Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biofisika adalah ilmu yang mempelajari tentang fisika dalam tubuh makhluk
hidup (hewan, tumbuhan, dan manusia). Pokok bahasan pada makalah ini difokuskan
pada biolistrik. Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada
organ tubuh. Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu
kelistrikan dan kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik
dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Aktivitas organ dan berbagai sistem
didalam tubuh manusia tidak hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi juga
bekerjasama dalam menanggapi perubahan lingkungan, baik lingkungan dalam
maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia terdapat sistem koordinasi
yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas dan keserasian
kerja antara sistem organ.
Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh salah
satu bagian sel yakni mitokondria dalam proses respirasi dengan kata lain biolistrik
merupakan segala yang berkaitan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh
makhluk hidup. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat dalam tubuh dan medan listrik yang
diasilkan oleh ion-ion dan muatan muatan tersebut serta tegangan yang dihasilkan.
Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh
sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau
biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan
selsel otot (muscle).
Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial
listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan
tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel
syaraf (neurons)menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.Transmisi sinyal
biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi

mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer neuron


dapat berupa tekanan, perubahaan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Oleh karena pentingnya bahasan biolistrik tersebut, dalam makalah ini kami
mencoba membahas

kelistrikan pada saraf dan otot manusia yang bahasannya

meliputi konduksi impuls oleh saraf, potensial listrik pada otak, dan mekanisme saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konduksi impuls oleh saraf pada manusia?
2. Bagaimanakah terjadinya potensial listrik pada otak manusia?
3. Bagaimanakah mekanisme saraf pada manusia?
C. Tujuan
1. Mengetahui konduksi impuls oleh saraf yang terjadi pada manusia.
2. Mengetahui terjadinya potensial listrik pada otak manusia.
3. Mengetahui mekanisme saraf yang terjadi pada manusia.

A. Konduksi impuls oleh saraf


Perambatan impuls melalui serabut saraf

Secara umum, sel saraf terdiri dari 3 bagian dasar: badan sel, dendrit, dan
akson.inti dan organel-organel terdapat dalam badan sel, dendrit, dan akson.
Pada kebanyakan sel saraf, membran plasma badan sel dan dendrit mengandung
protein reseptor tempat melekatnya zat kimia dari sel saraf yang lain. Akson dari
setiap sel saraf hanya satu, merupakan penonjolan tubuler yang mengonduksikan
potensial aksi keluar dari badan sel dan akhirnya berujung pada sel yang lain.
Bagian permukaan dari akson ditambah bagian badan sel tempat akson keluar
disebut akson hilok. Ini merupakan tempat dimana potensial aksi dimulai pada
suatu sel saraf. Impuls kemudian disebarluaskan sepanjang akson yang pada
umumnya memiliki percabangan yang banyak yaitu terminal akson. Terminal
tersebut membebaskan zat kimia yang secara simultan mempengaruhi sel-sel
yang lain. Panjang akson bervariasi dari 1 mm pada sel-sel saraf yang
menghubungkan antar sel yang berbatasan, sampai lebih panjang dari 1 meter.
Sekali potensial aksi dimulai pada akson hilok, impuls secara otomatis
disalurkan ke seluruh sel saraf tanpa perubahan.

Ada dua cara perambatan impuls pada serabut saraf, yaitu:


1. Konduksi arus lokal (Local Current Flow)
Konduksi impuls secara arus lokal terjadi pada serabut saraf tidak
bermyelin akson hilok yang berada pada puncak suatu potensial aksi disebut
daerah aktif. Didaerah aktif, sisi membran sel sebelah dalam adalah positif
dan sisi membran sebelah luar adalah negatif. Hal ini disebbkan oleh pada
titik tersebut Na+ telah membawa muatan positifnya dan meninggalkan ion
negatif pasangannnya. Keadaan ini yang disebut peristiwa depolarisasi.
Daerah berikutnya masih tetap pada potensial istirahat dan sebelah dalam sel
masih tetap negatif, dan daerah ini disebut daerah inaktif. Untuk
menyebarkakn potensial aktif ke daerah inaktif, maka daerah inaktif harus

didepolarisasi ke ambang sebelum potensial aksi. Depolarisasi ini terlaksana


karen aliran arus lokal antara daerah yang telah mengalami potensial aksi
(daerah aktif) ke daerah inaktif yang berbatasan (sama dengan alrian arud
muatan yang ada potensial bertingkat). Karena muatan yang berlawanan tarik
menarik arus akan mengalir secara lokal antar titik aktif dan inaktif
sebelahnya baik didalam dan diluar membran aliran arus lokal ini memberi
efek menetralkan atau menghilangkan sebagian dari ketidakseimbangan
muatan di daerah inaktif, yaitu dengan mengurangi daerah muatan yang
berlawanan yang terpisah oleh membran atau mengurangi potensial di daerah
ini. Pengaruh depolarisasi ini secara cepat membuat daerah inaktif mencapai
ambang yang pada saat itu saluran itu Na+ berpintu voltase daerah itu semua
terbuka, sehingga potensial membran meningkatke potensial aksi didaerah
yang sebelumnya inaktif tersebut.

Sementara itu daerah yang semula aktif akan kembali potensial


istirahat sebagai akibat dari keluarnya k+. Kejadian ini yang disebut
repolarisasi. Selanjutnya disebelah daerah aktif yang baru akan mengalami
depolarisasi,begitu seterusnya. Siklus ini akan terus berlangsung sampai
potensial aksi mencapai ujung akson. Sekali potensial aksi secara otomatis
dirambatkan ke seluruh bagian serabut yang istirahat. Perlu diketahui bahwa
potensial aksi tidak merambat sepanjang membran. Ia memicu suatu
potensial aksi baru yang serupa di daerah sebelahnya pada membran, dimana
proses ini diulang terus sepanjang akson. Jadi, besarnya potensial aksi sejak
akson hilok sampai ke ujung akhir akson adalah tetap, tidak berubah, tidak
perduli apkah akson panjang atau pendek. Dengan cara ini, potensial aksi
dapat berlaku sebagai sinyal jarak jauh tanpa berubah.

2. Konduksi Loncatan (Saltatory Conduction)


Kecpatan konduksi potensial pada suatu serabut saraf tergantung pada
dua faktor yaitu ada atau tidaknya selubung mielin pada serabut saraf dan
diameter serabut saraf.

Ada dua macam serabut saraf, yaitu serabut saraf telanjang dan serabut
saraf berselubung mielin. Karena ion yang larut dalam air tidak dapat
menembus mielin, maka selubung mielin berperan sebagai insulator seperti
selubung karet pada kabel listrik, maka mielin berperan melindungi
kebocoran arus pada membran yang diselubunginya. Di ngan cairan
ekstraseluler. Bagian antar dua segmen mielin, membran aksonal terbuka dan
berhubungan dengan cairan ekstraseluler. Bagian ini disebut nodus ranvier,
yang memiliki potensial membran dan memungkinkan terjadinya aliran ion
dan tempat saluran Na+ dan K+.
Bila terjadi potensial aksi pada satu nodus, muatan listrik yang
berlawanan akan ditarik dari daerah nodus inaktif di dekatnya, mengurangi
potensial membrannya ke ambang sehingga terjadi potensial aksi baru, begitu
seterusnya. Konsekuensinya, pada serabut bermielin impuls meloncat dari
satu nodus ke nodus berikutnya. Peristiwa ini disebut konduksi loncatan.
Konduksi loncatan merambatkan potensial aksi meloncat dari satu nodus ke
nodus berikutnya. Serabut mielin merambatkan impuls kurang lebih 50 kali
lebih cepat daripada serabut nonmielin. Selain untuk mendukung potensial
aksi melintas lebih cepat, keuntungan yang kedua dari selubung mielin
adalah menghemat energi saraf. Bila lalu lintas ion diasosiasikan dengan
potensial aksi yang hanya terjadi di daerah nodus, maka energi yang

digunakan untuk pemompaan Na+ dan K+ juga lebih rendah.


Sinaps

Sinaps merupakan tempat transmisi transneuronal suatu impuls (rangsang)


