I. Identitas Pasien
Nama
: Tn. MN
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 60 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Status perkawinan
: Menikah
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Tanggal masuk
: 27 September 2016
Tanggal dikasuskan
: 28 September 2016
: 207748
II. Anamnesis
Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 28 September 2016 pukul 10.00 WIB
bertempat di ruang Ruby kamar 511, RS MH.Thamrin.
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien merupakan pasien rujukan dari poli dr. Nurhayana di RS Pelabuhan Jakarta
Pasien datang ke poli saraf pada tanggal 27 September 2016 dengan keluhan lemah sisi
tubuh sebelah kanan, sejah hari kamis tanggal 22 September 2016 saat pasien bangun
tidur di pagi hari. Keluhan ini dirasakan terus menerus oleh pasien.
Sebelumnya pasien sudah kontrol ke klinik dokter umum pada hari Jumat. Dari klinik
pasien hanya mendapat obat darah tinggi saja, dan tidak merasakan perbaikan setelah
mengkonsumsi obat tersebut.
Selain keluhannya ini pasien juga merasa bicaranya cadel, dan merasakan sulit menelan
dan tersedak bila minum.
Keluhan sakit kepala, demam, mual, muntah, dan kejang disangkat pasien.
: disangkal
Darah tinggi
: (+) sejak 6 bulan yang lalu, tidak teratur kontrol dan minum obat
Kencing manis
: (+) sejak 6 bulan yang lalu, tidak teratur kontrol dan minum obat
Penyakit kolesterol
: disangkal
Asma
: disangkal
Parkinson
: disangkal
Kejang
: disangkal
Penyakit jantung
: disangkal
TBC
: disangkal
Anemia
: disangkal
: disangkal
Keadaan Umum
Kesadaran
TD
Nadi
RR
Suhu
Berat badan
Tinggi badan
Status gizi
Kulit
Kepala
Mata
: 20 x/menit
: 36,2 C (aksila)
: tidak diukur
: tidak diukur
: kesan normal
: pucat(-), sianosis(-), ikterik(-)
: Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), raccoon eyes (-/-),
pupil bulat di tengah, isokor, diameter 3 mm/3 mm, reflex cahaya langsung (+/+),
tarik daun telinga (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), battle sign
(-/-), Otorrhea (-/-)
Mulut
: Sulcus nasolabialis asimetris, bibir kering (-), sianosis (-)
Leher
: jejas trauma (-), trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-),
Thorax
Inspeksi
Depan
Bentuk
dada
normal,
Belakang
tidak Letak dan
bentuk
vertebrae
dan
dapat
simetris
Sonor di lapang paru kanan dan Sonor di lapang paru kanan dan kiri
kiri
Auskultasi Suara dasar vesikuler
ditemukan
baik
suara
ronkhi
napas
maupun
kiri
Abdomen
Inspeksi
Kulit
Umbilikus
Kontur abdomen
Peristaltik
Pulsasi
Auskultasi
Bising usus
Bruit/desiran
Simetris, mendatar
Di abdomen tidak tampak
Di epigastrium tidak tampak
(+) Normal
Tidak terdengar adanya bruit pada Aorta maupun A.
Renalis
Perkusi
Distribusi gas, massa, cairan
Liver span
Castle sign
Nyeri ketok CVA ginjal
Palpasi
Palpasi superfisial
tahanan
Nyeri tekan (-)
abdomen
Hepar tidak teraba membesar
Lien tidak teraba
Ballotement ginjal kanan,kiri tidak teraba
Ascites
Negatif
Negatif
Ekstremitas
Superior
Inferior
4
-/-/-/-/-/Hangat
-/-/-/-/-/Hangat
Kanan
(-)
(-)
>70
(-)
Kiri
(-)
(-)
>70
(-)
Pemeriksaan
Tes penciuman
Visus
Lapang pandang
Funduskopi
Pemeriksaan pupil
Refleks cahaya langsung
N.
occulomotorius
(III),
N. trochlearis (IV),
N. abducens (VI)
N. trigeminus (V)
nistagmus
Kanan
Tidak dilakukan
6/6
Sulit dinilai
Tidak dilakukan
Bentuk
bulat,
Kiri
ukuran 3 mm
ukuran 3 mm
(+)
(+)
simetris,
Bentuk
strabismus
bulat,
(-)/(-),
exopthalmus (-)/(-),
enopthalmus (-)/(-)
Normal
Normal
(-)
spontan
Tes sensibilitas (cabang Kesan normal
oftalmik,
6/6
Sulit dinilai
Normal
(-)
Kesan normal
maksilaris,
5
mandibularis)
Membuka mulut
Menggerakkan rahang
Dapat
Dapat,
Menggigit
Raut muka
sama kuat
Dapat
Raut
muka
Dapat
kesan Dapat
kesan
sama kuat
Dapat
simetris.
Sulkus
kesan
Mengangkat alis
simetris
Dapat,
kesan
Lagophtalmus
Menggembungkan pipi
Menyeringai
Tes sensibilitas
simetris
simetris
Tidak ada
Tidak ada
Dapat, tidak ada yang bocor
Sulkus nasolabialis kanan tertinggal
Kesan normal
Kesan normal
Membuka mulut
Menggerakkan rahang
Dapat
Dapat,
N. fascialis (VII)
N. trigeminus (V)
simetris
kesan Dapat,
Dapat
kesan Dapat
kesan
sama kuat
sama kuat
Menggigit
dapat
Dapat
Tes gesekan jari
Kanan sama dengan kiri
Tes rinne, tes weber, tes Tidak dilakukan
N.
vestibulo- schwabach
Tes
Romberg
cochlearis (VIII)
Romberg
dan
yang Tidak dilakukan
dipertajam
Kualitas suara
Sengau
Menelan
Mengejan
palatum
N.glossopharyngeus Kedudukan
mole, arcus pharynx dan
(IX) dan
N. vagus (X)
uvula saat istirahat
Kedudukan
Baik
Tidak ada
Dapat
Dapat
Kesan simetris, uvula di tengah
palatum
Dapat
sternocleidomastoideus)
6
saat
Dapat
Simetris
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal, kesan simetris
Ekstremitas Atas
Kanan
Kiri
(-)
(-)
Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (28 September 2016)
7
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hemoglobin
10.4
g/dL
13.0-16.0
Hematokrit
30.8
40-48
Leukosit
8.02
ribu/l
3.80-10.6
Eritrosit
3.67
ribu/l
5-10
Trombosit
292
ribu/l
150-400
82
mm/jam
0-15
Basophil
0.2
0-1
Eosinophil
6.5
2-4
Neutrophile staff
3-5
Neutrophile segment
71.3
36-66
Lymphosit
15.2
18-48.3
Monosit
6.8
4.40-12.7
MCV
83.7
fL
82-92
MCH
28.3
Pg
27-31
MCHC
33.8
32-36
AST (SGOT)
12
U/L
<35
ALT (SGPT)
20
U/L
<31
Ureum
84
mg/dl
17-50
Kreatinin
3.2
mg/dl
0.75-1.35
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Index eritrosit
Kimia klinik
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Diabetes
GDS
309
mg/dl
<145
Pemeriksaan EKG
Resume
Telah diperiksa seorang laki-laki, 60 tahun, datang dengan kelemahan sisi kanan tubuh dan sulit
menelan yang disertai dengan suara cadel sejak hari kamis tanggal 22 September 2016 saat
pasien bangun tidur di pagi hari.
Pada pemeriksaan fisik pada tanggal 28 September 2016 didapatkan pasien apatis, GCS: E4 M6
V5, tekanan darah lengan atas kanan150/100 mmHg, tanda rangsang meningeal negatif, paresis
nervus VII sentral, hemiparesis dekstra, dengan kekuatan tungkai kanan 4-4-4-4 dan tungkai kiri
5-5-5-5.
Skoring
1. Siriraj Score
Kesadaran (x2,5)
Muntah (x2)
CM
Mengantuk
Semicoma, coma
Tidak
Ya
0
9
Tidak
Satu/ lebih
3
-12
10
Skor Siriraj
Interpretasi skor :
SS < - 1 (SNH)
- 1 < SS < 1 (meragukan CT scan)
SS > 1 (SH)
2. Skor Gajah Mada
Intepretasi
3. Skor Hasanuddin
No.
KRITERIA
SKOR
11
1.
2.
3.
4.
5.
Tekanan Darah
- Sistole 200 ; Diastole 110
- Sistole < 200 ; Diastole < 110
7,5
1
Waktu Serangan
- Sedang beraktivitas
- Tidak sedang beraktivitas
6,5
1
Sakit Kepala
- Sangat hebat
- Hebat
- Ringan
- Tidak ada
10
7,5
1
0
Kesadaran Menurun
- Langsung, beberapa menit s/d 1 jam setelah onset
- 1 jam s/d 24 jam setelah onset
- Sesaat tapi pulih kembali
- 24 jam setelah onset
- Tidak ada
10
7,5
6
1
0
Muntah Proyektil
- Langsung, beberapa menit s/d 1 jam setelah onset
- 1 jam s/d < 24 jam setelah onset
- 24 jam setelah onset
- Tidak ada
10
7,5
1
0
Total skor
Interpretasi
Diagnosis
Klinis
Hemiparesis dekstra
Paresis nervus VII sentral
Topis
Etiologi
Stroke non-hemoragik
12
Diagnosis tambahan:
Hipertensi grade I
Penatalaksanaan
Medikamentosa
13
Prognosis
1. Indeks Barthel
1.
2.
10
4.
5.
7.
5
membasuh muka, menyisir, menyikat gigi, mencukur secara mandiri
0
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
Penggunaan Kamar Kecil (toilet use)
10 mandiri untuk melakukan semua aktivitas di kamar kecil
5
membutuhkan bantuan untuk menyeimbangkan badan, membuka/memakai
pakaian dan saat membersihkan diri
0
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
Makan (feeding)
10 dapat melayani segala kebutuhan makan (mengambil peralatan, ambil lauk
5
mentega
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
Pindah dari tempat duduk ke tempat tidur dan sebaliknya (chair/bed transfer)
15 mandiri termasuk mengunci kursi roda dan mengangkat pijakan kaki
10 bantuan minimal, umumnya untuk pendamping
5
mampu duduk sendiri tapi butuh bantuan saat akan pindah tempat (misal:
dari tempat duduk ke tempat tidur)
0
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
Berjalan (ambulation)
15 berjalan sendiri dengan jarak sekitar 50 yards. Kadang butuh bantuan kecuali
untuk berjalan dengan bertumpu pada roda untuk berjalan (rolling walker)
10 butuh bantuan untuk berjalan sejauh 50 yards
5
mempergunakan kursi roda untuk jarak 50 yards, kecuali tidak bisa berjalan
0
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
8. Berpakaian (dressing)
10 mandiri. Seperti mengikat tali sepatu, mengancingkan baju
5
butuh bantuan, tetapi tidak semuanya, dan dikerjakan dengan pelan pelan
0
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
9. Naik tangga (stair climbing)
10 mandiri. Kadang perlu bantuan alat (misalnya tongkat)
5
perlu bantuan atau pengawasan (ada yang menemani)
0
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
10. Mandi (bathing)
5
mandiri tanpa bantuan
0
penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
Total nilai 0
Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Follow up
24 Agustus 2016
S
Demam, penurunan kesadaran
O
Kesadaran: somnolen
GCS: E3M4Vafasia motorik
TD: 142/97mmHg
HR: 92x/menit
RR: 18x/menit
T: 37,5 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
Analisa Gas Darah
pH 7.470 (H)
pCO2 40.0 (N)
p O2 107 (H)
HCO3 29.9 (H)
O2 sat 99
Base excess 5.2 (H)
Kesan: metabolik alkalosis
A
Post kraniotomi H+1 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
hemoragik
P
25 Agustus 2016
S
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M5Vafasia motorik
TD: 157/101mmHg
HR: 86x/menit
RR: 17x/menit
T: 36,8 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
A
