1. Tinjauan Umum Rumah Sakit Marinir Cilandak.................................... 46
5.1.1. Unit Sterilisasi.............................................................................. 47
5.1.2. Pengolahan Limbah......................................................................49
5.1.3. Komite Farmasi dan Terapi..........................................................50
5.2. Tinjauan Khusus Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir
Cilandak.................................................................................................. 51
5.2.1. Pemilihan Obat .......................................................................... . 52
5.2.2. Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Farmasi ................... . 52
5.2.3. Penerimaan ................................................................................ ..... 54
5.2.4. Dispensing Obat ........................................................................ ..... 55
5.2.5. Pengendalian Persediaan........................................................... ..... 56
5.2.6. Pendistribusian Perbekalan Farmasi ........................................ ..... 56
5.2.7 Pelayanan Kefarmasian............................................................. ..... 57
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.......61
6.1 Kesimpulan.. 61
6.2 Saran.....62
DAFTAR ACUAN ............................................................................................... ..... 63
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1.
Perbandingan Jumlah Tenaga Apotek dengan Jumlah RataRata Resep Selama 24 jam ............................................................ 59
viii
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
ix
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
pemilihan,
perencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan,
Universitas Indonesia
dalam darah, melakukan ronde atau visit bersama tim dokter dan tenaga kesehatan
lainnya, serta melakukan evaluasi penggunaan obat. Salah satu tujuan melakukan
pelayanan kefarmasian ini adalah untuk meningkatkan mutu dan memperluas
cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit serta melaksanakan kebijakan obat di
rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional
(Departemen Kesehatan, 2004).
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di IFRS, apoteker mempunyai
peranan yang sangat penting. Seorang apoteker harus mempunyai kemampuan
untuk memimpin, mengelola, dan mengembangkan pelayanan farmasi. Selain itu,
juga sebagai tenaga fungsional yang mampu memberikan pelayanan kefarmasian
dan praktek kefarmasian. Oleh karena itu, apoteker diharapkan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik
berupa pengetahuan dan keterampilan di bidang manajemen hingga komunikasi
dan ilmu kefarmasian itu sendiri, sehingga berkompeten untuk bekerja secara
efektif sebagai pendamping tim medis (Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun
2009).
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit,
Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Universitas Indonesia bekerja
sama dengan Rumah Sakit Marinir Cilandak dalam penyelenggaraan Praktek Keja
Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa program peminatan Farmasi Rumah
Sakit dan Komunitas. Dengan adanya praktek kerja ini diharapkan para calon
apoteker mendapatkan bekal tentang instalasi farmasi di rumah sakit sehingga ke
depannya dapat mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional.
Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktek kerja di Rumah Sakit Marinir Cilandak bertujuan :
a. Mengetahui dan memahami peranan dan fungsi apoteker di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Marinir Cilandak.
b. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit)
2.1.2.1. Tugas
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.
2.1.2.2. Fungsi
Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Universitas Indonesia
2.1.3.2. Kepemilikan
Rumah sakit berdasarkan kepemilikannya digolongkan menjadi beberapa
kriteria, yaitu :
a. Rumah sakit pemerintah
Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit. Berdasarkan
pengelolaannya, rumah sakit pemerintah dibagi atas rumah sakit yang langsung
dikelola oleh Kementerian Kesehatan, Rumah sakit yang dikelola oleh
Kementerian Pertahanan dan Keamanan, rumah sakit yang dikelola oleh
BUMN, dan rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Universitas Indonesia
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
Universitas Indonesia
Rawat jalan;
2.
3.
4.
Ruang operasi;
5.
6.
Ruang radiologi;
7.
Ruang laboratorium;
17. Laundry;
8.
Ruang sterilisasi;
9.
Ruang farmasi;
19. Taman;
Instalasi air;
elektrikal;
c.
d. Instalasi uap;
e.
j. Ambulan.
f.
Universitas Indonesia
mikrobiolog
kesehatan,
penyuluh
kesehatan,
administrator
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
2.1.7.1. Definisi
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara
staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga anggotanya terdiri dari
dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan
apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu juga membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan penilaian dan pemilihan obat dirumah sakit agar didapat penggunaan yang
rasional.
PFT dipimpin oleh seorang dokter, sedangkan apoteker berada pada
jabatan sekretaris. Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang
memenuhi standar kualitas terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat
baru atau bahan yang diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi
pengadaan obat, menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat
dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang merugikan.
2.1.7.2. Tujuan
Adapun tujuan dari Paniti Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan obat
secara rasional serta evaluasinya.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan.
c. Menigkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan obat
di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
10
tersebut
mempunyai
ahli
farmakologi
klinik,
maka
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
11
ini
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
secara
terus
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
12
perencanaan,
pengadaan,
produksi,
penyimpanan
perbekalan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
13
2.2.3. Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Siregar,
2004)
Tugas utama IFRS adalah sebagai pengelola kegiatan, mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada penderita, penerangan informasi obat sampai dengan pengendalian semua
perbekalan kesehatan/sediaan farmasi yang beredar yang digunakan dalam rumah
sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit
termasuk poliklinik rumah sakit. Berkaitan dengan tugas pengelolaan tersebut,
IFRS harus mempersiapkan terapi obat yang optimal bagi semua penderita serta
menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan
biaya minimal.
IFRS juga bertanggung jawab untuk mengembangkan pelayanan farmasi
yang luas serta terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan
berbagai bagian/unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
14
dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih
baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
15
2.2.5.1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku :
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
f. Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama
untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair
untuk obat luar atau dalam.
Ruang pimpinan
Ruang staf
Ruang kerja/administrasi
Ruang pertemuan
b. Ruang produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, efisien untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :
-
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
16
c. Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur
sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk
dan keamanan petugas yang terdiri dari :
1.
Obat jadi
Obat produksi
Obat termolabil
Barang karantina
d. Ruang distribusi/pelayanan
Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi rumah sakit :
-
e. Ruang konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada
pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.
Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan ruang konsultasi
untuk pelayanan rawat inap.
f. Ruang informasi obat
Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi dan
penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
17
: 20 meter2
: 70 meter2
Alarm
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
18
b. Perencanaan
h. Pengendalian persediaan
c. Pengadaan
i. Penghapusan
d. Produksi
e. Penerimaan
k. Evaluasi
f. Penyimpanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
20
2.3.1.1. Rekaman
Apoteker wajib mengadakan dan memelihara sistem pemeliharaan
rekaman. Berbagai rekaman harus disimpan dan mampu ditelusuri (retrievable)
oleh IFRS. Sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berbagai rekaman disimpan
untuk perlindungan hukum, untuk akreditasi dan untuk manajemen yang baik,
yaitu untuk mengevaluasi produktivitas, beban kerja dan pengeluaran biaya, dan
penilaian pertumbuhan dan kemajuan IFRS. Rekaman harus disimpan paling
sedikit selama waktu yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
21
obat harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus
mengerti sifat penting dari obat dan harus di bawah pengawasan apoteker.
