Case Report Tonsilitis
Case Report Tonsilitis
TONSILITIS AKUT
Pembimbing :
dr. Bambang Suprayogi, Msi.Med, Sp.THT-KL
Disusun oleh :
Hana Kartika Yuniarti
1061050113
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut. Tonsil dibatasi oleh pilar anterior yang berisi m. Palatoglossus, pilar posterior yang
berisi m. Palatopharingeus dan bagian lateral dibatasi oleh m. Constrictor pharingeus
superior.
Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel squamous yang juga meliputi kriptus.
Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa
makanan. Kripta pada tonsil palatina lebih besar, bercabang dan berlekuk-lekuk
dibandingkan dengan sistem limfoid lainnya, sehingga tonsil palatina lebih sering terkena
penyakit. Tonsil mendapatkan peredaran darah dari arteri tonsilaris yang merupakan cabang
dari arteri maksilaris eksterna dan arteri palatina asenden.
Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah Streptokokus Beta
Hemolitikus, Streptokokus Viridans, Streptokokus Piogenes dan Virus Influenza. Untuk
menegakan diagnosis, diperlukan anamnesa yang didapatkan dari keluhan yang dirasakan
oleh pasien, serta pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pasien biasanya datang dengan
keluhan pada tenggorokannya. Apabila ingin memastikannya lagi, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu swab tenggorok.. penatalaksanaan dapat diberikan sesuai
penyebab dari tonsilitisnya.
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan
prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi
diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini, indikasi yang lebih utama
adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut (terdiri dari tonsil faringeal atau adenoid, tonsil palatine atau tonsil faucial, tonsil
lingual atau tonsil pangkal lidah, tonsil tuba Eustachius atau lateral band dinding faring).1,2
2.2. Anatomi
Tonsil
terdiri
dan
dengan
ditunjang
kriptus
jaringan
limfoid
Terdapat empat macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine, tonsil lingual
dan tonsil tuba eustachius. Tonsil palatina yang biasa disebut tonsil saja terletak didalam
fossa tonsil. Tonsil dibatasi oleh pilar anterior yang berisi m. Palatoglossus, pilar posterior
yang berisi m. Palatopharingeus dan bagian lateral dibatasi oleh m. Constrictor pharingeus
superior.3
Tonsil berbentuk oval, tipis terletak pada bagian samping belakang orofaring dalam
fossa tonsilaris atau sinus tonsilaris. Bagian atas fossa tonsilaris kosong dinamakan fossa
supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar. Berat tonsil pada laki-laki berkurang
dengan bertambahnya umur, sedangkan pada wanita berat bertambah pada masa pubertas dan
kemudian menyusut kembali.
Permukaan lateral tonsil meletak pada fascia faring yang sering juga disebut capsula
tonsil. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang
disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel squamous yang juga meliputi
kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri
dan sisa makanan. Kripta pada tonsil palatina lebih besar, bercabang dan berlekuk-lekuk
dibandingkan dengan sistem limfoid lainnya, sehingga tonsil palatina lebih sering terkena
penyakit. Selama peradangan akut, kripta dapat terisi dengan koagulum yang menyebabkan
gambaran folikuler yang khas pada permukaan tonsil.
Tonsil
peredaran
arteri
mendapatkan
darah
tonsilaris
dari
yang
arteri
tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor faringeus superior. Arteri palatine
asenden masuk tonsil melewati pinggir atas atas m. konstriktor faringeus. Tonsil juga
mendapatkan peredaran darah dari arteri lingualis dorsalis dan arteri palatine desenden.2
Persarafan
tonsil
dari
berasal
saraf
trigeminus dan
2.
Streptokokus Viridans
3.
Streptokokus Piogenes
4.
Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan air liur ( droplet infections )
2.4. Patofisiologi2,4
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke
tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
Diagnosa1,5,6
2.6.1. Tonsillitis akut
2.6.1.1. Tonsillitis Viral
Pada anamnesa, pasien yang datang biasanya mengeluhkan gejala seperti
common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Pada pemeriksaan rongga
mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat
dirasakan nyeri oleh pasien.
2.6.1.2. Tonsillitis Bakterial
Pada anamnesa, pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorok dan nyeri
waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna
atau tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan
nyeri tekan.
2.6.2. Tonsillitis membranosa
2.6.2.1. Tonsillitis difteri
Dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membrane semu dan
didapatkan kuman Corynebacterium diphteriae.
