Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EPISTEMOLOGI
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Dosen Pengampu: Afith Akhwanuddin, M.Hum

Disusun oleh:
M. Lutfi Mirza
Iskha Ikrimatul Hidayah
Ikfi Hayati
Muhammad Darul Ulum

(
(
(
(

2041115043
2041115045
2041115046
2041115051

)
)
)
)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


JURUSAN DAKWAH DAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2016

KATA PENGANTAR

Segala

puji

atas

kebesaran

Allah

SWT.

yang

telah

menciptakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga dari


lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena
atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga kami
diberikan

kesempatan

dan

kesehatan

untuk

dapat

menyelesaikan makalah Psikologi Perkembangan ini dengan judul


Epistemologi yang merupakan tugas kami dalam mata kuliah
Pengantar Filsafat di semester dua ini.

Shalawat

dan

salam

senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang


diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari tantangan dan hambatan. Namun berkat usaha
dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun tidak langsung
yang memperlancar jalannya penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu,
secara mendalam kami ucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari
bahwa hanya kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan
segalanya. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan
tambahan materi pembelajaran bagi kita semua, Aamiin Yaa
Robb.
Pekalongan, 28 Maret 2016
Penyusun
1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................

DAFTAR ISI...........................................................................

ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Pengertian Epistemologi ................................................ 3


Obyek dan Tujuan Epistemologi .................................... 5
Ruang Lingkup Epistemologi ......................................... 6
Landasan Epistemologi ................................................. 7
Aliran-Aliran Epistemologi ............................................. 8
Empirisme .................................................................. 8
Rasionalisme ............................................................. 9
Positivisme ................................................................10
Intuisionisme ............................................................10
F. Pengaruh Epistemologi...................................................12
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................13
B. Saran..............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .....................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan
pokok saja. Akan tetapi manusia juga memerlukan informasi
untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar mereka. Dalam
upaya

untuk

melakukan

memperoleh

komunikasi

informasi,

ataupun

manusia

cara-cara

lain

seringkali
yang

bisa

digunakan. Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi


adalah

pengetahuan.

Pengetahuan

sangat

diperlukan

bagi

kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat yang


sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak
jarang manusia harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi
disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh
tolok ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu
manusia yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi
segala ilmu dan pengetahuan.
Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu bagian
dari filsafat sistematik yang paling sulit. Sebab epistemologi
menjangkau

permasalahan-permasalahan

yang

membentang

luas, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan


darinya. Selain itu pengetahuan merupakan hal yang sangat
abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan biasanya diandaikan begitu
saja. Oleh sebab itu, perlu diketahui apa saja yang menjadi
dasar-dasar pengetahuan yang dapat digunakan manusia untuk
mengembangkan diri dalam mengikuti perkembangan informasi
yang pesat.
B.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi ?
2. Bagaimana ruang lingkup Epistimologi ?
PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

3.
4.
5.
6.

Bagaimana objek dan tujuan Epistemologi?


Apa landasan Epistemologi?
Apa saja aliran- aliran yang ada dalam Epistemologi ?
Bagaimana pengaruh Epistemologi terhadap peradaban
manusia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Epistemologi.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Epistemoligi.
3. Untuk mengetahui objek dan tujuan Epistemoligi.
4. Untuk mengetahui landasan Epistemoligi.
5. Untuk mengetahui aliran-aliran yang ada

dalam

Epistemologi .
6. Untuk mengetahui pengaruh epistemologi bagi kehidupan.

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai
teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia
disebut filsafat pengetahuan. Secara terminology, ada beberapa
pendapat yaitu :
1. Dagobert

D.Runes

dalam

bukunya

Dictionary

of

Philisophy, mengatakan Epistemologi sebagai cabang


filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian,
struktur, mode, dan validitas pengetahuan.
2. Harun

Nasution

dalam

bukunya

Filsafat

Agama,mengatakan bahwa Epistemologi adalah ilmu yang


membahas

apa

pengetahuan

itu

dan

bagaimana

memperolehnya.
3. Fudyartanto,mengatakan bahwa Epistemologi adalah ilmu
filsafat tentang pengetahuan atau dengan kata lain filsafat
pengetahuan.
4. Anton Suhono, Epistemologi adalah teori mengenai refleksi
manusia atas kenyataan.
5. The Liang Gie, Epistemologi adalah sebagai cabang filsafat
yang bersangkutan dengan sifat dasar dan ruang lingkup
pengetahuan,pra
dasarnya

serta

anggapan-pra
reabilitas

anggapan

umum

dari

dan

tuntutan

dasarakan

pengetatuan.
Epistemologi adalah sangat diperlukan, sebuah kepastian
dimungkinkan oleh suatu keraguan. Terhadap keraguan ini
epistemologi merupakan suatu obatnya. Apabila epistemologi

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

berhasil mengusir keraguan ini kita mungkin akan menemukan


kepastian yang lebih pantas dianggap sebagai pengetahuan.1
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory
of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna
pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan
kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology
is the branch of philosophy which investigates the origin,
stukture, methods and validity of knowledge. Itulah sebabnya
kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk
pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada
tahun 1854 (Runes, 1971-1994).2
Epistemologi merupakan cabang Filsafat yang menyoroti
atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur
mendapatkan ilmu dan keilmuan.3 Menurut Keith Lehrer secara
historis

terdapat

tiga

perspektif

dalam

Epistemologi

yang

berkembang di barat yaitu4 :


(i)
(ii)
(iii)

Dogmatic Epistemology;
Critical Epistemology; dan
Scientific Epistemology.
Dogmatic Epistemology adalah pendekatan tradisional

terhadap Epistemologi, dimana Ontologi diasumsikan dulu ada,


baru kemudian diambahkan Epistemologi. Setelah realitas dasar
1 P. Hardono Hadi, Epistemolog Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 1318

2 Ahmad Tafsir. Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2009) .Hal 23

3 Mohammad Adib. Filsafat Ilmu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) .Hal. 74


4 Ibid, Hal. 76

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

diasumsikan dulu ada, baru kemudian ditambahkan Epistemologi


untuk menjelaskan bagaimana mengetahui realitas tersebut, apa
yang diketahui, lalu bagaimana cara untuk mengetahuinya.
Singkatnya,

Epistemologi

Dogmatik

menetapkan

Ontologi

sebelum Epistemologi.
Yang kedua adalah Critical Epistemology, yakni membalik
Epistemologi Dogmatik dengan menanyakan apa yang dapat
diketahui sebelum menjelaskannya. Pertanyakan dahulu secara
kritis, baru diyakini keberadaanya. Ragukan dulu bahwa sesuatu
itu ada, kalau terbukti ada,baru dijelaskan. Berpikir dahulu baru
meyakini atau tidak, meragukan dahulu baru meyakini atau
tidak. Critical Epistemology juga disebut dengan metode skeptis,
singkatnya, Epistemologi Kritis menetapkan Ontologi setelah
Epistemologi.
Ketiga, adalah Scientific Epistemology yakni apa yang
benar-benar

sudah

diketahui

dan

bagaimana

cara

untuk

mengetahuinya? Epistemologi tidak peduli apakah lukisan di


depan mata adalah penampakan belaka atau bukan. Yang jelas
ada sebuah lukisan terpampang di depan mata dan kemudian
diteliti secara scientific. Epistemologi adalah sangat diperlukan,
sebuah kepastian dimungkinkan oleh suatu keraguan. Terhadap
keraguan ini epistemologi merupakan suatu obatnya. Apabila
epistemologi berhasil mengusir keraguan ini kita mungkin akan
menemukan kepastian yang lebih pantas dianggap sebagai
pengetahuan.
B. Obyek dan Tujuan Epistemologi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang
pemahaman

objek

disamakan

dengan

tujuan,

sehingga

pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara


cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek
PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

sama dengan sasaran sedangkan tujuan hampir sama dengan


harapan. Meskipun berbeda, tetapi antara objek dan tujuan
memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah
yang mengantarkan tercapainya tujuan.
Sebagai

sub

sistem

filsafat,

epistemologi

atau

teori

pengetahuan yang untuk pertama kali digagas oleh Plato ini


memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S.
Suriasuamantri berupa segenap proses yang terlibat dalam
usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Proses untuk
memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori
pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya
tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara
yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.

Tanpa

suatu

sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu


tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.5
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi
tersebut? Jacques Martain mengatakan, tujuan epistemologi
bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah
saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu. Hal ini menunjukkan, bahwa
tujuan epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan
kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang
menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah hal
lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk
memperoleh pengetahuan.
Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna
strategis

dalam

dinamika

pengetuhuan.

Rumusan

tersebut

menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai kita


puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai
5 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan, 1990), 105

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab


keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif,
sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap
dinamis.6
C. Ruang Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi
hakekat, sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad
merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan,
Saefuddin

batas,

dan

sasaran

menyebutkan,

pengetahuan.

bahwa

Bahkan,

epistemologi

A.M

mencakup

pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana


asalnya,

apa

sumbernya,

apa

hakikatnya,

bagaimana

membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu,


mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita
ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan
itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber
ilmu dan masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi
mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara
ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya
dengan

filsafat.

Usaha

menyelidiki

dan

mengungkapkan

kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa


yang diketahui dibidang tertentu.
Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya
aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para
filosof,

sehingga

mengesankan

bahwa

seolah-olah

wilayah

pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek

6 Mujammil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga


Metode Kritik, ( akarta: Erlangga 2005), hlm. 7

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih


banyak cenderung diabaikan.
M. Amin Abdullah menilai,

bahwa

seringkali

kajian

epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asalusul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis.
Sedangkan

Paul

Suparno

menilai

epistemologi

banyak

membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan


ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan
dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang
mendapat perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi
memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap
pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang
epistemologi.

Hanya

saja,

jika

dia

ingin

mendalami

dan

menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa


hanya

memegangi

pengetahuan,

akan

makna
tetapi

epistemologi
epistemologi

sebatas
dapat

metode

menyentuh

pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen yang


terkait langsung dengan bangunan pengetahuan.
D. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu
cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang
benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan

yang

disebut

ilmu.

Jadi,

ilmu

pengetahuan

merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.


Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang
tercantum dalam metode ilmiah.

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari


wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat bergantung
pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu
disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta
secara integratif.
Rasio

atau

akal

merupakan

instrumen

utama

untuk

memperoleh pengetahuan. Rasio ini telah lama digunakan


manusia untuk memecahkan atau menemukan jawaban atas
suatu masalah pengetahuan. Bahkan ini merupakan cara tertua
yang digunakan manusia dalam wilayah keilmuan. Pendekatan
sistematis yang mengandalkan rasio disebut pendekatan rasional
dengan pengertian lain disebut dengan metode deduktif yaang
dikenal

denagn

silogisme

Aristoteles,

karena

dirintis

oleh

Aristoteles.7
E. Aliran-Aliran Epistemologi
Pengetahuan manusia ada tiga macam , yaitu pengetahuan
sains,

pengetahuan

filsafat,

dan

pengetahuan

mistik.

Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara


dengan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang
berbicara tentang ini :
1. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal
dari kata empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamanya. Dan
bila ddikembalikan pada kata Yunaninya, pengalaman yang
dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin
karena ia menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.
7 Ibid, hlm. 10

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

John

Locke (1632-1704), bapak aliran ini pada zaman modern

mengemukakan teori tabula rusa

yang secara bahasa berarti

meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya


kosong dari pengetahuan, lantas pengalamanya mengisi jiwa
yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula mula
tangkapan indra yang masuk itu sederhana, lama kelamaan
ruwet,

lalu

tersusunlah

pengetahuan

berarti.