Penghantaran obat langsung ke IFRS atau daerah penerimaan IFRS
lainnya sangat tepat dan diinginkan demikian; dan hal itu sangat wajib dilakukan
pada obat terkendali (misalnya narkotika dan psikotropika). Semua obat yang
diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada order pembelian
rumah sakit. Semua obat harus ditempatkan dalam tempat persediaan. Segera
setelah diterima dan obat terkendali harus segera disimpan di dalam lemari besi
atau tempat lain yang aman.
2.3.1.3. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu aspek penting dari sistem pengendalian
obat menyeluruh. Pengendalian lingkungan yang tepat, yaitu suhu, cahaya,
kelembaban, kondisi sanitasi, ventilasi, dan pemisahan) harus dipelihara apabila
obat-obatan dan perlengkapan lainnya disimpan di rumah sakit. Pengaturan
penyimpanan dibuat sedemikian agar obat-obatan dapat diperoleh dengan mudah
oleh personel yang ditunjuk dan diberi wewenang.
Tanggal kadaluarsa dari obat yang tidak stabil harus diperhatikan dalam
semua lokasi tersebut di atas dan persediaan harus dirotasi. Hal ini mencakup
audit bulanan terhadap semua unit harus diadakan. Hasil audit harus
didokumentasikan.
2.3.1.4. Manufaktur
Produk obat yang diproduksikan oleh IFRS harus akurat dalam identitas,
kekuatan, kemurnian, dan mutu seperti sediaan obat yang dipasarkan secara
komersil. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses dan produk akhir untuk
semua sediaan yang dimanufaktur atau pembuatan sediaan ruah dan operasi
pengemasan yang memadai. Formula induk terdokumentasi dan rekaman bets
harus dipelihara. Semua personel teknis harus di bawah pengawasan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
BAB 3
TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
1990, jabatan
22
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
23
baik dari segi sarana rumah sakit maupun kemampuan sumber daya manusia yang
dituangkan melalui Tiga Perintah Harian yang berbunyi :
a. Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaran RS
Marinir Cilandak.
b. Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RS Marinir Cilandak.
c. Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya.
Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No.
SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami
perubahan organisasi, sarana dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai
Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 Juni 1998, Rumah Sakit Marinir
Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur
komando pelaksana fungsi Korps Marinir di Bidang Kesehatan yang
berkedudukan langsung di bawah komando Korps Marinir.
Pada tahun 1999, akreditasi rumah sakit tingkat dasar berhasil
dilaksanakan. Berdasarkan S.Kep. Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah
Sakit TNI AL Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat
dasar pada tanggal 14 Februari 2000.
Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Ka. Rumkital diserahkan kepada
Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas dan
pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan modernisasi peralatan yang ada serta
melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Salah satu upaya peningkatan
fasilitas rumah sakit memanfaatan hasil pelayanan masyarakat umum yang
dikelola dengan baik oleh Rumkital Marinir Cilandak. Kegiatan renovasi diawali
dengan melengkapi kendaraan operasional dan peralatan kesehatan, kemudian
dilanjutkan dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi rekam medik
pasien.
Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang dan pelayanan
kesehatan lain dilakukan berupa pembangunan ruang serbaguna, ruang kebidanan
dan kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang kesehatan ibu dan anak (KIA),
ruang tunggu rawat jalan, renovasi ruang radiologi, dan penyelesaian
pembangunan gedung rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen
Pertahanan. Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumkital Cilandak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
24
3.2. Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok Rumah Sakit Marinir
Cilandak
3.2.1.Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Marinir Cilandak adalah sebagai berikut :
a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer,
TNI AL khususnya marinir agar selalu siap operasional.
b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak agar selalu siap dalam
memberikan dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir.
c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan
keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan,
kedudukan, dan pangkat.
3.2.2.Visi
Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan
dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang
profesional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
25
3.2.3.Misi
Misi Rumah Sakit Marinir Cilandak adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan
pelayanan kesehatan.
b. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program
secara berhasil guna dan berdaya guna.
3.2.4.Motto
Motto Rumah Sakit Marinir Cilandak adalah Kepuasan Anda Kebanggaan
Kami.
3.2.5.Tugas Pokok
Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan
dan pelayanan kesehatan spesialistik dan subspesialistik terbatas bagi personil
militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
26
Tulang, Bedah Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf,
Anestesi, Radiologi, Patologi Klinik dan Jiwa).
Poliklinik THT
Poliklinik Umum
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
27
: Pasien campuran
a. Identitas pasien.
b. Ringkasan riwayat klinis.
c. Kartu pasien.
d. Pemeriksaan lab, terdiri dari: analisa gas darah, darah rutin, kultur atau
resistensi.
e. Ringkasan masuk darurat, terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis.
f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, dan tekanan darah (untuk rawat inap).
g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter.
h. Rencana tindakan perawatan.
i. Catatan terapi, terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama
obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemakaian).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
28
3.9. Formularium
Rumah Sakit Marinir Cilandak telah memiliki formularium rumah sakit
yang berisi kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama
produsen obat. Susunan daftar obat ini dievaluasi setiap setahun sekali oleh tim
komite medik berdasarkan kualitas, potensi obat, dan harga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
29
pemanasan
basah
dengan
autoklaf
digunakan
untuk
mensterilkan linen/katun, dressing, kassa, dan perban. Cara yang dilakukan adalah
dengan memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121C selama
15 menit. Setelah selesai proses sterilisasi, alat dan bahan disimpan di lemari
dalam ruangan yang telah di sterilisasi dengan menggunakan formaldehid.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
BAB 4
TINJAUAN KHUSUS
DEPARTEMEN FARMASI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
31
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
34
administrasi
penyimpanan
dan
penyaluran
alat/bekal
kesehatan.
c. Melaksanakan kegiatan farmasi rumah sakit.
d. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ka Subdep Apotek.
4.3.1.Fungsi
a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi.
b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan yang berlaku.
d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di RSMC yang
membutuhkan.
e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah sakit.
f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan farmasi
4.3.2.Tugas Pokok
Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala Departemen
Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit untuk
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur serta mengawasi seluruh
kegiatan dan kebutuhan pelayanan Farmasi yang meliputi obat, alat kesehatan,
alat kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik, dan barang kimia
lainya di RSMC.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
37
farmasi
bertugas
untuk
menerima,
menyimpan,
dan
4.6.1.Jam Kerja
Jam kerja dimulai pukul 07.00-15.30 WIB.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
38
ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Khusus untuk alat kesehatan yang besar,
pengajuannya dilakukan setiap setahun sekali. Perbekalan farmasi yang
diminta akan diberikan oleh Diskesal pada selambat-lambatnya akhir Mei
untuk semester pertama dan akhir Oktober untuk untuk semester kedua.
