Anda di halaman 1dari 2

Ejaan Ejaan Di Indonesia, Doeloe

Hingga K1n1
Dalam sejarah panjang bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian sistem ejaan.
Diawali tahun 1901 dengan Van Ophuijsen dan terakhir dengan EYD di tahun 1972 hingga
sekarang ini.
Di bawah ini sedikit rincian tentang ejaan ejaan tersebut :
1. Ejaan Van Ophuijsen

Ejaan Van Ophuijsen disebut juga Ejaan Balai Pustaka dan diberlakukan sejak tahun 1901
hingga 1947. Ejaan ini disusun oleh Charles Adrian van Ophuijsen bersama Engku Nawawi
Gelar Soetan Ma moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim yang dimuat dalam Kitab Logat
Melayu atau Maleische Spraakkunst.
Ciri khusus ejaan Van Ophuijsen diantaranya adalah :
1. Huruf U ditulis dengan OE
2. Huruf Y ditulis dengan J
3. Penggunaan tanda diakritik seperti koma hamzah, koma ain dan tanda trema, dapat dilihat
pada kata bapa, akal dan namai
4. Kata ulang diberi angka 2. Contohnya jalan2 untuk jalan jalan.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi

Ejaan Republik diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu yaitu Mr Soewandi. Oleh sebab itulah ejaan ini disebut Ejaan Soewandi.
Pada dasarnya ejaan ini sama dengan ejaan Van Ophuijsen, hanya saja ada beberapa
penyederhanaan dan perubahan.
Diantara penyederhanaan dan perubahan tersebut adalah :
1. Huruf OE diubah menjadi U
2. Huruf J diubah menjadi Y
3. Tanda diakritik seperti koma hamzah, koma ain dan tanda trema dihilangkan.
4. Kata ulang dapat ditulis dengan dua cara. Contohnya :
a) jalan jalan atau
b) jalan2

3. Ejaan Melindo

Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) adalah ejaan dari perumusan ejaan Melayu dan Indonesia.
Perumusan ini berangkat dari Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, Sumatera
Utara. Pada akhir tahun 1959 dirumuskanlah Ejaan Melindo tersebut. Namun karena terjadi
konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, ejaan ini pun urung diterapkan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan Yang Disempurnakan adalah penyempurnaan dari ejaan ejaan sebelumnya yang
merupakan hasil kerja dari panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan) pada 1966. Ejaan ini diresmikan dalam pidato kenegaraan
memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 27, 17 Agustus 1972. Selanjutnya dikukuhkan dalam
Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
Beberapa penyempurnaan itu diantaranya adalah :
1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH, C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung. Penggunaan angka 2
diperkenankan hanya pada penulisan cepat atau notula.
5. Ejaan Alay Pustaka

Selain 4 ejaan resmi di atas, masih ada satu ejaan tak resmi yang berlaku pada sebagian
komunitas sosial di Indonesia yang kerap disebut Alay. Oleh karena itu kita sebut saja ejaan ini
sebagai Ejaan Alay Pustaka atau 3j44N 4l4y Pv$74k4.
Sistem ejaan ini lahir dari gejolak jiwa para belia yang ingin bebas dari kaidah kaidah baku
yang dianut secara umum yang dalam hal ini adalah kaidah berbahasa tulis, sebagai lambang
eksistensi mereka dalam hidup dan kehidupan. Masih sangat gelap tentang siapa yang
merumuskan ejaan yang tidak mengenal Fonemik ini.
Ada dua ciri khas paling menonjol yang membentuk sistem Ejaan Alay Pustaka :
1. Penggunaan singkatan seperti penyingkatan dalam bahasa chatting dan
2. Mengadopsi metode pembuatan kata sandi atau frase sandi dengan tingkat sekuriti sangat kuat.
Tengoklah pada contoh sederhana di bawah ini :
Q 9Hy D! HUMZzZ (aku lagi di rumah)
ru puL9 ea?? (baru pulang ya?)
Muupz W LuPz??? (maaf gue lupa)

Anda mungkin juga menyukai