Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang membahas tentang Asuhan keperawatan pada klien Sindrom
Nefrotik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Sistem perkemihan. Makalah ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
Teknologi Kesehatan bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Era Globalisasi ini kita sering mendengar istilah syndrom nefrotik,
hal inilumrah terjadi di kehidupan kita, tetapi kadang kita tidak mengetahui apa
syndromenefrotik itu sebenarnya. Sekarang melalui makalah ini kami akan
membahasmengenai syndrom nefrotik.Syndrome Nefrotik merupakan keadaan klinis
yang ditandai dengan proteinuria,hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya
edema. Kadang-kadang disertaihematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi
glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.Secara
umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder,idiopatik dan
sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun.
Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyakdaripada anak
perempuan.Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena
pada pasien syndrome nefrotic sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pe
menuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan danketrampilan
yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasimasalah yang timbul,
merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencanakeperawatan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakahsudah diatasi atau belum atau perlu
modifikasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit syndrome nefrotik ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan syndrome nefrotik ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit syndrome nefrotik.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan syndrome nefrotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Menurut Donna L. Wong, 2004 : 550, Sindrom Nefrotik adalah status
klinis yang ditandai dengan peningkatan permaebilitas membrane glomerulus
terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif.
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan
gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan
karakteristik proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan
edema.
2.2 Klasifikasi
Menurut Whaley dan Wong, 1999 :
1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal (MCNS : Minimal Change Nephroti
Syndrom)
Kondisi yang sering menyebabkan syndrome nefrotik pada anak usia
sekolah. Anak dengan syndrome nefrotik ini pada biopsy ginjalnya terlihat
hamper normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vascular seperti lupus
eritematosussistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system
endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindrom Nefrotik Kongenital
Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal.
Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala
awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua
pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun pertama kehidupan bayi
jika tidak dilakukan dialysis.
2.3 Etiologi
Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi
menjadi berikut :
1. Sindrom Nefrotik Bawaan
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif
autosom menyebabkan sindrom nefrotik.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit
malaria, penyakit kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia
(trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lainlain. Sebab paling sering sindrom nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis
b) Glomerulonefritis sekunder
1) Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma,
TBC, Lepra
2)
2.4 Manifestasi
1. Proteinuria > 3,5 gr/hari pada dewasa atau 0,05 gr/kg BB/hari pada anakanak.
2. Hipoalbuminemia < 30 gr/l.
3. Edema anasarka. Edema terutama jelas pada kaki, disekitar mata
(periorbital), asites, dan efusi pleura.
4. Hiperlipidemia.
2.5 Patofisiologi
Manifestasi primer sindrom nefrotik adalah plasma protein terutama
albumin kedalam urin. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin,
namun organ ini tidak mampu untuk terus mempertahankannya, jika albumin
terus-menerus hilang melalui ginjal. Akhirnya terjadi hipoalbuminemia.
Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan
peningkatan katabolism albumin di ginjal menyebabkan edema. Sistensi protein di
hati biasanya meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti hilangnya
albumin dalam urin). Hipotensi menunjukkan kehilangan albumin mengakibatkan
penurunan tekanan onkotik dalam saluran darah. Ini mengakibatkan kebocoran
cairan dari dalam darah ke intestitum. Isi dari cairan yang berkurang dalam
saluran darah seterusnya akan mengaktifkan rennin angiotensin oldosteron system
hormone asopresin (ADH) akan dirembes untuk menstabilkan kandungan cairan
dalam saluran darah seperti sediakala.
Meskipun demikian, pengumpulan cairan ini menyebabkan kehilangan
cairan yang terus menerus ke intestitum karena protein terus-menerus hilang ke
dalam urin diikuti dengan kerusakan pada membrane basa glumerulus. Ini
menyebabkan penumpukkan cairan secara berlebih dalam jaringan dan
mengakibatkan edema. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis
lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah
(hiperlipidemia) hal ini menyebabkan intake nutrisi berkurang sehingga
menyebabkan terjadinya malnutrisi. Menurunnya respon immune karena sel
immune tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia,
hyperlipidemia.
2.6 Komplikasi
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal akut
6. Dehidrasi
7. Venous thrombosis
8. Aterosklerosis
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz, Cecily L, 2002 :
1. Uinalisa (protein, eritrosit, silinder)
a) Protein urin meningkat
b) Urinalisis cast hialin dan granular, hematuria
c) Dipstick urin positif untuk protein dan darah
d) Berat jenis urin meningkat
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang
ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik sebagai berikut :
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang
lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya
dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3
gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan
diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya
edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan
hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretik perlu dipantau
kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan
intravaskular berat.
3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney
Disease in Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m 2 luas permukaan
badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4
minggu dilanjutkan pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan
badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam
seminggu (intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4
minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila terjadi relaps
diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi
(maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh.
Bila terjadi relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
makan
2. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan
C. Intervensi
Dx 1:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
makan
a
NOC :
a.
b.
c.
d.
Nutritional Status
Nutritional status : nutrient intake
Nutritional status : food and fluid intake
Weight control
Kriteria Hasil :
Dx 2:
Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan
a NOC :
Dx 3:
Intoleransi aktivitas b.d keletihan
a NOC :
a. Energy conservation
b. Activity tolerance
c. Self care : ADLs
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
NIC
a.
b.
c.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
jaringan perifer, gangguan citra tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, dan
defisit pengetahuan.
3.2 SARAN
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca terutama mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA