Anda di halaman 1dari 32

PERCOBAAN 1

TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN

I.

II.

TUJUAN
Mampu menunjukkan letak organ-organ tubuh
Mampu menjelaskan sistem transpor dalam tubuh
TEORI DASAR
Tubuh manusia merupakan suatu organisasi yang melaksanakan fungsinya

secara simultan dan utuh. Tingkatan organisasi dalam tubuh manusia dikelompokkan
menjadi 6, yaitu :
1. Atom dan Molekul
Atom adalah unit terkecil yang dapat bergabung membentuk molekul.
Contoh : atom C, atom H, atom O
Molekul, adalah kumpulan atom yang dapat berinteraksi dengan bentuk
yang kompleks. Molekul dapat bergabung membentuk organel.
Contoh : protein, air, organel ribosom.
2. Sel adalah unit terkecil kehidupan dalam tubuh manusia yang tersusun
dari berbagai komponen termasuk organel.
Contoh : sel otot, sel saraf. Sel darah, sel epitel
3. Jaringan adalah kumpulan dari banyak sel yang memiliki struktur dan
fungsi yang sama. Jaringan dapat berinteraksi dengan jenis sel yang lain
dan zat-zat yang terdapat di ruang ekstraseluler.
Contoh : Jaringan otot, Jaringan saraf
4. Organ adalah kombinasi dari berbagai jaringan yang struktur dan
fungsinya berbeda.
Contoh : jantung yang dibentuk oleh lapisan-lapisan jaringan otot dan
jaringan ikat.
5. Sistem organ adalah interaksi dari beberapa organ.

Contoh : system kardiovaskular yang merupakan interaksi antara jantung,


darah, dan pembuluh darah.
6. Organisme adalah tubuh manusia yang merupakan gabungan dari seluruh
system organ yang bekerjasama untuk mempertahankan kondisi
homeostasis.
Proses transpor molekul adalah salah satu aktivitas yang berlangsung di dalam
tubuh manusia. Transpor molekul dilakukan sel melalui membran sel yang bersifat
selektif permeabel. Artinya, membran sel dapat dilewati molekul tertentu sesuai yang
dikehendakinya. Transpor molekul pada sel terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan antara ruang di dalam sel dengan cairan ekstra sel. Inilah yang
disebut dengan gradien konsentrasi.
Transpor molekul melalui membran dapat dibagi menjadi, yaitu :
1. Transor Aktif
Transpor aktif adalah transpor melalui membran dengan melawan
kecenderungan

alami

yaitu

melawan

gradien

konsentrasi

dengan

menggunakan energi ATP. Transpor melalui membran jenis lain adalah


endositosis dan eksositosis. Prinsip-prinsip dasar transpor melalui membran
adalah setiap molekul memiliki kecenderungan untuk menempati ruang secara
merata. Molekul pada konsentrasi tinggi memiliki tekanan yang lebih besar
dan setiap molekul mempunyai kecenderungan untuk selalu bergerak karena
mengandung energi kinetik. Dengan demikian secara alami terdapat

kecenderungan molekul pada konsentrasi tinggi bergerak ke konsentrasi


rendah. (Diastuti, 2009)
Macam-Macam Transpor Aktif
a. Pompa ATP
b. Kotranspor
c. Endositosis dan Eksositosis
2. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan transpor yang tidak memerlukan energi untuk
melakukan pergerakannya, meliputi difusi, difusi terfasilitasi, dan osmosis.
(Diastuti, 2009)
a. Difusi
Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan tertentu lewat
suatu membran sebagai akibat konsentrasi yang berbeda. Apabila membran
plasma ini bersifat permeabel maka hanya bahan-bahan tertentu saja yang
dapat melewatinya dengan cara difusi. Difusi melewati membran plasma ini
pada umunya bersifat khas karena membutuhkan enzim tertentu sehingga
membran sel bersifat enzyme controlled permeable. Mekanisme dapat
dilihat pada pemasukan gerakan molekul ion cenderung mengisi seluruh
ruangan yang tersedia. (Juwono, 2000)
Cara difusi umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi. Proses
difusi dapat terjadi bagi oksigen, CO2, air, elektrolit dan bahan organis