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1) Gejala umum seperti gejala infeksi yaitu kenaikan suhu tubuh (biasanya
subfebris), nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, dan
keluhan nyeri menelan
2) Gejala lokal berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat
meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan bronkus,
serta dapat menyumbat saluran pernapasan. Membrane semu ini melekat
erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Apabila
infeksi berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian
besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi atau bull neck
(Burgemeesters hals)
3) Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terkadi
miokarditis sampai decompensatio cordis, mengenai saraf cranial
menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan dan pada
ginjal menimbulkan albuminuria
2.6.2.2. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero membranosa)
Pada pemeriksaan dapat ditemukan mukosa mulut dan faring hiperemis,
tampak membrane putih keabuan di atas tonsil, uvul, dinding faring, gusi
Penatalaksanaan3,6
2.7.1. Tonsillitis akut
2.7.1.1. Tonsillitis Viral
Istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan jika gejala berat
2.7.1.2. Tonsillitis Bakterial
Antibiotik spektrum luas penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur
yang mengandung desinfektan
2.7.2. Tonsillitis membranosa
2.7.2.1. Tonsillitis difteri
Anti Difteri Serum atau ADS dapat diberikan segera tanpa menunggu hasil
kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya
penyakit. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50mg per kg berat badan
dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari. Kortikosteroid 1,2mg per kg berat badan
per hari. Antipiretik untuk simtomatis. Karena penyakit ini menular, pasien
harus diisolasi. Perawatan harus istirahat ditempat tidur selama 2-3 minggu.
2.7.2.2. Tonsillitis Septik
Melakukan pencegahan dengan memasak susu sapi melalui cara pasteurisasi
sebelum diminum.antibiotik spektrum luas.
2.7.2.3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero membranosa)
Antibiotika spektrum luas selama 1 minggu. Memperbaiki hygiene mulut.
Vitamin C dan vitamin B kompleks
2.7.3. Tonsillitis kronis
Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap.
2.7.4. Indikasi Tonsilektomi
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
2
3
4
hidung tenggorok kepala & leher. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2008: h. 217-25.
http://emedicine.medscape.com/article/1899367-overview
http://emedicine.medscape.com/article/2011856-overview
Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius
Tonsilitis
Ramsey, D.D. 2003. http://www.illionisuniv.com/infection/Midear.html. Tonsilitis
STATUS PASIEN
1
Identitas Pasien
a Nama
b Umur
c Alamat
d Pekerjaan
e Pendidikan terakhir
f Suku
g Agama
h Status
: An. P.
: 7 tahun
: Jl cileungsi No 42
: Pelajar
: SD
: Jawa
: Islam
: Belum menikah
Riwayat Penyakit
a Keluhan Utama
b Keluhan Tambahan
: Sulit menelan
: Tidur mendengkur
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi nadi
: 70 kali/menit
Frekuensi napas
: 21 kali/menit
Suhu
: 36,5oC
Kepala
: Normocephali
Mata
: CA -/-, SI -/-
Leher
Mata
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Anggota gerak
Reflex fisiologis
Reflex patologis
Oedem tungkai
: +/+
: -/: -/-
Telinga
Daun telinga
Dinding
liang telinga
Sekret/serumen
KELAINAN
Kel kongenital
Trauma
Radang
Nyeri tarik
DEKSTRA
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
SINISTRA
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang(N)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Reflek cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Tanda radang
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Rinne
Schwabach
Weber
Putih mengkilat
Putih mengkilat
(+) arah jam 5
(+) arah jam 7
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Positif / positif
Sama dengan pemeriksa
Tidak ada lateralisasi kiri dan kanan
Membran timpani
Utuh
Mastoid
Hidung
KELAINAN
DEXTRA
SINISTRA
Deformitas
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan kongenital
Tidak ada
Tidak ada
Hidung luar
Trauma
Tidak ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Rinoskopi Anterior
KELAINAN
DEKSTRA
SINISTRA
Vibrise
Tidak ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang(N)
Epidermis
Merah muda
Merah muda
Sekret
Tidak ada
Tidak ada
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah muda
Merah muda
Permukaan
Licin
Licin
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah muda
Merah muda
Permukaan
Licin
Licin
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lurus/deviasi
Cukup lurus
Cukup lurus
Permukaan
Licin
Licin
Vestibulum
Cavum nasi
Sempit
Lapang
Konka inferior
Konka media
Massa
Septum
Warna
Merah muda
SINISTRA
Merah muda
Faring
Mukosa
Dinding faring
Uvula
Arkus Faring
Tonsil
Peritonsil
Gigi
Lidah
7
8
9
KELAINAN
Hiperemis
Oedem
Granular
Ditengah
Letak
Warna
Ukuran
Mukosa
Permukaan
Kripta
Detritus
Sikatrik
Perlengketan dengan
pilar
Warna
Edema
Abses
Karies/Radiks
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa
DEXTRA
SINISTRA
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Hiperemis (-)
T2
Hiperemis
Rata
Tidak melebar
Tidak ada
T2
Hiperemis
Rata
Tidak melebar
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada
10 Tatalaksana
Non-medikamentosa :
1
2
Medikamentosa :
1
2
3
Antipiretik
Antibiotik spektrum luas
Mukolitik syrup
Prognosis:
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam