Anda di halaman 1dari 3

Selasa, 5 Juli 2011 pukul 08.

00 siswa PMN school angkatan kedua yang


diiringi beberapa crew penyiar Radio Patria serta beberapa alumnus PMN school
angkatan pertama berangkat menuju Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi, Kabupaten
Blitar. Rombongan berkendara secara tertib meluncur di atas aspal dengan semangat
dan gembira. Rencananya pagi itu, kami akan outbond di sungai. Olahraga air ini
biasa disebut rafting atau arung jeram. Bersama Pak Dadang dari Soko Adventure
yang menyertai kami, sampailah kami di sana. Acara briefing dan senam pemanasan
mengawali kegiatan kami di sana.
Namun sebelum membahas terlalu jauh, apakah sebenarnya soko adventure
itu? Soko adventure adalah agen penyedia jasa outbond dengan berlokasi di desa
Tegalasri, Wlingi. Sungai mengalir lumayan deras memanjang yang bersisian dengan
areal pertanian warga setempat. Rupanya istilah Soko sendiri merupakan singkatan
dari 2 nama sungai arena outbond, yaitu sungai Lekso dan sungai Tiko.
Tempat berkumpul kami di arena Soko Adventure ini sungainya memiliki arus
yang lumayan deras. Ternyata selain olahraga rafting, Soko adventure juga
menyediakan beberapa olahraga lainnya seperti paint ball, mengendarai ATV, river
boarding, kayaking, dll. Semuanya terlihat menantang untuk dicoba, apalagi dengan
pengamanan yang bagus dan dibimbing oleh banyak ahli penyelamat Soko adventure
yang telah berpengalaman. Pengalaman pembimbing ini sangat penting agar menjaga
situasi tetap kondusif dan menjaga keselamatan pengunjung. Untuk keselamatan
jugalah kami diinstruksikan untuk memakai pakaian pelampung dan helm khusus.
Setelah kami semua memakai jaket pelampung dan berbekal dayung, kami
semua diangkut 2 kali dengan truk menuju hulu sungai lekso. Kali ini kami akan
melakukan rafting pendek dengan panjang lintasan 2,7 km. Lalu seorang bapak mulai
menjelaskan apa-apa yang harus kami lakukan saat rafting. Beliau memulai
penjelasan dengan cara memegang dayung dengan baik dan benar. Dayung memiliki
3 bagian, yaitu grip, lengan, dan bilah. Cara memegangnya yaitu memposisikan ibu
jari di bawah grip yang melengkung ke bawah, dan menggenggam grip bagian atas
dengan 4 jari sisanya. Lalu 1 tangan bebas lain memegang bagian batang dayung
selebar bahu. Dengan posisi memegang dayung seperti ini dimaksudkan agar ujung
pegangan dayung tidak melukai teman di samping kita saat mendayung. Posisi
memegang dayung baik saat ada di perahu kanan maupun kiri pada dasarnya sama,
hanya berlawanan tangan saja. Jika saat rafting kita berada di bagian kiri, maka
tangan kananlah yang menggenggam grip dan tangan kiri memegang lengan dayung
selebar bahu dengan posisi dayung memanjang diagonal ke kiri agar bilah dayung
bisa menggapai sungai. Dan posisi sebaliknya jika kita mendapatkan posisi di sebelah
kanan dalam perahu.
Penjelasan selanjutnya tentang perahu karet yang digunakan untuk rafting
yang terdiri atas 3 bagian yaitu sisi tinggi luar perahu, towat yang melintang untuk
duduk peserta, serta lantai perahu. Posisi duduk peserta rafting juga perlu
diperhatikan agar tidak terpelanting keluar perahu saat perahu menuruni jeram.
Sebaiknya, peserta duduk diantara sisi perahu dan towat. Agar dudukan lebih mantap,

