Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FILSAFAT ILMU

AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG BIOLOGI

Disusun oleh :
Nama

: Ningtyas Yuniar Respati

NIM

:13308141026

Kelas

: Biologi B

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
A.

Ayat-ayat Al-Quran tentang Biologi


1. QS. Al-Ghasyiyah : 17-20
a. Bunyi ayat
Artinya:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?
b. Asbabun Nuzul Ayat
Di dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Allah melukiskan ciri-ciri surga,
kaum-kaum yang sesat merasa heran. Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai perintah
untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban cipataan Allah SWT.( HR. Ibnu Jarir dan
ibnu Hatim yang bersumber dari Qatadah.)[1]
c. Tafsiran Ayat
1. (Apakah mereka tidak memperhatikan) dengan perhatian yang dibarengi keinginan
mengambil pelajaran yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekkah.
2. (unta bagaimana dia diciptakan).
3. (Dan langit bagaimana dia ditinggikan)
4. (Dan gunung-gunung bagaimana ia dipancangkan).
5. (Dan bumi bagaimana dia dihamparkan) maksudnya dijadikan sehingga ia terhampar.
Melalui hal tersebut mereka mengambil kesimpulan tentang kekuasaan Allah SWT.
Pembahasan ini dimulai dengan unta karena unta merupakan hewan yang paling
mereka kenal dari pada binatang yang lainnya. Firman Allah suthihat, jelas
menunjukkan bahwa bumi itu rata bentuknya. Pendapat inilah yang dianut ulama
syara. Jadi bentuk bumi bukanlah bulat seperti bola seperti yang dikatakan ahli ilmu
konstruksi.

Adapun dalam buku karangan al-Maragi tafsiran ayatnya sebagai berikut:


Apakah kaum musyrikin mengingkari apa yang telah Kami ceritakan kepada mereka
tentang hari kebangkitan dan apa yng berkaitan dengannya tentang kebahagiaan dan
kesengsaraan ? tidakkah mereka tidak memperhatikan prihal kejadian unta yang
menakjubkan dan selalu ada dihadapan mereka eserta selalu mereka pergunakan pada
setiap kesempatan?

Unta adalah hewan yang paling dekat kepada hidup orang Arab dari zaman kezaman,
sejak tanah itu didiami manusia. Itulah hewan serba guna. Hewan pengangkut dalam
perjalanan jauh, hewan yang juga jadi makanan mereka. Bulunya pun dapat dicukur untuk
dijadikan benang pakaian. Dagingnya bisa dimakan, susunya bisa diperas untuk diminum.
[2]
Unta itu berbadan besar, kekuatannya luar biasa dan tahan menempuh panas terik di
padang pasir luas. Tahan lapar dan tahan haus. Disamping itu, makanan unta pun sangat
mudah, rumpput-rumput padang pasir yang tidak dapat dimakan oleh hewan lain, namun
itulah makanan unta walaupun berduri.Unta sangat patuh kepada manusia, oleh karena itu
kebanyakan orang arab menggunakan unta sebagai tanggangan apabila bepergian di
padang pasir yang tandus.[3]
Jika mereka mau memikirkan penciptaan unta tersebut, niscaya mereka akan
mendapatkan bahwa di dalam penciptaan unta tersebut terdapat suatu keajaiban yang tiada
tara dan tiada terdapat dalam penciptaan binatang lain. Adapun kelebihan unta dari
binatang lain adalah:
1. Unta adalah binatang yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan

yang tinggi dalam menanggung lapar dan dahaga dan semua sifat ini tidak terdapat
dalam binatang lain.
2. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, berjalan di tengah panas terik di gurun
sahara dengan tidak seberapa kali berhenti dan berjalan sepanjang ribuan kilometer,
sehingga dia mendapat gelar atau julukan Perahu Sahara.
3. Wataknya yang penurut baik terhadap anak kecil amaupun orang dewasa dan diapun
tetap sabar walaupun sering disakiti.
4. Untuk memberikan makanan kepadanya cukuplah apa yang ada di padang pasir berupa
daun-daunan dan pohon-pohon berduri.
5. Dikalangan orang Arab unta dianggap sebagai binatang yang menakjubkan. Bahkan
mereka memandangnya dengan penuh pesona oleh sebab itu mereka sudah kenal betul
dengan watak dan tabiatnya.[4]
Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui kekuasaan Allah yang sangat besar, yakni
menciptakan unta yang sangat banyak fungsinya bagi manusia. Unta mampu berjalan
selama berhari-hari di padang pasir tanpa minum, unta juga mampu membawa barang yang
banyak, dan unta mampu memakan rumpt berduri yang tidah bisa dimakan oleh hewan
lain. Kita dapat mengetahui hal tersebut dari Al Qur`an dan ilmu lain yang membahas

mengenai hal tersebut, seperti ilmu biologi dan sebagainya. Kita harus banyak bersyukur
kepada Allah karena telah menciptakan unta yang sangat banyak manfaatnya bagi manusia.
2. QS. Al-Mukminun :12-15
a. Bunyi Ayat

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian
Kami menjadikannya nuthfah dalam tempat yang kokoh. Kemudian Kami ciptakan
nuthfah itu alaqah, lalu Kami ciptakan alaqah itu mudhghah, lalu Kami ciptakan
mudhghah itu tulang-belulang, lalu Kami bungkus Tulang belulang itu dengan daging.
Kemudian Kami mewujudkannya makhluk lain. Maka Maha banyak keberkahan Allah,
Pencipta yang terbaik. Kemudian sesudah itu kamu benar-benar akan mati.
b. Tafsiran Ayat
Allah berfirman dalam Al Qur`an tentang bagaimana proses tahapan penciptaan
manusia. dari ayat tersebut dijelaskan bahwa, Allah menciptakan manusia bermula dari
saripati tanah, yaitu Nabi Adam AS. Kemudian keturunannya diciptakan dari air mani
(nuthfah) yang tersimpan dalam rahim ibunya, yang memang tersedia untuk itu.
Setelah melewati suatu masa tertentu dijadikanlah air mani (nuthfah) itu menjadi
segumpal darah, kemudian segumpal darah itu menjadi segumpal daging. Dari
segumpal daging itu tercipta tulang-belulang yang berbentuk kepala, tangan, dan kaki,
kemudian dibungkuslah tulang-tulang itu dengan daging, otot, dan urat-urat. Maka
terciptalah makhluk yang berbentuk lain yang padanya ditiupkan roh, diberi alat
pendengaran, penglihatan, penciuman, bersuara, berfikir, dan bergerak. Sehingga
lengkaplah ia menjadi manusia yang utuh, sempurna sebagai makhluk Allah yang
terpilih dan yang paling mulia.[5]
Sekelompok mufassir berpendapat bahwa yang di maksud dengan manusia disini
ialah putra Adam. Mereka mengatakan bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi
dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Makanan yang
bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan tumbuhtumbuhan lahir dari sari pati tanah dan air. Jadi pada hakikatnya manusia lahir dari

saripati tanah, kemudian sari pati itu mengalami perkembangan kejadian hingga
menjadi air mani (nuthfah).[6]
Berbeda-beda pendapat para ulama tentang siapa yang dimaksud dengan
( al-insan/manusia) pada ayat 12 di atas, banyak yang berpendapat bahwa yang di
maksud adalah Adam. Memang ayat selanjutnya menyatakan Kami menjadikannya
nuthfah, bukan kami menjadikan keturunannya nuthfah. Namun menurut pendapat di
atas, tidak menjadi halangan karena sudah demikian populer bahwa anak keturunan
Adam melalui proses nuthfah.[7]
Bagi yang tidak setuju dengan pendapat diatas, ada yang menyatakan bahwa kata
al-insan dimaksud adalah jenis manusia. Al-biqa`i misalnya menulis bahwa sulalah
min thin/sari pati tanah merupakan tanah yang menjadi bahan penciptaan Adam.[8]

Dalam hadits juga dijelaskan bagaimana tahapan penciptaan manusia, seperti


hadits berikut :





Artinya :
Abu Sarihah Hudzaifah bin Asid Al Ghifari lalu dia berkata; Aku mendengar
dengan kedua telingaku ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Sesunggunya nuthfah disimpan di dalam rahim setelah empat puluh malam. Lalu
;datanglah malaikat, aku kira beliau berkata; yang akan membentuknya seraya berkata
Ya Rabb, apakah dia laki-laki atau perempuan? Lalu Allah menjadikannya laki-laki
atau perempuan. Kemudian malaikat itu berkata; Ya Rabb, apakah dia menyimpang
ataukah tidak? Lalu Allah menetapkan dia menyimpang dan tidaknya. Lalu malaikat
berkata; Ya Rabb, bagaimana rizkinya, ajalnya, akhlaknya? Kemudian Allah
menetapkan dia bahagia atau celaka. (HR.Muslim).













Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Husyaim telah memberitakan kepada kami Ali
bin Zaid ia berkata; Aku mendengar Abu Ubaidah bin Abdullah menceritakan; ia
berkata; Abdullah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya air mani berada di dalam rahim selama empat puluh hari tidak
berubah, bila berjalan empat puluh hari akan berubah menjadi segumpal darah
kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula kemudian menjadi kerangka

tulang selama itu pula. Maka bila Allah berkehendak untuk menyempurnakan
ciptaanNya, Dia mengutus malaikat kepadanya, lalu malaikat berikutnya bertanya:
Wahai Rabb, apakah dia laki-laki atau perempuan? Apakah sengsara atau bahagia?
Apakah pendek atau panjang? Apakah kurang atau tambah rizki dan ajalnya? Apakah
sehat atau sakit?" Ia berkata; Lalu semua itu dicatat. Kemudian ada seorang laki-laki
berkata; Kalau begitu untuk apa beramal kalau semua itu sudah selesai. Lalu beliau
bersabda: "Beramallah, karena setiap orang akan diarahkan pada apa yang diciptakan
untuknya."(HR.Ahmad).
Pada hadits diatas disebutkan bahwa air mani (nuthfah) itu disimpan dalam
rahim, setelah 40 malam air mani tersebut menjadi segumpal darah, setelah 40 hari
maka menjadi segumpal daging, setelah 40 hari maka menjadi tulang belulang Allah
memerintahkan malaikat untuk menjadikannya laki-laki atau perempuan, kemudian
ditetapkan rizkinya, ajalnya, akhlaknya, dan bahagia atau tidak.

3. QS Al-Anbiya :30
a. Bunyi Ayat:

Artinya ;
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman ?
b. Tafsiran Ayat
Ayat ini secara jelas memberikan pandangan Islam tentang asal usul kehidupan
diatas bumi. Tidak ada keraguan sedikitpun juga bahwa kehidupan di atas bumi
diciptakan dari air atas perintah Allah. Kemudian secara berangsur dan dalam proses
waktu, berkembang menjadi bentuk dan rupa yang bermacam-macam sesuai dengan
hukum Allah.[9]
Ahli astronomi menetapkan bahwa matahari adalah bola api yang berotasi
selama jutaan tahun. Ditengah-tengah perjalanannya yang cepat, planet bumi dan
planet-planet lain dari garis khatulistiwa matahari terpisah daripadanya dan menjauh.
Demikian pula dengan air itu, Allah menumbuhkan dan menghidupkan setiap
tumbuhan. Qatadah mengatakan : Kami menciptakan setiap yang tumbuh dari air.

Sebagian kaum cendikia berpendapat bahwa setiap hewan pada mulanya diciptakan
dari laut. Kemudian, setelah melalui masa yang sangat panjang, hewan-hewan itu
mempunyai karakter sebagai hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis.[10]
B. Kesimpulan
1. QS. Al-Ghasyiyah Ayat 17-20
a. Unta adalah binatang yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki

ketahanan yang tinggi dalam menanggung lapar dan dahaga dan semua sifat ini
tidak terdapat dalam binatang
b. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, berjalan di tengah panas terik di
gurun sahara dengan tidak seberapa kali berhenti dan berjalan sepanjang ribuan
kilometer, sehingga dia mendapat gelar atau julukan Perahu Sahara.
2. QS. Al-Mukminun : 12-15
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia di ciptakan berfase-fase, pertama
manusia itu di ciptakan dari saripati tanah, yaitu Nabi Adam AS. Kemudian
keturunannya diciptakan dari air mani (nuthfah), kemudian nuthfah itu disimpan dalam
rahim, kemudian nuthfah itu menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal
daging, kemudian dijadikan tulang belulang, kemudian Allah menciptakannya dalam
bentuk lain, yaitu manusia. Sedangkan dalam hadits disebutkan bahwa, air mani
(nuthfah) itu disimpan dalam rahim, setelah 40 malam air mani tersebut menjadi
segumpal darah, setelah 40 hari maka menjadi segumpal daging, setelah 40 hari maka
menjadi tulang belulang Allah memerintahkan malaikat untuk menjadikannya laki-laki
atau perempuan, kemudian ditetapkan rizkinya, ajalnya, akhlaknya, dan bahagia atau
tidak.
3. QS.Al-Anbiya : 30
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan semua jenis hewan dari air,
kemudian setelah waktu yang panjang, hewan-hewan itu mempunyai karakter sebagai
hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis.

DAFTAR PUSTAKA
Adi Firmansyah. 2014. Ayat-ayat Al-Quran dan Tafsirannya tentang Biologi. Institut Agama
Islam Negeri (IAIN)
[1] H.Q Shaleh, dan A. Dahlan, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Alquran, (Bandung : Diponegoro, 2000), hlm. 310.
[2] Hamka, Tafsir Al-Azhar juz xxx, (Surabaya : Yayasan Latimojong, 1982)hlm.119-120.
[3] Ibid,
[4]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjamah Tafsir al-Maragi, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm.
151.
[5] Salim Bahreisy, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, (Kuala Lumpur : Victory Agencie, 1994),
hlm.401.
[6] Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-maraghi, XVIII, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.11.
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah V.9, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm.166.
[8] Ibid,
[9] Afjalur Rahman, Al Qur`an Sumber Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1992),
hlm.169.
[10] Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-maraghi, XVII, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.39-41.

Anda mungkin juga menyukai