LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas pada stase keperawatan anak
Disusun Oleh :
Ratu Irbath Khoirun Nisa
220112160087
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROFESI KEPERAWATAN ANAK ANGKATAN XXXII
BANDUNG
2016
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Atresia ileum dan atresia jejenum adalah penyebab utama dari obstruksi
intestinal pada neonatus, kedua terbanyak setelah malformasi anorektal. Atresia
berarti obstruksi kongenital yang disebabkan oklusi total dari lumen usus
dan mencakup 95% dari seluruh kasus obstruksi neonatus yang terjadi.
Atresia ileum adalah kelainan bawaan dimana terdapat stenosis signifikan atau
tidak lengkap pada ileum. Kejadian ini meningkat pada mereka yang memiliki
kelainan kromosom (Knipe & Jones, 2016).
B. ETIOLOGI
Atresia ileum merupakan dampak dari vascular accident dalam rahim
yang mengarah pada penurunan perfusi usus dan iskemia kemudian segmen
usus. Hal ini menyebabkan penyempitan atau dalam kasus yang paling lengkap
yaitu dapat terjadi complete obliteration dari lumen usus (Knipe & Jones, 2016).
Penyebab terjadinya atresia ileum pada awalnya diperkirakan karena
berkaitan
dengan
tidaksempurnanya
proses
revakuolisasi
pada
tahap
penyebab terjadinya
atresia ileum. Akan tetapi, teori yang banyak digunakan adalah terjadinya
kondisi iskemik sampai dengan nekrosis pada pembuluh darah usus
yang
diakibatkan
karena
terjadinya
Pada atresia tipe IIIb disertai dengan cacat mesenterika yang luas
dan pasokan darah bagian distal usus tidak normal. Ileum bagian distal
melingkari arteria ileokolon, yang merupakan satu-satunya pasokan darah
sehingga menimbulkan gambaran kupasan kulit apel. Anomali ini
dihubungkan dengan prematuritas, ileum distal yang sangat pendek, dan
pemendekan usus yang bermakna. Tingkat kelangsungan hidup adalah 57%.
4. Atresia ileum tipe IV
Pada atresia ileum tipe IV terdapat atresia yang multipel, dengan
kombinasi dari tipe I sampai dengan tipe III, memiliki gambaran seperti
sosis. Terdapat hubungan dengan faktor genetik, dan tingkat mortalitas yang
lebih tinggi. Multipel atresia dapat terjadi karena iskemia dan infark yang
terjadi pada banyak tempat, proses inflamasi intrauterin, dan malformasi
dari saluran cerna yang terjadi pada tahap awal proses embriogenesis.
Tingkat kelangsungan hidup 29% (de Dios & Ellen, 2014).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan USG : Sumbatan pada usus halus, baik berupa atresia, volvulus,
dan peritonitis mekoneum dapat ditentukan dengan pemeriksaaan USG pada ibu
hamil dengan polihidramnion. Untuk mendiagnosisnya dengan cara melihat
adanya gambaran pembesaran multipel dari usus dengan peristaltik yang aktif.
Pada USG dapat terlihat segmen usus berdilatasi proksimal.
Pemeriksaan radiografi : dengan pemeriksan raiologis, diagnosis dari atresia
ileum biasanya dapat dipastikan. Obstruksi usus pada bayi ditunjukan dengan
adanya gambaran pembesaran usus halus, dan adanya gambaran air-fluid level
pada bayi. Semakin distal atresia yang terjadi semakin tampak pula distensinya.
Gambaran dari atresia ileum pada colon adalah gambaran microcolon atau
unused colon. Studi barium akan mengkonfirmasi tingkat obstruksi.
F. PENATALAKSANAAN
Diagnosis yang terlambat akan berakibat pada bertambah jeleknya
prognosis dari pasien, terjadi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.HA USIA 11 BULAN DENGAN
POST ILEOSTOMY DOUBLE BARREL ATRESIA ILEUM DI RUANG
BEDAH ANAK KEMUNING Lt. II RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
1. PENGKJIAN ANAK
1. Identitas Klien
Nama
: An. HA
Tanggal Lahir
: 16 September 2015
Umur
: 11 bulan 20 hari
Agama
: Islam
Kultur
: Sunda
Diagnosa Medis
Tanggal Dikaji
: 6 September 2016
Tanggal Masuk RS
: 29 Agustus 2016
No. Medrec
: 0001481920
Nama Ayah/Ibu
: Tn. A
Pekerjaan Ayah/Ibu
: Wirawasta
Feses yang
dikeluarkan nya hanya sedikit dan berwarna hijau pekat. Selain itu, kondisi
sekitar luka operasi berwarna kemerahan (terjadi iritasi). Hal ini dialami
semenjak 1 bulan sebalum masuk rumah sakit.