Berarti,

bagaimanapun kompleks (ruwet)nya pengetahuan manusia, ia


selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu
yang tidak dapat diamati dengan indra bukanlah pengetahuan
yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini
adalah metode eksperimen.
Kelemahan aliran ini cukup banyak, kelemahan pertama
ialah indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah
benda itu sebenarnya kecil ? Tidak. Keterbatasan kemampuan
indera ini dapat melaporkan objek tidak sebagaimana adanya;
dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. Kelemahan
kedua yaitu indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula
rasanya

pahit,

udara

panas

dirasakan

dingin.

Ini

akan

menimbulkan hal empiris yang salah juga. Kelemahan ketiga


yaitu objeek yang menipu,contohnya ilusi,fatamorgana. Jadi
objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh alat
indra, ia membohongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan
pengetahuan inderawi yang salah. Kelemahan ke empat berasal
dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (disini mata)
tidak mampu melihat kerbau secara keseluruhan dan kerbau itu
juga tidak dapat memperlihatkan dirinya secara keseluruhan.
2. Rasionalisme

8 Ahmad Tafsir, Op,Cit . hlm. 24

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

10

Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal dasar


kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan
diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Orang
mengatakan (biasanya) bapak aliran ini ialah Rene Descartes
(1596-1650); ini benar. Akan tetapi, sesungguhnya paham
seperti ini sudah ada jauh sebelum itu. Orang orang Yunani
kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam
memperoleh pengetahuan yang benar , lebih lebih pada
Aristoteles.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empiris, yang
disebabkan

kelemahan

alat

indera

tadi,

dapat

dikoreksi

seandainya akal digunakan. Benda yang jauh kelihatan kecil


karena bayanganya yang jatuh dimata kecil, kecil karena jauh.
Gula pahit bagi orang yang demam karena lidah orang demam
memang tidak normal. Fatamorgana adalah gejala alam.
Kelihatanya sudah jelas hal pengetahuan itu sampai disini.
Namun, ternyata belum. Indera dan akal yang bekerja sama
belum juga dapat dipercaya mampu memperoleh pengetahuan
yang lengkap, yang utuh. Dengan indera, manusia hanya mampu
mengetahui bagian bagian tertentu tentang objek. Dibantu oleh
akal, manusia juga belum mampu mmperoleh pengetahuan
yang. Akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari objek.
Manusia mampu menangkap keseluruhan objek hanyalah dengan
intuisinya.

Inilah

membicarakan

aliran

aliran

ketiga.

ketiga

ini

Akan
baiklah

tetapi,
diulas

sebelum
lebih

dulu

empirisisme dan rasionalisme itu.


Kerja sama empirisisme dan rasionalisme inilah yang
melahirkan metode sains (scientific method), yang dalam bahasa

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

11

indonesia

sering

disebut

pengetahuan

ilmiah

atau

ilmu

pengetahuan. Istilah istilah ini membingungkan.9


3. Positivisme
Tokoh aliran ini ialah August Compte (1798-1857). Ia
penganut empirisisme. Ia berpendapat bahwa
penting

dalammemperoleh

pengetahuan,

indera itu amat


tetapi

harus

dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.


Kekeliruan indera akan dapat dapat dikoreksi lewat eksperimen.
Eksperimen memerlukan ukuran ukuran yang jelas. Panas
diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat
dengan kiloan (timbangan atau neraca), dsb. Kita tidak cukup
mengatakan api panas, matahari panas, kopi panas, ketiak
panas. Kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari siilah kemajuan
sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal,
didukung bukti empiris yang terukur.
Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang
khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisisme dan
rasionalisme

yang

bekerja

sama.

Dengan

kata

lain,

ia

menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukan perlunya


eksperimen dan ukuran ukuran. Jadi pada dasarnya positivisme
itu sama dengan empirisisme plus rasionalisme.10
4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia
menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juga
terbatas. Objek objek yang kita tangkap adalah objek yang
selalu

berubah,

demikian

Bergson.

Jadi

pengetahuan

kita

tentangnya tidak pernah tetap , intelek atau akal juga terbatas.


Akal hanya dapat memahami bila ia hanya mengonsentrasikan
9 Ibid . hlm. 25
10Ibid. hlm. 26

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

12

dirinya pada objek itu, jadi dalam hal seperti itu, manusia tidak
mengetahui keseluruhan (unique), tidak juga dapat memahami
sifat sifat yang tetap pada objek. Akal hanya mampu
memahami bagian bagian dari objek, kemudian bagian bagian
itu digabungkaan oleh akal. Itu tidak sama dengan pengetahuan
menyeluruh tentang objek itu. Ambillah contoh : adil. Apa itu adil
? akal memahaminya dari segi hukum, timbul pemahaman akali;
memahaminya dari segi hakim, timbul pemahaman akali; dari
segi keluarga si terhukum, timbul pemahaman akali; dari segi
jaksa dan seterusnya. Nanti disimpulkan adil ialah jumlah
pemahaman akali itu. Itu belum tentu benar. Nah, disinilah
intuisionisme masuk.
Dengan menyadari kebatasan indera dan akal seperti
diterangkan diatas, Bergson mengembangkan satu kemampuan
tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intusi. Ini adalah hasil
evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan
instict,

tetapi

Pengembangan

berada

dalam

kemampuan

kesadaran
ini

dan

memerlukan

kebebasanya.
suatu

usaha.

Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh,


yang tetap, yang unique. Instuisi ini menangkap objek secara
langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, indera dan akal hanya
mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial),
sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahun yang utuh,
tetap.
Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu
diperoleh dengan cara latihan, yang didalam islam disebut suluk,
secara lebih spesifik disebut riyadlah. Riyadlah artinya latihan.
Secara lebih umum metode ini diajarkan didalam thariqat. Konon,
kemampuan orang orang itu ialah sampai melihat Tuhan,
melihat surga, melihat neraka, berbincang dengan Tuhan dan
melihat alam ghaib. Dari kemampuan ini dapat dipahami bahwa

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

13

mereka tentu mempunyai pengetahuan tingkat tinggi yang


banyak sekali dan amat meyakinkan. Pengetahuan itu diperoleh
bukan lewat indera dan bukan lewat akal, mlainkan lewat hati.
Dalam hal ini ia sama dengan intuisionisme.
Menurut ajaran Thasawuf atau thariqat pada khususnya,
manusia

itu

dipengaruhi

dipengaruhi
oleh

oleh

nafsunya.

Bila

hal

nafsu

hal
itu

yang
di

material,

kendalikan,

penghalang material (hijab) disingkirkan, maka kekuatan rasa itu


mampu bekerja, laksana antene. Mampu menangkap objek
objek ghaib. Didalam thasawuf ini digambarkan sebagai dalam
keadaan fana jiwa mampu melihat yang ghaib dan dari situ
diperolehlah pengetahuan.
Berdasarkan uraian diatas (tentang epistemologi) dapat
diketahui bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan tiga
cara, yaitu cara sains, cara filsafat (logika, akal) dan cara latihan
rasa (intuisi, kasyf). Itu dalam garis besarnya namun secara
umum semua pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan
cara berfikir benar. Sains dan filsafat jelas menggunakan cara
berfikir benar, mistik sekurang kurangnya berawal dari berpikir
benar juga. Norma norma atau aturan aturan berpikir benar
itulah yang dibicarakan oleh logika; ini adalah bagian dari teori
pengetahuan.11
F. Pengaruh Epistemologi
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi
dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus,
sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau
disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian.

11 Ibid . hlm. 26-28

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

14

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi


terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada. Penguasaan
epistemologi, terutama cara-cara memperoleh pengetahuan
sangat membantu seseorang dalam melakuakan koreksi kritis
terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun
dirinya sendirinya.
Secara

global

epistemologi

berpengaruh

terhadap

peradaban manusia. Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh


teori

pengetahuannya.

Epistemologilah

yang

menentukan

kemajuan sains dan teknologi. Epistemologi menjadi modal dasar


dan alat strategis

dalam merekayasa

pegembangan alam

menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan


manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh
ternyata

teknologi

sebagai

akibat

dari

pemanfaatan

dan

pengembangan epistemologi.

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani Episteme yang
berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan dan logos yang
berarti pengetahuan atau informasi. Jadi, epistemologi dikatakan
sebagai

pengetahuan

tentang

pengetahuan

atau

teori

pengetahuan. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan yang


secara

umum

karakteristik,

membicarakan
dan

kebenaran

mengenai

sumber-sumber,

pengetahuan.

Epistemologi

membicarakan tentang sumber pengetahuan dan bagaimana


cara memperoleh pengetahuan..
Epistemologi Ilmu menurut Barat
Ilmuan Barat mengenal beberapa aliran yang terkait
dengan Epistemologi, yaitu : Empirisme, Aliran ini menyatakan
bahwa

manusia

pengalamannya.

memperoleh

Dan

pengetahuan

pengalaman

yang

melalui

dimaksud

adalah

pengalaman inderawi. Sebagai contoh manusia mengetahui


bahwa Es itu dingin karena dia memiliki pengalaman menyentuh
Es tersebut.
Rasionalisme, Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah
dasar

kepastian

diperoleh

dan

pengetahuan.

diukur

Pengetahuan

berdasarkan

akal

yang

semata.

benar

Manusia,

memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap


objek.
Namun, rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera
dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman indera diperlukan
untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

16

dapat menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk


sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata
dengan akal.
Positivisme, Aliran ini menilai kebenaran itu diperoleh
dengan akal, didukung oleh bukti empiris yang terukur. Terukur
itulah yang menjadi sumbangan dari pemikiran positivisme.
Namun, pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme
plus rasionalisme.
Intuisionisme,Menurut aliran ini tidak hanya indera yang terbatas
namun akal juga terbatas. Begitu juga objek yang kita tangkap
selalu

berubah-ubah.

Dengan

demikian

pengetahuan

kita

terhadap suatu objek tidak pernah tetap.


Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, maka perlu
dikembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
manusia yaitu intuisi.
Epistemologi Menurut Islam
Dalam Islam manusia memperoleh pengetahuan melalui
tiga hal utama yaitu : penglihatan, pendengaran dan hati. Dari
ketiganya akan menghasilkan informasi yang valid jika dibatasi
oleh Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijma.
Selain itu, Islam juga menjadikan sistem ijtihad sebagai
dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam. sehingga dalam
perkembangannya

menimbulkan

berbagai

macam

aliran

pemikiran dalam dunia Islam.


B.

Saran

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

17

Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang


sifatnya tersilap dari yang telah ditetapkan atau seharusnya.
Apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis
harapkan dari pembaca, mohon kritik dan sarannya guna
perbaikkan penyusunan selanjutnya.

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

18

DAFTAR PUSATAKA

Adib, Mohammad. 2010 Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Hardono, P. Hadi. 1994. Epistemologi Filsafat Pengetahuan.


Yogyakarta: Kanisius.

Qomar, Mujammil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam:


Dari

Metode Rasional Hingga

Metode Kritik, Jakarta:

Erlangga

Suriasumantri,

Jujun

S.

1990.

Filsafat

Ilmu

Sebuah

Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum Akal Dan Hati Sejak


Thales Sampai Capra. Bandung : Remaja Rosdakarya

PENGANTAR FILSAFAT || Epistemologi

19

Anda mungkin juga menyukai