Zertd
Zertd
I.
II.
TUJUAN
Mampu menunjukkan letak organ-organ tubuh
Mampu menjelaskan sistem transpor dalam tubuh
TEORI DASAR
Tubuh manusia merupakan suatu organisasi yang melaksanakan fungsinya
secara simultan dan utuh. Tingkatan organisasi dalam tubuh manusia dikelompokkan
menjadi 6, yaitu :
1. Atom dan Molekul
Atom adalah unit terkecil yang dapat bergabung membentuk molekul.
Contoh : atom C, atom H, atom O
Molekul, adalah kumpulan atom yang dapat berinteraksi dengan bentuk
yang kompleks. Molekul dapat bergabung membentuk organel.
Contoh : protein, air, organel ribosom.
2. Sel adalah unit terkecil kehidupan dalam tubuh manusia yang tersusun
dari berbagai komponen termasuk organel.
Contoh : sel otot, sel saraf. Sel darah, sel epitel
3. Jaringan adalah kumpulan dari banyak sel yang memiliki struktur dan
fungsi yang sama. Jaringan dapat berinteraksi dengan jenis sel yang lain
dan zat-zat yang terdapat di ruang ekstraseluler.
Contoh : Jaringan otot, Jaringan saraf
4. Organ adalah kombinasi dari berbagai jaringan yang struktur dan
fungsinya berbeda.
Contoh : jantung yang dibentuk oleh lapisan-lapisan jaringan otot dan
jaringan ikat.
5. Sistem organ adalah interaksi dari beberapa organ.
alami
yaitu
melawan
gradien
konsentrasi
dengan
molekul sederhana. Difusi lewat sekat jauh lebih pelan dan sulit dari pada
tanpa lewat sekat. Karena molekul zat itu harus melewati molekul-molekul
membran yang bersusun rapat. Air mudah berdifusi lewat pori yang banyak
tersebar pada membran sel. (Yatim, 1990)
Pada umumnya , air dan bahan yang larut didalamnya, masuk dan
keluar sel bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per suatu molekul
setiap kali. Pergerakan neto dari satu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas
kinetik acak atau gerak dari molekul ion, disebut difusi. Karena difusi zat cair
yang menempuh jarak makroskopis itu berlangsung lambat, dan aliran massa
gas dan zat cair sangatlah lazim, maka difusi bukanlah suatu kejadian yang
mudah terlihat. Walaupun demikian, sebenarnya difusi mudah diamati. (Frank,
1995)
Macam-Macam Difusi
Proses difusi yang kita ketahui terbagi ke dalam 3 jenis yaitu difusi pada
material cair, difusi pada material padat, dan difusi pada material gas.
1. Difusi cair
Dikatakan difusi cair jika terjadi perpindahan molekul cairan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
2. Difusi padat
Dikatakan difusi padat jika terjadi perpindahan molekul padatan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Selama ini batasan antara kapan
terjadinya difusi air dengan difusi padatan masih belum jelas karena
prosesnya sering terjadi bersamaan dan susah untuk dibedakan.
3. Difusi gas
Dikatakan difusi gas jika terjadi perpindahan molekul gas dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. (Mehrer, 2007)
Mekanisme Difusi
a. Transport Pasif
Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme,
yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang
terbentuk oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed),
dan difusi difasilitasi (fasiliated difusion). Difusi sederhana melalui
membrane berlangsung karena molekul -molekul yang berpindah atau
bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga
dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran
sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid,
vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam
lemak, Selain itu, memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul
anorganik seperti O,CO2, HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus
yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran
melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein
transmembran,
semacam
pori
dengan
diameter
tertentu
yang
besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam garam mineral ,
tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan
protein
pembawa
atau
transporter
untuk
dapat
menembus
Molekul yang lebih berat bergerak lebih lambat; Oleh karena itu, mereka
menyebar lebih lambat. Sebaliknya adalah benar untuk molekul yang lebih
ringan.
c) Suhu
Suhu yang lebih tinggi meningkatkan energi dan karena itu gerakan molekul,
meningkatkan laju difusi. Suhu yang lebih rendah menurunkan energi
molekul, sehingga mengurangi laju difusi.
d) Kerapatan Pelarut
Saat kerapatan pelarut yang meningkat, tingkat difusi akan berkurang.
Molekul-molekul memperlambat karena mereka memiliki waktu yang lebih
sulit masuk melalui media padat. Jika media kurang padat, difusi meningkat.
Sebuah contoh dari hal ini adalah orang yang mengalami dehidrasi. Seperti
sel-sel tubuh kehilangan air, laju difusi menurun dalam sitoplasma, dan fungsi
sel-sel memburuk. Neuron cenderung sangat sensitif terhadap efek ini.
Dehidrasi sering menyebabkan ketidaksadaran dan mungkin koma karena
penurunan laju difusi dalam sel.
e) Kelarutan
Seperti telah dibahas sebelumnya, bahan nonpolar atau larut dalam-lipid
melewati membran plasma lebih mudah daripada bahan polar, memungkinkan
tingkat yang lebih cepat dari difusi.
f) Luas permukaan dan ketebalan membran plasma
Peningkatan luas permukaan meningkatkan laju difusi, sedangkan membran
tebal mengurangi itu.
g) Jarak tempuh
Semakin jauh bahwa zat harus melakukan perjalanan, semakin lambat laju
difusi. Hal ini memberikan pembatasan atas ukuran sel.
ini biasa melalui membran selektif permeabel dari bagian yang lebih encer ke
bagian yang lebih pekat. Osmosis adalah difusi air melalui membran semi
permeabel, dari larutan yang banyak air ke larutan yang sedikit air. Definisi
paling sederhananya adalah difusi air melalui membran semipermeabel
(permeabel hanya kepada pelarut, tidak kepada terlarut). (Lakitan, 2008)
Osmosis merupakan suatu peristiwa perembesan suatu molekul air
melintasi membran yang memisahkan dua larutan dengan potensial air yang
berbeda. Proses osmosis berlangsung dari larutan hipotonik menuju larutan
yang hipertonik atau perpindahan air dari molekul larutan yang potensial
airnya tinggi ke potensial yang rendah melalui membran selektif permeabel
(semipermeabel). Membran selektif permeabel adalah selaput pemisah yang
hanya dapat dilalui oleh air dan molekul-molekul tertentu yang larut di
dalamnya. Molekul-molekul yang dapat melewati membran semipermeabel
adalah molekul-molekul asam amino, asam lemak dan air, sedangkan molekul
zat yang berukuran besar misalnya polisakarida (pati) dan protein tidak dapat
melewati membran semipermeabel tersebut tetapi memerlukan protein
pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi memiliki tekanan osmosis yang tinggi pula
maupun sebaliknya. Setiap sel hidup merupakan sistem osmosis. Jika sel
ditempatkan dalam larutan yang lebih pekat (hipertonis) terhadap cairan sel
maka air dalam sel akan terisap keluar. Hal itu akan menyebabkan plasma
menyusut. Jika air sel terus terisap keluar akan menyebabkan plasma terlepas
dari sel-sel dan sel akan mengerut. Sebaliknya jika sel berada dalam larutan
hipotonis (lebih encer daripada cairan sel), air dari luar sel akan masuk ke
dalam sel sehingga sel mengembang. Contoh peristiwa osmosis adalah
kentang yang dimasukkan ke dalam air garam. (Sulistyowati, 2010)
Mekanisme Osmosis
Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel
ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan
glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan
oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi
rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang
konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air
berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang
konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam
sel
dikatakan
sebagai
larutan
hipertonis.
Sedangkan
larutan
yang
konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika
larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah
daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. Difusi dan osmosis
adalah termasuk transport pasif artinya transport yang tidak memerlukan
energi (ATP).
( Rahmawati, 2010 )
menyebabkan air dari sel wortel akan keluar ke dalam larutan garam
tersebut.
2) Ini sering temui di rumah sakit, yaitu dalam proses infus. Cairan yang
digunakan haruslah isotonik dengan dengan sel darah yang ada di
dalam tubuh, ini di maksudkan agar tidak terjadi plasmolisi atau
krenasi.
3) Proses yang terjadi pada tumbuhan, Tummbuhan menyerap mineral
dan air melalui akarnya. Dan proses penyerapan ini terjadi secara
osmosis.
4) Bila kita merendam kentang ke dalam air garam, maka kentang
tersebut akan menyusut. Penyusutan ini terjadi karena air yang ada di
dalam kentang keluar dan bercampur dengan air garam. proses
keluarnya air di dalam kentang ke larutan garam adalah peristiwa
osmosis.
BM dan Struktur KMnO4 dan Metil Jingga
KMnO4 mengandung tidak kurang dari 99% KMnO 4, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. KMnO4 mempunyai BM 158,03 g/mol. Pemeriannya yaitu
hablur mengkilap, ungu tua atau hamper hitam, tidak berbau, rasa manis atau sepat.
Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih.
Metil jingga mempunyai rumus molekul C14H14N3NaO3S dan mempunyai BM
327,33g/mol. Pemeriannya yaitu serbuk jingga kekuningan. Kelarutannya yaitu
mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air dingin, sangat sukar larut dalam
etanol. (Farmakope Indonesia Jilid III,1979)
III.
Bahan :
NaCl 0,9%
IV.
Larutan sukrosa 5%
Putih telur
AgNO3 1%
Agar
Metil Jingga
Asam asetat
Kristal KMnO4
Kristal Metil Jingga
Larutan Benedict
Larutan Sukrosa 20%
Larutan Sukrosa 40%
Larutan Sukrosa 60%
Air hangat
Eter
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Anatomi
a. Anatomi tubuh manusia
2. Fisiologi
a. Percobaan Difusi
i.
Difusi Sederhana
Beberapa butir Kristal KMnO4 dimasukkan kedalam gelas
piala yang telah diisi setengahnya dengar air
Dilakukan pengamatan selama 1 jam
Percobaan diulangi menggunakan air hangat
ii.
Difusi Agar
Keterangan :
1. Telinga
2. Mata
3. Hidung
4. Rahang atas
5. Rahang bawah
6. Kelenjar saliva
7. Tenggorokan
8. Kelenjar tiroid
9. Kerongkongan
10. Paru-paru
11. Lambung
12. Jantung
13.
14. Lambung
15.
16. Ginjal
b. Percobaan Difusi
i.
Waktu
(Menit)
10
++
20
++
+++
30
+++
++++
Gambar
Kiri : air hangat. Kanan : air biasa
40
++++
+++++
50
+++++
++++++
60
++++++
+++++++
ii.
Konsentrasi Difusi
Waktu
Gambar
(Menit)
KMnO4
Kristal Metil Jingga
1
0,2 cm
0,1 cm
2
0,28 cm
0,1 cm
3
0,29 cm
0,23 cm
4
0,30 cm
0,25 cm
5
1,4 cm
0,26 cm
Diameter KMnO4 selalu lebih besar daripada diameter metil jingga.
iii.
Reaksi
Hasil
Gambar
Terdapat sedikit
endapan putih
Aquadest (tak
berwarna) + AgNO3
(Hitam)
Tidak terjadi
perubahan
Terdapat endapan
putih
Reaksi
Larutan dari Beaker
glass (tak berwarna) +
Benedict (Biru) dan
dilakukan pemanasan
Hasil
Gambar
Dicampurkan
benedict : Biru muda
Dipanaskan : Warna
menjadi kuning
kemerahan
Didinginkan : Warna
tetap kuning
kemerahan
Setelah
dipanaskan
Setelah
didinginkan
Setelah
dipanaskan
Aquadest + Benedict
(Biru muda) dan
dilakukan pemanasan
Dipanaskan : Tidak
terjadi perubahan
Didinginkan : Tidak
terjadi perubahan
Awalnya berwana
biru muda
Dipanaskan :
Terbentuk endapan
kuning kemerahan
Didinginkan :
Terdapat endapan
kuning kemerahan
Setelah
didinginkan
Setelah
dipanaskan
Setelah
didinginkan
Reaksi
Hasil
Tidak menghasilkan
perubahan
Tidak menghasilkan
perubahan
Gambar
c. Percobaan Osmosis
Waktu
(Menit)
Awal
15
Air hangat
5,755 g
5,142 g
Sukrosa
20%
8,50 g
7,908 g
Kontrol
Sukrosa
40%
7,58 g
8,947 g
Sukrosa
60%
7,9 g
9,56 g
Akuades
hangat
5,140 g
4,023 g
30
45
60
75
4,466 g
4,1 g
3,503 g
3,201 g
VI.
6,847 g
6,147 g
5,604 g
5,320 g
8,986 g
9,024 g
8,967 g
8,870 g
9,343 g
9,087 g
8,858 g
8,587 g
3,240 g
2,8 g
2,498 g
2,325 g
VII.
PEMBAHASAN
maka kecepatan difusi akan semakin cepat. Jadi berat molekul berbanding terbalik
dengan kecepatan difusi.
Pada percobaan difusi melalui membran, dibuat terlebih dahulu larutan
koloidal yang terdiri dari air, putih telur, NaCl 0,9% dan glukosa 5%. Kemudian,
larutan koloidal tersebut dimasukkan ke kantong selofan. Kantong selofan berperan
sebagai membran semipermeable. Penggunaan kantong selofan juga memiliki
beberapa keuntungan yaitu mudah digunakan, memiliki harga yang relatif murah, dan
mudah didapatkan. Kantong selofan digantungkan dan dicelupkan kedalam gelas
piala yang sudah di isi dengan aquadest, didiamkan selama 1 jam, yang selanjutnya
aquadest tersebut akan diuji terhadap adanya NaCl, Glukosa, dan Albumin.
Pada percobaan uji NaCl, digunakan 3 buah tabung reaksi, tabung 1 diisi
cairan yang berasal dari gelas piala dan beberapa tetes AgNO 3. Tabung 2 diisi
Aquadest dan beberapa tetes AgNO3, serta tabung 3 diisi dengan NaCl 0,9% dan
beberapa tetes AgNO3. AgNO3 disini digunakan sebagai indikator terhadap
keberadaan NaCl. Hasil yang didapat yaitu pada tabung 1 terbentuk sedikit endapan
putih, pada tabung 2 tidak terdapat endapan, dan pada tabung 3 terbentuk endapan
putih. Endapan disini terbentuk karena sebagian besar senyawa yang mengandung
Cl, Br, dan I dapat larut, pengecualiannya adalah senyawa-senyawa yang
mengandung Ag+ , Hg22+, dan Pb2+. Pada percobaan ini, endapan putih AgCl yang
terbentuk akibat reaksi antara Cl dengan Ag+.
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Tujuan dilakukan percobaan pada tabung 2 & 3 yaitu sebagai pembanding,
apakah cairan yang berasal dari gelas piala tersebut mengandung sejumlah NaCl
(NaCl berhasil berdifusi atau tidak). Hasilnya, pada tabung 1 yaitu, larutan sampel
dari gelas piala yang digunakan positif mengandung NaCl ditandai dengan
terbentuknya endapan putih, artinya NaCl dapat berdifusi. Zat-zat yang mudah
berdifusi umumnya membentuk Kristal dalam keadaan padat. Nacl dapat berdifusi
melalui membran karena kantong selofan ini memiliki ukuran pori-pori yang lebih
besar daripada ukuran NaCl. Selain itu, semakin kecil massa partikel, kecepatan
difusi nya semakin cepat.
Pada percobaan uji Glukosa, digunakan 3 buah tabung reaksi, tabung 4 diisi
cairan yang berasal dari gelas piala dan 3 ml larutan benedict. Tabung 5 diisi
Aquadest dan 3 ml larutan benedict, serta tabung 6 diisi dengan NaCl 0,9% dan 3 ml
larutan benedict. Kegunaan larutan benedict disini yaitu untuk menguji keberadaan
glukosa dalam suatu sampel. Hasil yang didapat yaitu pada tabung 4 terbentuk
endapan kuning kemerahan, pada tabung 5 tidak terjadi perubahan apapun, dan pada
tabung 6 terbentuk endapan merah bata. Endapan merah bata terbentuk dari ion
logam tembaga (II) direduksi menjadi tembaga (I). Uji gula reduksi menggunakan
larutan benedict sangat sensitif hingga dapat mendeteksi kadar glukosa sebesar 0,1%
dalam campuran. Tujuan dilakukan percobaan pada tabung 5 & 6 yaitu sebagai
pembanding, apakah cairan yang berasal dari gelas piala tersebut mengandung
sejumlah glukosa (glukosa berhasil berdifusi atau tidak) yang ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata. Pada tabung 4 menunjukkan bahwa cairan dari
gelas piala mengandung glukosa. Struktur glukosa tidak kompleks, tetapi berat
molekul lebih besar dari NaCl sehingga glukosa dapat berdifusi.
Pada percobaan uji terhadap Albumin, digunakan 3 buah tabung reaksi,
tabung 7 diisi cairan yang berasal dari gelas piala dan beberapa tetes HNO 3. Tabung 8
diisi Aquadest dan beberapa tetes HNO3, serta tabung 9 diisi dengan 3 ml putih telur
dan beberapa tetes HNO3. Albumin sendiri adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk ke segala jenis protein yang larut dalam air atau garam dan mengalami
koagulasi saat terpapar panas. Salah satu substansi yang mengandung albumin adalah
putih telur. Oleh karena itu pada percobaan uji albumin digunakan putih telur. Hasil
yang diperoleh yaitu pada tabung 7 tidak terjadi perubahan apapun, tabung 8 tidak
terjadi perubahan apapun, dan tabung 9 terbentuk endapan putih, endapan putih ini
disebabkan karena denaturasi yaitu terjadinya kerusakan struktur protein akibat
penambahan asam. Pada tabung 7 tidak terjadi perubahan, artinya tidak ditemukan
albumin pada cairan yang berasal dari gelas piala. Albumin tidak dapat berdifusi
melalui membran. Hal ini disebabkan karena putih telur adalah koloid, dimana koloid
sukar berdifusi. Selain itu, kantong selofan memiliki pori-pori yang lebih kecil dari
ukuran protein, sehingga protein tidak dapat keluar dari kantong selofan.
Selain percobaan difusi, dilakukan juga percobaan osmosis, yaitu dengan
menggunakan 5 kantong selofan. Kantong 1 berisi aquadest hangat, kantong 2 berisi
larutan sukrosa 20%, kantong 3 berisi larutan sukrosa 40%, kantong 4 berisi larutan
sukrosa 60%, dan kantong 5 berisi aquadest hangat. Kantong 1-4 dicelupkan kedalam
aquadest hangat, sedangkan kantong 5 dicelupkan kedalam larutan sukrosa 60%.
Hasil yang diperoleh dari penimbangan kantung setiap 15 menit sekali, adalah
sebagai berikut :
Kantong 1 (Aquadest hangat) = Berat kantong semakin berkurang
Kantong 2 (larutan sukrosa 20%) = Berat kantong semakin berkurang
Kantong 3 (larutan sukrosa 40%) = Berat bertambah sampai menit ke-45, sedangkan
pada menit ke 60 dan 75 berat kantong menjadi berkurang
Kantong 4 (larutan sukrosa 60%) = Berat bertambah pada menit ke-15, sedangkan
pada menit ke 30, 45, 60, dan 75 berat kantong semakin berkurang
Kantong 5 (aquadest panas yang dicelupkan kedalam larutan sukrosa 60%) = Berat
kantong dari awal sampai menit ke 75 semakin berkurang.
Berdasarkan literatur, seharusnya pada kantong 1 berat kantong relatif stabil, karena
terjadi isotonik atau memiliki tekanan osmosis yang sama sehingga tidak
mempengaruhi berat kantong. Namun pada percobaan yang telah dilakukan berat tiap
kantong semakin berkurang. Ini berarti hasil percobaan tidak sesuai dengan literatur.
Kemudian pada kantong 2, 3, dan 4 seharusnya berat tiap kantong semakin meningkat
karena terjadi larutan hipertonik, yaitu larutan yang mempunyai konsenterasi terlarut
tinggi dan sebagian besar molekul air terikat atau tertarik ke molekul zat terlarut,
sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran sehingga
air akan masuk ke kantong selofan dan membuat berat kantong bertambah. Namun
pada percobaan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan literatur, dimana berat
kantong mengalami kenaikan dan penurunan. Sedangkan pada kantong 5, menurut
literatur berat kantong terus berkurang, hal ini terjadi proses hipotonik, yaitu larutan
dengan konsenterasi terlarut rendah, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas,
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Percobaan yang
dilakukan sudah sesuai dengan literatur.
Dikarenakan pada percobaan osmosis kantong 1, 2, 3, dan 4 tidak sesuai
dengan literatur, maka ini termasuk kedalam kesalahan praktikum. Faktor kesalahan
yang mungkin terjadi adalah :
1. Kesalahan dalam penimbangan,
2. Isi dari kantong selofan yang terlalu penuh, dan proses penalian yang kurang
baik sehingga kemungkinan bocor dapat terjadi yang mengakibatkan berat
kantong semakin berkurang,
3. Penyimpanan sukrosa yang tidak tertutup.