Post kraniotomi H+2 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
P
hemoragik
Manitol di tapering off per hari 3x125 3x125 1x125 - stop, terapi lain
lanjut, cek darah rutin, elektrolit, analisa gas darah
16
26 Agustus 2016
S
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M5Vafasia motorik
TD: 170/102mmHg
HR: 82x/menit
RR: 17x/menit
T: 36,5 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
Laboratorium:
Leukosit 14.940 (H)
Eritrosit 3.82 (L)
Hb 11.4 (L)
Ht 33.8 (L)
Trombosit 225
Analisa gas darah:
pH 7.490 (H)
pCO2 39
pO2 128 (H)
HCO3 29.8 (H)
O2 sat 99
Base excess 5.6 (H)
Elektrolit:
Na 140.82
K 2.71
Cl 109.22
A
Post kraniotomi H+3 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
P
hemoragik
Terapi lanjut, observasi tekanan darah, kontak speech therapy dan fisioterapi
pasif. Bila keadaan pasien stabil boleh pindah ke stroke unit
17
27 Agustus 2016
S
Drain kraniotomi dicabut pasien
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M6Vafasia motorik
TD: 178/105 mmHg
HR: 88x/menit
RR: 17x/menit
T: 36,5 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
A
Post kraniotomi H+4 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
P
hemoragik
- Balut tekan
- Amlodipin 1x10 mg
-Terapi lain lanjut
- cek elektrolit ulang, rencana tes menelan, bila dapat menelan maka NGT
dapat di aff
29 Agustus 2016
S
CVP tercabut pasien
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M6Vafasia motorik
TD: 167/100 mmHg
HR: 79x/menit
RR: 21x/menit
T: 37,0 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
A
Post kraniotomi H+6 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
P
hemoragik
- Terapi vit k, vit. C, tramadol stop. Terapi lain lanjut
30 Agustus 2016
S
Demam
O
Kesadaran: compos mentis
18
A
P
31 Agustus 2016
S
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M6Vafasia motorik
TD: 134/76 mmHg
HR: 84x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,9 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
A
Post kraniotomi H+8 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
P
hemoragik
- Terapi pronalges kalo perlu
- Omeprazole diganti oral, 2x1
- Methylprednisolon diganti phitoin 100 mg, 3x1
- Meropenem diganti cefixime
- Terapi lain lanjut
- Acc pindah ruangan
1 September 2016
S
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M6Vafasia motorik
TD: 140/80 mmHg
19
A
P
HR: 82x/menit
RR: 17x/menit
T: 37,0 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
Post kraniotomi H+9 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
hemoragik
- Terapi siprol, acetensa, nimotop stop
- Amlodipin diganti canderin 1x8 mg (malam)
- Terapi lain lanjut
- Mobilisasi 60, selanjutnya 90
2 September 2016
S
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M6Vafasia motorik
TD: 140/80 mmHg
HR: 83x/menit
RR: 19x/menit
T: 36,5 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
A
Post kraniotomi H+10 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
P
hemoragik
- Terapi lanjut
- Saran CT scan kepala ulang
3 September 2016
S
O
Kesadaran: compos mentis
GCS: E4M6Vafasia motorik
TD: 140/80 mmHg
HR: 73x/menit
20
RR: 19x/menit
T: 36,6 C
hemiparesis dextra, paresis nervus VII sentral, paresis nervus XII
Post kraniotomi H+11 atas indikasi intracerebral hemorrhage et causa stroke
hemoragik
- Pasien boleh pulang
Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Definisi stroke berdasarkan standard World Health Organisation (WHO) adalah defisit
neurologis fokal maupun global, yang ditandai dengan onset mendadak dan belangsung lebih
dari 24 jam (atau berujung kepada kematian), dan diasumsikan memiliki penyebab vaskular.