Setiap kali menerima barang, gudang farmasi bertugas membuat laporan
kepada Diskesal yang terdiri dari atas laporan tahunan, semester, serta
triwulan. Sumber dropping yang lainnya adalah Puskes TNI, Korps Marinir
(Kormar) , Dinas Kesehatan, dan lain-lain, namun sifatnya tidak rutin.
b. Penerimaan pengadaan barang dari dana APBN/DPK (Dana Pemeliharaan
Kesehatan).
c. Pembelian RS sendiri dari dana non APBN
Sumber dana untuk pembelian kesehatan didapat dari dana Pelayanan
Masyarakat Umum (Yanmasum) dan DPK yang berasal dari APBN (Anggaran
Pemeliharaan Belanja Negara). Dana Yanmasum merupakan dana yang diperoleh
dari keuntungan rumah sakit untuk pelayanan pasien umum di luar pasien dinas.
Sedangkan DPK diberikan setiap tiga bulan (triwulan). Pola pembelian yang
dilaksanakan di RSMC adalah pembelian dalam jumlah terbatas (sesuai
kebutuhan) dan direncanakan untuk kebutuhan satu bulan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
39
Puskes TNI AL. Selain itu, obat dan perbekalan kesehatan lainnya juga
dikelompokkan berdasarkan ruangan yang membutuhkan, seperti OK dan UGD.
Setiap jenis barang yang terdapat di gudang dilengkapi dengan kartu stok yang
menunjukkan jumlah dan tanggal pemasukan serta pengeluaran dari setiap barang.
Sistem pengeluaran obat atau barang dilakukan menurut metode First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
4.6.2.5. Pendistribusian
Sistem pendistribusian di gudang farmasi dibagi menjadi dua yaitu :
a. Distribusi untuk Apotek Dinas berupa obat dan alat kesehatan
b. Distribusi untuk ruang rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan
laboratorium berupa material kesehatan seperti kasa, verban, desinfektan,
alkohol, reagen, cairan infus, obat gawat darurat, dan alat kesehatan yang
dilakukan dengan sistem yang disebut amprahan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
40
jadwal yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian gas medik seperti
NO2, O2 dan perbaikan alat kesehatan.
4.7.1.Jam Kerja
Pelayanan di Apotek Dinas dilakukan setiap hari selama 24 jam. Jam kerja
tenaga personalia Apotek Dinas dibagi menjadi dua shift, yaitu pukul 07.0014.30
WIB dan pukul 14.3007.00 WIB. Untuk shift pukul 14.30-07.00, pelayanan di
Apotek Dinas dilakukan hanya sampai pukul 21.00, setelah itu pelayanan untuk
pasien Apotek Dinas akan diberikan di Apotek Pelayanan Masyarakat Umum
(Apotek Yanmasum).
4.7.2.Jenis Pelayanan
Pelayanan Apotek Dinas ditujukan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
Apabila terdapat obat yang tidak tersedia di Apotek Dinas, maka petugas akan
memberikan copy resep yang diberi stempel restitusi. Selanjutnya pasien dapat
memperoleh obat yang dimaksud di Apotek Yanmasum sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
Prosedur restitusi dilaksanakan sesuai surat edaran Kepala Rumkital Marinir
Cilandak, Nomor SE/75/VI/2006 tanggal 22 Juni 2006 yang berdasar kepada
SE/002 1/I/94/Ditkes tanggal 25 Januari 1994 tentang Pedoman Pemberian
Restitusi Kesehatan di Lingkungan TNI AL. Prosedur pelaksanaan restitusi
sebagai berikut :
a. Resep yang sudah distempel restitusi dari Apotek Dinas dibawa ke Apotek
Yanmasum (Apotek Swasta) di Rumah Sakit Marinir Cilandak, diberi harga,
kemudian diserahkan kepada pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
41
4.7.3.Pengadaan Obat
Barang-barang di Apotek Dinas berupa sediaan obat dan alat kesehatan
disediakan oleh gudang farmasi. Pencatatan terhadap pemasukan dan pengeluaran
barang tidak dilakukan pada Apotek Dinas, melainkan pada gudang farmasi.
Pengadaan obat di Apotek Dinas dilakukan dengan cara merekap kebutuhan
barang dalam buku defekta kemudian melakukan permintaan barang ke gudang
farmasi. Permintaan barang dilakukan sekali dalam seminggu dalam bentuk
sediaan jadi dan alat kesehatan.
Apotek Dinas juga memberikan rencana pengadaan obat setiap bulannya.
Pengadaan barang dilakukan oleh bagian gudang farmasi atas persetujuan Kepala
Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Ka Sub Dep Dalfar). Barang yang datang
dari distributor akan diantarkan dan disimpan di gudang farmasi. Barang yang
datang diperiksa sesuai dengan faktur dan diperiksa tanggal kadaluarsanya. Jika
barang yang datang tidak sesuai dengan pesanan maka barang akan diretur.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
42
4.7.4.Penyimpanan
Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan, yaitu sedian
tablet, sirup, injeksi, dan alat kesehatan, kemudian disusun secara alfabetis.
4.7.5.Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi di Apotek Dinas dilakukan sesuai resep dokter untuk
pasien rawat jalan, rawat inap, dan UGD. Alur pelayanan pasien rawat inap, rawat
jalan dan UGD di RSMC serta dapat dilihat pada Lampiran 5, 6 dan 7 dan alur
berkas rekam medik untuk rawat jalan dan rawat inap dapat dilihat pada Lampiran
8 dan 9.
4.8.1.Jam Kerja
Apotek Yanmasum RS Marinir Cilandak memberi pelayanan selama 24 jam
setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift kerja di Apotek
Yanmasum yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal setiap harinya. Shift
normal apotek adalah pada pukul 07.00 14.30. Di luar jam tersebut, terdapat tiga
orang petugas jaga yang bertugas pada shift jaga pukul 14.30 21.00 serta dua
orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 07.00.
4.8.2.Jenis Pelayanan
Apotek Yanmasum melayani pasien umum swasta rawat jalan dan rawat
inap, pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan),
pasien gawat darurat, dan pelayanan resep restitusi untuk pasien dinas dan
keluarganya. Untuk pasien jaminan, apotek Yanmasum melakukan kerjasama
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
43
4.8.3.Pengadaan obat
Pengadaan barang di Apotek Yanmasum dilakukan terpisah dari Apotek
Dinas. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan langsung ke
distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas defekta melihat
stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku defekta. Kemudian
daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub Departemen
Pengendalian Farmasi (Ka Sub Dep Dalfar). Setelah disetujui, barang dapat
dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan.
Surat pesanan khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku
dengan menyertakan tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek).
Barang yang dipesan kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek
Yanmasum. Faktur diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme
pembayaran obat dilakukan melalui bagian Pekas Rumah Sakit menurut ketentuan
Rumah Sakit Marinir Cilandak.
4.8.4.Penyimpanan
Pengelompokan barang di Apotek Yanmasum dilakukan berdasarkan bentuk
dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan dalam
penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan lemari
es untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti suppositoria dan
vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki pemisahan
tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan berdasarkan bentuk
dan jenis sediaan, obat disusun berdasarkan alfabetis.
