Disusun Oleh :
Nama
NIM
: 125040201111324
Kelas
: G2 (Rabu, 07.30)
Asisten
: Kamella Endras P.
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan semua binatang atau organisme yang aktifitasnya menimbulkan
kerusakan pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama
yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak
hanya dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai
pada bahan-bahan simpanan di gudang.
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahanbahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo
Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Sitophilus oryzae, Callocobruchus maculatus, dan
sebagainya.
Dalam praktikum Teknologi Produksi Benih aspek Hama dan Penyakit Tanaman kali
ini akan membahas lebih jauh mengenai preferensi Sitophilus oryzae terhadap beberapa jenis
beras, yaitu beras IR64, Pandan Wangi, dan Jatah, yang mana beberapa jenis beras tersebut
digunakan untuk pembanding beras manakah yang paling rentan akan hama Sitophilus
oryzae. Selain beras, digunakan kacang hijau sebagai pengujian kualitas viabilitas benih dari
serangan hama Callosobruchus maculatus.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui beras mana yang disukai oleh hama Sitophilus oryzae.
b. Untuk mengetahui kualitas benih kacang hijau dari serangan hama Callosobruchus
maculatus.
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakan praktikum hama gudang yaitu dapat membedakan beberapa jenis
beras yang paling disuka oleh Sitophilus oryzae serta dapat mengetahui jenis patogen yang
menyerang benih kacang hijau.
(Pracaya, 1991)
Menurut (Anggara, 2007), larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji.
Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar selama 18
hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir biasanya
akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras.
Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerahmerahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa
biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).
Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang
dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat
bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm,
berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk
mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan
membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan
memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina
(Bennet, 2003)
telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan dari telur sampai dewasa pada
kondisi yang optimum adalah 30-40 hari.
S. oryzae betina dewasa dapat bertelur rata rata empat telur per hari dan dapat
hidup empat hingga lima bulan. Siklus hidup penuh S. oryzae berkisar antara 26
hingga 32 hari selama musim panas. Pada musim dingin siklus hidup ini akan semkain
panjang. Telus akan menetas setelah berumur tiga hari. Larva menggerogoti bagian
dalam biji atau buah selama 18 hari. Pupa S. oryzae tergolong dalam pupa telanjang.
Fase pupa terjadi selama enam hari. Serangga dewasa akan tinggal didalam buah
selama buah mengeras dan mulai matang (Koehler, 2012).
2.2.3 Pengendaliannya Sitophilus oryzae
Menurut Natawigena (1985) pengendalian serangga hama gudang kumbang
beras ( Sitophilus oryzae L.) di gudang-gudang beras biasanya menggunakan teknik
fumigasi, yaitu zat atau campuran zat yang menghasilkan gas, uap, bau, asap untuk
mengendalikan serangga. Penggunaan fumigan di dalam pengendalian serangga hama
terhadap komoditi di gudang membutuhkan rancang bangun gudang yang khusus dan
peralatan yang khusus serta biaya yang mahal namun, disisi lain juga menimbulkan
dampak bagi kesehatan manusia.
Salah satu alternatif pengendalian hama gudang (Sitophilus oryzae L.) adalah
dengan penggunaan bioinsektisida sebagai senyawa-senyawa yang merubah perilaku
makan seperti senyawa penolak (repelen) yaitu senyawa yang menolak atau mengusir
serangga karena mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh serangga (Jumar, 2000).
2.3 Callosobruchus maculatus
2.3.1 Morfologi Callosobruchus maculatus
Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam gudang.
Serangga ini merupakan family Brunchudae dengan jumlah yang relatif sedikit.
sepanjang hidupnya larva berada dalam biji-bijian, dewasa sebagian ditemukan
dibunga-bunga. Imago C. maculates aktif pada siang hari, daur hidupnya sekitar 21
sampai 30 hari pada kondisi suhu dan kelembaban masing-masing 30C dan 8085%
dengan keperidian sekitar 62 butir telur, inangnya adalah biji-bijian, kacang hijau,
kedelai, kacang tunggak dan kacang hijau. C. maculates betina meletakkan telurtelurnya menempel pada biji. Larva yang baru menetas dari telur langsung menggerek
masuk ke dalam biji. Larva, pupa dan imago muda berada di dalam biji. Imago yang
siap keluar dari biji stadia yang merusak biji-bijian adalah larvanya. (Hidayat dkk,
2004)
2.3.3 Pengendaliannya Callosobruchus maculatus
Salah satu usaha untuk mengendalikan hama pasca panen Callosobruchus
maculates adalah penggunaan protektan nabati berupa minyak cengkeh.Minyak
cengkeh mengandung bahan aktif eugenol 7085% yang mempunyai aromatik tinggi
dan tahan lama (Guenther 1990).
Hasil penelitian Rika Meilasari (2000) membuktikan bahwa penggunaan benih
minyak cengkeh dengan dosis 1 ml/100 g benih dapat menekan perkembangan hama C
maculates tanpa menyebabkan kemunduran benih kacang hijau setelah 4 bulan
disimpan.
Sedangkan menurut Chauchan dan Gaffar (2002), pengendalian Callosobruchus
maculates yang efektif dapat dilakukan dengan dengan penjemuran (menaikkan suhu
di dalam kemasan benih).
Menurut Syamsudidn (2008), pengendalian serangga hama pasca panen dapat
dilakukan dengan perbaikan kualitas, yaitu untuk kacang hijau kadar airnya 14%.
Lalu sanitasi tempat
meliputi siklus hidup, sex ratio, dan keperidian. Siklus hidup yaitu lamanya
waktu
perkembangan
serangga
mulai
telur
hingga
serangga
tersebut
meletakkan telur untuk pertama kali. Semakin pendek siklus hidup maka
perkembangan populasi serangga akan semakin cepat. Sex ratio adalah
perbandingan serangga jantan dan betina yang mana semakin banyak betina
yang dihasilkan akan semakin cepat populasi serangga tersebut berkernbang.
Keperidian yaitu jumlah telur yang diproduksi oleh seekor betina, tentunya
semakin tinggi tingkat keperidian seekor serangga akan semakin cepat populasi
serangga tersebut berkembang. Faktor ekstemal terdiri dari lingkungan abiotik
dan
biotik.
Lingkungan
abiotik
meliputi
curah
hujan,
suhu/temperatur,
makanan
merupakan
faktor
lainnya
yang
sangat
menentukan
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pada praktikum Teknologi Produksi Benih aspek HPT, melakukan pengamatan hama
pasca panen. Pada praktikum hama pasca panen dimulai tanggal 23 April 2014. Tempat
pelaksanaan di laboratorium Virologi gedung HPT lantai 2.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Gelas plastik
: sebagai wadah spesimen (beras dan Sitophilus Oryzae)
- Kain
: sebagai menutup bagian atas fialfilm yang terbuka
- Karet gelang
: sebagai pengikat kain kasa agar tidak lepas
- Timbangan
: untuk menimbang berat specimen
- Gunting
: untuk memotong kain
- Kertas label
: untuk memberi tanda pada gelas plastik
3.2.2 Bahan
- Beras Jatah,
- IR 64
- Kacang Hijau
- Hama kutu beras (Sitophilus oryzae)
Siapkan 3 aqua gelas, dan masukkan masingmasing jenis beras, serta 2 aqua gelas untuk
kacang hijau
Masukkan Sitophilus oryzae, @20 pada masingmasing aqua yang berisi beras. Hama gudang
kacang hijau (Callosobruchus maculatus)
dimasukkan pada masing-masing aqua @10 dan
@20
dimasukkan 20 ekor Sitophilus oryzae. Kemudian dari masing-masing gelas plastic yang
telah berisi beras dan hama tersebut ditutup dengan kain saringan tahu dan diikat dengan
karet gelang, lalu ditandai dengan kertas label. Sedangkan pada kacang hijau, untuk 2 gelas
plastic diisi masing-masing 2000 butir kacang hijau. Kemudian pada masing-masing gelas
plastik yang telah berisi kacang hijau tersebut dimasukkan 20 ekor dan 10 ekor
Callosobruchus maculates. Selanjutnya gelas plastik tersebut ditutup dengan kain dan diikat
dengan karet gelang, lalu diberi label sebagai penanda. Kemudian dilakukan pengamatan
setiap minggunya selama 4 minggu. Dan dicatat hasil dari setiap pengamatan.