molekul sederhana. Difusi lewat sekat jauh lebih pelan dan sulit dari pada
tanpa lewat sekat. Karena molekul zat itu harus melewati molekul-molekul
membran yang bersusun rapat. Air mudah berdifusi lewat pori yang banyak
tersebar pada membran sel. (Yatim, 1990)
Pada umumnya , air dan bahan yang larut didalamnya, masuk dan
keluar sel bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per suatu molekul
setiap kali. Pergerakan neto dari satu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas
kinetik acak atau gerak dari molekul ion, disebut difusi. Karena difusi zat cair
yang menempuh jarak makroskopis itu berlangsung lambat, dan aliran massa
gas dan zat cair sangatlah lazim, maka difusi bukanlah suatu kejadian yang
mudah terlihat. Walaupun demikian, sebenarnya difusi mudah diamati. (Frank,
1995)
Macam-Macam Difusi
Proses difusi yang kita ketahui terbagi ke dalam 3 jenis yaitu difusi pada
material cair, difusi pada material padat, dan difusi pada material gas.
1. Difusi cair
Dikatakan difusi cair jika terjadi perpindahan molekul cairan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
2. Difusi padat
Dikatakan difusi padat jika terjadi perpindahan molekul padatan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Selama ini batasan antara kapan

terjadinya difusi air dengan difusi padatan masih belum jelas karena
prosesnya sering terjadi bersamaan dan susah untuk dibedakan.
3. Difusi gas
Dikatakan difusi gas jika terjadi perpindahan molekul gas dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. (Mehrer, 2007)
Mekanisme Difusi
a. Transport Pasif
Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme,
yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang
terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed),
dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi sederhana melalui
membrane berlangsung karena molekul -molekul yang berpindah atau
bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga
dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran
sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid,
vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam
lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul
anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus
yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran
melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein
transmembran,

semacam

pori

dengan

diameter

tertentu

yang

memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori


tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul molekul berukuran

besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam garam mineral ,
tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan
protein

pembawa

atau

transporter

untuk

dapat

menembus

membrane. Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transforter


dinamakan difusi difasilitasi (Kimball, 1999).
b. Transpor aktif
Pada sel-sel akar tumbuhan terdapat penumpukan mineral. Artinya,
konsentrasi mineral di dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel, atau
potensial air di luar sel lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air
di dalam sel. Oleh karena itu, osmosis dari luar sel ke dalam sel tetap
berlangsung untuk mencegah plasmolisis. Akan tetapi, keadaan ini
menghambat pengambilan mineral dari luar ke dalam sel melalui
difusi, terutama karena membran sel memiliki permeabilitas yang
sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan transpor aktif
yang melibatkan energi dari ATP agar ion-ion dapat masuk ke dalam
sel. ATP adalah molekul pembawa energi di dalam sel (Kimball,
1999).
Faktor yang Mempengaruhi Difusi
a) Tingkat gradien konsentrasi
Semakin besar perbedaan konsentrasi, semakin cepat difusi. Semakin dekat
distribusi bahan sampai ke kesetimbangan, semakin lambat laju difusi terjadi.
b) Massa molekul menyebar

Molekul yang lebih berat bergerak lebih lambat; Oleh karena itu, mereka
menyebar lebih lambat. Sebaliknya adalah benar untuk molekul yang lebih
ringan.
c) Suhu
Suhu yang lebih tinggi meningkatkan energi dan karena itu gerakan molekul,
meningkatkan laju difusi. Suhu yang lebih rendah menurunkan energi
molekul, sehingga mengurangi laju difusi.
d) Kerapatan Pelarut
Saat kerapatan pelarut yang meningkat, tingkat difusi akan berkurang.
Molekul-molekul memperlambat karena mereka memiliki waktu yang lebih
sulit masuk melalui media padat. Jika media kurang padat, difusi meningkat.
Sebuah contoh dari hal ini adalah orang yang mengalami dehidrasi. Seperti
sel-sel tubuh kehilangan air, laju difusi menurun dalam sitoplasma, dan fungsi
sel-sel memburuk. Neuron cenderung sangat sensitif terhadap efek ini.
Dehidrasi sering menyebabkan ketidaksadaran dan mungkin koma karena
penurunan laju difusi dalam sel.
e) Kelarutan
Seperti telah dibahas sebelumnya, bahan nonpolar atau larut dalam-lipid
melewati membran plasma lebih mudah daripada bahan polar, memungkinkan
tingkat yang lebih cepat dari difusi.
f) Luas permukaan dan ketebalan membran plasma
Peningkatan luas permukaan meningkatkan laju difusi, sedangkan membran
tebal mengurangi itu.
g) Jarak tempuh
Semakin jauh bahwa zat harus melakukan perjalanan, semakin lambat laju
difusi. Hal ini memberikan pembatasan atas ukuran sel.

Contoh Difusi Pada Kehidupan Sehari-Hari


1. Gula yang dimasukkan ke dalam minuman panas di dalam gelas akan
menyebar ke seluruh volume air gelas walaupun tanpa di aduk karena
berdifusi di dalam zat cair.
2. Uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara, dimana pada masing-masing
zat, kecepatan difusi berbeda-beda.
3. Bakteri Escherichia coli yang diletakkan pada media laktosa. Membran sel
bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat dilalui oleh
laktosa. Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim
dari dalam sel yang disebut permease, yang merupakan suatu protein sel.
Enzim permease inilah yang akan membuatkan jalan bagi laktosa sehingga
laktosa ini dapat masuk melalui membran sel.
4. Perendaman kentang dengan air garam, menyebabkan kentang menjadi lebih
asin.
5. Perendaman tebu kedalam air gula, membuat tebu jauh lebih manis
6. Ikan air tawar yang diletakkan di dalam air laut menyebabkan volume tubuh
ikan akan menyusut karena air laut bersifat hypertonic terhadap sel tubuh
mahluk hidup. Mengkonsumsi air laut menyebabkan tubuh akan mengalami
dehidrasi.
7. Parfum yang disemprotkan akan menyebar ke seluruh ruangan karena
berdifusi dengan udara.
(Fadilla, 2012).
b. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi
rendah (hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses

ini biasa melalui membran selektif permeabel dari bagian yang lebih encer ke
bagian yang lebih pekat. Osmosis adalah difusi air melalui membran semi
permeabel, dari larutan yang banyak air ke larutan yang sedikit air. Definisi
paling sederhananya adalah difusi air melalui membran semipermeabel
(permeabel hanya kepada pelarut, tidak kepada terlarut). (Lakitan, 2008)
Osmosis merupakan suatu peristiwa perembesan suatu molekul air
melintasi membran yang memisahkan dua larutan dengan potensial air yang
berbeda. Proses osmosis berlangsung dari larutan hipotonik menuju larutan
yang hipertonik atau perpindahan air dari molekul larutan yang potensial
airnya tinggi ke potensial yang rendah melalui membran selektif permeabel
(semipermeabel). Membran selektif permeabel adalah selaput pemisah yang
hanya dapat dilalui oleh air dan molekul-molekul tertentu yang larut di
dalamnya. Molekul-molekul yang dapat melewati membran semipermeabel
adalah molekul-molekul asam amino, asam lemak dan air, sedangkan molekul
zat yang berukuran besar misalnya polisakarida (pati) dan protein tidak dapat
melewati membran semipermeabel tersebut tetapi memerlukan protein
pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi memiliki tekanan osmosis yang tinggi pula
maupun sebaliknya. Setiap sel hidup merupakan sistem osmosis. Jika sel
ditempatkan dalam larutan yang lebih pekat (hipertonis) terhadap cairan sel
maka air dalam sel akan terisap keluar. Hal itu akan menyebabkan plasma

menyusut. Jika air sel terus terisap keluar akan menyebabkan plasma terlepas
dari sel-sel dan sel akan mengerut. Sebaliknya jika sel berada dalam larutan
hipotonis (lebih encer daripada cairan sel), air dari luar sel akan masuk ke
dalam sel sehingga sel mengembang. Contoh peristiwa osmosis adalah
kentang yang dimasukkan ke dalam air garam. (Sulistyowati, 2010)
Mekanisme Osmosis
Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel
ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan
glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan
oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi
rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang
konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air
berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang
konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam
sel

dikatakan

sebagai

larutan

hipertonis.

Sedangkan

larutan

yang

konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika
larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah
daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. Difusi dan osmosis
adalah termasuk transport pasif artinya transport yang tidak memerlukan
energi (ATP).

( Rahmawati, 2010 )

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Osmosis


1. Ukuran molekul yang meresap
Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang membran akan
meresap dengan lebih mudah.
2. Keterlarutan lipid
Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih
cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid.
3. Luas permukaan membran
Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran yang
disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
4. Ketebalan membran
Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan jarak yang
harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar
resapan melalui satu membran yang tipis adalah lebih cepat.
5. Suhu
Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan
menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu
yang rendah.
Contoh Osmosis dalam Kehidupan Sehari-Hari
1) Wortel yang direndam dan dimasukan ke larutan garam dengan kadar
10%. Maka kemudian sel dari wortel akan kehilangan kekakuannya,
ini dikarenakan potensial air di dalam sel wortel yang direndam tadi
lebih besar atau lebih tinggi daripada potensial air di larutan garam, ini

menyebabkan air dari sel wortel akan keluar ke dalam larutan garam
tersebut.
2) Ini sering temui di rumah sakit, yaitu dalam proses infus. Cairan yang
digunakan haruslah isotonik dengan dengan sel darah yang ada di
dalam tubuh, ini di maksudkan agar tidak terjadi plasmolisi atau
krenasi.
3) Proses yang terjadi pada tumbuhan, Tummbuhan menyerap mineral
dan air melalui akarnya. Dan proses penyerapan ini terjadi secara
osmosis.
4) Bila kita merendam kentang ke dalam air garam, maka kentang
tersebut akan menyusut. Penyusutan ini terjadi karena air yang ada di
dalam kentang keluar dan bercampur dengan air garam. proses
keluarnya air di dalam kentang ke larutan garam adalah peristiwa
osmosis.
BM dan Struktur KMnO4 dan Metil Jingga
KMnO4 mengandung tidak kurang dari 99% KMnO 4, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. KMnO4 mempunyai BM 158,03 g/mol. Pemeriannya yaitu
hablur mengkilap, ungu tua atau hamper hitam, tidak berbau, rasa manis atau sepat.
Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih.
Metil jingga mempunyai rumus molekul C14H14N3NaO3S dan mempunyai BM
327,33g/mol. Pemeriannya yaitu serbuk jingga kekuningan. Kelarutannya yaitu
mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air dingin, sangat sukar larut dalam
etanol. (Farmakope Indonesia Jilid III,1979)

III.

ALAT DAN BAHAN


Alat :

Gelas-gelas piala 50 ml dan 100 ml


Selofan
Tali
Penangas air
Lampu spirtus
Kaki tiga
Cawan petri
Tabung reaksi dan rak
Pipet tetes
Batang pengaduk
Alat pelubang (perforator)

Bahan :

NaCl 0,9%

IV.

Larutan sukrosa 5%
Putih telur
AgNO3 1%
Agar
Metil Jingga
Asam asetat
Kristal KMnO4
Kristal Metil Jingga
Larutan Benedict
Larutan Sukrosa 20%
Larutan Sukrosa 40%
Larutan Sukrosa 60%
Air hangat
Eter

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Anatomi
a. Anatomi tubuh manusia

Dicari gambar anatomi tubuh manusia yang dapat diamati


berdasarkan pembedahan
Midsagital dalam kulit digunting sepanjang daerah abdomen dan
toraks
Kulit digunting secara lateral pada bagian anterior dan posterior
dari torehan midsagital
Torehan sepanjang rongga abdomen
Torehan lat eral untuk memamerkan organ dalam

b. Anatomi tubuh tikus


Tikus dibius
Tikus diletakkan di atas baki bedah dengan posisi abdomen
menghadap ke atas
Tikus dipotong sepanjang dinding abdomen

2. Fisiologi
a. Percobaan Difusi
i.
Difusi Sederhana
Beberapa butir Kristal KMnO4 dimasukkan kedalam gelas
piala yang telah diisi setengahnya dengar air
Dilakukan pengamatan selama 1 jam
Percobaan diulangi menggunakan air hangat
ii.

Difusi Agar

Larutan agar 2% dibuat dalam akuades pada gelas piala


Agar dididihkan hingga diperoleh larutan bening
Larutan agar sebanyak 5ml dituangkan ke cawan petri dan dibiarkan memadat
Ketika sudah memadat, 2 lubang dibuat dengan jarak 3 cm
Kristal KMnO4 diletakkan pada salah satu lubang
Kristal metil jingga diletakkan dilubang yang lain
Jarak difusi KmnO4 dan metil jingga dicatat sebagai fungsi waku
iii.

Difusi Melalui Membran


Larutan koloidal dibuat dengan komposisi air, putih telur,

NaCl 0.9%, dan glukosa 5%


V.
DATA PENGAMATAN
a. Anatomi Tubuh Manusia

Keterangan :
1. Telinga
2. Mata
3. Hidung
4. Rahang atas
5. Rahang bawah
6. Kelenjar saliva
7. Tenggorokan
8. Kelenjar tiroid
9. Kerongkongan

10. Paru-paru
11. Lambung
12. Jantung
13.
14. Lambung
15.
16. Ginjal

17. Usus besar


18. Usus halus
19. Usus 12 jari
20. Usus besar
21.
22.
23.
24. Ginjal kiri
25.
26.
27. Ginjal Kanan

b. Percobaan Difusi
i.
Waktu
(Menit)

Percobaan Difusi Sederhana


Kecepatan Difusi
Suhu Ruang
Air Hangat

10

++

20

++

+++

30

+++

++++

Gambar
Kiri : air hangat. Kanan : air biasa

40

++++

+++++

50

+++++

++++++

60

++++++

+++++++

ii.

Percobaan Difusi Agar

Konsentrasi Difusi
Waktu
Gambar
(Menit)
KMnO4
Kristal Metil Jingga
1
0,2 cm
0,1 cm
2
0,28 cm
0,1 cm
3
0,29 cm
0,23 cm
4
0,30 cm
0,25 cm
5
1,4 cm
0,26 cm
Diameter KMnO4 selalu lebih besar daripada diameter metil jingga.
iii.

Percobaan Difusi Membran

Uji terhadap NaCl


Tabung
Reaksi

Reaksi

Hasil

Gambar

Larutan dari Beaker


glass (tak berwarna) +
AgNO3 (Hitam)

Terdapat sedikit
endapan putih

Aquadest (tak
berwarna) + AgNO3
(Hitam)

Tidak terjadi
perubahan

Larutan NaCl (tak


berwarna) + AgNO3
(Hitam)

Terdapat endapan
putih

Uji terhadap Glukosa


Tabung
Reaksi
4

Reaksi
Larutan dari Beaker
glass (tak berwarna) +
Benedict (Biru) dan
dilakukan pemanasan

Hasil

Gambar

Dicampurkan
benedict : Biru muda
Dipanaskan : Warna
menjadi kuning
kemerahan
Didinginkan : Warna
tetap kuning
kemerahan

Setelah
dipanaskan

Setelah
didinginkan

Setelah
dipanaskan

Aquadest + Benedict
(Biru muda) dan
dilakukan pemanasan

Larutan Glukosa (tak


berwarna) + Benedict
(Biru) dan dilakukan
pemanasan

Dipanaskan : Tidak
terjadi perubahan
Didinginkan : Tidak
terjadi perubahan

Awalnya berwana
biru muda
Dipanaskan :
Terbentuk endapan
kuning kemerahan
Didinginkan :
Terdapat endapan
kuning kemerahan

Setelah
didinginkan

Setelah
dipanaskan

Setelah
didinginkan

Uji terhadap Albumin


Tabung
Reaksi

Reaksi

Hasil

Larutan dari Beaker glass


(tak berwarna) + HNO3
(tak berwarna)

Tidak menghasilkan
perubahan

Aquadest (tak berwarna)


+ HNO3 (tak berwarna)

Tidak menghasilkan
perubahan

Larutan putih telur


(kuning muda) + HNO3 (
tak berwarna)

Terjadi endapan putih


telur. Bagian atas
berwarna putih dan
bagian bawah tak
berwarna

Gambar

c. Percobaan Osmosis
Waktu
(Menit)
Awal
15

Air hangat
5,755 g
5,142 g

Sukrosa
20%
8,50 g
7,908 g

Kontrol
Sukrosa
40%
7,58 g
8,947 g

Sukrosa
60%
7,9 g
9,56 g

Akuades
hangat
5,140 g
4,023 g

30
45
60
75

4,466 g
4,1 g
3,503 g
3,201 g

VI.

GAMBAR ANATOMI (PUSTAKA)

6,847 g
6,147 g
5,604 g
5,320 g

8,986 g
9,024 g
8,967 g
8,870 g

9,343 g
9,087 g
8,858 g
8,587 g

3,240 g
2,8 g
2,498 g
2,325 g

VII.

PEMBAHASAN

Tubuh manusia merupakan suatu organisasi yang melaksanakan fungsinya


secara simultan dan utuh. Dengan kata lain, tubuh merupakan satu kesatuan sehingga
apabila salah satu organ tubuh sakit, seluruh tubuh dapat merasakannya. Di dalam
tubuh, seluruh organisasi tubuh bekerja terus menerus untuk menjaga agar tubuh
selalu dalam keadaan tetap sehat. System organ harus selalu berada dalam keadaan
optimal-fungsional sehingga tubuh selalu berada dalam keadaan steady state atau
homeostasis (suatu kemampuan tubuh untuk memelihara keseimbangan dan fungsi
metabolisme terhadap berbagai perubahan yang terjadi, baik dari perubahan internal
maupun eksternal.)
Tubuh manusia tidak selalu dalam keadaan stabil. Hal ini disebabkan karena
manusia selalu melakukan respon terhadap perubahan baik yang terjadi didalam
maupun diluar tubuh. Respon tersebut merupakan suatu upaya tubuh untuk
mempertahankan homeostasis.
Dalam tubuh manusia, untuk beraktivitas, sel yang merupakan unit fungsional
terkecil tubuh memerlukan asupan materi dari luar. Aktivitas sel menghasilkan
buangan yang harus dikeluarkan. Masuk dan keluarnya materi pada sel memerlukan
proses transport. Pada kenyataanya dalam sistem transport manusia, hewan dan
tumbuhan dapat dilakukan melalui dua macam transport yaitu transport aktif dan
transport pasif. Pada praktikum ini, telah dilakukan percobaan transport pasif yaitu
difusi dan osmosis. Pada percobaan difusi, dilakukan percobaan difusi sederhana,
difusi agar, dan difusi melalui membran.

Pada percobaan difusi sederhana, digunakan butir Kristal KMnO4. Digunakan


KMnO4 karena KMnO4 dapat menyebar dalam air. Pergerakan kalium permanganat
ini dikarenakan air menuju kedalam tempat tetesan kalium permanganate itu
diteteskan (dari konsenterasi tinggi ke konsenterasi rendah) sehingga terjadi
kesetimbangan. Percobaan dilakukan sebanyak 2x yaitu menggunakan aquadest biasa
(pada suhu ruang) dan menggunakan aquadest hangat. Hasil yang diperoleh yaitu
KMnO4 dalam aquadest hangat berdifusi lebih cepat yang ditandai dengan perubahan
warna air yang lebih pekat dibandingkan perubahan warna pada aquadest biasa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu sangat berpengaruh pada kecepatan difusi,
semakin tinggi suhu maka kecepatan difusi semakin cepat. Jadi suhu berbanding lurus
dengan kecepatan difusi.
Pada percobaan difusi agar, digunakan KMnO4 dan Metil jingga. Setelah
larutan agar memadat dan dibuat dua lubang yang berjarak 3 cm, lubang satu
dimasukkan kristal KMnO4 dan lubang lainnya dimasukkan metil jingga. Setelah
pengamatan dilakukan selama 5 menit dan diamati setiap 1 menit, hasilnya adalah
diameter yang dibentuk oleh kristal KMnO 4 selalu lebih luas dibandingkan dengan
diameter yang dibentuk oleh metil jingga. Hal tersebut menunjukkan bahwa kristal
KMnO4 lebih cepat berdifusi dibandingkan dengan metil jingga. Kecepatan difusi ini
dipengaruhi oleh perbedaan berat molekul antara kristal KMnO4 dan metil jingga.
Berat molekul kristal KMnO4 lebih kecil yaitu 158,03 g/mol dibandingkan dengan
berat molekul metil jingga yaitu 327,33 g/mol, sehingga semakin kecil berat molekul

maka kecepatan difusi akan semakin cepat. Jadi berat molekul berbanding terbalik
dengan kecepatan difusi.
Pada percobaan difusi melalui membran, dibuat terlebih dahulu larutan
koloidal yang terdiri dari air, putih telur, NaCl 0,9% dan glukosa 5%. Kemudian,
larutan koloidal tersebut dimasukkan ke kantong selofan. Kantong selofan berperan
sebagai membran semipermeable. Penggunaan kantong selofan juga memiliki
beberapa keuntungan yaitu mudah digunakan, memiliki harga yang relatif murah, dan
mudah didapatkan. Kantong selofan digantungkan dan dicelupkan kedalam gelas
piala yang sudah di isi dengan aquadest, didiamkan selama 1 jam, yang selanjutnya
aquadest tersebut akan diuji terhadap adanya NaCl, Glukosa, dan Albumin.
Pada percobaan uji NaCl, digunakan 3 buah tabung reaksi, tabung 1 diisi
cairan yang berasal dari gelas piala dan beberapa tetes AgNO 3. Tabung 2 diisi
Aquadest dan beberapa tetes AgNO3, serta tabung 3 diisi dengan NaCl 0,9% dan
beberapa tetes AgNO3. AgNO3 disini digunakan sebagai indikator terhadap
keberadaan NaCl. Hasil yang didapat yaitu pada tabung 1 terbentuk sedikit endapan
putih, pada tabung 2 tidak terdapat endapan, dan pada tabung 3 terbentuk endapan
putih. Endapan disini terbentuk karena sebagian besar senyawa yang mengandung
Cl, Br, dan I dapat larut, pengecualiannya adalah senyawa-senyawa yang
mengandung Ag+ , Hg22+, dan Pb2+. Pada percobaan ini, endapan putih AgCl yang
terbentuk akibat reaksi antara Cl dengan Ag+.
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Tujuan dilakukan percobaan pada tabung 2 & 3 yaitu sebagai pembanding,
apakah cairan yang berasal dari gelas piala tersebut mengandung sejumlah NaCl
(NaCl berhasil berdifusi atau tidak). Hasilnya, pada tabung 1 yaitu, larutan sampel

dari gelas piala yang digunakan positif mengandung NaCl ditandai dengan
terbentuknya endapan putih, artinya NaCl dapat berdifusi. Zat-zat yang mudah
berdifusi umumnya membentuk Kristal dalam keadaan padat. Nacl dapat berdifusi
melalui membran karena kantong selofan ini memiliki ukuran pori-pori yang lebih
besar daripada ukuran NaCl. Selain itu, semakin kecil massa partikel, kecepatan
difusi nya semakin cepat.
Pada percobaan uji Glukosa, digunakan 3 buah tabung reaksi, tabung 4 diisi
cairan yang berasal dari gelas piala dan 3 ml larutan benedict. Tabung 5 diisi
Aquadest dan 3 ml larutan benedict, serta tabung 6 diisi dengan NaCl 0,9% dan 3 ml
larutan benedict. Kegunaan larutan benedict disini yaitu untuk menguji keberadaan
glukosa dalam suatu sampel. Hasil yang didapat yaitu pada tabung 4 terbentuk
endapan kuning kemerahan, pada tabung 5 tidak terjadi perubahan apapun, dan pada
tabung 6 terbentuk endapan merah bata. Endapan merah bata terbentuk dari ion
logam tembaga (II) direduksi menjadi tembaga (I). Uji gula reduksi menggunakan
larutan benedict sangat sensitif hingga dapat mendeteksi kadar glukosa sebesar 0,1%
dalam campuran. Tujuan dilakukan percobaan pada tabung 5 & 6 yaitu sebagai
pembanding, apakah cairan yang berasal dari gelas piala tersebut mengandung
sejumlah glukosa (glukosa berhasil berdifusi atau tidak) yang ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata. Pada tabung 4 menunjukkan bahwa cairan dari
gelas piala mengandung glukosa. Struktur glukosa tidak kompleks, tetapi berat
molekul lebih besar dari NaCl sehingga glukosa dapat berdifusi.
Pada percobaan uji terhadap Albumin, digunakan 3 buah tabung reaksi,
tabung 7 diisi cairan yang berasal dari gelas piala dan beberapa tetes HNO 3. Tabung 8

diisi Aquadest dan beberapa tetes HNO3, serta tabung 9 diisi dengan 3 ml putih telur
dan beberapa tetes HNO3. Albumin sendiri adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk ke segala jenis protein yang larut dalam air atau garam dan mengalami
koagulasi saat terpapar panas. Salah satu substansi yang mengandung albumin adalah
putih telur. Oleh karena itu pada percobaan uji albumin digunakan putih telur. Hasil
yang diperoleh yaitu pada tabung 7 tidak terjadi perubahan apapun, tabung 8 tidak
terjadi perubahan apapun, dan tabung 9 terbentuk endapan putih, endapan putih ini
disebabkan karena denaturasi yaitu terjadinya kerusakan struktur protein akibat
penambahan asam. Pada tabung 7 tidak terjadi perubahan, artinya tidak ditemukan
albumin pada cairan yang berasal dari gelas piala. Albumin tidak dapat berdifusi
melalui membran. Hal ini disebabkan karena putih telur adalah koloid, dimana koloid
sukar berdifusi. Selain itu, kantong selofan memiliki pori-pori yang lebih kecil dari
ukuran protein, sehingga protein tidak dapat keluar dari kantong selofan.
Selain percobaan difusi, dilakukan juga percobaan osmosis, yaitu dengan
menggunakan 5 kantong selofan. Kantong 1 berisi aquadest hangat, kantong 2 berisi
larutan sukrosa 20%, kantong 3 berisi larutan sukrosa 40%, kantong 4 berisi larutan
sukrosa 60%, dan kantong 5 berisi aquadest hangat. Kantong 1-4 dicelupkan kedalam
aquadest hangat, sedangkan kantong 5 dicelupkan kedalam larutan sukrosa 60%.
Hasil yang diperoleh dari penimbangan kantung setiap 15 menit sekali, adalah
sebagai berikut :
Kantong 1 (Aquadest hangat) = Berat kantong semakin berkurang
Kantong 2 (larutan sukrosa 20%) = Berat kantong semakin berkurang
Kantong 3 (larutan sukrosa 40%) = Berat bertambah sampai menit ke-45, sedangkan
pada menit ke 60 dan 75 berat kantong menjadi berkurang

Kantong 4 (larutan sukrosa 60%) = Berat bertambah pada menit ke-15, sedangkan
pada menit ke 30, 45, 60, dan 75 berat kantong semakin berkurang
Kantong 5 (aquadest panas yang dicelupkan kedalam larutan sukrosa 60%) = Berat
kantong dari awal sampai menit ke 75 semakin berkurang.
Berdasarkan literatur, seharusnya pada kantong 1 berat kantong relatif stabil, karena
terjadi isotonik atau memiliki tekanan osmosis yang sama sehingga tidak
mempengaruhi berat kantong. Namun pada percobaan yang telah dilakukan berat tiap
kantong semakin berkurang. Ini berarti hasil percobaan tidak sesuai dengan literatur.
Kemudian pada kantong 2, 3, dan 4 seharusnya berat tiap kantong semakin meningkat
karena terjadi larutan hipertonik, yaitu larutan yang mempunyai konsenterasi terlarut
tinggi dan sebagian besar molekul air terikat atau tertarik ke molekul zat terlarut,
sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran sehingga
air akan masuk ke kantong selofan dan membuat berat kantong bertambah. Namun
pada percobaan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan literatur, dimana berat
kantong mengalami kenaikan dan penurunan. Sedangkan pada kantong 5, menurut
literatur berat kantong terus berkurang, hal ini terjadi proses hipotonik, yaitu larutan
dengan konsenterasi terlarut rendah, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas,
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Percobaan yang
dilakukan sudah sesuai dengan literatur.
Dikarenakan pada percobaan osmosis kantong 1, 2, 3, dan 4 tidak sesuai
dengan literatur, maka ini termasuk kedalam kesalahan praktikum. Faktor kesalahan
yang mungkin terjadi adalah :
1. Kesalahan dalam penimbangan,

2. Isi dari kantong selofan yang terlalu penuh, dan proses penalian yang kurang
baik sehingga kemungkinan bocor dapat terjadi yang mengakibatkan berat
kantong semakin berkurang,
3. Penyimpanan sukrosa yang tidak tertutup.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Campbell, Neil A, Reece , Jane B, and Mitchell, Lawrence G. 2002. Biologi,
Edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Diastuti, R. 2009. Biologi 2. Jakarta : CV Sindunata.
Fadilla, Intania. 2012. Difusi dan Transfor Aktif
Frank B Salisbury dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid
1. Bandung : ITB.
Juwono, Achmad Zulfa Juniarto. 2000. Biologi Sel. Jakarta : EGC.
Kimball, J.W. 1999. Biologi Edisi Pertama. Jakarta : Erlangga.
Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Mehrer, Helmut. 2007. Diffusion In Solids. Munster: Springer
Rahmawati, Zuliana. 2012. 50 Reaksi Biologi. Jakarta: Nectar.
Sulistyowati, Uut. 2010. Biologi. Nganjuk : PT. Temprina Media Grafika.
Tim Dosen Pembina. 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember :
Universitas Jember.
Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai