Anda di halaman 1dari 6

ANASTESI BLOK

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan menggunakan


teknik blok mandibula indirect I ( Fissure ) :
a) Pasien harus diposisikan sehingga oklusal plane bawah berada dalam
keadaan horizontal pada saat mulut terbuka lebar. Dengan posisi mulut
terbuka lebar, jari telunjuk dan jari tengah tangan yang bebas harus meraba
sulkus bukalis hingga menyentuh bagian posterior hingga pada cekungan
segitiga retromolar (retromolal triangle) yang terletak diantara line oblique
eksternal dan line oblique internal.
b) Raphe petrygomandibular harus diidentifikasi suatu garis vertical jaringan
lunak yang berasal dari hamulus petrygoideus dan berjalan turun ke daerah
lingual mandibula pada daerah molar tiga. Raphe petrygomandibular
mengangkat perlekatan otot yang berjalan lateral (m. bucinator ) dan
medial ( m. konstriktor superior ).
c) Pasien harus didudukkan dimana posisi leher dan kepala baik dan oklusal
plane bawah harus sejajar dengan lantai pada saat mulut terbuka lebar.
d) Tabung syringe melayang diatas permukaan oklusal gigi premolar pada
daerah sudut mulut, tetapi bisa juga terjadi variasi tergantung dari
divergensi dari ramus.
e) Syringe diindersikan sejajar dengan oklusal plane, melayang 10- 25 mm
diatas permukaan oklusal gigi RB, atau bila terdapat gigi molar tiga RA,
maka syringe diinsersikan tepat disebelah distal dari gigi molar tiga RA.
f) Syringe diinsersikan perlahan-lahan kedalam jaringan hingga menyentuh
tulang, yaitu leher kondil mandibula ( 25 mm syringe yang berpenetrasi).
Bila syringe tidak menyentuh tulang, maka syringe ditarik sedikit dan
diarahkan lebih ke distal hingga menyentuh tulang kadang-kadang juga
syringe tidak menyentuh tulang bila saat syringe diinsersikan pasien tidak
membuka mulut lebar, sehingga kondil bergeser ke distal dan jaringan
bertambah tebal. ( NB : jangan depositkan larutan anastesi bila syringe
tidak menyentuh tulang).

g) Pada saat syringe menyentuh tulang, arahkan bilateral kemudian insersikan


syringe hingga tinggal panjang syringe yang tidak diinsersikan.
h) Arahkan syringe kontralateral, aspirasikan bila aspirasi negative,
depositkan larutas 1,8- 2 ml untuk menganastesi nervus alveolaris
inferior.
i) Bila syringe positif, tarik jarum keluar, bersihkan kemudian insersikan
lagi, oada umumnya syringr menembus arteri maksilaris interna yang
berada di belakang daerah target nervus alveolaris inferior. Setelah itu,
tarik syringe hingga setengah jarum, aspirasikan dan depositkan larutan
anastesi 0,5 ml untuk menganastesi nervus lingualis, sisa larutan anastesi
0,5 ml untuk menganastesi nervus bukalis.
j) Pijat / massage daerah yang dianastesi

2. Komplikasi pencabutan gigi :


a) Fraktur :
Fraktur gigi ( mahkota, akar)
Fraktur alveolus
Fraktur tulang rahang
Etiologi fraktur :

Teknik pencabutan yang kurang sempurna


Keadaan gigi sendiri ( rapuh, karies, akar abnormal, hypersementosis )
Tulang alveolus sangat tebal ( tidak ada elastisitas ), umumnya terjadi
pada orang tua dimana bagian kompakta dari tulang alveolus demikian
kerasnya.

Metode pengambilan fraktur akar :


Metode tertutup ( close method) : menggunakan tang yang lancip, dan

bein ditempatkan diantara alveolus dengan akar gigi.


Metode terbuka ( open method) : membuat flap mukoperios bagian
bukal dari fraktur akar dan mandibula tulang pada bagian yang
menutupi sisa akar ( insisi, bor tulang alveolus ).

b) Laserasi mukosa : sobekan pada mukosa dikarenakan mukosa atau


gingival terjepit oleh tang sewaktu pencabutan gigi ( sudut mulut luka
terjepit tang atau trauma gesekan dari alat penarik pipi ), dan membuka
mulut terlalu lebar.

c) Lesi daripada nervus : nervus terluka bila pada keadaan abnormal akar
gigi dekat pada kanalis mandibularis, nervus terluka pada anastesi
( terkena jarum tumpul), pada waktu penyuntikan ada sisa alcohol yang
masuk jaringan dan sampai ke nervi dapat terjadi nekrose dan paretesi.
d) Luksasi sendi rahang : suatu keadaan mandibula dimana prosesus
kondiloideus dengan diskus artikularisnya keluar dari fosa artikularis
melalui eminemsia artikularis dan berada didepan tuberkulum artikularis.
e) Pendarahan : keluarnya darah yang tidak berhenti sendiri tanpa sesuatu
perawatan ( suaru keadaan yang abnormal )
Pendarahan menurut waktu :
Primer
: pendarahan sewaktu tindakan pencabutan
dilakukan
Intermedie : pendarahan terjadi 6-12 jam setelah pencabutan
Sekunder : pendarahan terjadi 12 jam atau beberapa hari

setelah pencabutan
Pendarahan menurut kausanya :
Pendarahan karena trauma ( kecelakaan, berkelahi, cabut
gigi, dan bedah)
Pendarahan karena non-trauma ( penyakit sistemik atau

tanpa sebab)
Pendarahan menurut pembuluh darah :
Arteri : darah berwarna merah terang dan memancar seperti air
mancur
Vena : darah berwarna merah tua mengalir lambat dan banyak
Kapiler : darah yang keluar merembes.

f) Forasi sinum maksilaris : terbukanya atau tembusnya sinus karena


tindakan atau tekanan yang berlebihan.
g) Komplikasi penyembuhan :
Dolor post extractionum : sakitnya makin lama makin terasa dan tidak
mau hilang setelah 2-3 hari.

3. Klasifikasi impaksi gigi Menurut Pell & Gregory (1933) :


a) Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua
dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan
jarak antara bagian distalmolar kedua ke ramus mandibula :
Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil
dibandingkan jarak antara distalgigi molar kedua dengan ramus
mandibula

Kelas
mesio-

II:

Ukuran

distal molar

ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara distal gigi molar


kedua dengan ramus mandibula.

Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada


dalam ramus mandibula.

b) Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang :


Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis
oklusal.
Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis
oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.
Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis
servikal molar.

4. Penanggulangan atau pertolongan syok anafilatik :

Pasien ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan, dengan

demikian sentral anemi akan berkurang


Pakaian yang menekan harus dilonggarkan
Berikan ventilasi yang cukup
Bila pasien masih mendengar, dapat diberikan atau ditenangkan dengan

perawatan mentol.
Dicumkan ammonia atau minyak cologen/alcohol
Dapat diberikan kopi panas atau anggur sebagai pemicu jantung

Bila kolapsnya tidak dikursi, pasien dapat jatuh karena relaksasi dari
muskulus, keadaan seperti ini kaki dan tangan pasien di massage,
gosoklah kearah jantung

5. Penanganan Dry Soket :

Anestesi lokal
Bersihkan alveolus dan buang jaringan nekrotik
Tulang yang tajam dihaluskan
Buat pendarahan pada daerah alveolus dengan melukai dinding alveolus

sebelah dalam dengan sonde atau skeler


Setelah alveolus berdarah , kemudian diisi dengan antiseptic ditambah
analgetik ( eugenol kasa dan CHKM kasa)
Pemberian antibiotic, vitamin C dan vitamin B kompleks.

Anda mungkin juga menyukai