Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT

TONSILITIS AKUT

Pembimbing :
dr. Bambang Suprayogi, Msi.Med, Sp.THT-KL

Disusun oleh :
Hana Kartika Yuniarti
1061050113

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


PERIODE 4 April 7 Mei 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut. Tonsil dibatasi oleh pilar anterior yang berisi m. Palatoglossus, pilar posterior yang
berisi m. Palatopharingeus dan bagian lateral dibatasi oleh m. Constrictor pharingeus
superior.
Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel squamous yang juga meliputi kriptus.
Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa
makanan. Kripta pada tonsil palatina lebih besar, bercabang dan berlekuk-lekuk
dibandingkan dengan sistem limfoid lainnya, sehingga tonsil palatina lebih sering terkena
penyakit. Tonsil mendapatkan peredaran darah dari arteri tonsilaris yang merupakan cabang
dari arteri maksilaris eksterna dan arteri palatina asenden.
Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah Streptokokus Beta
Hemolitikus, Streptokokus Viridans, Streptokokus Piogenes dan Virus Influenza. Untuk
menegakan diagnosis, diperlukan anamnesa yang didapatkan dari keluhan yang dirasakan
oleh pasien, serta pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pasien biasanya datang dengan
keluhan pada tenggorokannya. Apabila ingin memastikannya lagi, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu swab tenggorok.. penatalaksanaan dapat diberikan sesuai
penyebab dari tonsilitisnya.
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan
prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi
diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini, indikasi yang lebih utama
adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut (terdiri dari tonsil faringeal atau adenoid, tonsil palatine atau tonsil faucial, tonsil
lingual atau tonsil pangkal lidah, tonsil tuba Eustachius atau lateral band dinding faring).1,2

2.2. Anatomi
Tonsil
terdiri
dan
dengan

adalah massa yang


dari

ditunjang
kriptus

jaringan

limfoid

oleh jaringan ikat


didalamnya.

Terdapat empat macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine, tonsil lingual
dan tonsil tuba eustachius. Tonsil palatina yang biasa disebut tonsil saja terletak didalam
fossa tonsil. Tonsil dibatasi oleh pilar anterior yang berisi m. Palatoglossus, pilar posterior
yang berisi m. Palatopharingeus dan bagian lateral dibatasi oleh m. Constrictor pharingeus
superior.3
Tonsil berbentuk oval, tipis terletak pada bagian samping belakang orofaring dalam
fossa tonsilaris atau sinus tonsilaris. Bagian atas fossa tonsilaris kosong dinamakan fossa
supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar. Berat tonsil pada laki-laki berkurang

dengan bertambahnya umur, sedangkan pada wanita berat bertambah pada masa pubertas dan
kemudian menyusut kembali.
Permukaan lateral tonsil meletak pada fascia faring yang sering juga disebut capsula
tonsil. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang
disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel squamous yang juga meliputi
kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri
dan sisa makanan. Kripta pada tonsil palatina lebih besar, bercabang dan berlekuk-lekuk
dibandingkan dengan sistem limfoid lainnya, sehingga tonsil palatina lebih sering terkena
penyakit. Selama peradangan akut, kripta dapat terisi dengan koagulum yang menyebabkan
gambaran folikuler yang khas pada permukaan tonsil.

Tonsil
peredaran
arteri

mendapatkan
darah

tonsilaris

dari
yang

merupakan cabang dari


arteri

maksilaris eksterna dan

arteri

palatina asenden. Arteri

tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor faringeus superior. Arteri palatine
asenden masuk tonsil melewati pinggir atas atas m. konstriktor faringeus. Tonsil juga
mendapatkan peredaran darah dari arteri lingualis dorsalis dan arteri palatine desenden.2

Persarafan
tonsil
dari

berasal

saraf
trigeminus dan

saraf glossopharingeus. Nervus trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui


cabangnya yang melewati ganglion sphenopaltina yaitu n. palatina. Bagian bawah tonsil
dipersarafi n.glossopharingeus.

2.3. Epidemiologi dan Etiologi


Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu1,4 :
1.

Streptokokus Beta Hemolitikus

2.

Streptokokus Viridans

3.

Streptokokus Piogenes

4.

Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan air liur ( droplet infections )

2.4. Patofisiologi2,4
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke
tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya

udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

2.5. Manifestasi Klinis


Gejala pada tonsillitis akut :
2.5.1. Rasa gatal / kering di tenggorokan
2.5.2. Lesu
2.5.3. Nyeri sendi
2.5.4. Odinafagia
2.5.5. Anoreksia
2.5.6. Otalgia
2.5.7. Suara serak (bila laring terkena)
2.5.8. Tonsil membengkak
2.6.

Diagnosa1,5,6
2.6.1. Tonsillitis akut
2.6.1.1. Tonsillitis Viral
Pada anamnesa, pasien yang datang biasanya mengeluhkan gejala seperti
common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Pada pemeriksaan rongga

mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat
dirasakan nyeri oleh pasien.
2.6.1.2. Tonsillitis Bakterial
Pada anamnesa, pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorok dan nyeri
waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna
atau tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan
nyeri tekan.
2.6.2. Tonsillitis membranosa
2.6.2.1. Tonsillitis difteri
Dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membrane semu dan
didapatkan kuman Corynebacterium diphteriae.
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1) Gejala umum seperti gejala infeksi yaitu kenaikan suhu tubuh (biasanya
subfebris), nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, dan
keluhan nyeri menelan
2) Gejala lokal berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat
meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan bronkus,
serta dapat menyumbat saluran pernapasan. Membrane semu ini melekat
erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Apabila
infeksi berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian
besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi atau bull neck
(Burgemeesters hals)
3) Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terkadi
miokarditis sampai decompensatio cordis, mengenai saraf cranial
menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan dan pada
ginjal menimbulkan albuminuria
2.6.2.2. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero membranosa)
Pada pemeriksaan dapat ditemukan mukosa mulut dan faring hiperemis,
tampak membrane putih keabuan di atas tonsil, uvul, dinding faring, gusi

serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar submandibular


membesar.
2.6.3. Tonsillitis kronis
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa mengganjal
pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan, bau mulut,
demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak
nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini dikarenakan
nyeri alih (referred pain) melalui n. Glossopharingeus (n.IX). Pada pemeriksaan
tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel,
lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengak dan
nyeri tekan.
2.7.

Penatalaksanaan3,6
2.7.1. Tonsillitis akut
2.7.1.1. Tonsillitis Viral
Istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan jika gejala berat
2.7.1.2. Tonsillitis Bakterial
Antibiotik spektrum luas penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur
yang mengandung desinfektan
2.7.2. Tonsillitis membranosa
2.7.2.1. Tonsillitis difteri
Anti Difteri Serum atau ADS dapat diberikan segera tanpa menunggu hasil
kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya
penyakit. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50mg per kg berat badan
dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari. Kortikosteroid 1,2mg per kg berat badan
per hari. Antipiretik untuk simtomatis. Karena penyakit ini menular, pasien
harus diisolasi. Perawatan harus istirahat ditempat tidur selama 2-3 minggu.
2.7.2.2. Tonsillitis Septik
Melakukan pencegahan dengan memasak susu sapi melalui cara pasteurisasi
sebelum diminum.antibiotik spektrum luas.
2.7.2.3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero membranosa)
Antibiotika spektrum luas selama 1 minggu. Memperbaiki hygiene mulut.
Vitamin C dan vitamin B kompleks
2.7.3. Tonsillitis kronis
Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap.
2.7.4. Indikasi Tonsilektomi

Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat


perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini.
Dulu tonsilektomi diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat
ini, indikasi yang lebih utama adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil.
Menurut American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery
(AAO-HNS) (1995), indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti
berikut :
Indikasi Absolut
a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas,
disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase
c. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
Indikasi Relatif
a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian
terapi medis
c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik -laktamase resisten
d. Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan
Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan
apakah mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat.
Dugaan keganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk
tonsilektomi. Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas
indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik. Obstruksi nasofaringeal dan
orofaringeal yang berat sehingga boleh mengakibatkan terjadinya gangguan apnea
ketika tidur merupakan indikasi absolute untuk surgery. Pada kasus yang ekstrim,
obstructive sleep apnea ini boleh menyebabkan hipoventilasi alveolar, hipertensi
pulmonal dan kardiopulmoner.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga

2
3
4

hidung tenggorok kepala & leher. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2008: h. 217-25.
http://emedicine.medscape.com/article/1899367-overview
http://emedicine.medscape.com/article/2011856-overview
Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.


Gates, G.A. 2005. http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp. Journal of

Tonsilitis
Ramsey, D.D. 2003. http://www.illionisuniv.com/infection/Midear.html. Tonsilitis

STATUS PASIEN
1

Identitas Pasien
a Nama
b Umur
c Alamat
d Pekerjaan
e Pendidikan terakhir
f Suku
g Agama
h Status

: An. P.
: 7 tahun
: Jl cileungsi No 42
: Pelajar
: SD
: Jawa
: Islam
: Belum menikah

Riwayat Penyakit
a Keluhan Utama
b Keluhan Tambahan

: Sulit menelan
: Tidur mendengkur

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan sulit menelan sejak 2 minggu yang lalu. Sulit
menelan dirasakan sepanjang hari dan semakin sakit saat menelan makanan. Sakit saat
menelan sangat terasa saat memakan makanan yang merangsang seperti makanan
berminyak, bergoreng, pedas dan dingin. Keluhan sulit menelan berkurang ketika sedang
tidak makan/minum. Selain sulit menelan pasien juga mengeluh tidur mendengkur sejak
1 minggu yang lalu serta penurunan nafsu makan akibat dari nyeri saat menelan
makanan. Menurut orangtua pasien, pasien mengorok ketika tidur. Pasien mempunyai
kebiasaan jajan dan senang makan-makanan berminyak, goreng, pedas dan minuman
dingin.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat alergi makanan, obat-obatan, udara disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini disangkal
Riwayat anggota keluarga yang alergi disangkal

Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Frekuensi nadi

: 70 kali/menit

Frekuensi napas

: 21 kali/menit

Suhu

: 36,5oC

Kepala

: Normocephali

Mata

: CA -/-, SI -/-

Leher

: KGB tidak teraba membesar

Mata
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan


: Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
: Sonor di seluruh lapang paru
: Bising nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing-/: Iktus cordis tidak terlihat
: Iktus teraba 1 jari di Linea Mid-clavicularis Sinistra ICS V
: Batas jantung dalam batas normal
: Bunyi jantung dalam batas normal, tidak terdapat bunyi
jantung tambahan

: Perut tampak datar


: Hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
: Timpani
: BU (+) 6x

Anggota gerak
Reflex fisiologis
Reflex patologis
Oedem tungkai

Status Lokalis THT

: +/+
: -/: -/-

Telinga

Daun telinga

Dinding
liang telinga

Sekret/serumen

KELAINAN
Kel kongenital
Trauma
Radang
Nyeri tarik

DEKSTRA
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

SINISTRA
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Cukup lapang (N)


Sempit
Hiperemi
Edema
Massa
Ada / Tidak
Bau
Warna
Jumlah
Jenis

Cukup lapang (N)

Cukup lapang(N)

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Warna
Reflek cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Tanda radang
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Rinne
Schwabach
Weber

Putih mengkilat
Putih mengkilat
(+) arah jam 5
(+) arah jam 7
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Positif / positif
Sama dengan pemeriksa
Tidak ada lateralisasi kiri dan kanan

Membran timpani

Utuh

Mastoid

Tes garpu tala

Hidung
KELAINAN

DEXTRA

SINISTRA

Deformitas

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan kongenital

Tidak ada

Tidak ada

Hidung luar

Trauma

Tidak ada

Tidak ada

Radang

Tidak ada

Tidak ada

Massa

Tidak ada

Tidak ada

Rinoskopi Anterior
KELAINAN

DEKSTRA

SINISTRA

Vibrise

Tidak ada

Tidak ada

Radang

Tidak ada

Tidak ada

Cukup lapang (N)

Cukup lapang (N)

Cukup lapang(N)

Epidermis

Merah muda

Merah muda

Sekret

Tidak ada

Tidak ada

Ukuran

Eutrofi

Eutrofi

Warna

Merah muda

Merah muda

Permukaan

Licin

Licin

Ukuran

Eutrofi

Eutrofi

Warna

Merah muda

Merah muda

Permukaan

Licin

Licin

Tidak ada

Tidak ada

Cukup lurus/deviasi

Cukup lurus

Cukup lurus

Permukaan

Licin

Licin

Vestibulum

Cavum nasi

Sempit
Lapang

Konka inferior

Konka media

Massa

Septum

Warna

Merah muda

Rinoskopi Posterior (Tidak dapat dilakukan, OS tidak kooperatif)


DEKSTRA
Khoana
Mukosa
Muara Tuba
Eustachius
Massa

SINISTRA

Merah muda

Faring

Mukosa
Dinding faring
Uvula
Arkus Faring
Tonsil

Peritonsil

Gigi
Lidah

7
8
9

KELAINAN
Hiperemis
Oedem
Granular
Ditengah
Letak
Warna
Ukuran
Mukosa
Permukaan
Kripta
Detritus
Sikatrik
Perlengketan dengan
pilar
Warna
Edema
Abses
Karies/Radiks
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa

DEXTRA

SINISTRA

Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Hiperemis (-)
T2
Hiperemis
Rata
Tidak melebar
Tidak ada

T2
Hiperemis
Rata
Tidak melebar
Tidak ada

Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada

Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada

Pemeriksaan anjuran : Kultur apus tenggorok, ASTO


Diagnosa kerja
: Tonsilitis Akut
Diagnosa Banding
: Tonsilofaringitis Akut

10 Tatalaksana
Non-medikamentosa :
1
2

Menjaga kebersihan mulut


Mengurangi mengkonsumsi makanan yang merangsang atau mengiritasi seperti makanan

yang bergoreng, dingin, pedas, dan mengandung MSG


Minum obat sesuai anjuran dokter

Medikamentosa :
1
2
3

Antipiretik
Antibiotik spektrum luas
Mukolitik syrup

Prognosis:

Ad vitam

: bonam

Ad functionam

: bonam

Ad sanationam

: bonam

Anda mungkin juga menyukai