Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

SEJARAH INDONESIA SMA/SMK/MA

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
A. Antara Batu dan Tulang
B. Antara Pantai dan Gua
C. Sebuah Revolusi
1. Antara Batu dan Tulang
Peralatan ini berkembang pada zaman paleolitikum atau zaman batu tua. Zaman ini
merupakan zaman yang sangat penting karena terkait dengan munculnya kehidupan
baru.Kebudayaan zaman paleolitikum ini secara umum ini terbagi menjadi kebudayaan
kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
-Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan pacitan berkembang di daerah pacitan, jawa timur. Seorang ahli, von
koeningswald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan beberapa hasil
teknologi. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak runcing, kapak ini digunakan
untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian.
-kebudayaan Ngandong
kebudayaan ini berkembang di daerah ngandong dan juga sidorejo, dekat ngawi.Di daerah ini
banyak ditentukan alat-alat dari tulang.Alat- alat dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon
dan alat ini sering di sebut dengan flakke.
A. Paleolitikum
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih
dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis.
A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman
Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus
paleojavanicus, dan Homo Soliensis.Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.
2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah
Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai.Kapak ini masih
dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan.Para ahli menyebutkan bahwa kapak
itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)
b. Kebudayaan Ngandong

Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan
ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran
ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah.Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan
banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti
kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa
seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae
(Sulawesi Selatan)
B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh
alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam

Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper"
(alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatan kapak
genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi
menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2. Kapak Perimbas

Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai
senjata.Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus.Alat ini juga ditemukan di
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa
Choukoutieen (Beijing).Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah
sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan Pacitan.

3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang.Alat-alat dari
tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong.Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi.Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi
dan keladi dari dalam tanah.Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk
menangkap ikan.

4. Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alatalat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap
ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
B. Mesolitikum
Pengertian mesolitikum atau arti dari mesolitikum serta istilah mesolitikum atau
Sinonim dari kata mesolitikum adalah:
mesolitikum /msolitikum/ n Geo masa peralihan dl zaman batu (prasejarah) antara
Paleolitikum (zaman batu tua) dan Neolitikum (zaman batu baru)
A. HASIL KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM
1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)
a. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya
dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah
dapur.Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan
siput yang mencapai ketinggian 7 meter dan sudah membatu atau menjadi
fosil.Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa
dan Medan.Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang
hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan
penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang
ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
b. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)

Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya menemukan kapak genggam.Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang
tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan
lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra.Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut
berasal batu kali yang dipecah-pecah.
c.

Hachecourt (kapak pendek)


Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi
bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.

d. Pipisan

Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu
penggiling beserta landasannya).Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan

juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah.Bahan cat merah berasal dari tanah
merah.Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.

2. Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)

Berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo Madiun Jawa Timur) tahun 1928 - 1931, ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah
dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, dan juga alat-alat dari
perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian terbesar dari alat-alat yang ditemukan itu
adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.

3. Kebudayaan Flakes (Flakes Culture)

Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada
zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang
buas.Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels
tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang
ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu

pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari
tulang dan tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling
banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone
Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble
ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum. Selain di
Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur.
Penelitian terhadap goa di Besuki dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren. Di
Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah Lomoncong
yaitu goa Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisisisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh
peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang masih ada dianggap
sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman prasejarah.Untuk itu
kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala
tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai
1000 SM. Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di
daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler yang
di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu indah.

B. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH

Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-China,
Siam, Malaka, dan Sumatera Timur.Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu kali, seperti
bahewa batu giling.Pada kebudayaan ini perhatian terhadap orang meninggal dikubur di gua
dan juga di bukit-bukit kerang.Beberapa mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi
cat warna merah.Pemberian cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat
kepada mereka yang masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit
kerang. Hal seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh.Bukit-bukit
itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah terjadi
pengangkatan lapisan-lapisan bumi.Alur masuknya kebudayaan ini sampai ke Sumatera
melewati Malaka. Di Indonesia ada dua kebudayaan Bacson-Hoabinh, yakni:
1. Kebudayaan pebble dan alat-alat dari tulang yang datang ke Indonesia melalui jalur
barat.
2. Kebudayaan flakes yang datang ke Indonesia melalui jalur timur.
Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai
pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian terhadap
penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal bangsa
Papua Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan
kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi

di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak
ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan
kebudayaan flakes berasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa
dan Filipina.
C. KEBUDAYAAN TOALA