7 HAS
14 HAS
21 HSA
Beras IR.64
40,25
40,26
39
39,20
Beras Jatah
37
39,04
38,5
38,51
40,5
40,13
41
40,68
Varietas
Awal
21 HSA
Beras IR.64
20 imago
18
Beras Jatah
20 imago
19
18
14
20 imago
15
13
GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Beras
42
41
41
40.5
40.25
40
39.04
39
40.68
40.26
40.13
39.2
39
38.5
38.51
14 hari
21 hari
38
37
37
36
35
Awal
7 hari
Waktu Pengamatan
Beras IR 64
Beras Jatah
25
20
20
19
18
18
15
14
15
13
10
8
7
14 hari
21 hari
0
Awal
7 hari
Waktu Pengamatan
Beras IR 64
Beras Jatah
Awal
21 HSA
10 hama (A)
107
107,33
111,5
106,33
20 hama (B)
107,5
108,36
105,5
120,8
Awal
Sampel
21 HSA
10 hama (A)
10 imago
10
27
69
20 hama (B)
20 imago
20
39
80
GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Kacang Hijau
125
120.8
120
115
111.5
110
107.5
107
108.36
107.33
105.5
106.33
105
100
95
Awal
7 hari
14 hari
21 hari
Waktu Pengamatan
A
90
80
80
69
70
60
50
39
40
27
30
20
20
20
10
10
0
Awal
7 hari
14 hari
Waktu Pengamatan
A
4.2 Pembahasan
21 hari
signifikan.Dari hasil pengamatan yang diperoleh bahwa didapatkan hasil bahwa berat
pada beras Jatah dan Pandan wangi setiap minggunya mengalami fluktuasi, sedangkan
pada beras IR 64 mengalami kenaikan berat pada minggu kedua pengamatan dan pada
minggu selanjutnya beratnya menurun. Yang mana seharusnya berat beras tidak mungkin
mengalami peningkatan justru mengalami penurunan disetiap minggunya, sebab beras
tersebut digunakan sebagai sumber makanan bagi hama Sitophillus oryzae. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan beberapa sebab, kemungkinannya yaitu disebabkan oleh kotoran
masuk ke dalam gelas plastik tersebut, baik dari luar maupun dari hama itu sendiri
(kotoran hama). Atau juga dapat disebabkan oleh kesalahan manusia saat proses
penimbangan berat beras tersebut (human error). Selain itu untuk penyusutan berat beras
dijelaskan oleh Pasaribu (2009) dalam penelitiannya bahwa penyusutan yang relatif tinggi
ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan yang semakin lama dan populasi yang terus
berkembang selama masa penyimpanan. Semakin lama beras disimpan maka susut yang
terjadi juga semakin besar pula. Apabila beras tersebut disimpan dalam jangka waktu
yang relatif lama maka beras itu akan dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya
pun beras tersebut menjadi pecah dan kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat
menyebabkan susut.
Pada pengamatan jumlah imago Sitophillus oryzae didapatkan hasil yaitu pada
varietas IR64 dan Jatah mengalami penurunan jumlah imago yang tidak terlalu signifikan
namun pada pengamatan minggu kedua dan minggu selanjutnya mengalami penurunan
sampai minggu terakhir yaitu pada varietas IR64 dari 20 imago turun menjadi 18 imago
dan minggu selanjutnya menurun 8 imago sampai pengamatan terakhir 7 imago, dan
pada varietas jatah dari 20 imago turun menjadi 19 dan minggu selanjutnya menurun 18
imago sampai pengamatan terakhir 14 imago. Sedangkan pada varietas Pandan Wangi,
jumlah imagonya pada pengamatan minggu kedua mengalami penurunan yaitu dari 20
imago menurun jadi 15 imago sampai minggu keempat pengamatan terakhir 8 imago.
Harahap (2006) dalam Pasaribu (2009) menyatakan bahwa pada kondisi yang
menguntungkan, yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang mendukung,
populasi serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat setelah infestasi.
Menurut Ryoo et.al (1992) dalam Tandiabang et al. 1996, dalam Pasaribu (2009) jenis
makanan/jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih
makanan dan meletakkan telur.
Berat beras dengan jumlah imago disini sangat berkaitan erat seperti yang telah
dijelaskan oleh Pasaribu (2009) dalam penelitiannya bahwa semakin banyak populasi
yang berada pada tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan beras semakin besar
pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan beras. Ketika
populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan
sumber makanan dan kesesuaian lingkungan.
Untuk pengamatan kacang hijau, didapatkan hasil bahwa berat kacang hijau
ulangan 1 dan ulangan 2 mengalami penurunan jumlah kacang utuh, kacang rusak, dan
hama hidup. Untuk penurunan jumlah kacang utuh pada ulangan 1 dari 2000 butir
menjadi 1830 butir pada minggu terakhir dan pada ulangan 2 dari 2000 butir kacang utuh
menyusut jadi 1770 butir pada pengamatan terakhir. Penyusutan ini terjadi karena apabila
beras tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka beras itu akan
dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya pun beras tersebut menjadi pecah dan
kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat menyebabkan susut (Pasaribu, 2009).
4.2.2 Pembahasan Soal
1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Sitophilus oryzae
pada ketiga jenis beras? mengapa demikian? Apakah variable tersebut sudah
menunjukkan bahwa varietas tertentu yang disukai oleh Sitophilus oryzae?
Tidak ada penambahan populasi Sitophilus oryzae pada varietas IR 64, Beras Jatah
maupun beras pandan wangi. Pada semua varietas beras jumlah hama yang di ketahui
mengalami penurunan. Hal ini terjadi dikarenakan jenis makanan/jenis varietas sangat
berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih makanan dan meletakkan telur.
