Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


Hama Gudang

Disusun Oleh :
Nama

: Sarah Miolina Siregar

NIM

: 125040201111324

Kelas

: G2 (Rabu, 07.30)

Asisten

: Kamella Endras P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan semua binatang atau organisme yang aktifitasnya menimbulkan
kerusakan pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama
yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak
hanya dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai
pada bahan-bahan simpanan di gudang.
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahanbahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo
Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Sitophilus oryzae, Callocobruchus maculatus, dan
sebagainya.
Dalam praktikum Teknologi Produksi Benih aspek Hama dan Penyakit Tanaman kali
ini akan membahas lebih jauh mengenai preferensi Sitophilus oryzae terhadap beberapa jenis
beras, yaitu beras IR64, Pandan Wangi, dan Jatah, yang mana beberapa jenis beras tersebut
digunakan untuk pembanding beras manakah yang paling rentan akan hama Sitophilus
oryzae. Selain beras, digunakan kacang hijau sebagai pengujian kualitas viabilitas benih dari
serangan hama Callosobruchus maculatus.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui beras mana yang disukai oleh hama Sitophilus oryzae.
b. Untuk mengetahui kualitas benih kacang hijau dari serangan hama Callosobruchus
maculatus.
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakan praktikum hama gudang yaitu dapat membedakan beberapa jenis
beras yang paling disuka oleh Sitophilus oryzae serta dapat mengetahui jenis patogen yang
menyerang benih kacang hijau.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Hama Gudang

Post-harvest pests are destructive pests of agricultural products while in storage or


during storage (Hama pasca panen adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada
di gudang atau pada masa penyimpanan) (Champ and Highley, 1985).
Stored product pests include several beetles, moths, and a mite that can infest whole
grains or processed foods (Hama gudang meliputi beberapa kumbang, ngengat, dan tungau
yang dapat mengerumuni biji-bijian atau makanan olahan) (Munro, 1966).
Stored product pests are pest that reduces grain weight, nutritional value, and
germination of stored grain. Infestations also cause contamination, odor, mold, and heatdamage problems that reduce the quality of the grain and may make it unfit for processing
into food for humans or animals (Hama gudang adalah hama yang mengurangi bobot biji,
nilai gizi, dan perkecambahan biji-bijian yang disimpan. Pengerumunan tersebut juga dapat
menyebabkan masalah kontaminasi, bau, jamur, dan kerusakan-suhu yang mengurangi
kualitas gabah dan dapat membuatnya tidak layak untuk diproses menjadi makanan bagi
manusia atau hewan) (Cotton, 1963).
2.2 Sitophilus oryzae
2.2.1 Morfologi Sitophilus oryzae
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk
tubuh yang langsing dan agak pipih. S. oryzae berukuran kecil sekitar 2-3 mm. Pada
bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk
kepala menyerupai segitiga. Moncongnya memiliki panjang 1 mm hampir sepertiga
panjang tubuhnya. Protoraksnya sangat kuat dan elitranya memiliki kolom cekungan.
Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak
berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap
sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa
3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Larva kumbang tidak berkaki,
berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan
agak membulat

2.2.2 Daur Hidup Sitophilus oryzae

(Pracaya, 1991)

Gambar Telur, larva, pupa dan imago S. Oryzae

Sitophilus oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama


beriklim panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang
dalam butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat
(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan
panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).

