2. Beberapa Definisi
Plato (427 SM-347 SM) ,filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli)
Aristoteles (382 SM-322 SM) mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran,yng didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,logika,retorika,etika,ekonomi,politik
dan estotika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
Marcus tullius Cicero (106 SM-43 SM),politikus dan ahli pidato romawi,merumuskan: filsafat
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaaha-usaha untuk
mencapainya.
Al-farabi (wafat 950),filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,mengatakan:filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Immanuel kant (1724-1804),yang sering disebut raksasa pikiran barat,mengatakan:filsafat itu
ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalam empat persoalan,yaitu:
- Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika).
- Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh etika).
- Sampai dimana pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi).
Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI,menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar
untuk berpikir radikal, mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnaya suatu hal yang hendak
dimasalahkan.dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai
kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.[2]
5. Filsafat dapat diumpamakan seperti airtelaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya.
Agama
1. Agama berarti mengabdikan diri,jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan
aturan-aturan agama itu.
2. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia
dengan tuhan.
3. Agama dapat diliaskan dengan enjoyment atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian
(dedication) atau contentment.
4. Agama banyak berhubungan dengan hati.
5. Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan
gemuruhnya.[4]
2) Filsafat dan ilmu pengetahuan
Apakah hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan?oleh Lois Kattsoff
dikatakan: bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal
saling melengkapi .hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara
mengenai ilmu pengetahuan ,dan bukan didalam ilmi pengetahuan. Namun, apa yang harus
dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting pula bagi seorang filsuf.
Dalam hubungan ini Harold H.Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi
filsafat dengan sejumlah besar materi actual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam membina
suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filsuf. Para filsuf terlatih didalam metode ilniah, dan
seringpula menuntun minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut:
1. Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagai mana juga filsuf identik
dengan ilmuan.
2. Objek material ilmu adalah alam dan manusia.sedamg objek material filsafat
adalahalam,manusia, dan ketuhanan.
3) Bedaya Filsafat dengan Ilmu-Ilmu Lain
1. Filsafat menyelidiki,membahas,serta memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki
bagaimana hubungan kenyataan satu sama lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang belum
dipecah-pecah serta pembahasannya secara keseluruhan . sedangkan ilmu-ilmu lain atau ilmu
vak menyelidiki hanya sebagian hanya sebagian saja dari alam maujud ini, misalnya ilmu hanya
membicarakan tentang hewan,tumbuh-tunbuhan, dan manusia; ilmu bumi membicarakan
tentang kota, sungai, hasil bumi, dan sebagainya.
2. Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus.
Sedangkan ilmu vak membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa.
3. Dalam pembahasan filsafat menjawab apa ia sebanarnya,darimana asalnya, dan hendak
kemana perginya. Sedangkan ilmu vak harus menjawab pertanyaan bagaimana dan apa
sebabnya.[5]
Telah disebutkan bahwa objek filsafat islam adalah menelaah hakikat tentang Tuhan,
tentang manusia dan tentang segala realitas yang Nampak dihadapan manusia. Ada beberapa
per soalan yang biasa dikedepankan dalam mencari obyek filsafat meskipun akhirnya tidak
akan lepas dari ketiga hal itu,yaitu:
Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya, seperti perubahan oksigen dan
hydrogen menjadi air?
Apakah jaman itu yang menjadi ukuran gerakan dan ukuran wujud semua perkara
Apakah bedanya makhluk hidup dengan makhluk yang tidak hidup?
Apakah cirri-ciri khas makhluk hidup itu?
Apa jiwa itu?jika jiwa itu ada,apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah?
Dan masih ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain.
Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu fisika dan dari sini kita meningkat kepada ilmu
yang lebih umum ialah ilmu metafisika, yang membahas tentang wujud pada umumnya, tentang
sebab wujud, tentang sifat zat yang mengadakan. Dari sini kita bisa menjawab pertanyaan:
Apakah alam semesta ini wujud dengan sendirinya ataukah ia mempunyai sebab yang tidak
nampak?
Kemudian kita dapat membuat obyek pembahasa lagi, yaitu pengetahuan/pengenalan itu sendiri,
cara-cara dan syarat-syarat kebenaran atau salahnya, dan dari sini maka keluarlah ilmu logika
(ilmu mantiq) yang tidak ada kemiripannya dengan ilmu-ilmu positif. Kemudian kita melihat
kepada akhlak dan apa yang seharusnya diperbuat oleh perorangan, keluarga dan masyarakat,
yang berbeda dengan ilmu. Sosiologi lebih menekankan kepada pengertian tentang gejala-gejala
kemasyarakatan dan hubungannya, tanpa meneliti apa yang seharusnya terjadi.
Dari uraian ini, maka filsafat sebagai ilmu yang mengungkap tentang wujud-wujud melalui
sebab-sebab yang jauh, yakni pengetahuan yang yakin yang sampai kepada munculnya suatu
sebab. Ilmu terhadap wujud-wujud itu adalah bersifat keseluruhan, bukan terperinci, karena
pengetahuan secara terperinci menjadi lapangan ilmu-ilmu khusus. Oleh karena sifatnya
keseluruhan, maka filsafat hanya membicarakan benda pada umumnya atau kehidupan pada
umumnya.
Dengan demikian filsafat mencakup seluruh benda dan semua yang hidup yakni pengetahuan
terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu lagi dicari sesudahnya. Filsafat berusaha untuk
menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsifungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses
pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola
pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan pada
kebenaran ajaran ialah Islam.[7]
keidentikan dengan Pemandangan orang Yunani (Aristoteles) dalam masalah teori tentang
pembagian filsafat oleh filosuf-filosuf Islam.
Filsafat memasuki lapangan-lapangan ilmu ke-Islaman dan mempengaruhi pembataspembatasnya. Penyelidikan terhadap keilmuan meliputi kegiatan filsafat dalam dunia Islam. Dan
yang menjadi perluasan ilmu dengan tidak membatasi diri dari hasil-hasil karya filosuf Islam
saja, tetapi dengan memperluas pembahasannya. Hasil ini meliputi ilmu kalam, tasawuf, ushul
fiqh dan tarikh tasyri.
Para ulama Islam memikirkan sesuatu dengan jalan filsafat ada yang lebih berani dan lebih bebas
daripada pemikiran-pemikiran mereka yang biasa dikenal dengan nama filosuf-filosuf Islam. Di
mana perlu diketahui bahwa pembahasan ilmu kalam dan tasawuf banyak terdapat pemikiran dan
teori-teori yang tidak kalah teliti daripada filosuf-filosuf Islam.
Pemikiran Islam mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan filsafat Aristoteles, seperti
halnya pemikiran Islam pada ilmu kalam dan tasawuf. Demikian pula pada pokok-pokok hukum
Islam (tasyri) dan Ushul Fiqh juga terdapat beberapa uraian yang logis dan sistematis dan
mengandung segi-segi kefilsafatan. Syekh Mustafa Abdur Raziq adalah orang yang pertama
mengusulkan ilmu Fiqh menjadi bagian dari filsafat. Berikut ini ada beberapa hubungan filsafat
Islam dengan Ilmu Tasawuf, Ilmu Fiqh, dan Ilmu Pengetahuan:
Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam
Problem yang ada terhadap filsafat Islam, apakah identik dengan Ilmu Kalam? Ataukah sebagai
ilmu yang berdiri sendiri? Apakah ilmu kalam itu sebagai cabang dari filsafat?
Ada beberapa pendapat ahli yang mencoba menjawab pertanyaan di atas antara lain:
Dr. Fuad Al-Ahwani di dalam bukunya Filsafat Islam tidak setuju kalau filsafat sama
dengan ilmu kalam. Dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan
pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah SWT. dan
sifat-sifat-Nya serta hubungan-Nya dengan alam dan manusia yang berada di bahwa syariat-Nya.
Objek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebabsebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah.
Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah SWT. sebagaimana aliran materialisme.
Ilmu kalam adalah suatu ilmu Islam asli yang menurut pendapat paling kuat, bahwa ia lahir dari
diskusi-diskusi sekitar Al-Quran yaitu Kalam Allah, apakah ia Qadim atau makhluk. Perbedaan
pendapat terjadi antra Kaum Mutazilah, pengikut Ahmad bin Hambal dan pengikut-pengikut
Asyari. Adapun filsafat adalah istilah Yunani yang masuk ke dalam bahasa Arab sebagai
penegasan Al-Farabi bahwa nama filsafat itu berasal dari Yunani dan masuk ke dalam bahasa
Arab.
Pada Abad 2 H, telah lahir filsafat Islam, dengan bukti adanya filosuf-filosuf Islam seperti AlKindi.
Di samping itu, di kalangan ahli ilmu kalam sudah ada ahli yang terkenal seperti Al-Annazam,
Al-Jubbai, Abul-Huzail Al-Allaf. Para ahli ilmu kalam ini tidak ada yang menamakan diri
sebagai filosuf. Dan ada pertentangan tajam di antara kedua belah pihak. Sebagaimana AlGhazali sebagai pengikut aliran Asyariyah yang menulis kitab Tahafutul Falasifah. Namun dari
kalangan ahli filsafat, Ibnu Rusyd menjawab terhadap tuduhan itu dengan menulis: Tahafutul AlTahafuit (Inkosistensinya kitab Tahafut).
Prof. Tara Chana
Dia mengemukakan bahwa istilah filsafat Islam adalah untuk arti dari ilmu kalam. Ia lebih lanjut
menyatakan bahwa filsafat itu telah lahir dari kebutuhan Islam dan perdebatan keagamaan dan
pada dasarnya mementingkan pengukuhan landasan aqidah atau mencarikan dasar filosofisnya,
ataupun untuk membangun pemikiran-pemikiran theologi keagamaan.
Prof. Fuad Al-Ahwani
Ia mengakui, bahwa sekolah pada abad ke-6 H, filsafat telah bercampur dengan ilmu kalam,
sampai yang terakhir ini telah menelan filsafat sedemikian rupa dan memasukkannya di dalam
kitab-kitabnya. Sehingga kitab-kitab tauhid yang membahas ilmu kalam didahului dengan
pendahuluan mengenai logika Aristoteles dengan mengikuti cara para filosuf.[8]