DISUSUN OLEH :
Neneng Adriyani, S.Farm
Rakhmawaty, S.Farm
Rezky Febriani, S.Farm
Sry Wahyuni, S.Farm
Dewi Soraya Zebua, S.Farm
Relia Puspita Sari, S.Farm
RR Liza Anisa, S.Farm
Muh Maskur Setiadji, S.Farm
(12811004)
(12811005)
(12811010)
(12811012)
(12811014)
(12811026)
(12811028)
(12811038)
BAB I
ANALISIS KASUS
1.1
1.2
Identifikasi Pasien
Nama pasien
: Ny. R
Umur
: 41 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 04 Agustus 2012
Alamat
Asuransi
: Umum
Di rawat
: Paviliun Flamboyan
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.9
Tanggal
04/08/2012
Waktu
Pengukuran
Pagi
Siang
Tekanan Darah
(mmHg)
110/70
100/50
Suhu
(C)
35,7
38,0
Nadi
(kali/menit)
Pernafasan
(kali/menit)
98
20
05/08/2012
06/08/2012
07/08/2012
08/08/2012
09/08/2012
10/08/2012
11/08/2012
12/08/2012
13/08/2012
14/08/2012
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
90/60
120/80
120/80
110/80
110/70
120/90
100/90
100/90
130/80
130/80
110/70
110/80
130/80
120/80
130/90
120/90
120/90
120/90
110/70
120/80
130/70
130/70
100/70
100/70
140/80
140/80
150/90
36,8
36,3
35,7
34,5
37,3
37,9
37,1
37,5
38,2
38,2
38,7
38,7
38,9
39,4
39,5
38,6
37,5
39,3
36,7
36,1
38,4
36,7
36,1
38,4
38,6
38,0
37,6
98
20
100
20
Data Laboratorium
Pemeriksaan
Hematologi
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Hemostatis
PT
Kontrol PT
INR
aPTT
Kontrol aPTT
Fungsi Hati
Protein
Globulin
Albumin
SGOT
SGPT
Fungsi Ginjal
Ureum
Agustus 2012
06
04
05
7,2
33200
1561000
22
10,0
31900
1389000
31
10,7
33100
946000
31
10
13
8,0
26900
326000
24
6,3
15500
302000
19
Nilai Normal
P : 12,0 14,0 g/dL
4000-10.000/L
150000 450000/L
37 49 %
14,8
14,8
1,02
29,9
35,1
12 18 detik
12 18,9 detik
6,0
4,0
2,0
28
16
105
27 43 detik
27 43 detik
60
33
25
10.50 mg/dL
Kreatinin
Elektrolit
Na
K
Cl
Hepatitis
HbsAg
Anti HBs
Anti HCV
Anti HAV
1,9
1,1
1,1
0,7
124,32
5,92
100,80
137-150 mmol/L
3,50 5,50 mmol/L
99-111 mmol/L
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
(Iu/L)
Negatif
IgM
HIV
GDS
Negatif
< 200 mg/dL
240
Kesan
- Calycetasis dextra, ec sumbatan di distal
- Fatty liver
Anjuran : BNO-IVP
Lesi
densitas
cairan,
Kesan
dinding
tebal,
batas
tegas
11/12/2012
Dosis
4 x 1 cc
(Nystatin
Dosis lazim
4 x sehari
Indikasi
Kandidiasis oral
1-6 mL
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
terhadap
komponen
obat
2 x 1 tab
3x1
3 x sehari
sachet
1-2 sachet
GEA
(Trimetoprim 160 mg
Sulfametoksazol 800
mg)
Kalitake
(Ca
polistirena
sulfonat 5 g)
Hiperkalemia
Pasien
yang
menderita
gagal
ginjal
dengan
bersamaan
hiperkalsemia (kadar
kalsium dalam darah
Neurobion 5000
1 x 1 tab
1 x sehari
1 tab
Kekurangan
di atas normal).
-
1 x 80 mg
Trombositosis
(Asetosal 80 mg)
Gabexal
2 x 300 Awal:
perdarahan
Terapi tambahan Hipersensitivitas,
mg
untuk
hari
neuropati
nyeri menyusui
1x2g
(1 gram)
3 x sehari
1-2 g/ hari,
dapat dinaikkan
lunak,
hingga 4 g/ hari
bakterimia/
yang
untuk infeksi
septikemia,
berat.
infeksi berat
hiperproteinemia
kerusakan
disebabkan
Hipernatremia,
hiperkloremia,
hiperkalemia,
Omeprazol
1 x 40 mg
(40 mg)
dan
hiperhidrasi
peptik Hipersensitif
1 x 20 mg, dapat
Mual,
dinaikkan
ulcer
terhadap Omeprazole
Sebagai
Hipersensitif
preventif
menjadi
Ondansetron
(4 mg/2 mL)
3 x 4 mg
40 mg/ hari
8-12 mg/ hari
dan
sedang-berat
karena
kemoterapi,
radioterapi dan
pasca operasi
yang lain
Ketorolac
1 IV : 15-30 mg
Penanganan
Hipersensitif
(30 mg/mL)
ampul
Maks : 60-120
jangka pendek
terhadap
mg/ hari
untuk nyeri
komponen formulasi.
Maks : 5 hari
sedang sampai
nyeri berat
riwayat
Untuk
perforasi lambung
Hipersensitivitas
terhadap
Tramadol
1 Nyeri sedang-
ampul
berat : 50-100
pengobatan
hari
kronik
ketorolac/
perdarahan/
tramadol
opiat,
yang mendapat
berat
MAO,
sedang
terapi
intoksikasi
2x1g
1-2 g / 12 jam
(1 gram)
SSP
Infeksi jaringan Hipersensitivitas
lunak,
terhadap sefalosporin
bakterimia/
septikemia,
Metronidazol
3 x 500
mg
infeksi berat
Abses
Hipersensitivitas
retroperitoneal
terhadap
metronidazol
atau
golongan
Profenid suppo
1 suppo
1 suppo tiap
nitroimidazole lain
Hernia Nukleus Ulkus peptik aktif,
malam
Pulposus (HNP)
bersamaan
berulang
dengan
dispepsia kronis
Amitriptilin
penggunaan oral
2 x 12,5 Nyeri : 10-25
Nyeri
(25 mg)
mg
neuropatik
Hipersensitivitas,
malam, dapat
dinaikkan 75
mg/ hari jika
Mecobalamin
mcg/mL)
(500 1
ampup
perlu
1 IV/IM : 500
Neuropati
mcg/ hari 3x
perifer, anemia
seminggu
megaloblastik
atau
Paracetamol
(500 mg)
3 x 1 tab
selama 2 bulan
3 x sehari
500 mg
Demam
Penyakit
ginjal
hati
dan
1.8
N
Nama Obat
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Mycostatin
Kotrimoxazol
Ceftriaxon
Cefirom
Metronidazol
Tramadol
Ketorolac
Profenid Supp
Kalitake
Ascardia
Amitriptilin
Signa
4 x 1 cc
2 x 1 tab
2x2g
2x1g
3 x 500 mg
3 x 100 mg
2 x 30 mg
1 x 100 mg
3 x 1 sach
1 x 80 mg
2 x 12,5
12
13
Gabexal
Mecobalamin
mg
2 x 300 mg
1 x 500
14
Neurobion
mcg
1 x 1 tab
15
16
17
5000
Ondansentron
Omeprazol
PCT
3 x 4 mg
1 x 40 mg
3 x 500 mg
04/08/2012
-
05/08/2012
-
06/08/2012
-
07/08/2012
08/08/2012
-
09/08/2012
-
10/08/2012
11/08/2012
12/08/2012
13/08/2012
14/08/2012
STOP
-
STOP
- - - -
-
STOP
BAB II
PENYAKIT UTAMA
2.1. Pendahuluan
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga
kanan. Hati yang normal, kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma,
2006). Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500
gram. Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial
dan lateral oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002). Setiap lobus dibagi menjadi
lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempenglempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan
terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer
berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006).
Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran
kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekeliling sel hati. Kanalikulus biliaris
membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus
biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006).
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
a. Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah. Ada dua macam
aliran darah pada hati, yaitu darah portal dari usus dan darah arterial, yang
keduanya akan bertemu dalam sinusoid. Darah yang masuk sinusoid akan
difilter oleh sel Kupffer.
b. Fungsi metabolik. Hati memegang peran penting pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, vitamin (Guyton, 2003).
c. Fungsi ekskretorik. Banyak bahan diekskresi hati di dalam empedu, seperti
bilirubin, kolesterol, asam empedu, dan lain-lain.
d. Fungsi sintesis. Hati merupakan sumber albumin plasma; banyak globulin
plasma, dan banyak protein yang berperan dalam hemostasis (Chandrasoma,
2006).
2.2. Definisi Hepatomegali
Pembesaran hati (Hepatomegali) adalah membesarnya hati melebihi
ukurannya yang normal. Hepatomegali merupakan pembesaran organ hati yang
disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam
tifoid, amoeba, penimbunan lemak (fatty liver), penyakit keganasan seperti
leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan (metastasis).
Keluhan dari hepatomegali ini yaitu gangguan dari sistem pencernaan seperti
mual dan muntah, nyeri perut kanan atas, kuning bahkan buang air besar hitam.
Pengobatan
pada
kasus
hepatomegali
ini
berdasarkan
penyebab
yang
2.3. Penyebab
Penyebab hepatomegali yang sering ditemukan yaitu, alkoholisme, hepatitits
A, hepatitis B, gagal jantung kongestif (congestive heart failure), leukemia,
neuroblastoma, sindroma Reye, karsinoma hepatoseluler, penyakit Niemann-Pick,
(Devi, 2009)
2.4. Epidemiologi
-
2.5. Patofisiologi
Faktor-faktor resiko seperti rokok, kelebihan zat dan infeksi virus hepatitis
B serta alkohol yang mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak serta menimbulkan
reaksi hiperplastik yang menyebapkan neoplastik hepatima yang mematikan selsel
hepar
dan
mengakibatkan
pembesaran
hati.
Hepatomegali
dapat
proses
desak
ruang,
yang
mendesak
paru,
sehingga
mengakibatkan sesak, proses desak ruang yang melepas mediator radang yang
merangsang nyeri (Saputro, 2011).
2.6. Tanda dan Gejala
Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika
pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut
terasa penuh. Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila
diraba. Tanda dan gejala yang lain berupa:
a. Umumnya tanpa keluhan
b. Pembesaran perut
c. Nyeri perut pada epigastrium/ perut kanan atas
d. Nyeri perut hebat, mungkin karena ruptur hepar
e. Ikterus
f. Sering disertai kista ginjal (Saputro, 2011).
2.7. Komplikasi
Orang yang hatinya rusak karena pembentukan jaringan parut (sirosis), bisa
menunjukkan sedikit gejala atau gambaran dari hepatomegali. Beberapa
diantaranya mungkin juga mengalami komplikasi, yaitu:
yang
bisa
dilakukan
untuk
membantu
menentukan
penyebab
BAB III
DISKUSI
3.1
No.
Kategori DRP
1.
Kegagalan Terapi
Mulai
Masalah
awal terapi pasien
menggunakan
obat
Rekomendasi
tidak
mycostatin
Sebaiknya
farmasis
memberikan
penjelasan tentang cara
penggunaan
mycostatin yang benar,
selain itu pasien harus
lebih terbuka terhadap
tenaga
medis,
khususnya
kepada
farmasis
Obat tanpa
obat tertumpah.
- Omeprazole
indikasi
omeprazole tidak
diberikan kepada
pasien.
- Sebaiknya
- Sebaiknya
ondansetron tidak
3x4
diberikan kepada
mg
sebagai
antiemetik.
Indikasi tanpa
obat
pemeriksaan
suhu
badan,
2012, pasien
mendapatkan terapi
untuk demam.
Pemilihan obat
- Tramadol
Tramadol
- Sebaiknya
diindikasikan
untuk
penggunaan
tramadol dihentikan
sejak
NSAID (ketorolac).
pemberian
sudah
dapat
diluruskan).
NSAID
(ketorolac),
- Sebaiknya profenid
supp
tidak
diberikan,
pasien
mendapatkan
NSAID (ketorolac).
karena
sudah
Seharusnya
ketorolac
Pemberian
sudah
dapat
Polifarmasi
Sebaiknya penggunaan
Pembahasan
Pasien dengan inisial Ny. R (41 tahun) masuk rumah sakit pada tanggal 04
Agustus 2012 dan dirawat di paviliun Flamboyan. Keluhan utama pasien adalah
nyeri perut kanan atas sejak 6 jam yang lalu serta nyeri hebat pada bagian kaki
kanan/ tungkai kaki tidak bisa diluruskan sehingga menyebabkan pasien tidak bisa
berjalan. Pasien memiliki sariawan di bibir sejak 2 minggu yang lalu dan timbul
bercak-bercak putih sehingga pasien sulit makan. pernah dirawat di rumah sakit
karena gula darahnya mencapai 400 g/dL sekitar 2 bulan yang lalu. Pasien sering
mengeluhkan merasa kesemutan/nyeri pada bagian kakinya, dan sering melakukan
pengobatan tradisional. Akan tetapi, tidak dapat digali informasi tentang riwayat
penggunaan obat pasien karena pasien tidak mengetahui nama obat pernah
dikonsumsi.
Pasien masuk rumah sakit dengan diagnosa utama hepatomegali.
Hepatomegali adalah membesarnya hati melebihi ukuran yang normal, yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis penyebab, seperti virus hepatitis, demam tifoid,
amoeba, penimbunan lemak, leukimia, serta kanker hati. Diagnosa lain yang
ditegakkan berdasarkan gejala yang dialami pasien adalah GEA (Gastroenteritis
Akut) dengan dehidrasi sedang, Candidiasis oral suspek HIV, DM tipe 2, Acute
Kidney Injury (AKI) dd/ acute on CKD, hiperkalemia, hiponatremia, anemia,
trombositosis dd MPD (Mieloproliferatif Disease).
Diagnosa hepatomegali ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Poin positif pada pasien ini yakni berupa gejala
nyeri perut kanan atas dan pada pemeriksaan fisik hepar bisa diraba/dirasakan
melalui dinding perut. Selain itu, pada bagian belakang perut pasien terdapat
benjolan yang keras sehingga diduga sebagai suspek hepatoma (kanker hati).
Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan untuk membantu menentukan
dalam menghasilkan efek analgesik diduga dengan mengikat secara selektif pada
subunit alfa-2-delta pada kanal kalsium tipe-L sehingga mengurangi influks Ca2+
kedalam
ujung
saraf
presinaptik
yang
akan
menghambat
pelepasan
dengan
penyakit
utama
pasien
yaitu
hepatomegali
yang
penggunaan ondansetron tidak tepat untuk pasien ini dan termasuk dalam DRP
dengan kategori obat tanpa indikasi.
Pasien diberi terapi antibiotik yaitu ceftriaxon dengan dosis 2 x 2gr,
antibiotik ini diberikan karena menunjukkan adanya infeksi yang menyebabkan
hepatomegali suspek hepatoma hal tersebut juga dapat dilihat dari data
laboratorium yang menunjukkan adanya peningkatan leukosit pada pemeriksaan
hematologi. Pada tanggal 9 agustus 2012 ceftriaxon dihentikan dan diganti
menjadi cefpirom dengan dosis 2 x 1gr. Adanya pergantian antibiotik sefalosforin
ini disebabkan oleh tidak adanya perbaikan infeksi yang diderita oleh pasien. Hal
ini ditunjukkan dari hasil pemeriksaan leukosit pasien tidak menunjukkan
perubahan yang bermakna dari pemeriksaan tanggal 4 hingga 6 Agustus 2012.
Setelah dilakukan pergantian obat dari ceftriaxon menjadi cefpirom pada tanggal
9 Agustus 2012 menunjukkan perubahan yang bermakna terlihat dari hasil
pemeriksaan leukosit pada tanggal 10 Agustus 2012. Pemilihan obat
ini
disebabkan karena cefpirom memiliki spektrum yang lebih luas jika dibandingkan
dengan ceftriaxon sehingga akan menghasilkan efektivitas yang lebih besar
terhadap infeksi bakteri. Selain itu cefpirom termasuk generasi keempat, yang
aktif dalam melawan bakteri gram positif dan gram negatif dan juga sebagai
antibiotik yang paling potensial di antara obat-obat dalam mengobati beberapa
infeksi serius daripada ceftriaxon. Sehingga pada kasus ini dipilihkan cefpirom
sebagai antibiotik yang digunakan sebagai terapi untuk pasien dengan
hepatomegali suspek hepatoma.
Pada tanggal 8 Agustus 2012 hingga tanggal 14 Agustus 2012 pasien
mendapatkan neurobion 5000 yang diberikan 1x1 tablet dalam sehari. Neurobion
berisi vitamin B kompleks yang memiliki banyak fungsi seperti meningkatkan dan
menjaga fungsi metabolisme, menjaga kesehatan kulit, rambut, dan tonus otot,
serta meningkatkan dan menjaga sistem imun dan sistem saraf tubuh. Neurobion
bagi pasien ini membantu untuk menanggulangi gejala nyeri otot dimana pasien
mengeluh nyeri di kaki kanannya. Neurobion mengandung vitamin B kompleks
yang dapat membantu kerja saraf dan otot sehingga mampu mengatasi keluhan
pasien. Vitamin B mampu larut dalam air maka dengan mudah dapat
diekskresikan kedalam urin sehingga jarang terjadi penimbunan yang berbahaya.
nyeri
neuropatik
perifer.
Sehingga
sebaiknya
penggunaan
mecobalamin dihentikan karena dosis mecobalamin disini juga jauh lebih rendah
dibanding neurobion.
Pada malam hari tanggal 7 Agustus 2012, pasien mengalami demam
karena hasil pemeriksaan suhu badan pasien 38,2C, tetapi pasien tidak
mendapatkan terapi untuk mengobati demam pasien. Sehingga dapat dikatakan
adanya DRPs indikasi tanpa obat. Barulah pada tanggal 9 Agustus 2012, pasien
mendapat antipiretik berupa parasetamol yang diberikan 3x500 mg.
Pada tanggal 13 Agustus 2012, pasien mulai diberikan metronidazol drip
3x500 mg. Pemberian metronidazol diindikasikan untuk mengobati abses
retroperitoneal pasien. Abses retroperitoneal adalah bentuk infeksi yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistim gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses
supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel
inflamasi atau sel darah di dalam parenkim. Metronidazol merupakan terapi
pilihan utama untuk abses, karena metronidazol membunuh bakteri anaerob &
amebisid jaringan dan mampu melakukan penetrasi ke dalam kavitas abses.
Tanggal 4 13 Agustus 2012, pasien mendapatkan injeksi Omeprazole
dengan dosis 1 x 40 mg sehari. Omeprazol merupakan golongan obat antisekresi
yang diindikasikan untuk terapi tukak peptik. Sedangkan berdasarkan dari keluhan
dan SOAP dokter tidak ditemukan adanya gejala gangguan pada lambung.
Apabila pemberian omeprazol ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak
peptik akibat penggunaan NSAID, maka dosis pencegahan yang diperlukan hanya
1 x 20 mg sehari, sehingga sehingga pemberian injeksi omeprazol dianggap
kurang tepat dan termasuk DRP kategori indikasi tanpa obat.
3.3 Kesimpulan
Dari kasus di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil analisa terapi yang diberikan pada pasien sudah sesuai standar dan
literatur, tetapi masih terdapat masalah mengenai pengobatan pasien
(DRPs).
2. Beberapa DRPs yang terjadi pada kasus ini yaitu kegagalan terapi,
indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi dan pemilihan obat yang tidak
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Afgani, A., Roesli, M, R., Martakusumah, H., Arifin, A, Y., 2011, Effect of
Calcium Polystyrene Sulfonate on Potassium Decrease in Chronic Renal
Failure Patients Untreated With Hemodialysis, Jurnal Medika, 03 : 36.
Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Devi, S.U., 2009. Hepatomegaly.
http://api.ning.com/files/Jpa1Qt0LFDQ92BdpbdI85sDVUpEkzQ9rkhNQbwWw46DAEUSeitwuJqVuq3SG2oWmDg9a60xFaIbSi-EI0JQ38aiSqk3*d2cNtA5LY4TdE_/AllAboutHepatomegaly.pdf
diakses tanggal 25 agustus 2012
Guyton, AC. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed : 9 . Jakarta: EGC.
Noer, Sjaifulloh (ed). 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Price and Willson. 2006. Patofisiologi. Ed :6 . Jakarta: EGC.
Raja, Srivinasa. 2005. Combination Therapy For Neuropatic Pain. New English
Journal Medicine. Volume 352;13
Saputro, K.T. 2011. Laporan Pendahuluan Hepatomegali.
http://kepacitan.wordpress.com/2011/02/11/lphepatomegali/