Gambar Larva S. Oryzae

Menurut (Anggara, 2007), larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji.
Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar selama 18

hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir biasanya
akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras.
Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerahmerahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa
biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).
Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang
dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat
bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm,
berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk
mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan
membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan
memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina
(Bennet, 2003)

Gambar Imago S. Oryzae

Menurut (Borror dkk,1996; Bulog, 1996a), S. Oryzae dewasa mengebor ke


dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang panjang untuk meletakkan telur-

telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan dari telur sampai dewasa pada
kondisi yang optimum adalah 30-40 hari.
S. oryzae betina dewasa dapat bertelur rata rata empat telur per hari dan dapat
hidup empat hingga lima bulan. Siklus hidup penuh S. oryzae berkisar antara 26
hingga 32 hari selama musim panas. Pada musim dingin siklus hidup ini akan semkain
panjang. Telus akan menetas setelah berumur tiga hari. Larva menggerogoti bagian
dalam biji atau buah selama 18 hari. Pupa S. oryzae tergolong dalam pupa telanjang.
Fase pupa terjadi selama enam hari. Serangga dewasa akan tinggal didalam buah
selama buah mengeras dan mulai matang (Koehler, 2012).
2.2.3 Pengendaliannya Sitophilus oryzae
Menurut Natawigena (1985) pengendalian serangga hama gudang kumbang
beras ( Sitophilus oryzae L.) di gudang-gudang beras biasanya menggunakan teknik
fumigasi, yaitu zat atau campuran zat yang menghasilkan gas, uap, bau, asap untuk
mengendalikan serangga. Penggunaan fumigan di dalam pengendalian serangga hama
terhadap komoditi di gudang membutuhkan rancang bangun gudang yang khusus dan
peralatan yang khusus serta biaya yang mahal namun, disisi lain juga menimbulkan
dampak bagi kesehatan manusia.
Salah satu alternatif pengendalian hama gudang (Sitophilus oryzae L.) adalah
dengan penggunaan bioinsektisida sebagai senyawa-senyawa yang merubah perilaku
makan seperti senyawa penolak (repelen) yaitu senyawa yang menolak atau mengusir
serangga karena mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh serangga (Jumar, 2000).
2.3 Callosobruchus maculatus
2.3.1 Morfologi Callosobruchus maculatus

Gambar Larva C. maculates

Callosobruchus maculates memiliki sayap depan yang keras, tebal dan


merupakan penutup bagi sayap belakang dan tubuhnya. Sayap depan disebut elitron.
Ketika terbang sayap depan kumbang tidak berfungsi hanya sayap belakang yang
digunakan untuk terbang. Sayap belakang berupa selaputdan pada waktu istirahat
dilipat dibawah elitra. Tipe alat mulut C.maculates yaitu tipe penggigit dan
pengunyah, C.maculates juga memiliki kepala yang bebas dan kadang memanjang ke
depan atau ke bawah sehingga berubah menjadi moncong. Abdomen memiliki 10 ruas
dan pada daerah sternum ruas-ruas ersebut tidak semua terlihat. Tarsi tampaknya 4-44, tapi sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval, bagian belakang lebar, warna hitam atau
coklat dengan bintik-bintik. Dari atas kepala tersembunyi elytra pendek tidak sampai
ujung abdomen. (Kalshoven, 1981).
2.3.2 Daur Hidup Callosobruchus maculatus

Gambar Imago, Larva C. maculates pada kacang hijau

Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam gudang.
Serangga ini merupakan family Brunchudae dengan jumlah yang relatif sedikit.
sepanjang hidupnya larva berada dalam biji-bijian, dewasa sebagian ditemukan
dibunga-bunga. Imago C. maculates aktif pada siang hari, daur hidupnya sekitar 21
sampai 30 hari pada kondisi suhu dan kelembaban masing-masing 30C dan 8085%
dengan keperidian sekitar 62 butir telur, inangnya adalah biji-bijian, kacang hijau,
kedelai, kacang tunggak dan kacang hijau. C. maculates betina meletakkan telurtelurnya menempel pada biji. Larva yang baru menetas dari telur langsung menggerek
masuk ke dalam biji. Larva, pupa dan imago muda berada di dalam biji. Imago yang

