Anda di halaman 1dari 5

Biodata Soeharto

Jum'at, 30 April 2004 | 17:44 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta:
Lahir:
Kemusuk, Argamulya, Yogyakarta, 8 Juni 1921
Agama:
Islam
Pendidikan:
- SD, Yogyakarta, Wuryantoro, dan Solo
- SMP dan Sekolah Agama, Wonogiri dan Yogyakarta (1935-1939)
- Sekolah Bintara KNIL, Gombong (1941)
- SSKAD, Bandung (1959-1960)
Karir:
- Dan Yon Brigade ''O'' (1945-1950)
- Komandan Brigade Pragola Sub Teritorium IV Jawa Tengah (1953)
- Komandan Resimen Infanteri 15 (1953)
- Kepala Staf Teritorium IV Divisi Diponegoro (1956)
- Deputi I Kasad (1960)
- Ketua Komite Ad Hoc Retooling TNI-AD (1960)
- Atase Militer RI di Beograd, Paris, dan Bonn (1961)
- Panglima Mandala Pembebasan Irian Barat (1962) ;
- Panglima Kostrad (1963-1965)
- Pimpinan Sementara TNI-AD (1965)
- Panglima TNI-AD (1966)
- Ketua Presidium Kabinet Ampera (1966)
- Penjabat Presiden RI (1967)
- Presiden RI (1967-1998)
Alamat rumah:
Jalan Cendana 8, Jakarta Pusat
Anak:
Siti Hardijanti Hastuti, yang menikah dengan Indra Rukmana dengan anak-anak
Dandi Nugroho Indra Haryanto, Danti Indrastuti, Dhany Wimo Utomo Indro
Rukmana.
Sigit Hardjoyudanto, menikah dengan Ilsye Anneke Ratnawati, dengan anak-anak
Haryowibowo Sigit, Retnosari Widowati, Haryo Tetuko Setowijoyo.
Bambang Trihatmodjo, menikah dengan Halimah Augustina, dengan anak Gendis Siti
Hatmanti.
Siti Herijati Heriaty, menikah dengan Prawobo, dengan anak Ragowo Hediprasetyo.
Hutomo Mandalaputro, menikah dengan Tata.
Siti Hutami Endang Adiningsih, menikah dengan Pratikto Prayitno Singgih, dengan
anak Wiratama Hadipramanto Pratikto

Pusat Data dan Analisa Tempo

Kronologi Soeharto
Jum'at, 30 April 2004 | 17:35 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: 8 Juni 1921
Soeharto lahir di Kemusuk, Argamulya, Yogyakarta. Ia anak tunggal pasangan
Sukirah dan Kertoredjo alias Wagiyo alias Panjang alias Kertosudiro.
Juni 1940
Soeharto masuk sekolah tentara KNIL di Gombang.
26 Desember 1947
Menikah dengan Raden Ayu Siti Hartinah, anak KRMT Soemoharyomo, seorang
Wedana, di Solo.
1 Maret 1949
Atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman,
Brigade-10 yang dipimpin Letnan Kolonel Soeharto menyerang dan berhasil enam
jam menguasai Yogyakarta. Peristiwa tersebut dalam sejarah disebut-sebut sebagai
bukti bahwa negara RI masih ada.
17 Oktober 1959
Nasution memecat Soeharto sebagai Pangdam Diponegoro, setelah Soeharto
diketahui menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari
perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah. Soeharto ditempatkan di Seskoad di
Bandung.
Maret 1961
Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) terbentuk, dengan Soeharto sebagai
komandan.
2 Januari 1962
Brigadir Jenderal Soeharto menjadi panglima komando Mandala Pembebasan Irian
Barat.
3 Oktober 1965
Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini memberikan
wewenang besar kepadanya, membersihkan orang-orang yang dituduh terlibat G30
S/ PKI.
14 Oktober 1965
Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat. Tidakan
pertamanya adalah membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
11 Maret 1966
Letjen Soeharto menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden
Soekarno, yang isinya memberikan kekuasaan kepada Letjen Soeharto untuk dan
atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima Besar Revolusi mengambil tindakan
yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan
jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi.

12 Maret 1966
Dengan memegang Supersemar, Soeharto mengumumkan pembubaran PKI, dan
menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
22 Februari 1967
Soeharto --selaku pemegang Ketetapan MPRS No. XXXIII/ 1967-- menerima
penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno.
7 Maret 1967
Melalui Sidang Istimewa MPRS, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat Presiden sampai
terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
12 Maret 1967
Jenderal Soeharto dilantik sebagai Presiden RI ke-2.
10 Juni 1968
Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan I.
15 Juni 1968
Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden, terdiri dari: Prof Dr.
Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Ali Wardhana, Prof Dr. Moh. Sadli, Prof Dr. Soemitro
Djojohadikusumo, Prof Dr. Subroto, Dr. Emil Salim, Drs. Frans Seda, dan Drs. Radius
Prawiro.
24 Maret 1973
Soeharto dilantik kembali sebagai Presiden RI, dengan Wakil Presiden Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
22 Maret 1978
Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk periode ketiga kalinya. Adam Malik
wakil presiden.
1 Maret 1983
Sidang Umum MPR memutuskan memilih kembali Soeharto sebagai Presiden RI, dan
Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden RI.
16 Maret 1983
Presiden Soeharto mengumurnkan susunan Kabinet Pembangunan IV yang terdiri
atas 21 menteri, tiga menteri koordinator, delapan menteri muda dan tiga pejabat
setingkat menteri.
10 Januari 1984
Presiden Soeharto resmi menjadi anggota Golkar.
21 Juli 1986
Presiden Soeharto mendapat penghargaan dari lembaga pangan PBB, FAO, karena
keberhasilannya mewujudkan swasembada pangan.
10 Maret 1988
Soeharto dipilih MPR sebagai presiden untuk kelima kalinya. Sudharmono wakil
presiden.

8 Juni 1989
Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di bidang
kependudukan Indonesia di Markas Besar PBB, New York, karena dinilai sukses
dalam program Keluarga Berencana di Indonesia.
Maret 1993
Soeharto dipilih MPR sebagai presiden untuk yang keenam kalinya. Try Sutrisno wakil
presiden.
29 April 1996
Istri Soeharto, Siti Hartinah, meninggal dunia.
15 Januari 1998
Presiden Soeharto menandatangani letter of intent dengan IMF di Jalan Cendana,
Jakarta, disaksikan oleh Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus.
18 Februari 1998
Soeharto berencana membentuk currency board system (CBS) untuk menstabilkan
rupiah. IMF mengancam akan memotong dana jika CBS diterapkan.
Maret 1998
Soeharto dipilih MPR sebagai presiden untuk lima tahun lagi. Habibie wakil presiden.
14 Mei 1998
Karena situasi memburuk di Tanah Air, Presiden Soeharto meninggalkan pertemuan
G-15 di Kairo dan pulang ke Tanah Air.
16 Mei 1998
Di kediaman Soeharto, Senat Guru Besar UI menyampaikan hasil simposium UI
tentang reformasi. Isinya: meminta Presiden Soeharto mundur.
19 Mei 1998
Soeharto mengundang tokoh-tokoh yang dinilai reformis ke Istana Merdeka. Para
tokoh meminta Presiden Soeharto mundur.
20 Mei 1998
Saadillah Mursjid memberikan surat pernyataan 14 menteri kepada Pak Harto.
21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Soeharto membacakan pidato pengunduran diri sebagai presiden.
5 Juli 1998
Soeharto menggugat majalah Time edisi Asia, karena majalah tersebut
memberitakan transfer dana atas namanya sebesar US$ 9 miliar dari rekening bank
di Swiss ke Austria. Pengadilan kemudian memenangkan Time.
22 November 1998
Soeharto menyerahkan Yayasan Supersemar, Dharmais, Dakap, Amal Bakti Muslim
Pancasila, Itana Sejahtera Mandiri, Dana Gotong Royong, dan Trikora kepada
pemerintah.
12 Januari 1999

The Asian Wall Street Journal menulis Soeharto sebagai presiden terkaya di dunia,
dengan 1.247 perushaan keluarga.
31 Agustus 2000
Pengadilan atas Soeharto dimulai. Soeharto tidak hadir. Dokternya mengatakan
bahwa ia sakit sehingga tidak bisa memberikan kesaksian.
28 September 2000
Pengadilan memutuskan Soeharto secara medis tidak mungkin diajukan ke
pengadilan dan menghentikan kasus tersebut.
5 Mei 2003
Mantan Presiden Soeharto menjenguk Hutomo Mandala Putera alias Tommy di LP
Batu Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah.
Pusat Data dan Analisa Tempo

Anda mungkin juga menyukai