kaki harus mengunci di bagian depan dan belakang. Para peserta yang kurang
berpengalaman di dalam air atau berenang, jika terpelanting keluar perahu, dihimbau
agar tidak panik. Dengan menjaga emosi ketakutan kita, akan mencegah gerakangerakan ketakutan yang nantinya akan memperburuk keadaan. Maka, secara otomatis
pelampung yang telah kita pakai akan membuat tubuh kita mengapung.
Dan penjelasan terakhir mengupas tentang hal-hal teknis saat berarung jeram,
seperti ketika melewati hambatan rendah di atas kepala. Bila hal itu terjadi, kita harus
meletakkan dayung di samping kita sedemikian rupa agar tidak menabrak bebatuan di
sisi luar perahu, dengan grip berada di depan agar lebih efisien saat memegang
dayung kembali seperti posisi sebelumnya. Kedua tangan berpegangan pada tali
perahu yang ada di kiri kanan tubuh kita, dengan salah satu tangan juga masih
menggenggam dayung. Kemudian kita membaringkan tubuh kita ke belakang.
Intruksi untuk melakukan teknis ini adalah boom, yang dalam praktek nantinya
akan diinstruksikan oleh satu ahli yang mendampingi setiap perahu. Hal tersebut
tentu saja agar tubuh kita tidak menabrak palang yang kita lewati. Sedangkan saat
akan melewati jeram, instruksinya adalah stop, maka sikap yang diambil hampir
sama dengan saat mendengar perintah boom hanya saja tubuh tidak terlalu rebah,
atau cukup hanya condong ke belakang. Teknis stop ini memiliki tujuan agar
peserta rafting statis di dalam perahu, tidak terpelanting ke luar saat meluncur
melewati jeram yang cukup tinggi.
Di akhir semua penjelasan dari bapak pendamping ahli tadi, yang perlu
ditonjolkan dari olahraga rafting ini adalah kekompakan tim. Hingga tibalah akhirnya
kami menaiki perahu karet berwarna kuning cerah itu. Setiap perahu diisi oleh satu
tim yang terdiri atas 7 orang sudah termasuk pendamping dari Soko adventure. Kami
berada pada tim 8, yang didampingi oleh Bapak Aka. Saat semua turun ke perahu
masing-masing dan membiasakan diri menjalankan perahu dengan kerja sama tim,
tiba-tiba kami mendapat kejutan seperti tim sebelumnya. Perahu kami dibalik,
membuat manusia-manusia dalam perahu, terjun dalam air dengan sukses.
Hahahaha rupanya ini termasuk dalam acara. Meski sedikit tersedak air gara-gara
tidak bisa berenang yang membuat panik sebentar, namun kami masih ingat pesan
untuk menguasai diri saat tercebur dalam sungai. Dengan sigap, masing-masing
pendamping menarik kami kembali dalam perahu karet dan mulailah kami
mengarungi lintasan 2,7 km tersebut.
Serunya pengalaman mengarung jeram sangat terasa saat derasnya air menarik
perahu mendekati jeram-jeram. Puncaknya saat perahu terlontar menuruni jeramjeram tersebut, bersamaan dengan jerit dari bibir yang menyunggingkan senyum.
Hingga akhir lintasan pendek yang lumayan berbatu, kami melewati 7 jeram.
Diantaranya antara lain:
1.
2.
3.
4.

Selamat datang
Roket
Cinta
Rodeo

5. Ndrempel
6. Koseri
7. Terowongan setan
Dari ketujuh jeram di atas, memiliki ketinggian yang bervariasi hingga yang
tertinggi mampu mencapai 8 meter. Dari ketinggian jeram ini, tidak heran bila disebut
jeram roket. Sedangkan terowongan setan yang mampu membuat telinga tergelitik
dan membuat penasaran ini merupakan terowongan bercabang dua yang lumayan
membuat kami semua lama merebah saat boom. Demikianlah sedikit pengalaman
yang menurut saya sangat berkesan bersama Soko adventure di Kabupaten Wlingi.

Anda mungkin juga menyukai