Apotek Yanmasum tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan
persediaan obat dan alat kesehatan (gudang), namun persediaan disimpan pada
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
44
4.8.5.Pelayanan farmasi
Pelayanan farmasi yang dilakukan Apotek Yanmasum, yaitu pelayanan
pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum serta
pemberian obat restitusi kepada pasien Apotek Dinas.
4.9.1.Jam Kerja
Pelayanan di Apotek ASKES dilakukan setiap hari kerja selama 24 jam.
Jam kerja tenaga personalia dibagi menjadi dua shift, yaitu pukul 07.00 14.30
WIB dan pukul 14.30 07.00 WIB. Untuk shift pukul 14.30 07.00 WIB,
pelayanan di Apotek ASKES dilakukan hanya sampai pukul 21.00, setelah itu
pelayanan untuk pasien ASKES akan diberikan di Apotek Yanmasum.
4.9.2.Jenis Pelayanan
Apotek ASKES melayani pasien rawat inap dan rawat jalan. Jumlah obat
dan alat kesehatan yang diserahkan kepada pasien ASKES disesuaikan dengan
ketentuan pada DPHO ASKES. Untuk pasien rawat inap, obat dan alat kesehatan
diambil sendiri oleh pasien atau keluarga pasien sehingga tidak langsung
diserahkan kepada perawat ruangan yang bersangkutan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
45
4.9.3.Pengadaan Obat
Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur pengadaan
obat di Apotek ASKES adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya
minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut kemudian diserahkan
kepada Ka Sub Dep Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub Dep Dalfar, buku
defekta diserahkan kepada Ka Dep Far dan jika disetujui selanjutnya Ka Sub Dep
Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase Order (PO) dengan
persetujuan PT. ASKES. Purchase Order dikirim ke PBF (Pedagang Besar
Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan PO yang telah dibuat.
Data-data penjualan obat selama satu bulan direkapitulasi oleh apoteker
yang bertugas di Apotek ASKES dan dikirim ke PT ASKES untuk diverifikasi.
PT ASKES selanjutnya akan membayar sesuai hasil rekapitulasi tersebut ke
rekening Rumah Sakit Marinir Cilandak.
4.9.4.Penyimpanan
Obat di Apotek ASKES dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya,
kemudian disusun secara alfabetis. Setiap pemasukan dan pengeluaran obat
dicatat dalam kartu stok obat.
4.9.5.Pelayanan farmasi
Pemberian obat dan atau material kesehatan dilakukan berdasarkan resep
dokter untuk pasien ASKES baik pasien rawat inap atau pasien rawat jalan. Alur
pelayanan resep pasien rawat jalan dan rawat inap di apotek ASKES dapat dilihat
pada Lampiran 10 dan 11.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
BAB 5
PEMBAHASAN
46
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
49
Limbah padat medis dan limbah infeksius, yang telah terkumpul kemudian
dibakar menggunakan incenerator yang berkapasitas 75-100 kg. Pembakaran
limbah tersebut dilakukan tiga hari sekali. Pemusnahan obat yang kadaluarsa dan
rusak juga dilakukan dengan cara dibakar dalam incenerator atau dihibahkan ke
lembaga pendidikan yang membutuhkan. Untuk limbah padat nonmedis, seperti
sampah kering (kertas, kardus, botol plastik, kaleng, pecahan kaca) dan sampah
basah (misalnya sampah dari dapur), proses pengolahannya ditangani oleh dinas
kebersihan yang bekerjasama dengan RSMC.
Proses pembakaran limbah dengan incenerator dilakukan pada suhu
12000C selama kurang lebih satu jam. Tahap selanjutnya adalah proses
pendinginan incinerator. Jika masih ditemukan sisa-sisa limbah yang masih
berbentuk padat, maka limbah dalam incinerator tersebut dibalik dan dilakukan
pembakaran kembali. Total proses pengolahan limbah dengan incinerator dapat
memakan waktu hingga dua jam. Hasil pembakaran di dalam incenerator hanya
berupa abu dan asap. Asap yang dihasilkan oleh incenerator dikeluarkan melalui
cerobong asap yang telah dilengkapi dengan membran filter.
Limbah cair dari seluruh ruangan di RSMC diolah di unit pengolahan
limbah cair. Sistem pengolahan limbah diuji secara berkala untuk memastikan
limbah cair RSMC sesuai standar yang telah ditetapkan, seperti yang terdapat
pada Lampiran 2. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan sampel ke Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) setiap 3 bulan sekali. Limbah
yang sudah mengalami pengolahan akhir, setelah dilakukan pengujian dan sudah
tidak mengandung bahan berbahaya yang dapat merusak lingkungan, selanjutnya
dapat dibuang ke sungai Krukut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
50
KFT
RSMC
tidak
memiliki
jabatan
sekretaris
pada
struktur
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
51
Pasien akan mendapat obat yang rasional, paling bermanfaat, paling aman,
dan dengan harga yang terjangkau sehingga ia tidak perlu terlalu lama tinggal di
rumah sakit. Sedangkan bagi rumah sakit, semua obat yang digunakan
dikendalikan oleh IFRS, data terkumpul dengan baik sehingga jika terjadi sesuatu
masalah maka dengan mudah menelusuri penyebabnya. Di samping itu, terjadi
penghematan karena pengadaan obat sudah teratur dengan formularium yang
digunakan saja, tidak ada pengeluaran tambahan untuk pengadaan obat di luar
formularium.
KFT RSMC diharapkan juga dapat meningkatkan peranannya untuk
menunjang pelayanan medis di RSMC, yaitu menggiatkan program-program yang
belum berjalan optimal, yaitu evaluasi penggunaan obat (EPO) dan pemantauan
reaksi obat merugikan (ROM). EPO merupakan program yang mengkaji,
menganalisis, dan menginterpretasi pola penggunaan obat. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan secara terus-menerus penggunaan obat yang rasional dan
untuk memastikan bahwa obat digunakan dengan tepat, aman dan efektif.
Pemantauan ROM juga tak kalah penting dilaksanakan. Dengan adanya
program pemantauan ROM, semua kasus yang terjadi rumah sakit dapat
terdokumentasi dengan baik sehingga KFT memiliki acuan untuk menerima atau
menghapus suatu obat dari formularium rumah sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
54
Rumah Sakit Marinir Cilandak. DPK merupakan dana yang diberikan Diskesal
setiap tiga bulan sekali untuk menutupi kekurangan pengadaan obat dari Lafial.
Sistem pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Yanmasum dan Apotek
Askes berbeda dengan pengadaan untuk Apotek Dinas. Pengadaan di Apotek
Yanmasum dan Apotek Askes dilakukan dua kali dalam satu minggu secara
pembelian langsung. Dana yang digunakan berasal dari dana operasional apotek.
Apotek Yanmasum menyediakan obat sesuai dengan formularium RSMC,
sedangkan Apotek Askes menyediakan obat sesuai Daftar Plafon Harga Obat
(DPHO) yang diterbitkan PT Askes.
5.2.3 Penerimaan
Setiap penerimaan barang di gudang farmasi, Apotek Askes, atau Apotek
Yanmasum dilakukan pencatatan di buku induk dan dibuat laporan. Barang yang
diterima diperiksa terlebih dahulu kesesuaian nama, jumlah, batch, kadaluarsa,
dan kondisi barang secara keseluruhan. Barang yang telah diterima kemudian
disimpan di gudang dan disusun berdasarkan asal dan peruntukkan barang
tersebut.
Pengaturan perbekalan farmasi yang baik adalah dibedakan menurut
bentuk sediaan dan jenisnya, menurut suhu dan kestabilannya, mudah tidaknya
meledak/terbakar dan tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem
informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan teori tersebut, syarat
gudang yang baik telah dipenuhi oleh gudang farmasi RSMC.
Gudang farmasi RSMC terdiri atas satu lantai dan tidak banyak sekat,
dilengkapi dengan pendingin ruangan, adanya rak untuk menyusun perbekalan
farmasi, serta adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik.
Beberapa hal yang belum memadai, yaitu belum adanya lemari khusus untuk
menyimpan obat golongan narkotika dan psikotropika. Obat golongan narkotika
dan psikotropika masih disimpan dalam lemari biasa yang selalu dalam keadaan
terkunci. Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti alkohol, eter, atau aseton,
belum terdapat ruang penyimpanan khusus sehingga penyimpanan barang-barang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
56
dan
pengadaan
terjadinya
kehilangan dan kerusakan barang dapat dihindari. Hal ini sangat berguna sebagai
dasar penyusunan permintaan material kesehatan rutin untuk semester berikutnya
kepada Diskesal karena farmasi dapat memperkirakan stok obat yang dibutuhkan
di rumah sakit beserta prediksi jumlah stok penyangga selama dua bulan.
Pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem First In First
Out (FIFO) dan sistem First Expired First Out (FEFO). Sistem tersebut berguna
untuk memperkecil jumlah perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa. Jika
terdapat perbekalan farmasi yang rusak, setiap pemusnahannya akan dibuatkan
berita acara yang menyatakan cara pemusnahan perbekalan tersebut. Pemusnahan
dapat dilakukan dengan pembakaran atau dihibahkan ke institusi pendidikan
farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
58
Pola peresepan di RSMC secara umum sudah dipahami oleh para asisten
apoteker pada Apotek Dinas dan Apotek Yanmasum. Oleh karena itu, bila
apoteker berhalangan hadir, asisten apoteker dapat membantu melakukan
pengkajian kerasionalan resep. Jika ditemukan adanya resep yang tidak lazim,
asisten apoteker senior akan melaporkannya kepada apoteker untuk diberikan
tindak lanjutnya.
Pelayanan farmasi klinik Apotek Askes dinilai sudah lebih baik
dibandingkan kedua apotek sebelumnya. Hal ini disebabkan Apotek Askes sudah
memiliki seorang tenaga profesi apoteker yang berfokus pada pelayanan farmasi
klinik untuk pasien Askes. Setiap resep yang masuk di Apotek Askes diperiksa
kerasionalannya oleh apoteker yang bertugas di Apotek Askes pada jam dinas.
Jika obat-obatan yang diberikan tidak sesuai dengan standar terapi atau tidak
termasuk dalam DPHO Askes, maka apoteker atau asisten apoteker akan
menghubungi dokter penulis resep tersebut.
Pengecekan kerasionalan resep harus dilakukan untuk mencegah duplikasi
obat pada pasien. Pasien Apotek Askes ditemukan sering mengalami polifarmasi
karena pasien umumnya tidak hanya berobat pada satu poli saja. Penyerahan obat
kepada pasien telah disertai dengan informasi penggunaannya. Namun, karena
banyaknya resep yang masuk maka kegiatan konseling belum dapat dilaksanakan
oleh apoteker. Namun demikian, apoteker mempersilakan pasien untuk
menghubungi apotek jika ingin mengetahui informasi mengenai obat yang
diterimanya.
Untuk memaksimalkan peranan apoteker dalam kegiatan farmasi klinik
disarankan kepada pimpinan RSMC untuk mengajukan penambahan tenaga
profesi apoteker. Penambahan tenaga ini perlu dilakukan karena belum
memadainya jumlah tenaga profesi apoteker berimbas pada kurangnya interaksi
apoteker dengan tenaga medik lainnya, yaitu dokter dan perawat, untuk menjamin
terapi yang rasional untuk setiap pasien serta melakukan pemantauan dan
pelaporan efek samping obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
59
Jumlah Rata-Rata
Tenaga Inti
Apotek Dinas
10 orang
6-7 orang
300 lembar
Apotek Yanmasum
10 orang
6-7 orang
150 lembar
Apotek Askes
5 orang
3 orang
130 lembar
Apotek
Tabel di atas memberikan gambaran beban kerja yang cukup berat bagi
tenaga farmasi di masing-masing apotek. Sekitar 3/4 resep dokter dalam satu hari
masuk pada jam dinas, yaitu pukul 07.00 - 15.30. Namun demikian, waktu puncak
ramainya pasien apotek adalah pukul 11.00 14.00, yaitu ketika pasien kembali
dari berbagai poli untuk menebus resep. Pada jam sibuk ini, lebih dari 90% resep
yang masuk pada jam dinas harus dikerjakan oleh tenaga farmasi masing-masing
apotek.
Jumlah inti tenaga farmasi Apotek Dinas adalah 10 orang, namun pada
jam dinas seringkali hanya terdapat 6-7 orang saja. Berkurangnya jumlah tenaga
farmasi pada jam dinas disebabkan adanya tenaga farmasi yang baru selesai
bertugas jaga malam atau baru akan hadir pada pukul 14.30 untuk melaksanakan
jaga malam. Hal ini juga berlaku untuk tenaga farmasi pada Apotek Yanmasum
dan Apotek Askes.
Dengan asumsi 90% dari 3/4 resep yang masuk pada jam dinas harus
dikerjakan pada pukul 11.00 14.00, maka setiap tenaga farmasi di Apotek Dinas
mendapat beban masing-masing 29 - 34 lembar resep dalam rentang waktu 3 jam.
Untuk tenaga Apotek Yanmasum, jumlah yang harus dikerjakan sekitar 14 17
lembar, dan Apotek Askes rata-rata 29 lembar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Rumah Sakit Marinir Cilandak
meliputi pelayanan farmasi klinik dan non klinik. Fungsi pelayanan non klinik
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
produksi, dan pengawasan perbekalan farmasi. Fungsi pelayanan klinik berupa
pemberian informasi obat dan pemberian konseling kepada pasien.
2. Peran apoteker di Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak masih
lebih banyak terfokus pada fungsi non klinik, seperti perencanaan dan
pengadaan perbekalan farmasi. Fungsi pelayanan klinik, seperti pemberian
informasi obat dan konseling pasien, belum dilaksanakan secara rutin.
3. Kendala atau tantangan pada pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir
Cilandak meliputi belum berjalannya pelayanan farmasi klinik secara optimal,
belum memadainya sumber daya apoteker, belum adanya kebijakan yang
mendukung penggunaan obat yang rasional, dan belum diterapkannya sistem
distribusi obat rawat inap dosis unit, serta belum optimalnya peranan Panitia
Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan mengawasi kebijakan penggunaan
obat di lingkungan Rumah Sakit Marinir Cilandak.
6.2 Saran
1. Perlu ditambahkannya jumlah tenaga apoteker di Rumah Sakit Marinir Cilandak
sehingga pelayanan farmasi klinik dapat diterapkan di dalam Rumah Sakit.
2. Perlu diselenggarakannya pendidikan dan pelatihan secara rutin bagi seluruh
staf Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak sehingga dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Departemen Farmasi Rumah
Sakit Marinir Cilandak.
61
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ACUAN
63
Universitas Indonesia
64
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak
Universitas Indonesia
65
Lampiran 2. Laporan Hasil Pengujian Limbah
Universitas Indonesia
66
Lampiran 3. Struktur Organisasi Departemen Farmasi RSMC
Universitas Indonesia
67
Lampiran 4. Alur Proses Dukungan Material Kesehatan dari Lafial
Universitas Indonesia
68
Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC
Universitas Indonesia
69
Lampiran 6. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC
Universitas Indonesia
70
Lampiran 7. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC
Universitas Indonesia
71
Lampiran 8. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSMC
Universitas Indonesia
72
Lampiran 9. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSMC
Universitas Indonesia
73
Lampiran 10. Flowchart Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Pasien Askes pada
Kunjungan Pertama
Universitas Indonesia
74
Lampiran 11. Flowchart Rawat Inap Tingkat Lanjutan Pasien Askes pada
Rawat Inap Pertama
Universitas Indonesia
75
Lampiran 12. Formulir Pendaftaran Pasien Baru
Universitas Indonesia
76
Lampiran 13. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan
Universitas Indonesia
77
Lampiran 14. Resep Pasien Apotek Dinas
Universitas Indonesia
78
Lampiran 15. Salinan Resep Apotek Yanmasum
Universitas Indonesia
79
Lampiran 16. Salinan Resep Apotek Askes
Universitas Indonesia
80
Lampiran 17. Surat Permintaan Material Kesehatan
Universitas Indonesia
81
Lampiran 18. Berita Acara Pemusnahan Obat
Universitas Indonesia
82
(Lanjutan)
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXIV
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXIV
DAFTAR ISI
Halaman
i
ii
iii
iv
v
1
1
2
3
3
3
3
4
4
5
5
5
6
9
9
12
13
14
14
14
16
16
19
20
21
22
ii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Algoritma pemilihan obat untuk Hipertensi.................................... 8
iii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut
JNC VII ................................................................................................ 5
Tabel 3.1 Perkembangan pasien Ny.N selama menjalani perawatan
di RSMC................................................................................................ 15
Tabel 3.2 Identifikasi masalah terkait obat pada regimen
pengobatan pasien................................................................................ 17
iv
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium kimia darah Ny. N
di RSMC ...................................................................................... 27
Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Ny. N Selama Dirawat
di RSMC ........................................................................................ 28
Lampiran 3. Regimen Dosis yang Diberikan Selama Perawatan di RSMC ...... 29
Lampiran 4. Rekomendasi Aturan Pakai dan Waktu Pemberian Obat .............. 30
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan CT Scan Ny. N di RSMC .............................. 31
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Rumah
sakit
adalah
salah
satu
dari
sarana
kesehatan
tempat
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
a. Mengidentifikasi masalah terkait obat yang terjadi pada regimen pengobatan
pasien hipertensi di Paviliun Edelweis Rumah Sakit Marinir Cilandak secara
prospektif melalui rekam medis pada tanggal 23 - 29 Februari 2012.
b. Melakukan evaluasi terhadap masalah terkait obat yang terjadi pada regimen
pengobatan pasien hipertensi di Paviliun Edelweis Rumah Sakit Marinir
Cilandak pada tanggal 23 - 29 Februari 2012.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Definisi
Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRP) dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada
pasien yang disebabkan oleh terapi obat dan secara nyata atau potensial
mengurangi hasil terapi yang diinginkan. Drug Related Problems (DRP) nyata
adalah masalah yang terjadi berkaitan dengan obat yang sedang diberikan pada
pasien dan apoteker berkewajiban mengambil tindakan untuk memperbaikinya.
Sedangkan Drug Related Problems (DRP) potensial adalah masalah
yang
diperkirakan akan terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan
pasien (Winslade et al, 1996).
Universitas Indonesia
4. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapatkan masalah medis
karena pemberian berlebihan obat yang sama indikasinya (toksisitas).
5. Efek samping obat (adverse drug reaction), yaitu pasien mendapatkan masalah
medis yang diakibatkan karena efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian
obat yang diberikan.
6. Interaksi obat (drug interaction), yaitu pasien mendapatkan masalah medis
karena terjadinya interaksi antar obat yang digunakan, obat dengan makanan,
dan obat dengan uji laboratorium.
7. Penggunaan obat tanpa indikasi (medication use without indication), yaitu
pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan atau tanpa indikasi medis
yang jelas.
8. Ketidakpatuhan atau kegagalan menerima pengobatan (failure to receive
medication), yaitu pasien mempunyai masalah medis akan tetapi secara
farmasetik,
psikologis
atau
sosioekonomis
penderita
tersebut
gagal
2.2
Hipertensi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
darah
(mmHG)
(mmHG)
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120-139
80- 89
Hipertensi tahap 1
140-159
90- 99
Hipertensi tahap 2
160
100
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi pada otak atau
embolus yang terlepas dari pembuluh darah non-otak pada tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi karena hipertensi yang sudah lama (kronik)
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak menjadi hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis menjadi
melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya aneurisma.
b.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
ini menyebabkan
peningkatan
tekanan
kapiler
dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
Diuretik
Diuretik dapat membantu ginjal mengeliminasi garam dan air, sehingga
jumlah cairan dalam tubuh berkurang dan tekanan darah turun. Banyak garam
dan air yang dikeluarkan, efek samping yang timbul adalah ikut terbuangnya
kalium. Pemberian obat diuretik biasanya disertai dengan suplemen kalium
untuk menahan kalium agar tidak terjadi kekurangan kalium (hipokalemia.
Selain itu mempunyai efek samping seperti dapat menghambat ekskresi asam
urat, sehingga pada pasien hiperurisemia dapat mencetuskan serangan gout
akut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
Antagonis kalsium
Mekanisme kerjanya adalah menghambat masuknya ion-ion kalsium ke
dalam sel-sel otot polos pembuluh darah dan tekanan darah menurun.
Golongan obat ini efektif pada penderita dengan angina pektoris, migrain,
vertigo, dan denyut jantung cepat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
2.3
d. Dosis dan cara pemakaian: Dewasa pemberian secara oral 16 mg 3 kali sehari
setelah makan.
e.
f.
Interaksi obat: Belum ada laporan interaksi obat dengan betahistine mesylate.