siap keluar dari biji stadia yang merusak biji-bijian adalah larvanya. (Hidayat dkk,
2004)
2.3.3 Pengendaliannya Callosobruchus maculatus
Salah satu usaha untuk mengendalikan hama pasca panen Callosobruchus
maculates adalah penggunaan protektan nabati berupa minyak cengkeh.Minyak
cengkeh mengandung bahan aktif eugenol 7085% yang mempunyai aromatik tinggi
dan tahan lama (Guenther 1990).
Hasil penelitian Rika Meilasari (2000) membuktikan bahwa penggunaan benih
minyak cengkeh dengan dosis 1 ml/100 g benih dapat menekan perkembangan hama C
maculates tanpa menyebabkan kemunduran benih kacang hijau setelah 4 bulan
disimpan.
Sedangkan menurut Chauchan dan Gaffar (2002), pengendalian Callosobruchus
maculates yang efektif dapat dilakukan dengan dengan penjemuran (menaikkan suhu
di dalam kemasan benih).
Menurut Syamsudidn (2008), pengendalian serangga hama pasca panen dapat
dilakukan dengan perbaikan kualitas, yaitu untuk kacang hijau kadar airnya 14%.
Lalu sanitasi tempat

penyimpanan, pengaturan susunan karung yang baik dan

penggunaan insektisida efektif, yaitu penyemprotan bangunan tempat penyimpanan,


ppenyemprotan karung dan fumigasi.

2.4 Gambar Hama Gudang Beras dan Kacang Hijau

Gambar 1. Hama Gudang Beras

Gambar 2. Hama gudang kacang Hijau

2.5 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Sitophilus


oryzae dan Callosobruchus maculatus
Faktor yang menentukan tinggi rendahnya populasi suatu organisme
terdiri dari faktor internal, eksternal, dan makanan.

Faktor internal serangga

meliputi siklus hidup, sex ratio, dan keperidian. Siklus hidup yaitu lamanya
waktu

perkembangan

serangga

mulai

telur

hingga

serangga

tersebut

meletakkan telur untuk pertama kali. Semakin pendek siklus hidup maka
perkembangan populasi serangga akan semakin cepat. Sex ratio adalah
perbandingan serangga jantan dan betina yang mana semakin banyak betina
yang dihasilkan akan semakin cepat populasi serangga tersebut berkernbang.
Keperidian yaitu jumlah telur yang diproduksi oleh seekor betina, tentunya
semakin tinggi tingkat keperidian seekor serangga akan semakin cepat populasi
serangga tersebut berkembang. Faktor ekstemal terdiri dari lingkungan abiotik
dan

biotik.

Lingkungan

abiotik

meliputi

curah

hujan,

suhu/temperatur,

kelembaban, dan lain-lain yang akan membatasi atau mendorong populasi


serangga untuk berkembang. Curah hujan yang tinggi dapat rnempengaruhi
perkembangan populasi serangga secara langsung yaitu dengan pengaruh
fisiknya akibat turunnya hujan terutama untuk serangga-serangga berukuran
kecil dan mempengaruhi secara tidak langsung yaitu dengan mernbuat kondisi
yang baik bagi perkernbangan penyakit yang dapat menjadikan serangga sakit
hingga mengalarni kematian, dll.
Sementara faktor lingkungan biotik meliputi predator, parasitoid, patogen,
kompetitor, dan lain-lain. Kehadiran predator dan parasitoid dalarn suatu

pertanaman akan rnenekan perkembangan populasi serangga hama tersebut.


Faktor

makanan

merupakan

faktor

lainnya

yang

sangat

menentukan

perkembangan populasi serangga harna. Faktor kualitas dan kuantitas makanan


akan memberikan pengaruh pada tinggi rendahnya perkernbangan populasi
(Dadang, 2006).

III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pada praktikum Teknologi Produksi Benih aspek HPT, melakukan pengamatan hama
pasca panen. Pada praktikum hama pasca panen dimulai tanggal 23 April 2014. Tempat
pelaksanaan di laboratorium Virologi gedung HPT lantai 2.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Gelas plastik
: sebagai wadah spesimen (beras dan Sitophilus Oryzae)
- Kain
: sebagai menutup bagian atas fialfilm yang terbuka
- Karet gelang
: sebagai pengikat kain kasa agar tidak lepas
- Timbangan
: untuk menimbang berat specimen
- Gunting
: untuk memotong kain
- Kertas label
: untuk memberi tanda pada gelas plastik
3.2.2 Bahan
- Beras Jatah,

- Beras Pandan Wangi

untuk bahan spesimen pengamatan preferensi


serangga terhadap inangnya

- IR 64
- Kacang Hijau
- Hama kutu beras (Sitophilus oryzae)

: Sebagai bahan pengamatan

- Hama gudang kacang hijau (Callosobruchus maculatus) : Sebagai bahan pengamatan

3.3 Cara Kerja

@2000 butir beras (IR64,


pandan wangi, jatah)

Siapkan 3 aqua gelas, dan masukkan masingmasing jenis beras, serta 2 aqua gelas untuk
kacang hijau

Masukkan Sitophilus oryzae, @20 pada masingmasing aqua yang berisi beras. Hama gudang
kacang hijau (Callosobruchus maculatus)
dimasukkan pada masing-masing aqua @10 dan
@20

Tutup aqua dengan kain


kasa dan beri label sebagai
penanda
Timbang berat akhir
beras dan kacang hijau

3.4 Analisa Perlakuan


Dalam praktikum pengamatan hama gudang ini, pertama-tama yang dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan. Bahan bahan tersebut meliputi beras dengan varietas
IR 64, Pandan Wangi dan Jatah masing-masing 2000 butir yang kemudian dimasukkan
dalam gelas plastik. Pada masing-masing gelas plastik yang telah berisi beras tersebut

dimasukkan 20 ekor Sitophilus oryzae. Kemudian dari masing-masing gelas plastic yang
telah berisi beras dan hama tersebut ditutup dengan kain saringan tahu dan diikat dengan
karet gelang, lalu ditandai dengan kertas label. Sedangkan pada kacang hijau, untuk 2 gelas
plastic diisi masing-masing 2000 butir kacang hijau. Kemudian pada masing-masing gelas
plastik yang telah berisi kacang hijau tersebut dimasukkan 20 ekor dan 10 ekor
Callosobruchus maculates. Selanjutnya gelas plastik tersebut ditutup dengan kain dan diikat
dengan karet gelang, lalu diberi label sebagai penanda. Kemudian dilakukan pengamatan
setiap minggunya selama 4 minggu. Dan dicatat hasil dari setiap pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan Berdasarkan Kualitas Beras
Varietas

Berat Beras (gram)


Awal

7 HAS

14 HAS

21 HSA

Beras IR.64

40,25

40,26

39

39,20

Beras Jatah

37

39,04

38,5

38,51

40,5

40,13

41

40,68

Beras Pandan Wangi

Varietas

Awal

Jumlah Hama (ekor)


7 HAS
14 HAS

21 HSA

Beras IR.64

20 imago

18

Beras Jatah

20 imago

19

18

14

Beras Pandan Wangi

20 imago

15

13

GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Beras
42
41
41
40.5
40.25
40
39.04
39

Jumlah Hama (ekor)

40.68

40.26
40.13
39.2

39
38.5

38.51

14 hari

21 hari

38
37
37
36
35
Awal

7 hari

Waktu Pengamatan
Beras IR 64

Beras Jatah

Beras Pandan wangi

Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama Sitophilus oryzae

25
20
20

19
18

18

15

14

15

13

10

8
7

14 hari

21 hari

Jumlah Hama (ekor)

0
Awal

7 hari

Waktu Pengamatan
Beras IR 64

Beras Jatah

Beras Pandan wangi

Hasil Pengamatan Berdasarkan Jumlah Hama Pada Kacang Hijau


Sampel

Awal

Berat Beras (gram)


7 HAS
14 HAS

21 HSA

10 hama (A)