21
Diagnosis stroke sendiri adalah suatu diagnosis klinis dan bukan berdasarkan pemeriksaan
radiologi.1
Berdasarkan definisi standar WHO maka kejadian yang dieksklusi dari definisi stroke
tersebut adalah: Transient ischemic attack
perdarahan subdural, perdarahan epidural, keracunan, gejala akibat trauma. Kata global
merujuk pada pasien dengan perdarahan subarachnoid atau koma dalam tetapi tidak termasuk
koma akibat penyebab vaskular sistemis seperti: syok, sindroma Stokes-adams, hiperstensif
ensefalopati.1
2. Anatomi vaskular
Terdapat dua sikulasi utama yang mensuplai darah ke otak, yaitu sirkulasi anterior
(sirkulasi karotis) dan sikulasi posterior (sirkulasi vertebra-basilar). Sirkulasi anterior mensuplai
hemisfer serebrum kecual pada lobus medial temporal dan sebagian lobus oksipital. Sirkulasi
posterior mensuplai batang otak, thalamus, serebelum, dan bagian posterior dari hemisfer
serebral.2
22
23
15% dari seluruh stroke dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi daripada stroke non
hemoragik infark cerebral. 2
4. Klasifikasi
Berdasarkan WHO, stroke diklasifikasikan menjadi tiga sub grup yaitu:
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena terjadinya oklusi yang sifatnya mendadak
pada arteri yang mensuplai otak. Stroke iskemik disebabkan karena terbentuknya trombus pada:
langsung pada daerah terjadinya oklusi (stroke iskemik trombotik) maupun pada daerah sirkulasi
lain tetapi sumbatan mengikuti aliran darah dan menyebabkan penyumbatan di daerah lain
(stroke iskemik emboli). 1
2. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan dari arteri yang kemudian mengenai jaringan otak.
3. Perdarahan subaraknoid.
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan arterial diantara dua meningen yaitu pia mater dan
araknoidea.
Menentukan diagnosis tipe stroke berdasarkan neuroimaging dan pada kasus perdarahan
subaraknoid berdasarkan pungsi lumbal.1
Klasifikasi berdasarkan kejadian stroke:
1. First ever stroke event
Kejadian stroke pada individu yang sebelumnya tidak pernah mengalami stroke. Riwayat
Transient Ischemic Attack (TIA) tidak termasuk karena terjadinya kurang dari 24 jam.
2. Reccurent stroke
Kejadian stroke harus memenuhi syarat definisi stroke sesuai standar WHO dan didapatkan
adanya:
a. kejadian sebelumnya pada area otak dengan distribusi arteri yang sama terjadi 29 hari
sebelumnya atau lebih, ATAU
b. kejadian baru pada teritori arteri yang berbeda pada kejadian sebelumnya terjadi 28 hari
atau kurang
Klasifikasi berdasarkan sindroma stroke4:
24
26
27
Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala disebut
sakit kepala thunderclap).
Penglihatan ganda.
8. Pemeriksaan Penunjang
Semua pasien dengan suspek stroke akut jarus dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
dibawah ini saat masuk ke unit gawat darurat yang meliputi
1. Elektrokardiogram (EKG) (AHA/ASA, Class I, Level of Evidence B)
2. Pencitraan otak : CT (ESO, Class IA) non kontras atau MRI (ESO, Class II) \
3. Pemeriksaan laboratorium darah antara lain, hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi
ginjal (ereum, kreatinin). Activated Partial Thrombin Time (APTT), Phrotrombin Time (PT),
INR (AHA.ASA, Class I, Level of Evidence B). Pemeriksaan laboratorium di ruang gawat antara
lain gula darah puasa dan 2 jam setelah makan, profil lipid, C-Reactive Protein (CRP), laju endap
darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti : enzim jantung (troponin / CKMB), serum
elektrolit, analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit
Pemeriksaan tambahan yang disesuaikan dengan indikasi (sebagian dapat dapat
dilakukan diruang rawat) meliputi:
1. Duplex/ Doppler ultrasound ekstrakranial dan transkranial
2. MRA atau CTA
3. MR difusi dan perfusi atau C I perfusi
4. Ekokardiografi (transthoracic clan/ atau transoesophageat)
5. Foto rontgen dada
6. Saturasi oksigen dan analisis gas darah
7. Pungsi lumbal jika dicurigai adanya perdarahan subaraknoid dan CT scan tidak ditemukan
adanya perdarahan
28
29
Vitamin K 10 mg IV diberikan pada penderita dengan peningkatan INR dan diberikan dalam
waktu yang sma dengan terapi yang lain karena efek akan timbul 6 jam kemudian. Kecepatan
pemberian <1 mg/menit untuk meminimalkan risiko anafilaksis.
FFP 2-6 unit diberikan untuk mengoreksi defisiensi factor pembekuan darah bila ditemukan
sehingga dengan cepat memperbaiki INR atau aPTT. Terapi FFP ini untuk mengganti pada
kehilangan factor koagulasi.2,3,4
d. Faktor VIIa rekobinan tidak mengganti semua factor pembekuan, dan walaupun INR menurun,
pembekuan bias jadi tidak membaik. Oleh karena itu, factor VIIa rekombinan tidak secara rutin
direkomendasikan sebagai agen tunggal untuk mengganti antikoagulan oral pada perdarahan
intracranial. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C). Walaupun factor VII a rekombinan
dapat membatasi perluasan hematoma pada pasien ICH tanpa koagulopati, risiko kejadian
tromboemboli akan meningkat dengan factor VIIa rekombinan dan tidak ada keuntungan nyata
pada pasien yang tidak terseleksi (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A).
e. Kegunaan dari transfuse trombosit pada pasien perdarahan intracranial dengan riwayat
penggunaan antiplatelet masih tidak jelas dan dalam tahap penelitian(AHA/ASA, Class IIb,
Level of evidence B).
f. Untuk mencegah tromboemboli vena pada pasien dengan perdarahan intracranial, sebaiknya
mendapat pneumatic intermittent compression selain dengan stoking elastis (AHA/ASA, Class I,
Level of evidence B).
g. Setelah dokumentai penghentian perdarahan LMWH atau UFH subkutan dosis rendah dapat
dipertimbangkan untuk pencegahan tromboembolin vena pada pasien dengan mobilitas yang
kurang setelah satu hingga empat hari pascaawitan (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence B).
h. Efek heparin dapat diatasi dengan pemberian proamin sulfat 10-50 mg IV dalam waktu 1-3
menit. Penderita dengan pemberian protamin sulfat perlu pengawasan ketat untuk melihat tandatanda hipersensitif (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).
3. Tekanan Darah
1. Pada pasien ICH dengan tekanan darah sistolik diantara 150 dan 220 mmHg, dan tanpa ada
kontraindikasi, maka penurunan tekanan darah sistolik sampai 140 adalah aman (I, A) dan dapat
efektif dalam meningkatkan hasil fungsional (Class IIa, level of evidence B)
30
2. Pada pasien ICH dengan tekanan darah sistolik > 220 mmHg, dapat dipertimbangkan
penurunan tekanan darah secara agresif dengan penggunaan infus intravena dan monitor tekanan
darah berkala (Class IIb, level of evidence C)
4. Penanganan di Rumah Sakit dan Pencegahaan Kerusakan Otak Sekunder
a. Pemantauan awal dan penanganan pasien penrdarahan intracranial sebaiknya dilakukan di ICU
dengan dokter dan perawat yang memiliki keahlian perawatan intensif neurosains (AHA/ASA,
Class I, Level of evidence B).