Kebudayaan Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga kebudayaan flake dan blade.
Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai batu api dari eropa, seperti chalcedon,
jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan terhadap orang yang meninggal dikuburkan didalam
gua dan bila tulang belulangnya telah mengering akan diberikan kepada keluarganya sebagai
kenang-kenangan. Biasanya kaum perempuan akan menjadikan tulang belulang tersebut
sebagai kalung. Selain itu, didalam gua terdapat lukisan mengenai perburuan babi dan juga
rentangan lima jari yang dilumuri cat merah yang disebut dengan silhoutte. Arti warna
merah tanda berkabung.Kebudayaan ini ditemukan di Jawa (Bandung, Besuki, dan Tuban),
Sumatera (danau Kerinci dan Jambi), Nusa Tenggara di pulau Flores dan Timor.
C. Neolitikum
d. Zaman Neolitikum biasa juga dikenal dengan sebutan Zaman Batu Muda. Zaman
batu muda diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Perkembangan
kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Dalam zaman ini, alat yang
dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi pada semua
bagiannya telah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh Indonesia.
Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaan ini lah yang menjadi dasar kebudayaan
Indonesia sekarang. Dalam zaman ini, terjadi perubahan pola hidup masyarakat,
dari tradisi food gatering ke food producing. Manusia yang hidup pada zaman ini
adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak dan Suku
Dayak.

2. Antara Pantai dan Gua


- Mesolitikum
Mesolitikum atau "Zaman Batu Pertengahan" adalah suatu periode
dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman
Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman
Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada
tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V.
Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe
(1947).
Zaman Mesolitikum di Indonesia
Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh
berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan
menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai
tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.Tempat
tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai
(kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasilokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia
pada zaman itu.

- Paleolitikum
Paleolitikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira
50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu.Periode zaman ini adalah antara
tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika,
Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000
SM, manakala pada tahun 20 000 SM, manusia Cro-magnon sudah
menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa.

Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan


(ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah
dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.Mereka memburu
binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan sebagai
makanan.Mereka tidak bercocok tanam.Mereka menggunakan batu, kayu
dan tulang binatang untuk membuat peralatan memburu.Alat-alat ini juga
digunakan untuk mempertahankan diri daripada musuh.Mereka membuat
pakaian dari kulit binatang. Selain itu, mereka juga pandai menggunakan
api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti
flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti),
chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan
dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut
Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena
alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara
menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan
cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya
dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Spesies manusia purba yang telah ada: 1. Meganthropus Paleojavanicus 2.
Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus
Robustus) 3. Homo Sapiens (Homo Soloensis, Homo Wajakensis)
Proses pembuatan kapak batu: 1. Memilih batu yang cocok dan mudah
dibentuk 2. Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang
lebih keras 3. Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak
tulang, tangan juga dilindungi dengan kulit.

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman mesolitikum
yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera. Hal ini diteliti
oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 dan menurut penelitian
yang dilakukannya, kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari
hasil menangkap siput dan kerang karena ditemukan sampah kedua
hewan tersebut setinggi 7 meter. Sampah dengan ketinggian tersebut
kemungkinan telah mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu
mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah
tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya (pipisan)
yang digunakan untuk menghaluskan cat merah.Cat tersebut diperkirakan
digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir. Di tempat itu juga
ditemukan banyak benda-benda kebudayaan seperti kapak genggam
yang disebut pebble atau kapak genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai
dengan tempat penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang
dibelah dua dan teksturnya masih kasar. Kapak lain yang ditemukan pada
zaman ini adalah bache courte (kapak pendek) yang berbentuk setengah
lingkaran seperti kapak genggam atau chopper. Berdasaran pecahan
tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan
bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa
Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid).