saraf. Ada 2 macam cara impuls saraf diteruskan dari satu neuron ke neuron
lainnya yaitu:
1. Secara kimia (chemical sinaps)
Impuls diteruskan dari satu saraf kelainnya melalui suatu subtansi kimiawi
(neurotransmitter atau neuromodulator) yang dilepaskan dari sel pra-sinaps
menuju ke pasca sinaps untuk menghasilkan suatu aksi potensial. Penerusan
impuls saraf dari satu neuron ke neuron lainnya atau ke suatu daerah target
dengan cara kimiawi merupakan cara yang paling umum digunakan.
Penerusan impuls saraf dari dendrit sel saraf ke otot juga hanya dilakukan
secara kimiawi.
2. Secara listrik (electrical sinaps)
Impuls saraf yang diteruskan dari neuron yang satu kelainnya melalui ion-ion
yang melintas bebas melewati saluran-saluran pada gap junction guna
meneruskan potensial aksi dari sel pra sinaps langsung menuju ke post
sinaps. Penerusan impuls saraf secara listrik ini jarang terdapat di SSP
mammalia tetapi ditemukan pada beberapa tempat di batang otak, retina dan
korteks serebrum.
Satu sinaps terdiri atas unsur prasinaps (umumnya suatu bouton sinaps) dan
unsur pasca sinaps (suatu dendrit) dengan suatu celah sinaps ekstrasel yang
sempit di antara keduanya. Celah tersebut hanya selebar 20-30 nm dan dapat
mengandung filamen-filamen halus yang menjembatani bagian luar membran
pra-sinaps dan membran pasca sinaps.Pada bagian pra-sinaps terdapat
kumpulan

gelembung

berukuran

40-60

nm

yang

berisi

substansia

neurotransmitter. Bila timbul aksi potensial pada ujung akson, gelembung


sinaps menyatu dengan membran pra-sinaps pada tempat pelepasan yang
khusus, mengeluarkan isinya ke dalam celah sinaps. Neurotransmiter kemudian
melewati membran pasca sinaps untuk berinteraksi dengan molekul-molekul

reseptor. Hal ini menyebabkan perubahan potensial membran dari neuron pasca
sinaps sehingga terjadi pemindahan impuls.

B. Potensial Listrik pada Otak Manusia


Otak manusia merupakan sistem jaringan paling kompleks/rumit. Otak
manusia mampu menggunakan lebih dari 100 milyar sel pada tubuh manusia yang
mampu menghubungkan sekitar 100 ribu koneksi yang setiap detiknya mampu
mengirimkan trilyunan sinyal listrik dengan kecepatan sekitar 400 km/jam. Otak kita
tersusun dari kurang lebih 1010 sel syaraf dan neuron yang berupa serat-serat. Impulsimplus syaraf sebenarnya merupakan gelombang potensial listrik dengan waktu
pendek dan mempunyai kecepatan 150 milivolt/detik (Widjianto, 1985).
Selain itu, otak merupakan pusat dari segala sinyal listrik pada tubuh manusia
yang dikirimkan untuk memberikan perintah pada bagian-bagian tubuh manusia.
Otak adalah generator sinyal-sinyal listrik yang saling terangkai menjadi kode-kode
kehidupan. Jika kodekode itu padam, maka orangnya pun meninggal. Karena, sudah
tidak ada lagi aktivitas kelistrikan di sel otaknya, berarti tidak ada lagi perintahperintah untuk mempertahankan kehidupan. Tidak hanya berhenti di otak, sinyalsinyal listrik itu merambat ke mana-mana ke seluruh tubuh lewat komando otak
menghasilkan gerakan-gerakan atau perintah lain untuk kelangsungan hidup badan
kita. Gerakan sinyal listrik tersebut memiliki kecepatan sekitar 120 m per detik. Jalur
yang dilaluinya adalah kabel-kabel saraf yang menyebar dalam sistem yang sangat
kompleks. Didalam otak, setiap sel tidak sebatas mengirim dan menerima sinyal
listrik seperti pada bagian tubuh lainnya, akan tetapi mampu untuk memproses sinyalsinyal listrik itu sebagai data yang akan diterjemahkan sebagai instruksi/perintah
untuk tubuh manusia. Kemampuan sel-sel otak manusia dalam memproses dan
menerjemahkan setiap sinyal listrik didalam sel bergantung pada karakteristik yang
dimiliki sel itu sendiri. Jika sel bermuatan listrik, maka sel itu dapat mengirimkan
sinyal-sinyal listrik untuk mampu diproses atau diterjemahkan (White, 1974)

Potensial Membran

Listrik dapat tercipta manakala terdapat perbedaan muatan listrik antara satu
bagian tertentu dengan bagian yang lain. Di dalam tubuh manusia, kita mengenal dua
bagian kompartemen besar yang berisi cairan. Bagian yang terletak di dalam sel,
dibatasi oleh membran sel disebut cair intra sel (cis). Sedangkan bagian yang terletak
di luar sel disebut dengan cair ekstra sel (ces). Komponen penyusun cis dan ces
sebagian besar adalah elektrolit yang mengandung ion bermuatan listrik. Semakin
besar perbedaan muatan listrik antara cis dan ces, semakin besar pula potensi listrik
yang dihasilkan. Perbedaan muatan listrik antara cis dan ces inilah yang disebut
dengan beda potensial membran.
Komposisi di dalam cis dan ces bersifat dinamis dan selalu berubah,
mengingat kedua kompartemen tersebut saling berhubungan. Pada saat resting,
komposisi ion cis dan ces menghasilkan bedaan muatan listrik, dimana muatan listrik
cis lebih kecil dibandingkan dengan muatan listrik ces. Artinya, muatan positif relatif
lebih banyak pada ces, sedangkan muatan negatif relatif menumpuk di cis. Perbedaan
inilah yang kemudian disebut dengan resting membrane potensial (RMP). Beda
potensial membran pada saat resting (RMP) menunjukan potensi arah kecenderungan
ion untuk bergerak. Potensi tersebut terbatasi oleh keberadaan membrane sel yang
bersifat semipermeable. Ion yang cenderung bergerak masuk atau keluar sel harus
melewati membran sel, sayangnya ion tidak dapat menembus membran sel. Ion hanya
dapat melewati membran sel melalui kanal khusus yang terbuka atau tertutup oleh
pemicu listrik ligand gated channel atau pemicu kimia ligand gated channel. Potensi
pergerakan ion (muatan listrik) melintasi membran dapat dipahami sebagai
penjabaran Hukum Coulomb yang menyatakan bahwa gaya tarik (F) yang diciptakan
oleh RMP adalah berbanding lurus dengan besar muatan ion (Q) yang berada di cis
maupun di ces dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r2) antara cis dan ces.
Fenomena ini disebut dengan bioelektrostatika.
Hukum Coulomb :
Pergerakan muatan ion dipengaruhi gaya F dan kuadrat jarak antara 2 muatan:
F = k Q1 Q2
r2

F = gaya listrik

Q = muatan

r = jarak antar 2 muatan

Potensial Bertingkat (Graded Potensial)


Potensial bertingkat merupakan perubahan lokal pada potensi membrane yang
terjadi dalam berbagai tingkat. Besarnya potensial ini tergantung pada kejadian
pemicu berupa : (1) suatu stimulus, misalnya cahaya pada reseptor cahaya pada
mata, (2) interaksi zat kimia dengan permukaan membrane sel saraf atau otot, (3)
perubahan spontan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan siklus pemompaan
kebocoran.
Bila terjadi suatu potensial bertingkat secara lokal pada membrane sel saraf
atau otot, timbul suatu perbedaan potensial antara daerah tersebut dengan daerah
yang tidak mengalami rangsangan (dalam keadaan potensial istirahat). Karena
muatan yang berlawanan saling tarik menarik, maka arus muatan mengalir secara
pasif antara daerah-daerah yang dirangsang dengan daerah istirahat yang
berdekatan pada sisi luar dan dalam membran. Misalnya, bila daerah yang
dirangsang (daerah aktif) dan daerah istirahat (daerah pasif), maka arus mengalir
pada kedua sisi membrane antara daerah aktif dan daerah pasif. Sebagai
perjanjian, asal arus mengalir selalu ditandai oleh gerakan muatan positif tetapi
tetap harus dibayangkan bahwa muatan negative mengalir berlawanan dengan
muatan positif.

Aliran pasif ini mirip seperti aliran yang terjadi melalui kabel istrik. Daerah
pada jaringan yang mudah terangsang dimana potensial bertingkat terjadi tidak
dibungkus dengan bahan isolasi. Oleh karena itu, kebocoran akan terjadi melalui
membrane tersebut. Akibat dari kebocoran ini kekuatan potensial bertingkat
menurun. Konsekuensinya, aliran arus lokal akan mati sejenak sehingga

perubahan potensialnya hanya sebagai sinyal untuk jarak

pendek saja.

(Soewolo,1999).

(Soewolo,1999).
Potensial Aksi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa otak kita terdiri dari beberapa neuron atau
sel saraf yang menghantarkan impuls sebagai sinyal yang akan diterjemahkan
sehingga tubuh dapat merespon. Menurut Sridianti (2006), potensial aksi adalah
suatu peristiwa yang terjadi antara neuron dalam rangka untuk mengirim pesan
dari otak ke bagian-bagian tubuh yang berbeda, baik untuk tindakan sadar atau tak
sadar. Dalam arti sederhana, potensial aksi dapat digambarkan sebagai pulsa
listrik pendek yang dibuat di dalam badan sel neuron.
a. Komponen dalam potensial aksi
1. Ion Na+
Ion Na+ merupakan ion yang bermuatan positif. Ion Na+ berada dibagian
luar sel dari sistem saraf. Hanya sedikit ion Na + yang berada di dalam sel.
Perbedaan jumlah ini membuat perbedaan gradien konsentrasi dan dapat
menyebabkan ion Na+ melewati membran. Ion Na+ membantu dalam
potensial aksi ketika penghantaran sel saraf.
2. Ion K+
Ion K+ merupakan ion yang bermuatan positif,kebanyakan ion K+ berada
di dalam sel. Pada keadaan tertentu ion K+ ini akan keluar sel sehingga
akan mengurangi muatan positif di dalam sel.
3. Kanal ion Na+
Kanal ini berfungsi dalam meneruskan potensial aksi dengan membuka jika
terjadi depolarisasi membran. Pembukaan kanal ion ini menyebabkan ion
Na+ dapat masuk melintasi membran dan menyebabkan depolarisasi.

4. Kanal ion K+
Kanal ini berperan sebagai kekuatan penstabil (stabilizing force).
Beberapa fungsinya antara lain repolarisasi setelah terjadinya potensial
aksi dan mengatur potensial istirahat (resting potensial).
b. Tahap-tahap potensial aksi

1. Depolarisasi
Potensial aksi dimulai dengan depolarisasi membran, yang berarti
peniadaan atau berkurangnya polarisasi (beda potensial) antara cis dan
ces. Bila RMP terukur adalah -70 mv, maka stimulasi yang kuat merubah
beda potensial membran dari -70 mv menjadi lebih kecil hingga
mendekati nol. Penurunan beda potensial disebabkan oleh pembukaan
kanal ion natrium (Na+). Sensor listrik kanal ion natrium peka terhadap
beda potensial yang paling kecil, sehingga kanal ion natrium terbuka
pertama kali setelah sel distimulasi. Kanal ion natrium yang terbuka
menyebabkan pergerakan masuk (influx) ion natrium menjadi nyata.
Influx ion natrium membawa masuk muatan positif ke dalam cis menjadi
lebih positif, sehingga beda potensial antara cis dan ces berkurang
mendekati nol.

2. Repolarisasi

Depolariasi membran akan berhenti manakala beda potensial membran


telah mencapai nilai ambang dari sensor kanal ion kalium dan chlor. Nilai
ambang sensor kanal ion chlor menghendaki beda potensial yang lebih
kecil dibandingkan kanal ion kalium sehingga kanal ion chlor terbuka
terlebih dahulu. Kanal ion chlor yang terbuka membawa masuk sejumlah
muatan negatif ke dalam sel (cis) sehingga menambah beda potensial
membran. Dengan demikian beda potensial yang semula mengecil akibat
depolarisasi, kembali meningkat akibat pembukaan kanal ion chlor. Beda
potensial yang kembali meningkat sampai pada nilai ambang kanal ion
kalium, maka kanal tersebut akan terbuka dan membawa keluar muatan
positif dari dalam sel. Negatifitas muatan di dalam sel meningkat kembali
dan polarisasi membran pun bertambah mendekati kondisi semula. Hal
inilah yang disebut dengan fenomena repolarisasi, artinya polarisasi
membran kembali pada kondisi semula.

3. Hiperpolarisasi dan Hipopolarisasi


Repolarisasi terkadang melebihi potensial membran saat resting (RMP)
sehingga sejumlah ion natrium dan chlor terjebak di dalam sel sedangkan ion
kalium terjebak di luar sel. Fenomena ini sering disebut dengan positive after
potential. Upaya untuk mengembalikan komposisi ion seperti semula tidak
mudah, karena sel harus mengaktifkan pompa ion yang mentransport secara
aktif dengan bantuan ATP (Na K ATP ase) Semakin besar beda potensial
membran (polarisasi membran), semakin sensitif sel tersebut. Pada kondisi
potensial membran yang besar dibutuhkan stimulus yang besar pula untuk
memicu depolarisasi. Beda potensial membran yang melebihi RMP disebut

dengan hiperpolarisasi, sedangkan beda potensial yang kurang dari RMP


disebut dengan hipopolarisasi.
4. Refrakter
Selama potensial aksi terjadi, sel menjadi kurang sensitif terhadap rangsangan.
Periode penurunan sensitifitas ini disebut dengan periode refrakter. Periode
refrakter terbagi menjadi periode refrakter absolut dan relatif. Periode
refrakter absolut menggambarkan kondisi sel tak dapat dirangsang kembali
walupun dengan stimulus yang lebih besar. Periode refrakter absolut terjadi
sejak nilai ambang tercapai hingga depolarisasi berlangsung.

Sedangkan

periode refrakter relatif menggambarkan sel masih dapat depolarisasi kembali


bila stimulus yang diberikan lebih besar. Sedagkan periode refrakter relatif
terjadi saat repolariasasi berlangsung hingga melewati nilai ambang semula.
Stimulus yang lebih besar diberikan pada saat periode refrakter berpotensi
menghasilkan potensial aksi yang lebih besar darisebelumnya. (Anonim,
2016).
Grafik perubahan-perubahan pada potensial aksi:

Propagasi impuls
Potensial aksi yang terjadi akan ditularkan pada bagian lain dari membran ke
segala arah. Peristiwa ini disebut dengan propagasi atau konduksi. Propagasi
tidak akan berhenti hingga seluruh membran mengalami potensial aksi.

Propagasi menyebabkan potensial aksi yang semula bersifat lokal berjalan dan
menjalar menjadi arus listrik. Arus listrik (I) berbanding lurus dengan besar
potensial aksi (V) yang terjadi dan berbanding terbalik dengan besar hambatan
(R). Besar hambatan (R) bergantung pada kualitas membran sel, seperti
ketebalan membran, konduktifitas membran dan jumlah protein membran.

Melalui gambaran di bawah ini akan terlihat jelas perambatan potensial aksinya:
a. Mula-mula

b. Rangsangan Na+ masuk ke dalam sel dan terjadi depolarisasi

c. Potensial aksi merangsang daerah sekitarnya

d. Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami repolarisasi.


Proses repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter.

(Gabriel, 1988).

Pompa ion K+ -Na+


Pemompaan ion K+ -Na+ bertujuan untuk memperbaiki perbedaan
konsentrasi ion-ion yang terganggu akibat potensial aksi. Selesainya potensial

aksi, potensial membrane telah diperbaiki ke kondisi istirahatnya tetapi


penyebaran ionnya belum diperbaiki. Pengambilan ion-ion ini adalah tugas
pompa ion. Sebenarnya, Na+ dan K+ yang berpindah selama satu potensial
hanya sebagian kecil saja, hal ini berarti jumlah ion-ion tersebut ditempat
asalnya masih banyak sehingga konsentrasi gradiennya masih cukup untuk
terjadinya potensial aksi kembali. Bila konsentrasi N a+ dan K+ sama antara
cairan ekstraseluler dan intraseluler, peningkatan parmeabilitas terhadap ionion tersebut tidak akan menyebabkan perpindahan ion, sehinga tidak ada
perubahan potensial yang terjadi. Jadi pemompaan K+ -Na+ hanya untuk
memelihara gradient konsentrasi sel (Soewolo, 1999).

Kesimpulan
1. Sel saraf adalah sel yang sangat penting karena sel ini berfungsi dalam
penghantaran impuls atau sinyal akibat adanya rangsangan sehingga timbul respon
pada tubuh kita. Ada dua cara penghantaran impuls oleh serabut saraf pada tubuh
kita yakni konduksi arus lokal dan konduksi loncatan. Konduksi impuls secara arus
lokal terjadi jika serabut saraf tidak bermielin. Sedangkan konduksi impuls
loncatan terjadi pada serabut saraf bermielin.
2.

Otak merupakan pusat dari segala sinyal listrik pada tubuh manusia yang
dikirimkan untuk memberikan perintah pada bagian-bagian tubuh manusia.
Perintah maupun sinyal tersebut berupa impuls saraf. Akibat adanya rangsangan,
maka terjadilah perubahan potensial membran. Perubahan fluktuasi pada potensial
membrane dapat berupa potensial bertingkat yang berwujud sinyal berjarak pendek
dan potensial aksi yang berwujud sinyal jarak jauh.

Rujukan :
Anonim.2016. fk.unair.ac.id/web1/attachments/1643_BIOFISIKA%201.pdf (online)
diakses pada 2 September 2016.
Gabriel, J F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

White, D. 1974. Biological Physics. London: Chapman and Hall.


Widjianto. 1985. Fisika Dalam Biologi dan Kesehatan. Malang: IKIP Malang.

Anda mungkin juga menyukai