Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Universitas Dian Nuswantoro

Sistem Pendukung Keputusan


dengan
Metode AHP
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pendukung Keputusan

Disusun oleh :
Nama

: Vip Yuliana Indriani

NIM
Program Studi

: A12.2009.03421
: S1 Sistem Informasi

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG
2012

ABSTRAK
Dalam kehidupan manusia, tidak akan pernah lepas dari suatu pikiran yang bimbang dan
akhirnya manusia membuat atau mengambil keputusan kemudian melaksanakannya. Hal ini
tentu dilandasi asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar merupakan pencerminan hasil
proses pengambilan keputusan dalam pikirannya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, manusia
membuat prioritas dan memutuskan area mana yang dilaksanakan terlebih dahulu. Oleh karena
itu diperlukan sebuah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan sehingga dasar
pengambilan keputusan menjadi lebih kuat. Tujuan dari sistem pendukung keputusan ini adalah
untuk menentukan kriteria (alternatif) yang digunakan di dalam pemilihan gagasan oleh
pengambil keputusan. Ada berbagai metode dalam pengambilan keputusan. Salah satu
metodenya adalah metode Analitycal Hierarchy Process yang mampu memberikan urutan
rangking terbaik. Hasil analisis yang didapat mampu memberikan urutan rangking terbaik,
sehingga menghasilkan kriteria dengan bobot tertinggi yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi decision maker untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

Kata Kunci : Pengambilan Keputusan, Sistem Pendukung Keputusan, metode, Analitycal


Hierarchy Process.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi sekarang ini sudah sangat pesat, tidak terbatas pada perkembangan
teknologi perangkat keras dan perangkat lunak, namun juga pada metode komputasi. Salah satu
metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode sistem pendukung keputusan
(Decision Support System). Dalam teknologi informasi, sistem pendukung keputusan merupakan
cabang ilmu yang letaknya diantara sistem informasi dan sistem cerdas.
Sistem pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi informasi. Karena dalam era
globalisasi seperti sekarang ini sebuah perusahaan dituntut untuk bergerak cepat dalam
mengambil suatu keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang diberikan oleh
metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) dalam membantu pengambilan keputusan.
Metode AHP merupakan metode pengambilan keputusan yang multi kriteria. Jadi akan sangat
cocok apabila digunakan metode AHP dengan multi kriteria dengan melihat adanya kriteriakriteria yang dipergunakan dalam pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
Apa yang dimaksud dengan sistem pendukung keputusan (Decision Support System)?
Apa tujuan dari DSS, karakteristik DSS dan komponen-komponen utama DSS?
Metode apa saja yang dapat digunakan dalam DSS?
Apa yang dimaksud dengan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process)?
Apa kelebihan dan kekurangan dari metode AHP?
Bagaimana tahapan-tahapan metode AHP ?
Apa prinsip dasar dari metode AHP?

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah :
Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem pendukung keputusan (Decision Support
System).
Mengetahui tujuan dari DSS, karakteristik DSS dan komponen-komponen utama DSS.

Mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan dalam DSS.


Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process).
Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode AHP.
Mengetahui tahapan-tahapan metode AHP.
Mengetahui prinsip dasar AHP.

PEMBAHASAN
Sistem Pendukung Keputusan
A. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support
System)
DSS merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, DSS merupakan
sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data.
Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi
terstruktur dan situasi tidak terstruktur, di mana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana
keputusan seharusnya dibuat (Alter, 2002).
Menurut Dadan Umar Daihani (2001:54), konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama
kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S.Scott Morton yang menjelaskan
bahwa Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem yang berbasis computer yang ditujukan
untuk membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk
memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.
Selain itu Efraim Turban mengemukakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan merupakan
sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam
situasi keputusan semiterstruktur.
Dari beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu
sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang bersifat semi struktur dan tidak terstruktur.
Sistem ini memiliki fasilitas untuk menghasilkan berbagai alternatif yang secara interaktif dapat
digunakan oleh pemakai. Sistem ini berbasis komputer yang dirancang untuk meningkatkan

efektivitas pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur
dan tidak terstruktur. Kata berbasis komputer merupakan kata kunci, karena hampir tidak
mungkin membangun SPK tanpa memanfaatkan komputer sebagai alat Bantu, terutama untuk
menyimpan data serta mengelola model.

B. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan


Tujuan dari SPK adalah (Turban, 2005) :
Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur.
Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk
menggantikan fungsi manajer.
Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya.
Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan
banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.
Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para
pakar, bisa sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan
memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat
biaya perjalanan).
Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. Sebagai
contoh, semakin banyak data yang diakses, semakin banyak data yang diakses, makin banyak
juga alternatif yang bisa dievaluasi.
Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan. Tekanan persaingan
menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit.
Mengatasi keterbatasan kognitif dalam memproses dan penyimpanan.

C. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan


Turban (2005) mengemukakan karakteristik dan kapabilitas kunci dari Sistem Pendukung
Keputusan adalah sebagai berikut :
Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur.
Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.
Dukungan untuk individu dan kelompok.

Dukungan untuk semua keputusan independen dan atau sekuensial.


Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan
implementasi.
Dukungan pada berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat dimana pengambil keputusan dapat menghadapi
masalah-masalah baru dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara
mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.
Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat, dan sebuah
bahasa interaktif yang alami.
Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) dari pada
efisiensi (biaya).
Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan keputusan dalam
memecahkan masalah.
Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sistem sederhana.
Menggunakan model-model dalam penganalisisan situasi pengambilan keputusan.
Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi
geografi (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil keputusan
pada satu lokasi atau didistribusikan di satu organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi
sepanjang rantai persediaan.

D. Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan


Menurut Turban (2005), Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari empat subsistem, yaitu:

Manajemen Data, meliputi basis data yang berisi data-data yang relevan dengan keadaan dan
dikelola oleh perangkat lunak yang disebut dengan Database Management System (DBMS).
Manajemen Model berupa sebuah paket perangkat lunak yang berisi model-model finansial,
statistik, management science, atau model kuantitatif, yang menyediakan kemampuan analisa
dan perangkat lunak manajemen yang sesuai.

Subsistem Dialog atau komunikasi, merupakan subsistem yang dipakai oleh user untuk
berkomunikasi dan memberi perintah (menyediakan user interface).
Manajemen Knowledge yang mendukung subsistem lain atau berlaku sebagai komponen yang
berdiri sendiri.

E. Macam Macam Metode Sistem Pendukung Keputusan


Metode sistem pendukung keputusan sangatlah beragam, beberapa metode yang sering
digunakan antara lain :
Metode Sistem Pakar
Metode Regresi Linier
Metode Logika Fuzzy
Metode B/C Ratio
Metode AHP
Metode IRR
Metode NPV
Metode FMADM, dan lain sebagainya.

Metode AHP (Analytic Hierarchy Process)


A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process )
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty.
Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi
dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke
dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain
karena alasan-alasan sebagai berikut :
Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria
yang paling dalam.
Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan
alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

B. Kelebihan dan Kelemahan AHP


Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system
analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
Kesatuan (Unity) ; AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu
model yang fleksibel dan mudah dipahami.
Kompleksitas (Complexity); AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui
pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
Saling ketergantungan (Inter Dependence); AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem
yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.
Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring); AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung
mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi
elemen yang serupa.
Pengukuran (Measurement); AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk
mendapatkan prioritas.
Konsistensi (Consistency); AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang
digunakan untuk menentukan prioritas.
Sintesis (Synthesis); AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa
diinginkannya masing-masing alternatif.
Trade Off; AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus); AHP tidak mengharuskan adanya suatu
konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.

Pengulangan Proses (Process Repetition); AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari
suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses
pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli
sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak
berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada
batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

C. Tahapan AHP
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali
Ramdhani, 1998) :
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita
berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami.
Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut.
Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita
kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan
utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteriakriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki
dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks
yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi,
mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang
mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu
mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas
hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan
dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.

Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah


penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen
yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1
sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu
elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai
1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil
perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan.
Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty
bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan:
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya, Pengalaman dan
penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat
kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat
disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang
satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini
diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j
mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i.
Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan
data diulangi.
Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan
bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai
setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap
baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan
melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar

menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna,
rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.
Apabila suatu permasalahan pengambilan keputusan ingin diselesaikan dengan metode AHP,
permasalahan tersebut perlu dimodelkan sebagai tiga hirarki umum, yakni tujuan, kriteria
(termasuk sub-kriteria di bawahnya), dan alternatif.
Sebagai contoh, misalnya seorang manajer dihadapkan permasalahan untuk memilih armada
logistik yang paling sesuai. Permasalahan ini dapat dimodelkan seperti model hirarki AHP di
bawah ini.

Dalam model di atas, terlihat ada beberapa level/baris yang membentuk sebuah hirarki. Level
bagian atas adalah untuk merepresentasikan tujuan. dan level di bawahnya merupakan level
kriteria dan sub-kriteria. Sedangkan level paling bawah menunjukkan kandidat-kandidat yang
akan dipertimbangkan untuk dipilih.

D. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP


AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
Dekomposisi. Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian bagian
secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling
sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan
alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih
banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu
elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen
tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki
perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.

Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments). Dengan prinsip ini akan


dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan
skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa
angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan
prioritas.
Sintesa Prioritas.Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas
dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level
yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang
kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai
dengan kriterianya.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah :

Metode ini mampu digunakan untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat.

Kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan ketika pengambilan keputusan seperti


keterlambatan dalam mengambil keputusan dapat diminimalisir dengan menggunakan metode
ini.
Aplikasi dibuat fleksibel sehingga dapat memungkinkan personal maupun departemen untuk
dapat mengubah nilai dari kriteria-kriteria yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Daihani, Dadan Umar, Komputerisasi Pengambilan Keputusan, Jakarta: Elex Media


Komputindo, 2001.
Efraim Turban, Decision Support System and Intelligent Systems, edisi Bahasa Indonesia jilid 1,
Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005.
Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2007.
Syaifullah. Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Home page on-line.
Available from http://syaifullah08.files.wordpress.com; Internet; Accessed 20 Oktober 2012.
Thomas L. Saaty, NEW! Creative Thinking, Problem Solving & Decision Making, RWS
Publ., ISBN-1-888603-03-8,2005.

Anda mungkin juga menyukai