4. Penanganan Glukosa
Glukosa harus dimonitor dan keadaan hiperglikemia maupun hipoglikemia sebaiknya dihindari
(AHA/ASA, Class I, Level of evidence C)
5. Obat kejang dan antiepilepsi
Kejang sebaiknya diterapi dengan obat antiepilepsi (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).
Pemantauan EEG secara kontinu dapat diindikasikan pada pasien perdarahan intrakrranial
dengan kesadaran menurun tanpa mempertimbangkan kerusakan otak yang terjadi. (AHA/ASA,
Class IIa, Level of evidence B). Pasien dengan perubahan status kesadaran yang didapatkan
gelombang epiloptogenik pada EEG sebaiknya diterapi dengan obat antiepilepsi (AHA/ASA,
Class IIa Level of evidence C). Pemberian antikonvulsan profilaksis tidak direkomendasikan.
(AHA/ASA, Class III, Level of evidence B).1
6. Prosedur/ Operasi
1. Pasien dengan perdarahan serebellar yang secara neurologi mengalami perburukan atau
adanya kompresi batang otak dan/atau hidrosefalus dari obstruksi ventricular harus menjalani
evakuasi perdarahan secara pembedahan secepatnya. Tatalaksana awal pasien dengan
menggunakan drainasi ventricular dibandingkan evakuasi pembedahan tidak direkomendasikan.
2. Pada pasien dengan supratentorial ICH, kegunaan pembedahan tidak cukup bukti.
3. Evakuasi awal hematom tidak secara jelas lebih bermandaat dibandingkan evakuasi hematoma
ketika pasien mengalami perburukan.
4. Evakuasi hematoma supratentorial pada pasien dapat dipertimbangkan sebagai tatalaksana
life-saving.
31
5. DC dengan atau tanpa evakuasi hematoma dapat menurunkan mortalitas untuk pasien dengan
ICH supratentorial dengan koma, memiliki hematoma besar yang menyebabkan midline shift,
atau dengan peningkatan ICP refrakter terhadap tatalaksana medis.
6.Efekstifitas dari evakuasi bekuan darah secara minimal infasif menggunakan stereotactic atau
endoskopik aspirasi dengan atau tanpa penggunaan trombolitik masih tidak jelas.
6. Rehabilitasi dan pemulihan
1. Ketika mempertimbangkan resiko seorang pasien untuk terjadinya ICH rekuren, fator resiko
yang perlu dipertimbangkan adalah: lokasi lobus yang terkena ICH awal, usia lanjut, jumlah
perdarahan mikro pada echo MRI, pengunaan antikoagulan, adanya apolipoprotein E E 2 atau
4 alleles.
2. Tekanan darah harus terkontrol pada semua pasien ICH. Tatalaksana untuk mengontrol
tekanan darah harus dimulai segera setelah onset ICH.
32
Daftar Pustaka
1. World Health Organization (2006). WHO STEPS Stroke Manual: The WHO STEPwise
approach to stroke surveillance. Geneva, World Health Organization.
2. Overview of Stroke [Internet]. Merck Manuals Professional Edition. 2016 [cited 30 September
2016].
Available
from:
https://www.merckmanuals.com/professional/neurologic-
disorders/stroke-cva/overview-of-stroke
3. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview. Accessed on : 30 August 2016
4. Moheen A, Katzan I. Stroke [Internet]. Clevelandclinicmeded.com. 2016 [cited 1 September
2016].
Available
from:
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/neurology/ischemicstroke/
5. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York. Thieme
Stuttgart. 2000.
6. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta, 2007
7. Ropper AH, Brown RH. Adams dan Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4. Major
Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New York.2005
8.
Drislane,
Frank.
Blueprints
Neurology.
4th
ed.
Philadelphia:
Wolters
Kluwer
33