b. Kebudayaan Abris Sous Roche


Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang
digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai
kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein Callenfels
pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun).
Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga
disebut sebagai Sampung Bone Culture.Di daerah Besuki (Jawa Timur),
van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek.Abris
sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler
yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini
diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide. Hasil
kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi
Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala
ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang PattaE dan inti dari
kebudayaan ini adalah flakes dan pebble. Selain Toala, para ahli juga
menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia.
Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah
Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaa
pebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan
flakes (datang melalui jalan timur). Sementara itu, penelitian kebudayaan
Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung
Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin.Kebudayaan
yang ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil),
pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.
3.SEBUAH REVOLUSI
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat.Di dalam revolusi, perubahan
yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan
tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif
karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.Misalnya revolusi industri di Inggris yang
memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendisendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh
dan majikan yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu
upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem
yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika,
menjebol dan membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan
menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin,
namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan
bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa
revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader
revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di
sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan
kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan
bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat.
Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran
ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam,
Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya.Menjebol dan membangun merupakan
bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan

serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat,
seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan
agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para
tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syaratsyarat tersebut.Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi
modern.Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan
politik.
Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi
Perancis, kemudian Revolusi Amerika.Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah
pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi
masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis.Begitu juga dengan
revolusi pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi
kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosial dan revolusi nasional.
Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal
dengan Revolusi Rusia.Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan
Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya.Sementara Revolusi Perancis kerap disebut
sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar,
atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok
pada 1949
Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika
perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan
norma yang dianut masyarakat.
ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam
peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan
food-gathering menjadi foodproducing.Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan
berternak.Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya
dilakukan di tanah-tanah kering saja.Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak
kulitnya dan kemudian dibakar.Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu
untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan
pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu,
dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka
masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah
dipoles pada kedua belah muka
hasil kebudayan yang terkenal dizaman neolitikumini secara garis besar ,ada dua tahap
perkembangan yaitu :
A.KEBUDAYAN KAPAK PERSEGI

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.Nama
kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang
berbentuk persegi panjang atau trapesium.Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai

ukuran, ada yang besar dan kecil.Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan
fungsinya sebagai cangkul/pacul.Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah
dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu
api/chalcedon.Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan
sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di
daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
berupa persegi panjang atau juga berbentuk trapezium. Yang dimaksud dengan kapak persegi
itu bukan hanya kapak persegi saja, tetapi banyak lagi alat-alat lainnya dari berbagai ukuran
dan berbagai keperluan; yang besar yaitu kapak atau pacul, dan yang kecil yaitu tarah, yang
tentunya digunakan untuk mengerjakan kayu. Alat-alat itu semuanya sama bentuknya, agak
melengkung sedikit, dan diberi tangkai yang diikat kepada tempat lengkung itu.
Kapak persegi di Indonesia ini terutama ditemukan di wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Nusan
Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi dan di Kalimantan. Bahan yang digunakan untuk
membuat kapak persegi kebanyakan menggunakan batu api dan batu Kalcedon. Pembuatan
kapak-kapak ini diperkirakan terpusat di beberapa tempat, dari dari sini menyebar ke tempattempat lain. Hal ini berdasarkan pada tempat penemuan kapak persegi di beberapa tempat
yang tidak memiliki bahan batu api, yang digunakan sebagai bahan pembuatannya,
sedangkan di pusat pembuatannya banyak sekali ditemukan kapak persegi yang semunya
telah diberi bentuk namun masih kasar atau belum dihaluskan. Hal ini menandakan kalau
kapak persegi dihaluskan oleh pemakainya bukan pembuatnya. Adapun perkiraan pusat-pusat
dari pembuatan kapak persegi antara lain di dekat Lahat (Palembang), dekat Bogor,
Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya (Jawa Barat), di daerah Pacitan (Madiun) dan lereng
selatan Gunung Ijen (Jawa Timur)Nama kapak persegi itu berasal dari Von Heine Goldern,
berdasarkan kepada penampang-alang dari alat-alatnya, yang
B. KAPAK LONJONG

Paleolitikum, hal ini bisa dikatakan lebih baik karena hasil peralatan yang ditemukan pada
zaman ini lebih maju.Zaman Neolitikum menghasilkan beberapa kebudayaan yang salah
satunya adalah kebudayaan kapak lonjong.Kapak lonjong ini dikatakan jauh lebih maju
apabila dibandingkan dengan kebudayaan zaman Paleolitikum, yaitu kebudayaan kapak
genggam dan kapak perimbas.
Tradisi kapak lonjong dapat diduga lebih tua daripada tradisi beliung persegi.Bukti-bukti
stratigrafis telah ditunjukkan oleh T. Harrison dalam ekskavasi yang dilakukan di Gua Niah,
Serawak, dan menurut pertanggalan C-I4 yang diperolehnya, kapak lonjong ditemukan dalam
lapisan tanah yang berumur 8.000 SM.
Kapak ini bentuk umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian
tajaman.Bagian tajaman diasah dari dua arah dan menghasilkan bentuk tajaman yang

simetris.Di sinilah bedanya dengan beliung persegi yang tidak pernah memiliki tajaman
simetris (setangkup).Bentuk penampang lintangnya seperti lensa, lonjong, atau kebulatbulatan.
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.Bentuk
keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi
tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam.Untuk itu bentuk
keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang
kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.
Daerah
penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari
Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog
menyebutkan
C.PERKEMBANGAN ZAMAN LOGAM
Pada zaman prasejarah, zaman dibedakan berdasarkan alat-alatnya, yaitu,
zaman batu dan logam. Zaman batu yang termuda adalah zaman neolitikum dan
zaman selanjutnya adalah zaman logam. Dengan dimulainya zaman logam, bukan
berati berakhir zaman batu, karena pada zaman logam masih terdapat alat-alat dan
perkakas batu. Nama zaman logam hanya untuk menyatakan bahwa saat itu logam
telah dikenal dan dipergunakan orang untuk membuat alat-alat yang diperlukan.
Logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu guna mendapat alat
yang dikehendaki. Logam harus dilebur dahulu dari bijinya untuk dapat
dipergunakan. Leburan logam itu yang kemudian dicetak. Tehnik pembuatan bendabenda dari logam itu dinamakan <<a cire perdue>>, dan caranya adalah: benda
yang dikehendaki dan dibuat terlebih dahulu dari lilin, lengkap dengan bagianbagiannya. Kemudian model dari dari lilin itu ditutup dengan tanah. Dengan jalan
dipanaskan maka selubung tanah ini menjadi keras, sedangkan lilinnya menjadi cair
dan mengalir ke luar lubang yang telah disediakan di dalam selubung itu. Jika telah
habis lilinnya, dituangkan logam cair ke dalam geronggang tempat lilin tadi. Dengan
demikian logam itu menggantikan model lilin tadi. Setelah dingin semuanya,
selubung tanahnya dipecah, dan keluarlah benda yang dikehendaki itu, bukan dari
lilin melainkan logam.
Dari zaman-zaman prasejara, dapat ketahui bahwa zaman logam dibagi lagi
atas zaman tembaga, perunggu dan besi. Asia Tenggara tidak mengenal zaman
tembaga. Setelah neolitikum langsung ke zaman perunggu dan berlanjut ke zaman
besi. Di Indonesia zaman logam pun sulit untuk dibago ke dalam zaman perunggu
atau besi. Bisa dikatakan bahwa zama logam di Indonesia hanya zama perunggu,

karena alat-alat perkakas besi tidak banyak bedanya dengan alat-alat zaman
perunggu.

PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI MANUSIA PURBA


Posted by: kyfi on: Maret 16, 2011

In: Uncategorized

Tinggalkan sebuah Komentar

1.Pengertian
Teknologi ialah usaha-usaha manusia dengan berbagai cara untuk mengubah keadaan alam
sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.Perkembangan
Dalam masa perkembangannya,dari masa berburu dan mengumpulkan makanan sampai masa
bercocok tanam, dapat diketahui perkembangan kebutuhan hidup manusia. Teknologi Pada
masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar
biasa. Bahkan ada para ahli yang mengatakan bahwa pada masa ini mengalami revolusi yang
besar dalam peradaban manusia. Betapa tidak, karena penghidupan food gathering menjadi
food producing. Sejak itu terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dan di dalam
seluruh penghidupan umat manusia.

3.Tahap Perkembangan Teknologi

Alat-alat dari batu halus


Tahap
Alat-alat dari logam

Alat-alat dari batu halus


Pada masa ini telah dipergunakan alat-alat yang lebih baik dari masa sebelumnya, yaitu kapak
persegi dan kapak lonjong. Dengan alat-alat ini ternyata sudah dapat memenuhi untuk
mencapai kebutuhan hidup yang lebih luas dari masa sebelumnya. Misalnya; bersawah
(menanam padi), membuat rumah, beternak, bermasyarakat dalam perkampungan yang
beradab, membuat perahu (khususnya perahu bercadik), dan lain sebagainya.

Alat-alat dari logam


Sebelum memasuki zaman sejarah, nenek moyang kita telah mengenal alat-alat dari logam,
khususnya dari perunggu. Dengan ditemukannya logam sebagai alat, bukan berarti alat-alat
dari batu sudah ditinggalkan. Hal ini dapat kita pahami bahwa ada upaya-upaya untuk
meningkatkan pemenuhan kebutuhan kepandaian mempergunakan logam sebagai bahan
membuat alat-alat memerlukan teknik yang baru. Logam tidak dapat dipukul-pukul atau
dipecah-pecah seperti batu, dan logam tidak terdapat sebagai bahan yang tersedia seperti
batu. Logam harus dilebur dulu dari bijinya, setelah biji logam dilebur baru dicetak. Teknik
pembuatan benda-benda dari logam itu disebuta cire perdue. Caranya, benda yang
dikehendaki dibuat terlebih dahulu dari lilin, kemudian model dari lilin tersebut dibungkus
dengan tanah, dengan dipanasi maka pembungkus dari tanah menjadi keras, sedang model
dari lilin mencair, lalu keluar dari lubang yang sebelumnya sudah dibuat. Setelahpembungkus
dari tanah yang sudah keras kosong, dituangkanlah logam cair ke dalam geronggong bekas
model dari lilin tadi. Dengan demikian logam itu menggantikan model dari lilin tadi. Setelah
dingin, tanah yang dipergunakan sebagai pembungkus dipecah, maka terdapatlah benda
logam yang dikehendaki.
Mula-mula kapak logam sengaja dibuat mirip dengan kapak batu. Dalam perkembangan
selanjutnya kapak logam sudah mempunyai bentuk lain, dinamakan kapak sepatu atau kapak
corong. Kapak-kapak inilah yang dimaksudkan berfungsi seperti kapak batu, yaitu alat untuk
membantu manusia bekerja. Namun ada jenis-jenis kapak logam yang tidak untuk alat
bekerja, yang dinamakan cendrasa, sebuah alat untuk upacara. Alat upacara lain disebut
nekara dan moko. Dengan munculnya alat-alat dari logam, memungkinkan orang bisa
membuat bangunan-bangunan dari batu yang lebih besar. Pada saat inilah muncul bangunanbangunan megalit, seperti menhir, dolmen, sarkofagus atau keranda, kubur batu, punden
berundak, dan arca-arca.

4. Kebudayaan Perkembangan Teknologi

Kebudayaan

Kebudayaan Pacitan

Kebudayan Ngandong
Kebudayaan Tulang di Sampung

Kebudayaan Pacitan
Menurut penelitian Von Koeningswald pada tahun 1935 di Pacitan
ditemukan alat-alat
yang disebutnya kapak perimbas atau kapak genggam. Karena mula-mula ditemukan di
Pacitan maka kebudayaan tersebut dinamakan kebudayaan Pacitan. Dalam penelitian lebih
lanjut, alat-alat sejenis kapak genggam ditemukan juga di Sukabumi,Ciamis,Gombong,
Bengkulu,Sulawesi Selatan Bali,Flores,dan Timor. Pendukung kebudayaan ini adalah
manusia purba yang disebut pithecanthropus erectus.
Kebudayaan Ngandong
Di daerah Ngandong (sebelah utara Madiun) ditemukan alat-alat dari tulang dan kapak
genggam. Karena mula-mula ditemukan di Ngandong, kebudayaan yang ditemukan oleh Von
Koenigswald tahun 1934 tersebut dinamakan kebudayaan Ngandong. Termasuk kebudayaan
Ngandong ialah ditemukan di Sangiran, yang dinamakan alat-alat serpih. Alat serpih dibuat
kecil-kecil, berfungsi sebagai pisau,beati, atau alat penusuk.