2. Dari ketiga jenis beras, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga disukai oleh
Sitophilus oryzae? Apakah kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus
oryzae? Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah
akhir pengamatan?
Dari ketiga varietas beras tersebut yang memiliki kualitas beras yang
bagus dilihat dari berat dan jumlah hama adalah IR 64 dan pandan
wangi. Tetapi Sitophilus oryzae dapat di lihat merata dijumpai pada
setiap beras karena mengalami penurunan yang sama. Menurut saya,
kualitas beras mempengaruhi preferensi Sitophilus oryzae. Jika kualitas
beras baik, maka Sitophilus oryzae tidak akan sebanyak pada kualitas
beras yang jelek. Kualitas beras pada akhir pengamatan yang paling
baik adalah pandan wangi, IR 64 tetap baik, sedangkan beras jatah
tidak baik karena beras menjadi sangat rapuh. Namun berdasarkan hasil
pengamatan tersebut beras jatah dan Pandan wangi merupakan beras yang paling disukai
oleh hama Sitophilus oryzae, Walaupun dari waktu akhir pengamatan mengalami
penurunan namun persentasi hama yang tertinggi di akhir pengamatan yaitu beras jatah
dari 20 imago menjadi 14 sedangkan pandan wangi 8 dan IR 64 yaitu 7 imago.
Belum tentu kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus oryzae,
karena preferensi Sitophilus oryzae dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kondisi
lingkungan, kualitas beras dan human error. Namun kualitas beras tetap berperan penting
pada preferensi Sitophilus oryzae, karena karakteristik dari dari Sitophillus oryzae sangat
menyukai beras yang memiliki kualitas baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas..
Kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah akhir pengamatan yaitu kualitas
terbaik dimiliki oleh beras pandan wangi karena aroma yang wangi, butirnya yg putih
lonjong, dan memiliki ketahanan yang baik dari serangan Sitophilus oryzae. Pada beras
IR 64 merupakan kualitas yang baik pula namun kurang tahan oleh serangan hama
gudang sehingga disukai oleh Sitophilus oryzae. Sedangkan pada beras jatah memiliki
kualitas yang kurang bagus di banding beras pandan wangi dan jatah, sehingga populasi
Sitophilus oryzae semakin meningkat karena kurang tahan terhadap hama tersebut.
Seperti hasil penelitian Cynthia (2010), hal lain yang
menentukan jumlah populasi F1 Sitophilus pada beras pecah kulit
sembilan varietas padi adalah bentuk gabah yang bulat dan butir
mengapur yang besar. Diduga hal ini ada pada beras IR 64 Parung
Banteng dan beras lokal Bogor. Perkembangan serangga, serangga
hama gudang sangat menyukai beras pecah kulit yang masih memiliki
lapisan aleuron yang kaya akan protein. Ketebalan lapisan ini
kualitas
benih
kacang
hijau
adalah
siklus
hidup
kadar air tertentu hama kumbang kacang mudah menyerang yaitu pada kadar air di atas
10%, sedangkan pada kadar air di bawah 10% hama ini jarang atau sulit menyerang.
Kondisi temperatur yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan hama ini
adalah antara 26 dan 31oC. Kelembapan yang mendorong berkembangnya hama ini yaitu
jika di atas 65%. Menurut Panda & Khush (1995), selain dipengaruhi faktor genetika,
ketahanan biji terhadap hama juga dipengaruhi faktor lingkungan atau ekologi. Dalam
ketahanan lingkungan dikenal ketahanan semu (pseudoresistance) dan ketahanan induksi.
Ketahanan semu adalah ketahanan tanaman yang terjadi karena adanya sifat tanaman
yang mampu menghindari serangan hama, misalnya umur tanaman yang lebih pendek.
Ketahanan induksi merupakan ketahanan tanaman yang terjadi karena adanya perubahan
lingkungan atau adanya induksi ke dalam lingkungan tumbuh.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada praktikum hama gudang ini dapat disimpulkan bahwa beras
yang disukai oleh hama Sitophilus oryzae adalah beras IR 64. Hal ini terjadi karena IR 64
memiliki kualitas yang unggul namun kurang tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae.
Pada pengamatan hama gudang Callosobruchus maculatus pada kacang hijau memiliki
kualitas yang kuarng bagus. Karena didapatkan hasil penurunan jumlah butir yang utuh
disetiap minggunya sampai pada pengamatan terakhir baik pada ulangan 1 maupun ulangan
2.
5.2 Saran
Asisten : Semoga praktikum selalu berjalan lancar dan kita semua
paham materi dari yang dijelaskan.
Praktikum : Untuk penimbangan seharusnya lebih valid menggunakan timbangan
digital dari pada timbangan manual dan modul untuk praktikum lebih baik
dijadikan 1 bendel, agar tidak membingungkan. Terima kasih
DAFTAR PUSTKA