Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERBANKAN

PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH

Disusun Oleh :
2 A MARKETING
Akbar Iman N.

NIM (1332610072)

Nuril Firdaus

NIM (1332610129)

Rica Sanpuspita R.

NIM (1332610023)

PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI MALANG

2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas

Rahmat

dan

Karunia-Nya

kami

dapat

menyelesaikan

makalah mengenai Penghimpunan Dana Bank Syariah. Tugas ini


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan.
Makalah ini membahas mengenai cara penghimpunan
dana bank syariah dan prinsip apa saja yang diterapkan bank
syariah dalam akutansi penghimpunan dananya.
Kami mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi
penulis dan pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
tambahan ilmu dan pengetahuan kita semua mengenai bank
syariah. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan. Hal tersebut dikarenakan
kami masih dalam proses belajar. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk bahan
pembelajaran di masa depan.

Malang, 25 Desember 2014

Kelompok 9

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................... 4
1.1.

Latar Belakang..........................................................................4

1.2.

Rumusan Masalah......................................................................5

BAB II..................................................................................................... 5
PEMBAHASAN......................................................................................... 5
2.1. Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah............................................5
2.1.1. Macam-Macam Wadiah.............................................................6
2.1.2. Giro Wadiah...............................................................................6
2.1.3. Tabungan Wadiah......................................................................7
2.2. Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah....................................7
2.2.1.Tabungan Mudharabah...............................................................9
2.2.2.Deposito Mudharabah................................................................9
BAB III................................................................................................... 10
PENUTUP.............................................................................................. 10
3.1.

Kesimpulan.............................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemahaman agama, pengendalian diri, pengalaman, akhlaqul
karimah dan pengetahuan tentang seluk beluk Akuntansi Syariah
hendaknya

dikuasai

sehingga

menyatu

dalam

diri

pelaku

(pelaksana) muamalah itu. Kegiatan Akuntansi Syariah ini sangat


banyak salah satu diantaranya adalah penghimpunan dana yang
akan dibahas dalam makalah ini, sebagai salah satu bentuk
aktifitas ekonomi, pengimpunan dana menjadi hal yang amat
sering dilakukan oleh Bank Syariah dalam berbagai transaksi
ekonomi demi memenuhi kebutuhan.
Dalam

Islam,

menghimpun

dana

selain

dilakukan

oleh

masyarakat secara urf (kebiasaan), juga dapat ditemukan dasardasarnya

secara

syariah

sebagaimana

ditemukan

aktifitas

menghimpun dana yang direkam dan dijustifikasi oleh al-Quran,


al-Hadis, dan juga telah menjadi ijma ulama (kesepakatan para
ulama). Seiring perkembangan zaman, menghimpun dana pun
mengalami perkembangan dan modifikasi sebagaimana terlihat
dalam

aktifitas

ekonomi

modern

bersangkut

paut

dengan

penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun


melalui dunia perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dengan tetap berada dalam bingkai syariah.
Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat
dilakukan tidak membedakan nama produk tetapi melihat pada
prinsip yaitu prinsip wadiah (titipan nasabah) dan prinsip
mudharabah (bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak).
Apapun nama produk yang diperhatikan adalah prinsip yang
digunakan atas produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan
porsi pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik

dana/ deposan (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai


mudharib (pengelola).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan

masalah

dalam

makalah

ini

adalah

cara

penghimpunan dana dan prinsip yang diterapkan bank syariah


dalam akutansi penghimpunan dananya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan sja spenyimpan menghendakinya. Tujuan
dari perjanjian tersebut adalah untukmenjaga keselamatan
barang

itu

dari

kehilangan,

kemusnahan,

kecurian

dan

sebagainya. Yang dimaksud dengan barang disini adalah suatu


yang berharga seperti uang, dokumen, surat berharga dan
barang lain yangberhara disisi islam.
Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan
prinsip wadiah adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Barang yang dititipkan


Orang yang menitipkan/ penitip
Orang yang menrima titipan/ penerima titipan, dan
Ijab Qabul

2.1.1. Macam-Macam Wadiah


Wadiah terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang
yang dititipkan tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya)
oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan harus dalam

keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika selama


dalam

penitipan

terjadi

kerusakan

maka

pihak

yang

menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai


kompensasi

atas

tanggung

jawab

pemeliharaan

dapat

dikenakan biaya penitipan.


2. Wadiah Yad Ad Dhamanah, merupakan pengembangan dari
Wadiah Yad Al Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas
perekonomian.

Penerima

titipan

diberi

izin

untuk

menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut.


Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab
terhadap kehilangan/ kerusakan barang tersebut. Semua
keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak
penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/
dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang
tidak disyaratkan sebelumnya.
Wadiah Yad Ad Dhamanah dalam Bank Islam dapat diaplikasikan
pada Rekening giro (current account) dan Rekening tabungan
(saving account).
2.1.2. Giro Wadiah
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindah bukuan. Termasuk di dalamnya giro
wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam
rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib
karena suatu perkara.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan
tentang Giro Wadiah (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 6-7)
sebagai berikut:
a. Bersifat titipan
b. Titipan bisa diambil kapan saja (on call)

c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk


pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Karakteristik dari giro wadiah antara lain:
a. Harus dikembalikan utuh seperti semula sehingga tidak boleh
overdarft
b. Dapat dikenakan biaya titipan
c. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang
titipan misalnya menetapkan saldo minimum
Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro
sesuai ketentuan yang berlaku. Jenis dan kelompok rekening
sesuai

dengan

bertentangan

ketentuan

dengan

yang

syariah.

berlaku

Dana

sepanjang

wadiah

hanya

tidak
dapat

digunakan seijin penitip


2.1.3. Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank
syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati dengan kuitansi, kartu ATM, sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah
bukuan.
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan
itu.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan
Tabungan Wadiah sebagai berikut:
a. Bersifat simpanan
b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan
kesepakatan.
Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.

2.2. Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan betindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan
bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan
bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula dna
tersebut digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua.
Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkn nisbah yang
disepakati.
Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah
kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang
terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi sempurna bila ada yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Ada
Ada
Ada
Ada
Ada

mudharib
pemilik dana
usaha yang akan dibagi hasilkan
nisbah
ijab qabul

Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan


berjangka dan deposito berjangka.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan
dana, prinsip mudharabah terbagi menjadi dua yaitu :
1. Mudharabah Mutlaqah ( investasi tidak terikat )
2. Mudharabah Muqayyadah ( investasi terikat )
Mudharabah Mutlaqah merupakan salah satu produk dari
Musyarakah, dimana dana merupakan 100 % milik bank. dana ini
dapat digunakan untuk kegiatan usaha nasabah sesuai kehendak
nasabah. Bank yang memiliki produk seperti ini harus betul-betul
selektif dalam memilik calon debitur/nasabah, karena resiko yang
ditanggung bank adalah 100% dari dana yang disalurkan. Oleh
karena itu biasanya Produk Mudharabah terkait dengan Projekprojek singkat yang berasalah dari pemerintah atau perusahaan
yang kredible dan nasabah yang kompeten dan terpercaya
dalam mengerjakannya.

Perbedaan
adalah

disisi

Mudharabah

penggunaan

Muqayadah
dana

yang

dengan

Mutlaqah

diterima

nasabah.

penggunaannya terikat syarat-syarat dari pemilik dana. Waktu


dan

jenis

usaha

sudah

ditentukan

sebelumnya.

Bank

mempertemukan pemilik dana dan calon debitur/nasabah dan


memfasilitasi pencairan dana dan penerimaan angsuran modal
dan bagi hasil dari nasabah. Bank akan mendapatkan jasa/fee
dari kegiatan ini.
2.2.1.

Tabungan Mudharabah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi


tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan
dengan itu.
Akuntansi
penghimpunan

untuk
dana

tabungan

bentuk

lainnya

mudharabah

dan

menggunakan

akad

mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang


Akuntansi

Mudharabah,

khususnya

yang

terkait

dengan

akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf


25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana
(nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai
dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset
non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana
syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
2.2.2.

Deposito Mudharabah

Deposito

adalah

investasi

dana

berdasarkan

akad

mudharabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah


yang penarikannya hanya dapat dilakukan hanya pada waktu
tertentu berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan
bank syariah (Unit Usaha

Syariah). Perbedaannya dengan

deposito konvensional adalah terlihat pada akad dan sistem bagi


hasil yang ditawarkan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000,
tentang deposito mudharabah yaitu :
1. Nasabah disebut sebagai pemilik dana atau shahibul maal
dan bank disebut sebagai pengelola dana atau mudharib.
2. Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam
bentuk tunai.
3. Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha
asalkan

tidak

melenceng

mengembangkannya,

pada

termasuk

prinsip

didalamnya

syariah

dan

mudharabah

dengan pihak lain. Bank menggunakan nisbah keuntungan


yang menjadi haknya untuk menutupi biaya operasional
deposito. Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan
tanpa persetujuan nasabah. Pembagian keuntungan harus
dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bank syariah dalam mendapatkan modalnya, ia melakukan
penghimpunan

dana

dengan

produk-produknya

seperti

tabungan, instrument giro, dan deposito. Meski hampir sama


dengan perbankan konvensional, tetapi dalam mekanismenya
berbeda. Pada perbankan syariah menggunakan prinsip wadiah
dan mudharabah yang sesuai dengan prinsip Islam.
Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan wadiah
dan tabungan mudharabah. Instrumen giro terbagi menjadi dua
juga, yaitu giro wadiah dan mudharabah. Sedangkan pada
deposito,

perbankan

syariah

hanya

menggunakan

prinsip

mudharabah.
Dari sistem mudharabah itu, pihak bank akan mendapatkan
keuntungan dari kegiatan usaha yang dikelolanya berdasarkan
presentasi bagi hasil yang telah ditetapkan dan disetujui antara
pemilik atau penyimpan dana dengan bank.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan

Keuangan.Jakarta : RajaGrafindo Persada.


Sofyan Syafri Harapan, dkk. 2005. Akutansi Perbankan

Syariah. Ed.1, Cet. 1. Jakarta : LPFE Usakti.


Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha

Bank Syariah. Jakarta : Grasindo.


http://blokgurubelajar.blogspot.com/2013/12/makalahpenghimpunan-dana-perbankan.html

Anda mungkin juga menyukai