Kebudayaan Tulang di Sampung


Pada tahun 1928 sampai 1931 Van Stein Callenfels mengadakan penelitian di gua lawak
dekat Sampung (daerah Ponorogo). Sebagian besar alat-alat yang ditemukan terdiri atas alatalat tulang. Karenanya kebudayaan tersebut dinamakan Sampung Bone-culture.

5.Kesimpulan
Kalau ditarik kesimpulan,teknologi yang berkembang pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang dipergunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidup masih sangat sederhana. Alat-alat yang dibuat sekedar bisa membantu

pekerjaan mereka. Alat-alat itu dibuat dari batu,tulang,dan kayu. Alat-alat dari kayu sukar
dicari buktinya,karena kayu tidak tahan lama.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
MASA PRA-SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA

A. MASA MENCARI, BERBURU, DAN MERAMU MAKANAN

1.

2.
3.
4.
5.

Manusia praaksara sudah bisa menggunakan alat bantu sederhana dalam


mengumpulkan makanan. Alat bantu itu terbuat dari batu yang diasah sederhana, tulang,
ataupun kayu. Pada masa berburu dan meramu, manusia purba menggunakan peralatan
sebagai berikut:
Kapak Genggam. Merupakan sejenis kapak yang terbuat dari batu, namun tidak bertangkai.
Digunakan untuk memukul bahan makanan, atau melempar binatang buruan serta mengorek
tanah untuk mencari umbi-umbian. Kapak genggam seperti ini banyak ditemukan di Pacitan,
Jawa Timur. Kapak genggam ini biasa juga disebut kapak penetak atau chopper.
Alat serpih. Merupakan alat-alat yang terbuat dari batu pipih yang diasah dan berukuran
lebih kecil dari kapak genggam, berfungsi sebagai alat untuk penusuk ataupun sebagai pisau.
Alat-alat yang terbuat dari tulang dan kayu. Alat yang terbuat dari tulang biasanya berupa
mata tombak, yang bertangkai kayu, digunakan untuk berburu ataupun menangkap ikan.
Pebble merupakan alat semacam kapak genggam yang terbuat dari batu kali, ada juga yang
berupa batu penggilingan/pipisan yang digunakan untuk menghaluskan makanan.
Anak panah/flake. Digunakan untuk berburu dan mencari ikan. Dan dalam
perkembangannya, manusia purba jenis pithecanthropus erectus ternyata sudah mengenal api.
B. MASA BERCOCOK TANAM DAN BETERNAK
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami
perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam
peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga
terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat
manusia.
C. MASA PERTANIAN
Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai
ilmu perbintangan (ilmu falak). Mereka juga telah menggunakan alat-alat kehidupan yang
halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong. Manusia telah mampu menghasilkan
bangunan-bangunan dari batu besar atau megalitikum (mega=besar; lithos = batu). Yang
dimaksud dengan bangunan megalit adalah bangunan-bangunan yang dibuat dari batu-batu
besar dan digunakan dalam hubungannya dengan kepercayaan zaman pra sejarah. Bangunan
megalit dibuat dari batu-batu besar yang sering harus didatangkan dari tempat lain sebelum
didirikan di suatu tempat yang dipilih. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut tentu telah
dikerahkan sejumlah besar tenaga. Walaupun pengerahan tenaga didasarkan atas asas gotong
royong, tetapi tentunya hanya dapat dilaksanakan jika pembuatan bangunan itu dirasakan
cukup penting oleh masyarakat.

Dalam kenyataannya pembuatan bangunan megalit memang sesuatu yang


menyangkut kepentingan seluruh masyarakat yang membangunnya. Bangunan-bangunan
megalit adalah bangunan-bangunan yang sangat penting pada masa itu. Bangunan itu
dibangun untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan nenek moyang mereka.
Hasil-hasil budaya Megalitikum ialah sebagai berikut.
1. Menhir, yaitu tugu dari batu tunggal. Fungsinya sebagai tanda peringatan suatu peristiwa
atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Karena itu menhir dipuja orang. Menhir
ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, misalnya di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah,
dan Kalimantan.
2. Dolmen, yaitu meja batu, yang fungsinya sebagai tempat meletakkan sajian untuk pemujaan
roh nenek moyang. Jadi dianggap sebagai tempat pemujaan. Kecuali sebagai meja untuk
meletakkan sesaji, ada juga dolmen yang dipergunakan sebagai peti
mayat. Bangunan ini oleh penduduk disebut: makam Cina. Pada temuan dolmen ini
terdapat tulang-tulang manusia. Kecuali itu, juga ditemukan benda-benda lain seperti periuk,
gigi binatang, porselin dan pahat dari besi. Benda-benda itu dianggap sebagai bekal bagi yang
meninggal di dunia baru. Dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur, terutama
di daerah Bondowoso.
3. Sarkofagus atau keranda yaitu peti batu besar bentuknya seperti palung/lesung dan diberi
tutup. Fungsinya sebagai kuburan atau peti mayat. Di dalamnya ditemukan tulang-tulang
manusia bersama bekal kuburnya. Bekal kubur ini berupa periuk-periuk, beliung persegi dan
perhiasan dan juga benda-benda perunggu dan besi. Daerah temuan yang paling banyak ialah
Bali. Hampir di setiap desa ditemukan Sarkofagus. Di Bali, sampai sekarang Sarkofagus
masih dianggap keramat dan dianggap mengandung suatu kekuatan magis.
4. Kubur Batu, yaitu kuburan dalam tanah dimana sisi samping, alas, dan tutupnya diberi
semacam papan-papan dari batu. Fungsinya untuk mengubur mayat. Hanya bentuknya
berbeda dengan dolmen dan Sarkofagus. Dolmen dan Sarkofagus dibuat dari batu utuh yang
kemudian dibuat peti. Sedangkan kubur batu dibuat dari lempengan batu, yang disusun
menjadi peti. Kubur batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
5. Punden Berundak, yaitu bangunan dari batu yang disusun bertingkat. Fungsinya sebagai
pemujaan roh nenek moyang. Bangunan ini merupakan prototype (bentuk pendahuluan) dari
candi. Punden Berundak antara lain ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.
6. Arca, yaitu bangunan dari batu. Ada yang berbentuk manusia dan yang berbentuk binatang
(merupakan perwujudan dari roh nenek moyang). Arca dari megalitik bentuknya sangat
sederhana dan kasar. Arca yang berbentuk manusia umumnya digambarkan manusia secara
utuh atau setengah badan. Sedangkan arca-arca yang berbentuk binatang yang digambarkan
seperti gajah, kerbau, harimau dan monyet. Untuk membuat arca dipilih batu yang bentuknya
mirip dengan arca yang akan dibuat. Jadi, tidak banyak dari bagian
batu itu yang dibuang dan bentuk aslinya sering-sering masih jelas. Arca itu banyak
ditemukan di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu

yang terkenal ialah Batu Gajah, yaitu sebuah patung batu besar dengan gambaran seorang
yang sedang menunggang binatang.
Selain itu, alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran
kapak batu dengan ukuran kecil yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau
alat upacara; Alat-alat yang dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya
proses kimia, yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik
pembakarannya. Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang
beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek moyang
kita sudah mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi
tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik
yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat
logam di daratan Cina; Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam
lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari
batu.
Adapun cara pembuatannya ada dua teknik, yaitu :
1. Teknik bivolve, yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudian diikat dan ke dalam
rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair. Cetakan tersebut kemudian
dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
2. Teknik a cire perdue (membuat model benda dari lilin). Benda yang akan dicetak
dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi
lubang. Setelah itu dibakar, maka lilin akan meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi
dengan cairan perunggu; sesudah dingin perunggu membeku dan tanah liat dibuang maka
jadilah barang yang dicetak
Zaman logam sendiri dibagi menjadi tiga zaman, yakni:
a. Zaman Tembaga
Pada masa ini manusia sudah mampu mengolah logam tembaga yang sesuai dengan entukbentuk peralatan yang dibutuhkannya, seperti periuk, belanga dan sebagainya.
b. Zaman Perunggu
Pada masa ini manusia sudah mampu membuat peralatan dari perunggu. Perunggu
merupakan logam campuran antara tembaga dengan timah.
Hasil-hasil kebudayaan perunggu di antaranya:
1. Nekara Perunggu Nekara adalah semacam genderang dari perunggu yang Berpinggang di
bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang
ditelungkupkan. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran besar dan
ukuran kecil. Nekara yang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara dalam ukuran besar.
Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini sekarang disimpan di pura
Panataransasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat dipuja oleh masyarakat. Tidak semua orang
dan setiap waktu orang bisa melihatnya karena nekara ini dianggap barang suci, yang hanya
dipergunakan waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan cara ditabuh untuk memanggil arwah
atau roh nenek moyang. Nekara perunggu banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Pulau
Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor banyak pula
terdapat nekara, tetapi lebih kecil dan ramping daripada yang ditemukan di lain tempat.
Nekara yang demikian itu, biasa disebut moko, dan sangat dihargai penduduk sebagai barang

2.

3.

4.

5.

pusaka atau mas kawin. Hiasan-hiasan pada nekara itu sangat indah berupa garis-garis lurus
dan bengkok, pilin-pilin dan gambar geometris lain nya, binatangbinatang (burung, gajah,
merak, kuda, rusa), rumah, perahu, orangorang berburu, tari-tarian, dan lain-lain. Dari
berbagai lukisan kita mendapat gambaran tentang penghidupan dan kebudayaan yang ada
pada masa itu.
Kapak Corong
Kapak Corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya
berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga Kapak Corong atau Kapak Sepatu. Kapak
corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau
Selayar dan di Irian dekat Danau Sentani. Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada yang
kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula
yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang memiliki panjang satu sisi disebut candrasa,
bentuknya sagat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara
keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval atau juga
dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda (double spiral).
Bejana Perunggu Bejana ditemukan di tepi Danau Kerinci dan di Madura bentuknya seperti
periuk, tetapi langsung dan gepeng. Keduanya mempunyai hiasan yang serupa dan sangat
indah berupa gambar-gambar geometri dan pilinpilin yang mirif huruf J. Pada Bejana di
Madura dihiasi dengan gambar burung merak dan rusa dalam kotak-kotak segitiga. Selain di
Madura dan Kerinci, Bejana seperti ini juga ditemukan di Pnom Penh (Kamboja), maka tidak
dapat disanksikan lagi bahwa kebudayaan logam di Indonesia memang termasuk satu
golongan dengan kebudayaan logam Asia yang berpusat di Dongson itu. Itulah sebabnya,
zaman perunggu di Indonesia ini lebih dikenal dengan nama Kebudayaan Dongson.
Arca-arca Perunggu Arca Perunggu yang ditemukan berupa arca yang menggambarkan
orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan ada yang sedang memegang panah. Ada
juga yang menggambarkan binatang antara kuda dan kerbau, tetapi semua arca bentuknya
kecil-kecil, yaitu berukuran 5 15 cm. Arca tersebut ditemukan di Bangkinang (Riau),
Lumajang, Bogor, dan Palembang.
Perhiasan Perunggu Selain Kapak Corong dan Nekara banyak pula bendabenda lainnya
dari zaman perunggu yang didapatkan, sebagian besar berupa barangbarang perhiasan, seperti
gelang, binggel (gelang kaki), anting-anting, kalung, dan cincin. Benda-benda itu ditemukan
di Bogor, Bali, dan Malang. Banyak perhiasan yang ditemukan sebagai bekal kubur. Di
samping benda-benda perunggu, zaman logam juga menghasilkan barang-barang dari besi
meskipun jumlahnya tidak banyak. Jenis barang-barang besi yang dibuat pada zaman logam
antara lain kapak, sabit, pisau, tembilang, pedang, cangkul dan tongkat.
c. Zaman Besi
Pada masa ini, alat-alat kehidupan manusia sudah meningkat lagi, disamping dibuat dari
tembaga dan perunggu banyak sudah yang terbuat dari besi. Manusia telah dapat melebur
biji-biji besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti mata kapak,
mata pisau, tombak, cangkul dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai