Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Sistim saluran pernafasan memiliki fungsi utama dalam menyuplai oksigen. Pada tubuh
saluran pernafasan memiliki peran penting, apabila dalam 1 menit saja kita tidak dapat
menyuplai oksigen dalam tubuh, maka akan berakibat fatal yang dapat menimbulkan kerusakan
irreversible pada otak, pingsan, dan dapat menimbulkan kematian. Sistim pernafasan pada
manusia meliputi hidung, faring, laring, tenggorokan, bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
Semakin memburuknya kualitas udara di bumi, dan perubahan cuaca yang ekstrem
menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan. Dalam kasusnya kita sering menjumpai dari
yang paling ringan seperti batuk, pilek, radang tenggorokan, sampai yang berat seperti asma,
radang paru-paru, emfisema, bronchitis dan lain-lain.
Dalam pengobatannya, berbeda penyakit berbeda pula obat (komposisi) yang diberikan.
Contohnya batuk, yang diberikan obat yang berkomposisi antitusive. Berdasarkan keterangan
diatas kami akan mengulas beberapa macam obat-obatan untuk saluran pernafasan.

B.

Tujuan

1.

Untuk memenuhi tugas Farmakologi.

2.

Untuk mengetahui macam-macam obat yang diberikan pada pasien yang memiliki penyakit
saluran pernafasan.

3.

Untuk mengetahui beberapa golongan obat untuk saluran pernafasan.

C.

Manfaat

1.

Pembaca dapat memahami macam-macam obat yang diberikan pada pasien saluran pernafasan

2.

Pembaca dapat mengetahui golongan-golongan obat

3.

Pembaca dapat mengetahui fungsi dari setiap golongan obat

4.

Pembaca dapat mengetahui efek samping yang ditimbulkan

D.

Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN

BAB II

: PEMBAHASAN

BAB III : PENUTUP

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Nasal Dekongestan
Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bertindak pada reseptor dalam mukosa
nasal yang

menyebabkan

pembuluh

darah

mengecil. Selain

itu juga dapat mengurangi

pembengkakan mukosa hidung dan melegakan pernafasan. Dekongestan apabila dikombinasikan


dengan antihistamin sangat efektif melegakan tanda-tanda rinitis terutama bila hidung
sumbat. Dibagi menjadi 2 macam yakni :
1.
a)

Nasal Dekongestan Sistemik


Indikasi
Untuk meringankan bersin-bersin hidung tersumbat.

b)

Farmakokinetik
Obat ini sering dijumpai dalam bentuk tablet atau kapsul.

c)

Efek Samping

Peningkatan tekanan darah

Takikardia (Denyut jantung berlebih)

d)

Contoh

Efedrin
Efedrin adalah alkaloid yang dikenal sebagai obat simpatomimetik aktif pertama secara oral.
Efedrin

sebagai

obat

adrenergik

dapat

bekerja

ganda

dengan

cara

melepaskan

simpanannorepinefrin dari ujung saraf dan mampu bekerja memacu secara langsung di reseptor
dan . Pada sistem kardiovaskuler, efedrin meninggikan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik melalui vasokonstriksi dan terpacunya jantung. Efedrin berefek bronkodilatasi
tetapilebih lemah dan lebih lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin
memacuringan SSP sehingga menjadi sigap, mengurangi kelelahan, tidak memberi efek tidur
dandapat digunakan sebagai midriatik. Efedrin digunakan sebagai dekongestan hidung,
bekerjasebagai vasokonstriktor lokal bila diberikan secara topikal pada permukaan mukosa
hidung,karena itu bermanfaat dalam pengobatan kongesti hidung pada Hay fever, rinitis
alergi,influenza dan kelainan saluran napas atas lainnya. Dosis : pada asma, oral 3-4 dd 25-50
mg(HCl), anak-anak 2-3 mg/kg sehari dalam 4-6 dosis. Nama Paten : Asmasolon

Pseudoefedrin
Isomer dekstro dari efedrin dengan mekanisme kerja yang sama, namun bronkodilatasinya lebih
lemah, tetapi efek sampingnya terhadap SSP dan jantung lebihringan. Obat ini, jika masuk ke
dalam sistem saraf pusat, dapat menyebabkan kecemasan, peka rangsangan, dan gelisah. Efek
samping lainnya berupa denyut jantung lebih cepat,insomnia, efek alergi pada kulit, kulit kering,
retensi urin, anoreksia, halusinasi, sakit kepala,mual, dan sakit perut. Pseudoefredin juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. Obatini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi
untuk flu. Dosis : oral 3-4 dd 60 mg (hcl,sulfat) Nama Paten : Sinutab, Sudafed, Polaramin.

Fenilpropanolamin
Phenylpropanolamine adalah sebuah dekongestan. Obat ini bekerja dengan menyusutkan
pembuluh darah (vena dan arteri) dalam tubuh. Pengerutan pembuluh darah di sinus, hidung dan
dada membuat area tersebut kekeringan, sehingga menurunkan nafsu makan. Indikasi : Untuk
mengobati sumbatan yang dihubungkan dengan alergi, demam karena alergi jerami (hay fever),
iritasi

sinus,

Untuk

menurunkan

dan

dingin
nafsu

yang
makan. Efek

biasa.
Samping:

Kegelisahan, kelelahan, insomnia, kepeningan, mual, hipertensi, tachycardia, arrhythmias.


2.
a)

Nasal Dekongestan Topikal


Indikasi
Untuk meringankan hidung tersumbat.

b)

Farmakokinetik
Balsam, inhaler, tetes hidung atau semprot hidung.

c)

Sakit Kepala

Kepala pening/pusing

Tremor

Depresi

Apabila digunakan secara berturut-turut akan menyebabkan iritasi pada hidung.

d)

Efek Samping

Contoh
Oksimetazolin

Mengurangi secret hidung yang menyumbat. Hal yang harus diperhatikan: Hindari dosis
melebihi yang dianjurkan. Hati-hati sewaktu meneteskan kehidung, dosis tepat dan masuknya
kelubang hidung harus tepat, jangan mengalir keluar atau tertahan.Tidak boleh digunakan lebih
dari 7-10 hari.

B.

Antihistamin
a)

Indikasi
Untuk meringankan bersin dan mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh

b) Farmakokinetik
Biasanya obat ini ditemukan dalam bentuk tablet atau kapsul.
c)

Efek Samping

Mengantuk

Efek antikolinergik

Diskrasia

Euphoria, gelisah, insomnia dan tremor.

Nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare.

d) Contoh
CTM
Bekerja untuk mencegah histamin bekerja pada reseptor H-1. Mencegah stimulasi refleks bersin.
Efek antimuskarinik menurunkan sekresi lendir dan meningkatkan dilatasi bronkus. Efek
samping: Paralisis gerakan cilia, Efek antikolinergik, Sedasi

C.

Antitusive

a)

Indikasi
Untuk meringankan batuk kering.

b)

Farmakokinetik
Tersedia dalam bentuk sirup atau cairan, tablet, dan permen sebagai pelega tenggorok

c)

Efek Samping

Gangguan saluran cerna

Mulut kering
Retensi urine
d)

Contoh
Antitusive dibedakan menjadi dua yakni :

Antitusive non narkotik


1).

Dekstrometrofan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan. Obat ini efektif bila diberikan
dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam, dosis dewasa 10-20 mg setiap 4 jam. Anak-anak umur 6-11
tahun 5-10 mg. Sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya 2,5 5 mg setiap 4 jam.

2).

Butamirat sitrat
Obat ini bekerja pada sentral dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di
perifer melalui aktifitas bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan
baik oleh penderita dan tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan
penekanan susunan saraf pusat. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat
digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu
meningkatkan kapasitas vital dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah 315 ml dan
untuk anak-anak umur 6-8 tahun 210 ml sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya
215 ml.

3).

Difenhidramin
Obat ini tergolong obat antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada
bronkitis. Efek samping yang dapat ditimbulkan ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung,
kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini mempunyai efek
antikolinergik karena itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin
dan gangguan fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam,
tidak melebihi 100 mg/ hari untuk dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg
setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/ hari. Sendangkan untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg
setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg / hari

Antitusive narkotik

1).

Kodein Fosfat

Indukasi : untuk kering dan batuk dengan nyeri

Peringatan : asma, gngguan fungsi hati dan ginjal , riwayat penyalahgunaan obat

Kontaindikasi : batuk berdahak, penyakit hepar, gngguan ventilasi.

Efek samping : konstipasi, depresi pernapasan pada pasien yang sensitif atau pada dosis besar.

Farmakokinetik : Tablet dan Cair (Sirup)

Obat Batuk Antitusif dikenal juga Obat batuk untuk batuk tidak berdahak (batuk kering). Obatobat kelompok ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan
ambang rangsang batuk.

D.

Expectorant

a)

Indikasi
Untuk mngurangi batuk berdahak, dan melunakkan sekret bronkus sehingga dapat dihilangkan
dengan batuk.

b)

Farmakokinetik
Lebih banyak ditemukan dalam bentuk sirup (cair) dan sedikit dalam bentuk tablet.

c)

Efek Samping

Mual,
Muntah,
Batu ginjal.
d)

Contoh

Gliseril Guaiacolate
Merangsang iritan-reseptor di lambung, sebabkan stimulasi parasimpatik pada saluran cerna dan
saluran nafas. Sebabkan sekresi mukus yang encer. Meningkatkan gerak cilia
Kelemahan : gangguan gastrointestinal
Obat lain: Saponin (radix polygalae, radix primulae)
Obat Emetik (radix ipekak, emetin)
Amonium klorida, Kalium iodide
Minyak atsiri (menthol, eukaliptus, thymi)

E.

Mucolytic
Mukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat hancur formasi dahak
sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat alaminya. Mukolitik bekerja dengan cara
menghancurkan benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil
akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat bertahan atau berada di
tenggorokan lagi seperti sebelumnya. Membuat saluran nafas bebas dari dahak.

a)

Indikasi
Untuk meringankan dan menghilangkan batuk berdahak.

b)

Farmakokinetik
Mucolytic tersedia dalam bentuk tablet dan cair (sirup).

c)

Efek Samping

Takikardia
Mulut kering
Gangguan saluran cerna
Retensi urine
d)

Contoh

Bromheksin
merupakan secretolyticagent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan mukopolisakarida pada
sputum sehingga mucus yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih encer
Ambroxol
Ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental
dan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir
dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali selama
pengobatan dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang secara bermakna.
Dengan demikian cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa saluran pernafasan
dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali. Penggunaan jangka panjang
dimungkinkan karena preparat ini mempunyai toleransi yang baik.
Indikasi :

Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronki yang abnormal baik akut
maupun kronis, khususnya pada keadaan-keadaan abnormal baik akut maupun kronis, khususnya
pada keadaan-keadaan eksaserbasi dari penyakit-penyakit bronchitis asmatis, asma bronchial.
Asetilsistein
Farmakologi
Merupakan derivat asam amino alamiah sistein ini berkhasiat mencairkan dahak yanng liat
dengan jalan memutuskan jembatan disulfida, sehingga rantai panjang antara mukoproteinmukoprotein panjang terbuka dan lebih mudah dikeluarkan melalui batuk. Sebagi prekusor dari
glutathion, zat ini juga berdaya anti oksidan dengan melindungi sel terhadap oksidasi dan
perusakan oleh radikal bebas. Asetilsistein juga mampu memperbaiki gerakan bulu getar (cilia)
dan membantu efek antibiotika (doksisiklin, amoksisiklin, dan tiamfenikol) (Tjay dan Rahardja,
2007).
Penggunaan
Sebagai mukolitik pada batuk berdahak dan sebagai antidotum pada keracunan paracetamol
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Efek Samping Obat dan Kontraindikasi
Efek samping yang paling sering muncul adalah mual dan muntah, maka penderita tukak
lambung harus waspada. Sebagai obat inhalasi zat ini menimbulkan kejang bronchi pada
penderita asma. Pada dosis tinggi (seperti pada intoksikasi parasetamol) dapat menimbulkan
reaksi anafilaktis dengan rash, gatal, udema, hipotensi dan bronchospasme (Tjay dan Rahardja,
2007).
Interaksi Obat
Meningkatkan efek antibiotika doksisiklin, amoksisiklin dan tiamfenikol (Tjay dan Rahardja,
2007).
Dosis
Oral : 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak anak 2-7 tahun 2 dd 200 mg, anak di
bawah 2 tahun 2 dd 100 mg. Sebagai antidotum keracunan parasetamol 150 mg/kg berat badan
dari larutan 5%, disusul dengan 75 mg/kg berat badan setiap 4 jam (Tjay dan Rahardja, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Terjemahan : dr. Peter Anugrah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
http://meikyphantom.blogspot.com/
http://ricobachtiar.wordpress.com/tag/mukolitik/
http://dokmud.wordpress.com/2010/03/17/batuk/
http://growupclinic.com/2013/08/06/daftar-lengkap-obat-anti-alergi-antihistamin-dan-efeksampingnya/

Anda mungkin juga menyukai