PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biofisika adalah ilmu yang mempelajari tentang fisika dalam tubuh makhluk
hidup (hewan, tumbuhan, dan manusia). Pokok bahasan pada makalah ini difokuskan
pada biolistrik. Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada
organ tubuh. Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu
kelistrikan dan kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik
dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Aktivitas organ dan berbagai sistem
didalam tubuh manusia tidak hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi juga
bekerjasama dalam menanggapi perubahan lingkungan, baik lingkungan dalam
maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia terdapat sistem koordinasi
yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas dan keserasian
kerja antara sistem organ.
Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh salah
satu bagian sel yakni mitokondria dalam proses respirasi dengan kata lain biolistrik
merupakan segala yang berkaitan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh
makhluk hidup. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat dalam tubuh dan medan listrik yang
diasilkan oleh ion-ion dan muatan muatan tersebut serta tegangan yang dihasilkan.
Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh
sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau
biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan
selsel otot (muscle).
Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial
listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan
tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel
syaraf (neurons)menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.Transmisi sinyal
biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi
meliputi konduksi impuls oleh saraf, potensial listrik pada otak, dan mekanisme saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konduksi impuls oleh saraf pada manusia?
2. Bagaimanakah terjadinya potensial listrik pada otak manusia?
3. Bagaimanakah mekanisme saraf pada manusia?
C. Tujuan
1. Mengetahui konduksi impuls oleh saraf yang terjadi pada manusia.
2. Mengetahui terjadinya potensial listrik pada otak manusia.
3. Mengetahui mekanisme saraf yang terjadi pada manusia.
Secara umum, sel saraf terdiri dari 3 bagian dasar: badan sel, dendrit, dan
akson.inti dan organel-organel terdapat dalam badan sel, dendrit, dan akson.
Pada kebanyakan sel saraf, membran plasma badan sel dan dendrit mengandung
protein reseptor tempat melekatnya zat kimia dari sel saraf yang lain. Akson dari
setiap sel saraf hanya satu, merupakan penonjolan tubuler yang mengonduksikan
potensial aksi keluar dari badan sel dan akhirnya berujung pada sel yang lain.
Bagian permukaan dari akson ditambah bagian badan sel tempat akson keluar
disebut akson hilok. Ini merupakan tempat dimana potensial aksi dimulai pada
suatu sel saraf. Impuls kemudian disebarluaskan sepanjang akson yang pada
umumnya memiliki percabangan yang banyak yaitu terminal akson. Terminal
tersebut membebaskan zat kimia yang secara simultan mempengaruhi sel-sel
yang lain. Panjang akson bervariasi dari 1 mm pada sel-sel saraf yang
menghubungkan antar sel yang berbatasan, sampai lebih panjang dari 1 meter.
Sekali potensial aksi dimulai pada akson hilok, impuls secara otomatis
disalurkan ke seluruh sel saraf tanpa perubahan.
Ada dua macam serabut saraf, yaitu serabut saraf telanjang dan serabut
saraf berselubung mielin. Karena ion yang larut dalam air tidak dapat
menembus mielin, maka selubung mielin berperan sebagai insulator seperti
selubung karet pada kabel listrik, maka mielin berperan melindungi
kebocoran arus pada membran yang diselubunginya. Di ngan cairan
ekstraseluler. Bagian antar dua segmen mielin, membran aksonal terbuka dan
berhubungan dengan cairan ekstraseluler. Bagian ini disebut nodus ranvier,
yang memiliki potensial membran dan memungkinkan terjadinya aliran ion
dan tempat saluran Na+ dan K+.
Bila terjadi potensial aksi pada satu nodus, muatan listrik yang
berlawanan akan ditarik dari daerah nodus inaktif di dekatnya, mengurangi
potensial membrannya ke ambang sehingga terjadi potensial aksi baru, begitu
seterusnya. Konsekuensinya, pada serabut bermielin impuls meloncat dari
satu nodus ke nodus berikutnya. Peristiwa ini disebut konduksi loncatan.
Konduksi loncatan merambatkan potensial aksi meloncat dari satu nodus ke
nodus berikutnya. Serabut mielin merambatkan impuls kurang lebih 50 kali
lebih cepat daripada serabut nonmielin. Selain untuk mendukung potensial
aksi melintas lebih cepat, keuntungan yang kedua dari selubung mielin
adalah menghemat energi saraf. Bila lalu lintas ion diasosiasikan dengan
potensial aksi yang hanya terjadi di daerah nodus, maka energi yang
gelembung
berukuran
40-60
nm
yang
berisi
substansia
reseptor. Hal ini menyebabkan perubahan potensial membran dari neuron pasca
sinaps sehingga terjadi pemindahan impuls.
Potensial Membran
Listrik dapat tercipta manakala terdapat perbedaan muatan listrik antara satu
bagian tertentu dengan bagian yang lain. Di dalam tubuh manusia, kita mengenal dua
bagian kompartemen besar yang berisi cairan. Bagian yang terletak di dalam sel,
dibatasi oleh membran sel disebut cair intra sel (cis). Sedangkan bagian yang terletak
di luar sel disebut dengan cair ekstra sel (ces). Komponen penyusun cis dan ces
sebagian besar adalah elektrolit yang mengandung ion bermuatan listrik. Semakin
besar perbedaan muatan listrik antara cis dan ces, semakin besar pula potensi listrik
yang dihasilkan. Perbedaan muatan listrik antara cis dan ces inilah yang disebut
dengan beda potensial membran.
Komposisi di dalam cis dan ces bersifat dinamis dan selalu berubah,
mengingat kedua kompartemen tersebut saling berhubungan. Pada saat resting,
komposisi ion cis dan ces menghasilkan bedaan muatan listrik, dimana muatan listrik
cis lebih kecil dibandingkan dengan muatan listrik ces. Artinya, muatan positif relatif
lebih banyak pada ces, sedangkan muatan negatif relatif menumpuk di cis. Perbedaan
inilah yang kemudian disebut dengan resting membrane potensial (RMP). Beda
potensial membran pada saat resting (RMP) menunjukan potensi arah kecenderungan
ion untuk bergerak. Potensi tersebut terbatasi oleh keberadaan membrane sel yang
bersifat semipermeable. Ion yang cenderung bergerak masuk atau keluar sel harus
melewati membran sel, sayangnya ion tidak dapat menembus membran sel. Ion hanya
dapat melewati membran sel melalui kanal khusus yang terbuka atau tertutup oleh
pemicu listrik ligand gated channel atau pemicu kimia ligand gated channel. Potensi
pergerakan ion (muatan listrik) melintasi membran dapat dipahami sebagai
penjabaran Hukum Coulomb yang menyatakan bahwa gaya tarik (F) yang diciptakan
oleh RMP adalah berbanding lurus dengan besar muatan ion (Q) yang berada di cis
maupun di ces dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r2) antara cis dan ces.
Fenomena ini disebut dengan bioelektrostatika.
Hukum Coulomb :
Pergerakan muatan ion dipengaruhi gaya F dan kuadrat jarak antara 2 muatan:
F = k Q1 Q2
r2
F = gaya listrik
Q = muatan
Aliran pasif ini mirip seperti aliran yang terjadi melalui kabel istrik. Daerah
pada jaringan yang mudah terangsang dimana potensial bertingkat terjadi tidak
dibungkus dengan bahan isolasi. Oleh karena itu, kebocoran akan terjadi melalui
membrane tersebut. Akibat dari kebocoran ini kekuatan potensial bertingkat
menurun. Konsekuensinya, aliran arus lokal akan mati sejenak sehingga
pendek saja.
(Soewolo,1999).
(Soewolo,1999).
Potensial Aksi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa otak kita terdiri dari beberapa neuron atau
sel saraf yang menghantarkan impuls sebagai sinyal yang akan diterjemahkan
sehingga tubuh dapat merespon. Menurut Sridianti (2006), potensial aksi adalah
suatu peristiwa yang terjadi antara neuron dalam rangka untuk mengirim pesan
dari otak ke bagian-bagian tubuh yang berbeda, baik untuk tindakan sadar atau tak
sadar. Dalam arti sederhana, potensial aksi dapat digambarkan sebagai pulsa
listrik pendek yang dibuat di dalam badan sel neuron.
a. Komponen dalam potensial aksi
1. Ion Na+
Ion Na+ merupakan ion yang bermuatan positif. Ion Na+ berada dibagian
luar sel dari sistem saraf. Hanya sedikit ion Na + yang berada di dalam sel.
Perbedaan jumlah ini membuat perbedaan gradien konsentrasi dan dapat
menyebabkan ion Na+ melewati membran. Ion Na+ membantu dalam
potensial aksi ketika penghantaran sel saraf.
2. Ion K+
Ion K+ merupakan ion yang bermuatan positif,kebanyakan ion K+ berada
di dalam sel. Pada keadaan tertentu ion K+ ini akan keluar sel sehingga
akan mengurangi muatan positif di dalam sel.
3. Kanal ion Na+
Kanal ini berfungsi dalam meneruskan potensial aksi dengan membuka jika
terjadi depolarisasi membran. Pembukaan kanal ion ini menyebabkan ion
Na+ dapat masuk melintasi membran dan menyebabkan depolarisasi.
4. Kanal ion K+
Kanal ini berperan sebagai kekuatan penstabil (stabilizing force).
Beberapa fungsinya antara lain repolarisasi setelah terjadinya potensial
aksi dan mengatur potensial istirahat (resting potensial).
b. Tahap-tahap potensial aksi
1. Depolarisasi
Potensial aksi dimulai dengan depolarisasi membran, yang berarti
peniadaan atau berkurangnya polarisasi (beda potensial) antara cis dan
ces. Bila RMP terukur adalah -70 mv, maka stimulasi yang kuat merubah
beda potensial membran dari -70 mv menjadi lebih kecil hingga
mendekati nol. Penurunan beda potensial disebabkan oleh pembukaan
kanal ion natrium (Na+). Sensor listrik kanal ion natrium peka terhadap
beda potensial yang paling kecil, sehingga kanal ion natrium terbuka
pertama kali setelah sel distimulasi. Kanal ion natrium yang terbuka
menyebabkan pergerakan masuk (influx) ion natrium menjadi nyata.
Influx ion natrium membawa masuk muatan positif ke dalam cis menjadi
lebih positif, sehingga beda potensial antara cis dan ces berkurang
mendekati nol.
2. Repolarisasi
Sedangkan
Propagasi impuls
Potensial aksi yang terjadi akan ditularkan pada bagian lain dari membran ke
segala arah. Peristiwa ini disebut dengan propagasi atau konduksi. Propagasi
tidak akan berhenti hingga seluruh membran mengalami potensial aksi.
Propagasi menyebabkan potensial aksi yang semula bersifat lokal berjalan dan
menjalar menjadi arus listrik. Arus listrik (I) berbanding lurus dengan besar
potensial aksi (V) yang terjadi dan berbanding terbalik dengan besar hambatan
(R). Besar hambatan (R) bergantung pada kualitas membran sel, seperti
ketebalan membran, konduktifitas membran dan jumlah protein membran.
Melalui gambaran di bawah ini akan terlihat jelas perambatan potensial aksinya:
a. Mula-mula
(Gabriel, 1988).
Kesimpulan
1. Sel saraf adalah sel yang sangat penting karena sel ini berfungsi dalam
penghantaran impuls atau sinyal akibat adanya rangsangan sehingga timbul respon
pada tubuh kita. Ada dua cara penghantaran impuls oleh serabut saraf pada tubuh
kita yakni konduksi arus lokal dan konduksi loncatan. Konduksi impuls secara arus
lokal terjadi jika serabut saraf tidak bermielin. Sedangkan konduksi impuls
loncatan terjadi pada serabut saraf bermielin.
2.
Otak merupakan pusat dari segala sinyal listrik pada tubuh manusia yang
dikirimkan untuk memberikan perintah pada bagian-bagian tubuh manusia.
Perintah maupun sinyal tersebut berupa impuls saraf. Akibat adanya rangsangan,
maka terjadilah perubahan potensial membran. Perubahan fluktuasi pada potensial
membrane dapat berupa potensial bertingkat yang berwujud sinyal berjarak pendek
dan potensial aksi yang berwujud sinyal jarak jauh.
Rujukan :
Anonim.2016. fk.unair.ac.id/web1/attachments/1643_BIOFISIKA%201.pdf (online)
diakses pada 2 September 2016.
Gabriel, J F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.