107

107,33

111,5

106,33

20 hama (B)

107,5

108,36

105,5

120,8

Awal

Jumlah Hama (ekor)


7 HAS
14 HAS

Sampel

21 HSA

10 hama (A)

10 imago

10

27

69

20 hama (B)

20 imago

20

39

80

GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Kacang Hijau

125
120.8
120
115
111.5

Jumlah Hama (ekor)

110
107.5
107

108.36
107.33
105.5

106.33

105
100
95
Awal

7 hari

14 hari

21 hari

Waktu Pengamatan
A

Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama Callosobruchus maculatus

90

80

80
69

70
60
50

Jumlah Hama (ekor)

39

40

27

30
20
20

20
10

10
0
Awal

7 hari

14 hari

Waktu Pengamatan
A

4.2 Pembahasan

21 hari

4.2.1 Pembahasan Praktikum


Dari hasil pengamatan, kualitas beras yang dilihat dari berat beras varietas pandan
wangi dan IR 64 mengalami penurunan dan peningkatan

berat yang tidak terlalu

signifikan.Dari hasil pengamatan yang diperoleh bahwa didapatkan hasil bahwa berat
pada beras Jatah dan Pandan wangi setiap minggunya mengalami fluktuasi, sedangkan
pada beras IR 64 mengalami kenaikan berat pada minggu kedua pengamatan dan pada
minggu selanjutnya beratnya menurun. Yang mana seharusnya berat beras tidak mungkin
mengalami peningkatan justru mengalami penurunan disetiap minggunya, sebab beras
tersebut digunakan sebagai sumber makanan bagi hama Sitophillus oryzae. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan beberapa sebab, kemungkinannya yaitu disebabkan oleh kotoran
masuk ke dalam gelas plastik tersebut, baik dari luar maupun dari hama itu sendiri
(kotoran hama). Atau juga dapat disebabkan oleh kesalahan manusia saat proses
penimbangan berat beras tersebut (human error). Selain itu untuk penyusutan berat beras
dijelaskan oleh Pasaribu (2009) dalam penelitiannya bahwa penyusutan yang relatif tinggi
ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan yang semakin lama dan populasi yang terus
berkembang selama masa penyimpanan. Semakin lama beras disimpan maka susut yang
terjadi juga semakin besar pula. Apabila beras tersebut disimpan dalam jangka waktu
yang relatif lama maka beras itu akan dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya
pun beras tersebut menjadi pecah dan kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat
menyebabkan susut.
Pada pengamatan jumlah imago Sitophillus oryzae didapatkan hasil yaitu pada
varietas IR64 dan Jatah mengalami penurunan jumlah imago yang tidak terlalu signifikan
namun pada pengamatan minggu kedua dan minggu selanjutnya mengalami penurunan
sampai minggu terakhir yaitu pada varietas IR64 dari 20 imago turun menjadi 18 imago
dan minggu selanjutnya menurun 8 imago sampai pengamatan terakhir 7 imago, dan
pada varietas jatah dari 20 imago turun menjadi 19 dan minggu selanjutnya menurun 18
imago sampai pengamatan terakhir 14 imago. Sedangkan pada varietas Pandan Wangi,
jumlah imagonya pada pengamatan minggu kedua mengalami penurunan yaitu dari 20
imago menurun jadi 15 imago sampai minggu keempat pengamatan terakhir 8 imago.
Harahap (2006) dalam Pasaribu (2009) menyatakan bahwa pada kondisi yang
menguntungkan, yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang mendukung,

populasi serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat setelah infestasi.
Menurut Ryoo et.al (1992) dalam Tandiabang et al. 1996, dalam Pasaribu (2009) jenis
makanan/jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih
makanan dan meletakkan telur.
Berat beras dengan jumlah imago disini sangat berkaitan erat seperti yang telah
dijelaskan oleh Pasaribu (2009) dalam penelitiannya bahwa semakin banyak populasi
yang berada pada tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan beras semakin besar
pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan beras. Ketika
populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan
sumber makanan dan kesesuaian lingkungan.
Untuk pengamatan kacang hijau, didapatkan hasil bahwa berat kacang hijau
ulangan 1 dan ulangan 2 mengalami penurunan jumlah kacang utuh, kacang rusak, dan
hama hidup. Untuk penurunan jumlah kacang utuh pada ulangan 1 dari 2000 butir
menjadi 1830 butir pada minggu terakhir dan pada ulangan 2 dari 2000 butir kacang utuh
menyusut jadi 1770 butir pada pengamatan terakhir. Penyusutan ini terjadi karena apabila
beras tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka beras itu akan
dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya pun beras tersebut menjadi pecah dan
kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat menyebabkan susut (Pasaribu, 2009).
4.2.2 Pembahasan Soal
1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Sitophilus oryzae
pada ketiga jenis beras? mengapa demikian? Apakah variable tersebut sudah
menunjukkan bahwa varietas tertentu yang disukai oleh Sitophilus oryzae?
Tidak ada penambahan populasi Sitophilus oryzae pada varietas IR 64, Beras Jatah
maupun beras pandan wangi. Pada semua varietas beras jumlah hama yang di ketahui
mengalami penurunan. Hal ini terjadi dikarenakan jenis makanan/jenis varietas sangat
berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih makanan dan meletakkan telur.
2. Dari ketiga jenis beras, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga disukai oleh
Sitophilus oryzae? Apakah kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus
oryzae? Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah
akhir pengamatan?

Dari ketiga varietas beras tersebut yang memiliki kualitas beras yang
bagus dilihat dari berat dan jumlah hama adalah IR 64 dan pandan
wangi. Tetapi Sitophilus oryzae dapat di lihat merata dijumpai pada
setiap beras karena mengalami penurunan yang sama. Menurut saya,
kualitas beras mempengaruhi preferensi Sitophilus oryzae. Jika kualitas
beras baik, maka Sitophilus oryzae tidak akan sebanyak pada kualitas
beras yang jelek. Kualitas beras pada akhir pengamatan yang paling
baik adalah pandan wangi, IR 64 tetap baik, sedangkan beras jatah
tidak baik karena beras menjadi sangat rapuh. Namun berdasarkan hasil
pengamatan tersebut beras jatah dan Pandan wangi merupakan beras yang paling disukai
oleh hama Sitophilus oryzae, Walaupun dari waktu akhir pengamatan mengalami
penurunan namun persentasi hama yang tertinggi di akhir pengamatan yaitu beras jatah
dari 20 imago menjadi 14 sedangkan pandan wangi 8 dan IR 64 yaitu 7 imago.
Belum tentu kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus oryzae,
karena preferensi Sitophilus oryzae dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kondisi
lingkungan, kualitas beras dan human error. Namun kualitas beras tetap berperan penting
pada preferensi Sitophilus oryzae, karena karakteristik dari dari Sitophillus oryzae sangat
menyukai beras yang memiliki kualitas baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas..
Kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah akhir pengamatan yaitu kualitas
terbaik dimiliki oleh beras pandan wangi karena aroma yang wangi, butirnya yg putih
lonjong, dan memiliki ketahanan yang baik dari serangan Sitophilus oryzae. Pada beras
IR 64 merupakan kualitas yang baik pula namun kurang tahan oleh serangan hama
gudang sehingga disukai oleh Sitophilus oryzae. Sedangkan pada beras jatah memiliki
kualitas yang kurang bagus di banding beras pandan wangi dan jatah, sehingga populasi
Sitophilus oryzae semakin meningkat karena kurang tahan terhadap hama tersebut.
Seperti hasil penelitian Cynthia (2010), hal lain yang
menentukan jumlah populasi F1 Sitophilus pada beras pecah kulit
sembilan varietas padi adalah bentuk gabah yang bulat dan butir
mengapur yang besar. Diduga hal ini ada pada beras IR 64 Parung
Banteng dan beras lokal Bogor. Perkembangan serangga, serangga
hama gudang sangat menyukai beras pecah kulit yang masih memiliki
lapisan aleuron yang kaya akan protein. Ketebalan lapisan ini

tergantung pada varietas. Varietas yang memiliki bentuk beras yang


lebih pendek dan bulat cenderung mempunyai lapisan sel yang banyak
dibandingkan dengan varietas yang panjang dan lonjong.
Perkembangan telur sampai dewasa dari Sitophilus didalam biji
beras sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan
bentuk yang mampu menjadi tempat perkembangnya serta tempat
makannya. Untuk butir mengapur, dapat terjadi karena granula pati
yang kurang padat/rapat, sehingga tekstur menjadi lebih rapuh.
Kekerasan beras pecah kulit berkolerasi positif dengan ketahanan
beras terhadap Sitophilus sp. (Juliano, 1972). Beras yang lunak akan
lebih banyak dikonsumsi oleh serangga dibandingkan beras yang
bening, hal ini memungkinkan peningkatan populasi S. zeamais apabila
butir beras besar dan mengapur. Seperti halnya keadaan butir padi
pada beras jatah (mengapur), tidak seperti pandanwangi yang lebih
bening.
3. Berdasarkan hasil pengamatan Callosobruchus maculatus bagaimana hubungannya
jumlah populasi hama terhadap penurunan kualitas benih kacang hijau? Jelaskan pula
faktor apa saja yang mempengaruhinya!
Berdasarkan hasil pengamatan Callosobruchus maculatus, hubungan antara
jumlah populasi hama terhadap kualitas benih kacang hijau yaitu mengalami
berbanding terbalik. Berdasarkan pengamatan, penurunan kualitas
kacang hijau yang dilihat dari jumlah polong rusak tidak diikuti dengan
naiknya populasi hama.
Faktor yang mempengaruhi populasi hama Callosobruchus maculatus
terhadap

kualitas

benih

kacang

hijau

adalah

siklus

hidup

Callosobruchus maculatus dan sifat biologi Callosobruchus maculatus


lainnya. Siklus hidupnya sekitar 25 hari dengan keperidian sekitar 62
butir telur, inangnya adalah biji-bijian, kacang hijau, kedelai, kacang
tunggak dan kacang hijau.
Tingkat ketahanan terhadap kumbang kacang di samping dipengaruhi oleh faktor
genetika juga dipengaruhi faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap tingkat ketahanan adalah kadar air biji, temperatur dan kelembapan udara. Pada

kadar air tertentu hama kumbang kacang mudah menyerang yaitu pada kadar air di atas
10%, sedangkan pada kadar air di bawah 10% hama ini jarang atau sulit menyerang.
Kondisi temperatur yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan hama ini
adalah antara 26 dan 31oC. Kelembapan yang mendorong berkembangnya hama ini yaitu
jika di atas 65%. Menurut Panda & Khush (1995), selain dipengaruhi faktor genetika,
ketahanan biji terhadap hama juga dipengaruhi faktor lingkungan atau ekologi. Dalam
ketahanan lingkungan dikenal ketahanan semu (pseudoresistance) dan ketahanan induksi.
Ketahanan semu adalah ketahanan tanaman yang terjadi karena adanya sifat tanaman
yang mampu menghindari serangan hama, misalnya umur tanaman yang lebih pendek.
Ketahanan induksi merupakan ketahanan tanaman yang terjadi karena adanya perubahan
lingkungan atau adanya induksi ke dalam lingkungan tumbuh.

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada praktikum hama gudang ini dapat disimpulkan bahwa beras
yang disukai oleh hama Sitophilus oryzae adalah beras IR 64. Hal ini terjadi karena IR 64
memiliki kualitas yang unggul namun kurang tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae.
Pada pengamatan hama gudang Callosobruchus maculatus pada kacang hijau memiliki
kualitas yang kuarng bagus. Karena didapatkan hasil penurunan jumlah butir yang utuh
disetiap minggunya sampai pada pengamatan terakhir baik pada ulangan 1 maupun ulangan
2.
5.2 Saran
Asisten : Semoga praktikum selalu berjalan lancar dan kita semua
paham materi dari yang dijelaskan.
Praktikum : Untuk penimbangan seharusnya lebih valid menggunakan timbangan
digital dari pada timbangan manual dan modul untuk praktikum lebih baik
dijadikan 1 bendel, agar tidak membingungkan. Terima kasih

DAFTAR PUSTKA

Anggara. 2007 (dalam) Hutabarat, L.N. Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera:


Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa
Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20271/4/Chapter%20II.pdf. Diakses 24 Mei
2014
Bennet. 2003 (dalam) Hutabarat, L.N. Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera:
Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa
Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20271/4/Chapter%20II.pdf. Diakses 24 Mei
2014
Borror dkk. 1996 (dalam) Hutabarat, L.N. Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera:
Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa
Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20271/4/Chapter%20II.pdf. Diakses 24 Mei


2014
Champ, B.R. and Z. Highley. 1985. Pesticides and humid tropical grain stroge system.
Proceedings of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30 Maros, 1985. Aciar
Proceedings No. 41.
Cotton, R.T. 1963. Pest Of Storet Grain And Grain Product. Burgerss Publishing Co.
Minneapolis 15, Minn
Cynthia. 2010. Analisa Ketahanan Beberapa Varietas Padi Terhadap Serangan
H ama Gudang (Sitophilus Zeamais Motschulsky). Jurnal Budidaya
Pertanian, Vol. 6. No 1, Juli 2010, Halaman 11-16. Ambon
Dadang, MSc. 2006 . Konsep Hama Dan Dinamika Populasi. Workshop Hama dan Penyakit
Tanaman Jarak (Jatropha curcas linn.): Potensi Kerusakan dan TeknikPengendaliannya
BogarDepartemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPS JI. Kamper, Kampus IPB
Darmaga, Bogor 16680.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Harahap I. 2006. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D, Dharmaputra OS,
Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO
BIOTROP. hlm 53-55.
Hidayat Otang,dkk. 2004. Dasar-dasar Entomologi. Bandung: IMSTEP
Jumar. Entomogi Pertanian. 2000. Rineka Cipta. Jakarta.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest Of Crops Indonesian, Revised and translated by P.A. Vander
loau with the assistance of. G.H.L. Roth Shild. Univ. of Amsterdam. P.T. Ikhtiar Baru, Van
Hoeve, Jakarta Indonesia
Kalshoven. 1981. CIMMYT 1999-2000, world maize fact and trends. Meeting world maize
needs. technological opportunities and priorities for the public sector. CIMMYT, Mexico.
Koehler. 2014. Sitophillus oryzae. http://edis.ifas.ufl.edu/ig120. diakses pada tanggan 24 Mei
2014.
Luh. 1980 (dalam) Hutabarat, L.N. Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae)
dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai

Insektisida Botani. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20271/4/Chapter


%20II.pdf. Diakses 24 Mei 2014
Munro, J.W. 1966. Pests Of Storage Product. Hutehinsou of London
Natawigena,H., Pestisida Dan Kegunaannya, 1985, Penerbit Armico. Bandung.
Pasaribu, Maryana J. 2009. Pertumbuhan Populasi Sitophilus Zeamais Motsch. (Coleoptera:
Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras.Skripsi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.
Rika Meilasari. 2000. Penggunaan Protektan Botanis untuk Mengendalikan Hama Gudang
Callosobruchus maculatus F. dan Memepertahakan Viabilitas Benih Kacang Hijau selama
penyimpanan. Skripsi Jurusan BDP Fakultas Pertanian IPB.

Anda mungkin juga menyukai