a.
b.
c.
d.
berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2007, jangka waktu pembetulan SPT dibatasi untuk 2 tahun
setelah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UU PPh, Wajib Pajak dapat
melakukan pengkompensasian kerugian fiskal dalam satu tahun pajak ke tahun-tahun
berikutnya paling lama 5 tahun. Jika terdapat SKP, keputusan keberatan, putusan banding
atau putusan peninjauan kembali untuk tahun terjadinya rugi fiskal yang rugi fiskalnya
berbeda, maka tentu saja hal ini akan mengakibatkan perlunya pembetulan SPT tahun tahun
berikutnya di mana kompensasi rugi fiskal dilakukan.
Terkait dengan kompensasi rugi ini Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan yang
telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali
Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi
fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang
akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan
pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
Pasal 38 KUP mengatur tentang ketentuan pidana alpa di mana Wajib Pajak melakukan
pelanggaran kewajiban perpajakan. Jenis pelanggarannya adalah Wajib Pajak alpa untuk :
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut
merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13A.
Bagi Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran jenis ini, walaupun telah dilakukan
tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya
ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap
ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut
dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang
dibayar.
3. Pembetulan SPT atau Tax Amnesty?
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan bila anda memilih pembetulan
SPT, maka aset baru yang dilaporkan dalam SPT akan diperiksa dan ditelusuri asal usulnya
oleh aparat pajak. Bila anda yakin aset itu diperoleh dari penghasilan yang telah dipotong
pajaknya maka tidak masalah. Namun bila aset tersebut didapat dari penghasilan yang tidak
dipotong pajak, maka akan jadi masalah.Apabila anda memilih ikut tax amnesty, maka asal
usul aset yang baru saja anda laporkan tidak akan diusut dan ditelusuri oleh aparat pajak.
Tapi, dalam tax amnesty, anda harus membayar tebusan.
Selain itu, subyek pajak yang tidak perlu mengikuti program pengampunan pajak
melainkan hanya perlu melakukan pembetulan SPT adalah:
1. Jika penghasilan anda di bawah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak = 54jt per
tahun/4.5jt per bulan) meskipun punya harta.
2. Pensiunan yang incomenya cuma dari uang pensiun aja.
3. Punya warisan atau hibah yang belum di laporkan di SPT tahunan.
4. Aset yang dimiliki tidak digunakan untuk penambah penghasilan.