Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NI LUH PUTU WAHYU WIDYAPSARI

NIM

: 142140171

KELAS : EA-C

GOOD CORPORATE GOVERMANCE (GCG)


A. ORGAN KHUSUS DALAM PENERAPAN GCG
Meskipun ketentuan mangenai organ perseroan telah diatur dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas Nomor 47 Tahun 2007 dan selanjutnya dituang kembali di dalanm
Anggaran Dasar Perseroan, namun dalam praktiknya organ ini belum mampu menjamin
terselenggaranya tata kelola perusahaan yang sehat.
Indara Surya dan Ivan Yustiavananda (2006) menyebutkan paling tidak diperlukan empat
organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu:
1. Komisaris dan Direktur Independen
Istilah independent sering di artikan sebagai merdeka, bebas, tidak memihak,
tidak dalam tekanan pihak tertentu, netral, objektif, punya integritas, dan tidak dalam
posisi

konflik

kepentingan.

Indra

Surya

dan

Ican

Yustiavandana

(2006)

mengungkapkan ada dua pengertian independent terkait dengan konsep komisaris dan
direktur independent tersebut.
Pertama, Komisaris dan Direktur Independen adalah seseorang yang ditunjuk
untuk mewakili pemegang saham independen (pemegang saham minoritas).
Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perseroan, anggota Direksi dan Komisaris
diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, sedangkan keputusan yang diambil dalam
RUPS didasarkan atas perbandingan jumlah suara para pemegang saham Kedua,
Komisaris dan Direktur Independen adalah pihak yang ditunjuk tidak dalam kapasitas
mewakili pihak manapun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang
pengetahuan, pengalaman dan keahlian hokumlonal yang dimilikinya untuk
sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan. Keberadaan Komisaris
Independen telah diatur Bursa Efek Indonesia melalui peraturan BEI sejak tanggal 20
Juli 2001 mengenai beberapa hokuml tentang Komisaris Independen adalah sebagai
berikut:

Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang


saham Pengendali Perusahaan tercatat yang bersangkutan sekurangkurangnya enam bulan sebelum menunjukkan sebagai direktur tidak
terafiliasi.

Tidak memiliki hubungan afiliasi Komisaris

perusahaan Tercatat yang bersangkutan.


Tidak bekerja rangkap sebagai direksi pada perusahaan lain
Tidak menjadi Orang Dalam pada lembaga atau profesi perpanjang pada

dan Direktur lainnya dari

pasar modal yang jasanya digunakan oleh Perusahaan Tercatat selama enam
bulan sebelum penunjukan sebagai direktur
2. Komita Audit
Undang-Undang Perseroan terbatas Pasal 121 memunginkan Dewan
Komisaris untuk membentuk komite tertentu yang dianggap perlu untuk membantu
tugas pengawasan yang diperlukan. Salah satu komite tambahan yang kini banyak
muncul untukmembantu fungsi Dewan Komisaris adalah Komite Audit. Munculnya
komite audit ini barangkali disebabkan kecenderungan makin meningkatnya berbagai
skandal penyelewengan dan kelalaian yang dilakukan para direktur dan komisaris
yang menandakan kurang memadainya fungsi pengawasan.
Sebagimana dinyatakan oleh Hasnati (dalam Indra Surya dan Ivan
Yustiavandana, 2006), tugas, tanggung jawab, dan wewenang komite audit adalah
membantu dewan komisaris, antara lain:
1. Mendorong terbentuknya struktur pengendalian intern yang memadai (prinsip
tanggung jawab).
2. Meningkatkan kualitas

keterbukaan

dan

laporan

keuangan

(prinsip

transparansi)
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan audit eksternal, kewajaran biaya audit
ekstenal, serta kemandirian dan objektivitas audit eksternal. (prinsip
akuntabilitas)
4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama
tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit (prinsip tanggung jawab).
Selanjutnya Forum for Corporate Governance in Indonesia dan YPPMI
Institutemenyebutkan syarat-syarat untuk menjadi anggota Komite Audit adalah:
a. Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Direksi
b. Terdiri atas sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Komisaris Independen dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota berasal dari luar Emiten atau
perusahaan public.
c. Memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang
memadai sesuai latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi
dengan baik.