Dosis dan cara pemakaian: Dosis 500 mg 3 kali sehari. Diberikan setelah
makan
d. Efek samping: Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi
lambung, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala,
dispepsia, dan reaksi alergi seperti ruam.
e.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
10
a.
f.
2.3.1.4 Captopril (Lacy, et al, 2010; Sukandar, et al, 2008; Tatro, 2003)
a.
sebelum makan (pada saat perut kosong) dan dosis maksimum sehari 450 mg.
d. Efek samping: Batuk kering, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
dispepsia, pandangan kabur
e.
Kandungan : Dimenhydrinate.
b. Mekanisme kerja: Menempati reseptor histamin secara reversibel pada sel dan
menghambat kerja histamin pada target organ.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
11
c.
d. Dosis dan cara pemakaian: Dewasa 50-100 mg 3-4 kali / hari. Anak umur
12 th 50 mg 2-3 kali/hari, anak umur 8 -12 th 25-50 mg 2-3 kali/ hari, anak
umur 6-8 th 12, 5-25 mg 2-3 kali/ hari. Cara pemakaian diberikan sebelum
atau setelah makan.
e.
f.
Interaksi obat: Alkohol dan obat depresi SSP meningkatkan efek sedasinya.
b. Indikasi: Terapi untuk ansietas sedang atau berat dan ansietas yang
berhubungan dengan depresi.
c.
Dosis dan cara pemakaian: Dosis efektif untuk ansietas yaitu 0,5-4 mg/hari.
Dosis awal yaitu 0,25-0,5 mg 3 kali sehari, dosis dapat dinaikkan hingga
dosis maksimum 4 mg/hari. Cara pemakaian diberikan sebelum atau setelah
makan.
Mekanisme
Kerja:
Diazepam
berikatan
dengan
reseptor
spesifik
benzodiazepin pada post sinap neuron GABA di SSP (Susunan Saraf Pusat)
dan menyebabkan penghambatan GABA.
b. Indikasi : Diazepam digunakan untuk memperpendek gejala yang timbul
seperti ansietas, insomnia, gejala putus alkohol, gangguan kejang (epilepsi),
menurunkan spasme otot.
c.
Dosis dan cara pemberian : Diazepam diberikan 2 mg, 3 kali sehari, jika perlu
dapat dinaikkan menjadi 15-30 mg sehari dalam dosis terbagi. Dosis 5-15 mg
sebelum tidur untuk insomnia yang disertai ansietas
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
12
d. Efek Samping : Sedasi, kelelahan dan ataksia. Selain itu terdapat efek
samping lain yang kadang-kadang terjadi diantaranya kebingungan, depresi,
reaksi paradoksal, kejang otot, kurang tidur, gangguan saluran cerna,
perubahan libido dan hipotensi.
e.
Komposisi: Vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg dan vitamin B12 1000
mcg
Dosis dan cara pemakaian : Dewasa 1 drag 2-3 kali/ hari. Cara pemakaian
diberikan sebelum atau setelah makan.
2.3.2 Parenteral
2.3.2.1 Diazepam injeksi 10 mg/2ml (SHPA, 2010; Tatro, 2003)
a.
Dosis dan cara pemakaian : Dosis yang diberikan secara iv atau im untuk
dewasa dan anak 2-20 mg, yang tergantung indikasi dan tingkat
keparahannya.
f.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
13
g.
2.3.3 Cairan
2.3.3.1 Infus Ringer Laktat (PT. Otsuka, 1994)
a.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
BAB 3
STUDI KASUS
3.1
Anamnesis
Ny. N berusia 43 tahun, datang ke Unit Gawat Darurat RSMC tanggal 23
Februari 2012 pada malam hari, dengan keluhan utama pusing berputar sejak 4
jam yang lalu.
Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan pada pasien, yaitu
pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan suhu tubuh. Pemeriksaan
tekanan darah pasien menunjukkan tekanan sistol 170 mmHg dan tekanan diastol
110 mmHg. Denyut nadi pasien 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit
dan suhu tubuh pasien mencapai 37,15 C. Pasien memiliki riwayat hipertensi
tanpa diabetes mellitus. Pemeriksaan fisik juga dilakukan pada pasien yaitu pada
bagian dada, abdomen dan eksternal tubuh. Hasil pemeriksaan fisik didapat
cor/pulmonal dan bising usus pasien normal, sedangkan suhu pada bagian akral
hangat. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras,
dengan hasil tidak tampak kelainan saat ini. Pada pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan kimia darah (trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol
LDL, SGOT, SGPT) menunjukkan normal. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaanpemeriksaan yang dilakukan dokter mendiagnosa pasien menderita
hipertensi tahap 2 dan vertigo.
3.2
Perkembangan Pasien
Pada saat datang di rumah sakit, pasien masuk ke Unit Gawat Darurat
14
Universitas Indonesia
15
Subjective
Objective
Assesment
Planning
(S)
(O)
(A)
(P)
Terapi : Betahistine 3x1 tab
TD= 170/110,
23
Pusing
Feb
berputar,
Captopril 3x12,5 mg
N= 80x/menit,
2012
PR=20x/menit,
Hipertensi tahap 2,
t=37,150C
vertigo
Eks: akral
hangat
24
Feb
2012
Pusing, nyeri
kepala kanan,
TD= 150/90,
Captopril 2x25 mg
N= 80x/menit,
PR=20x/menit,
0
t=37,15 C
Hipertensi tahap 2,
Flunarizine 2x5 mg
vertigo
Diazepam 3x2 mg
Eks: akral
hangat
RL 14 tpm
Diet RG2
Terapi : Betahistine 3x1 tab
Captopril 2x25 mg
TD= 140/80,
25
Pusing, mual,
N= 80x/menit,
Hipertensi tahap 2,
Flunarizine 2x5 mg
Feb
Badan lemas
PR=20x/menit,
vertigo vestibular
perifer
2012
t=36 C
RL 14 tpm
Diet RG2
Terapi : Betahistine 3x1 tab
Captopril 2x25 mg
TD= 150/100,
26
Pusing saat
N= 80x/menit,
Feb
duduk, badan
PR=20x/menit,
2012
lemas
t=360C
Flunarizine 2x5 mg
Hipertensi tahap 2,
vertigo
TD= 160/100,
27
Feb
2012
Pusing ,
badan lemas
N= 80x/menit,
Hipertensi tahap 2,
Captopril 2x25 mg
PR=20x/menit,
vertigo
Flunarizine 2x5 mg
t=37,15 C
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
16
Eks: akral
hangat
Neurodex 3x1tab
RL 14 tpm
Diet RG2
Terapi : Betahistine 3x1 tab
TD= 120/80,
28
Feb
Captopril 2x25 mg
N= 80x/menit,
Pusing
2012
PR=20x/menit,
Hipertensi tahap 2,
t=37,150C
vertigo
Eks: akral
Feb
N= 80x/menit,
2012
PR=20x/menit,
Hipertensi tahap 2,
t=37,150C
vertigo
Eks: akral
hangat
Neurodex 2x1tab
Diet RG2
TD= 120/80,
Pusing
RL 14 tpm
hangat
29
Flunarizine 1x5 mg
Flunarizine 2x5 mg
Alprazolam 1x1 tab (0,5mg)
Neurodex 2x1tab
RL 14 tpm
Diet RG2
3.3
Regimen Dosis
Regimen dosis yang diberikan pada pasien Ny. N selama dirawat dapat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
17
3.4
No
Jenis DRP
1.
Dosis terlalu
Nama Obat
Permasalahan
Captopril
rendah.
literatur
pasien
mendapatkan
terapi
kali/hari
untuk
mencapai
tujuan
Dosis terlalu
1. Betahistine,
Pada
tanggal
23/2/2012
diberikan
tinggi.
Flunarizine dan
Dramamine
yaitu
betahistine
3x1
tab,
Masalah
terkait
obat
tersebut
obat
(Otto
et
al,
2008;
Alprazolam
benzodiazepine dalam
dosis
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
18
rendah
dapat
digunakan
dalam
dan
diazepam
secara
Kegagalan
menerima
pengobatan.
2. Betahistine
catatan
harian
karena
pasien
belum
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
BAB 4
PEMBAHASAN
Masalah terkait obat (Drug Related Problems) sebagai suatu keadaan yang
tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang berkaitan atau diduga berkaitan
dengan terapi obat dan secara nyata atau potensial mempengaruhi hasil terapi
pasien yang diharapkan (Winslade et al, 1996). Farmasis kaitannya dengan
prelayanan kefarmasian harus memastikan bahwa pasien mendapat terapi obat
yang tepat, efektif dan aman. Laporan ini membahas masalah yang terjadi
berkaitan dengan penggunaan obat pada regimen pengobatan seorang pasien
berinisial Ny. N.
Pasien Ny. N berusia 43 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar
sejak empat jam yang lalu. Setelah di ukur tekanan darah pasien 170/110 mmHg
dan pasien memiliki riwayat hipertensi tanpa diabetes mellitus. Pemeriksaan fisik
juga dilakukan pada pasien yaitu pada bagian dada, abdomen dan eksternal tubuh.
Hasil pemeriksaan fisik didapat cor/pulmonal dan bising usus pasien normal,
sedangkan suhu pada bagian akral hangat. Kemudian pasien melakukan
pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras, dengan hasil tidak tampak kelainan
saat ini. Pada pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan kimia darah
(trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, SGOT, SGPT)
menunjukkan normal. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan - pemeriksaan
yang dilakukan dokter, pasien di diagnosa menderita hipertensi tahap 2 dan
vertigo.
Untuk mengetahui kemajuan kesehatan pasien selama menjalani
perawatan, pasien dipantau kesehatannya dalam daftar perkembangan pasien.
terutama tekanan darah. Berdasarkan daftar tersebut, dapat dinilai apakah
pengobatan yang diberikan sudah tepat.
Pasien mendapatkan obat secara oral sebanyak 8 jenis obat, 1 obat injeksi
dan 1 macam cairan. Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama
perawatan memungkinkan potensi terjadinya masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat (Drug Related Problems).
19
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan terhadap data
5.2
Saran
23
Universitas Indonesia
24
DAFTAR REFERENSI
Corwin, EJ. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteraan
EGC
Chobanian, A.V.,Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo,
J.L., Jones, D.W., Materson, B.J., Oparil, S., and Wright, J.T. (2004).The
Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure:The Complete Report,
12, 36, 37, New York: U.S Department of Health and Human Services.
Hain T.C & Yacovino D. (2005). Pharmacologic Treatment of Persons with
Dizziness. Neurology Clinical 23 : 831-853
Hepler, C.D & Strand, L.M. (1990). Opportunities and Responsibilities in
Pharmaceutical Care. Am J Hosp Pharm;47: 533-43
Lacy, Charles.,Amstrong, Lora., Goldman, morton.,& Lanee, Leonard. (2010).
Drug Information Handbook 19th Edition. Ohio: Lexi-comp
Lumbantobing S.M. (2008). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Mahdarina,
M.
(2009).
Identifikasi
Drug
Related
Problems
Kategori
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yuli Daswiyah, FMIPA UI, 2012
27
Hasil
Nilai normal
12,9
Hematokrit
35
37-54%
Leukosit
8,8
5.000-10.000/ui
Trombosit
299
150.000-400.000/ui
Glukosa sewaktu
142
<200 mg/dl
Ureum darah
13
20-50 mg%
Creatinine darah
0,6
0,8-1,1 mg/dl
5,0
2-7 mg/ dl
Trigliserida
114
<175 mg/dl
Cholesterol total
184
<200 mg/dl
Cholesterol HDL
41
Cholesterol LDL
120
<130 mg/ dl
SGOT
44
SGPT
30
Darah
rutin
(Hb,
Ht,
Leuko,
Trombo)
Pemeriksaan rujukan
28
Tekanan Darah
Tgl.
Wkt.
23-2-2012
P Si
So
24-2-2012
M
Si
So
TDD
170
150
170
160
TDS
110
90
90
90
p = pagi
25-2-2012
M P
Si
So
140
130
80
90
si = siang
26-2-2012
M
Si
So
180
170
150
100
100
100
so = sore
27-2-2012
M
Si
So
150
150
150
90
100
100
m = malam
29-2-2012
28-2-2012
Si
160
120
140
100
80
90
Si
So
160
160
120
100
100
80
So
29
24-2-2012
25-2-2012
26-2-2012
27-2-2012
29-2-2012
28-2-2012
ORAL
P
Betahistine
3x1
Asam mefenamat
3x1
Captopril 25mg
2x1
Flunarizine 5mg
2x1
Alprazolam
Si
So
Si
So
P Si
So
stop
2x1/2
Si
So
M P
Si
tao
tao
Diazepam 2mg
3x1
stop
Dramamine
3x1
Neurodex
3x1
INJEKSI
Si
So
CAIRAN
Si
So
14 tpm
Keterangan: p = pagi
So
Si
So
So
P Si
M P
stop
Si
So
P Si
So
Si
So
Si
So
M P
Si
So
P Si
So
Si
So
P Si
So
Si
So
Si
So
M P
Si
So
P Si
So
Inj. Diazepam
RL
si = siang
so = sore
m = malam
30
No
Obat
Dosis
Rekomendasi
Obat oral
Dewasa secara oral 16 mg 3 kali sehari setelah
1
Betahistine
3x1
Asam mefenamat
3x1
Captopril 25 mg
3x1
Flunarizine
2x1
5 10 mg /hari.
Alprazolam 0,5 mg
2x
Diazepam
3x1
Dramamine
3x1
Neurodex
2x1
Inj. diazepam
yang
diberikan
melalui
suntikan
31
No. Reg
:20120202083967
Ruang/Poli
No.Rm
Tgl. Periksa
:27/02/2012
Nama
:N
Tgl. Hasil
:27/02/2012
Kelamin/umur
:Perempuan/43 th
Dokter Pengirim
: dr. Nevi
Rujukan
:Langsung
Alamat Pengirim