d. Salah satu dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan
keuangan dan akuntansi.
e. Memilki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan
keuangan.
f. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa
Audit dan/atau non-audit pada Emiten atau perusahaan public yang
bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris
sebagaiaman dimaksud dalam Peraturan VIII.A.2. tentang Independensi
Akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal.
g. Bukan merupakan karyawan kunci Emiten atau perushaan public dalan satu
tahun terakhir sebelum diangkat komisaris.
h. Tidak mempunyai saham baik langsung mapun tidak langsung pada emiten
atau perusaah public. Dalam hal komite audit memperloeh saham akibat suatu
peristiwa hokum, maka dalam jangka waktu paling lama enam bulan setelah
diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain.
i. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten, Komisaris, Direktu, atau
Pemegang Saham Utama.
j. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten.
k. Tidak merangkap sebagai anggota Komite Audit pada Emiten atau perusahaan
public lain pada periode yang sama
l. Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai Sekretaris Perusahaan Audit.
3. Sekretaris Perusahaan
Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan
strategis karena orang dalam jabatan ini berfungsi sebagai pejabat penghubung
(liason officer) tau semacam public relations/ investor relations antara perusahaan
dengan pihak diluar perusahaan.tugas utama sekretaris perusahaan antara lain
menyimpan dokumen perusahaan, Daftar Pemegang Saham, risalah rapat direksi dan
RUPS, serta menyimpan dan menyediakan informasi penting lainnya bagi
kepentingan seluruh pemangku kepentingan.
B. GCG DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
Pada awalnya tujuan dibentuknya BUMN adalah merupakan penjabaran dan
implementasi pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi Bumi dan air kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Berdasarkan peraturan yang ada, dapat dibedakan tiga jenis bentuk
hokum BUMN yaitu Persero, Perusahaan Umum (Perum), dan perusahaan jawatan (Perjan).
Tjager dkk (2003) selanjutnya mengungkapkan bahwa rendahnya kinerja BUMN ini ada

kaitannya dengan belum efektifnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik di BUMN
tersebut. Contohnya pemberian remunerasi yang berlebihan kepada direksi. Tujuan GCG
diatur dalam pasal 4 adalah:
Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan
memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan, dan efesien, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemendirian organ.
Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab social
BUMN terhadap para pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan di
sekitar BUMN.
Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
Menyukseskan program privatisasi.
C. GCG DAN PENGAWASAN PASAR MODAL DI INDONESIA
Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar dimana berbagai
instrument keuangan jangka panjang hoku diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang terbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.
Keberadaan pasar modal ditentukan oleh lembaga-lembaga penunjang pasar modal, antara
lain : Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Bursa Efek, Lembaga Kliring,
Investor, Akuntan public, Konsultan hukum.
D. GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERBANKAN DI INDONESIA
Menyadari tata kelola perbankan di Indonesia masih lemah, dalam upaya menata
kembali manajemen dan kegiatan perbankan di Indonesia, Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan No 8/4/PBI/2006 pada tanggal 30 januari 2006 tentang implementasi GCG oleh
Bank-bank komersial. Secara garis besar, peraturan ini mengatur tentang :
Prosedur pengelolaan melalui penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung
jawab, independensi dan kesetaraan
Tujuan implementasi GCE, minimal untuk merealisasikan:
Kejelasan tugas dan tanggung jawab Dewan komisaris dan Dewan Dereksi
Kelengkapan dan implementasi tugas komite dan unit pelaksana fungsi internal

audit bank
Kinerja ketaan, fungsi auditor internal dan eksternal
Implementasi manajemen resiko termasuk system pengendalian internal
Ketentuan dalam pihak-pihak terkait dan dana dalam jumlah besar
Rencana strategi bank
Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan
Jumlah komposisi, kriteria dan independensi Dewan Komisaris

Jumlah, komposisi, kriteria dan independensi Dewan Direksi


Komite
Ketaatan, Fungsi Auditor Eksternal dan Internal
Implementasi Management Resiko
Ketentuan Dana
Rencana Strategis Bank
Aspek Transparansi Kondisi Bank
Konflik Kepentingan dan Pelaporan Internal
Laporan dan Asesmen Implementasi GCG
Implementasi GCG di Cabang Luar Negeri
Sanksi-sanksi
Ketentuan Peralihan
Ketentuan Penutup.

SUMBER :
1. Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta
2. http://nyarimakalah.blogspot.co.id/2015/06/makalah-good-corporate-governancedan.html

Anda mungkin juga menyukai