4. Riwayat Imunisasi
No
Jenis Imunisasi
Waktu Pemberian
Frekuensi
.
1.
2.
3.
4.
5.
BCG
DPT (I,II,III)
Polio (I,II,III,IV)
Campak
Hepatitis B
0 bln
2, 4, 6 bln
0, 2, 4, 6 bln
9 bulan
0, 1, 6 bln
1x
3x
4x
1x
3x
Keterangan
:
= Meninggal
= Laki - Laki
= Perempuan
= Klien
= Orang yang tinggal serumah
9. Riwayat Sosial
Yang mengasuh anak : Anak diasuh oleh kedua orang tuanya
Kebutuhan Dasar
Sebelum masuk RS
a. Makan dan Sampai usia 7 bulan klien hanya
Minum
Setelah masuk RS
Setelah dilakukan operasi
terpasang
untuk
b. Istirahat
cairan.
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya Ibu klien
sering tidur nyenyak 9 jam
klien
infus
menggantikan
mengatakan
c. Eliminasi
7 jam
Klien tidak menggunakan
BAK
d. Eliminasi
BAB
kekuning-kuningan
BAB melalui saluran
pencernaan baru setelah
operasi. Namun, secara
fisiologis masih belum
mampu berfungsi secara
e. Personal
hyigiene
efektif.
Semenjak dirumah sakit,
: 6,8 kg
PB
: 67 cm
LP
: 46 cm
LK
: 42 cm
: 102 x/menit
: 41 x/menit
: 36,70 C
Pertumbuhan
BB Ideal usia 11 bulan
BB= umur (bulan)+9 = (11+9)/2= 10 kg
2
BB klien 6,8 kg sehingga mengalami kekurangan sejumlah 3,2 kg
a. Sitem Integumen
Warna kulit klien normal, terdapat luka post operasi ileostomi, kondisi sekitar
luka berwarna kemerahan, turgor kulit normal.
b. Sistem Pengindraan
Bentuk mata simetris, konjungtiva normal, sklera berwarna putih, pupil isokor,
reflek mata baik menutup secara spontan.
c. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pergerakan
dada normal, tidak terdapat deviasi septum, tidak ada sianosis pada bibir dan jari
tangan, bentuk dada simetris tidak ada edema, frekuensi nafas 41x/menit.
d. Sitem Pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa kering, tidak terdapat pembesaran tonsil, klien
tepasang NGT, ada reflek menelan, tidak ada benjolan, tidak ada herniasi,
bentuk abdomen cembung, distensi abdomen (+), tidak teraba pembesaran hati,
limpa dan ginjal, bunyi pekak pada perkusi abdomen.
e. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva normal, tidak terdapat peningkatan JVP, akral teraba hangat, pulsasi
denyut nadi teraba kuat dengan frekuensi 102x /menit, CRT < 2 detik, bunyi
jantung normal murmur reguler.
f. Sitem Perkemihan
Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada kelainan pada genitalia, tidak ada
keluhan, warna kuning jernih, hematuria (-).
g. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid
h. Sitem muskuloskeletal
- Ekstremitas Atas
Pada pemeriksaan ekstremitas, tidak terdapat kelainan (normal). Bentuk dan
-
ukuran simetris, tangan kanan maupun kiri bebas bergerak ke segala arah.
Ekstremiatas Bawah
Bentuk dan ukuran simetris, tidak terdapat deformitas ataupun kontraktur
sendi, pergerakan/ ROM ekst remitas bawah kanan dan kiri bebas bergerak
ke segala arah.
12. Pemeriksaan perkembangan.
Hasil pemerikaan perkembangan berdasarkan tes Denver II, yaitu :
Motorik kasar :
berdiri dengan pegangan (NO), bangkit untuk
berdiri(NO) , bangkit terus duduk (NO) , berdiri 2 detik (F).
spesifik (P).
Adaftif-motorik halus : mengambil 1 kubus (P), memegang dengan ibu
: 7,451
pCO2
: 29,2 mmHg
pO2
: 153 mmHg
HCO3
: 20,1mEq/L
Saturasi O2 : 99,3
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kimia Klinik
Laktat
Natrium
Kalium
: 12,1 g/dL
: 39
: 5,04 juta/uL
: 19.600 /mm3
: 475.000 /mm3
: 1,4 mmol/L
:140 mEq/L
: 3,6 mEq/L
luka
bekas
operasi
-Leukosit: 19.600
-Area
sekitar
luka
kemerahan.
DS:
Ibu
mengatakan
klien
semenjak
ileostomi
Etiologi
Vascular accident dalam rahim
Atresia
Masalah
Resiko infeksi
Resiko infeksi
DO :
Anak sering menangis
atau merintih dan terlihat
lemas
atau
bertenaga,
dan
tidak
sering
Nyeri akut
Atresia
Luka pembedahan
Nyeri
N
O
1
: An. HA
: 0001559109
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Resiko
infeksi NOC:
PERENCANAN
INTERVENSI
TUJUAN
berhubungan dengan
Immune Status
luka
Knowledge:
pembedahan,
penyebaran
infection control
dengan
dapat
tindakan keperawatan
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Monitoring
tanda dan gejala
mencegah
pertumbuhan
kriteria
4.
Klien bebas dari tanda 5.
6.
dan gejala infeksi
7.
Menunjukkan
8.
kemampuan
untuk
mencgah
timbulnya
dan
antiseptik
hasil:
aseptik
RASIONAL
infeksi
(dolor
(nyeri),
kalor
infeksi
tidak
terjadi.
2. Meminimalkan terjadinya
kontaminasi/penyebaran
infeksi
dengan
lingkungan.
malaise)
3. Deteksi dini terjadinya
Monitor adanya luka
infeksi dapat memberikan
Perawatan luka atau ganti balutan
Obeservasi tanda-tanda vital
kesempatan
untuk
Pantau hasil laboratorium
intervensi tepat waktu
Pengendalian infeksi
dan
mencegah
ajarkan pasien/keluarga teknik
mencuci tangan yang benar
komplikasi
yang
lebih
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan higiene
dan
meninggalkan
ruang pasien.
personal yang adekuat 9. Ajarkan pasien/keluarga tanda dan
gejala infeksi
10. Kolaboratif pemberian obat-obatan
antibiotik sesuai program
11. Kolaborasi pemberian bedak stoma
seriud
4. Mencegah
kontaminasi
lingkungan
yang
pada
baru.
luka
gangguan
dengan
lokasi
dan
dengan
menggunakan
peralatan
oleh
nadi,
frekuensi
leukositosis
keluarga
mengidentifikasi adanya
2
Nyeri
akut NIC
berhubungan dengan
prosedur invasif yang
Pain Control
Comfort Level
bertenaga
sering
area luka.
tidak penurunan
dilakukan
keperawatan
nyeri
atau
Komunikasi
dan PRN.
2. Pegang anak dengan hati-hati.
3. Jika
diindikasikan,
berikan
analgesik sesuai jadwal . Kaji dan
catat keefektifannya.
4. Dorong anggota keluarga untuk
menemani dan menenangkan anak
verbal
mengenai penurunan
jika mungkin.
5. Gunakan aktifitas
pengalihan
nyeri
Berkurang atau tidak
ada :
1.
posisi)
diberikan
mengalihkan
mengurangi
keluarga
terus
2.
menerus
atau merintih
wajah
menyeringai
3.
Gelisah
4.
Diaforesis
Tanda tanda vital
dalam batas normal
akan
memungkinkan
RUANGAN
NO MEDREC
: 0001559109
Tanggal
Jam
Dx
6/9/2016
16.0
1,2 Mengobservasi
tanda vital
16.3
Implementasi
Pemberian
Evaluasi
Paraf
analgesik (paracetamol)
diberikan
sesuai
jadwal.
obat
cukup
Pemberian
Memberikan
5
17.2
5
Mengkaji
infeksi
Mengajarkan
tentang
efek
pemberian
Tidak
samping
obat
analgesik.
TPN, D 10% 490 ml
D 40% 45 ml
terapi NaCl 3% 35 ml
Kolaboratif
sesuai program.
17.1
lagi.
KCL 7,41% 14 ml
Terapi diberikan selama 24
jam.
tanda-tanda Suhu masih dalam batas
normal, area post operasi
teraba hangat.
keluarga Keluarga
perawatan, mengeti/memahami
apa
menyebutkan
jenis
aktivitas
nyeri.
manajemen
18.0
0
19.3
Mendorong
dengan
baik
dan
efektif
membantu
menenangkan anak.
7/9/2016
07.2
Melakukan
tidak
terjadi
maupun
pengerasan.
Mengkaji
lecet
pada
kulit
sekitarnya.
tanda-tanda Nadi : 102 x/menit
Respirasi : 41 x/menit
Suhu : 36,70 C
tanda-tanda Tidak ada pembengkakkan,
infeksi.
09.0
0
ada nanah.
Keluarga mengerti
Mengajarkan
pasien/keluarga
teknik mendemonstrasikan
pengunjung
untuk
cara
melakukan
Mengajarkan
masuk
dan
dan
ruang
Menjelaskan
infeksi.
1,2 Mengobservasi
0
11.1
5
fokus
menggunakan mainan.
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA KLIEN : An. HA
RUANGAN
NO MEDREC : 0001559109
No
Tanggal/Jam
DP
06/09/2016
Catatan Perkembangan
S: -Ibu klien mengatakan semenjak satu bulan yang lalu
area kolostomi mengalami iritasi yang cukup
parah. Anak tampak lemas
-Adanya luka bekas operasi
O -Leukosit: 19.600
-Area sekitar luka post op kemerahan atau iritasi.
:
-Nadi : 102 x/menit
-Respirasi
: 41 x/menit
0
-Suhu : 36,7 C
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
A:
P:
malaise)
Monitor adanya luka
Perawatan luka atau ganti balutan
Obeservasi tanda-tanda vital
Pantau hasil laboratorium
Pengendalian infeksi
ajarkan pasien/keluarga teknik
mencuci
infeksi
Kolaboratif
sesuai program
Kolaborasi pemberian bedak stoma
pemberian
obat-obatan
antibiotik
op
teraba
hangat
namun
tidak
ada
pembengkakan.
I:
E:
06/09/2016
R:
S: Ibunya mengeluhkan bahwa anaknya sering menangis
sering tidur, tampak lesu dan sering memegang area
luka.
O
:
Suhu : 36,70 C
Nyeri
A:
P:
frekuensi
bermain, relaksasi).
Ajarkan keluarga tentang perawatan, manajemen
nyeri pada orang tua (mis.kompres air hangat,
posisi).
I:
anjuran dokter.
Memberikan terapi sesuai program.
Mengajarkan keluarga tentang
perawatan,
dapat dilakukan.
Masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi.
07/09/2016
R:
S: - Ibu klien mengatakan kulit sekitar luka post op
masih kemerahan
O
- Suhu : 36,70C
- RR : 40 x/menit
-HR : 104 x/menit
Resiko infeksi
A:
P:
malaise)
Monitor adanya luka
Perawatan luka atau ganti balutan
Obeservasi tanda-tanda vital
Pantau hasil laboratorium
Pengendalian infeksi
ajarkan pasien/keluarga teknik
mencuci
infeksi
Kolaboratif
sesuai program
Kolaborasi pemberian bedak stoma
pemberian
obat-obatan
antibiotik
I:
infeksi.
Kolaborasi memberikan bedak stoma.
atau
pembengkakan,
kemerahan
sedikit
07/09/2016
R:
S: Ibunya mengatakan bahwa anak sudah tidak terlalu
sering menangis, sering tidur
O
-Suhu : 36,70C
- RR : 40 x/menit
-HR : 104 x/menit
Tampak lesu
Nyeri
A:
P:
frekuensi
bermain, relaksasi).
Ajarkan keluarga tentang perawatan, manajemen
nyeri pada orang tua (mis.kompres air hangat,
posisi)
I:
dengan
menggunakan mainan.
Tanda-tanda vital dalam batas normal, anak sudah
mulai jarang memegang area luka, aktifitas bermain
berhasil membantu mengatasi nyeri
E:
R:
DAFTAR PUSTAKA
Axton, S., & Fugate, T. (2013). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik.. Jakarta: EGC
de Dios, R. R., & Ellen, C. M. (2014, September 2). Medscape. Retrieved September 10,
2016, from Imaging in Ileal atresia: http://emedicine.medscape.com/article/409746overview
Herdman, H, 2014. NANDA International, Inc. Nursing Diagnoses : Definitions
&Classification 2015-2017. India : Willwy
Knipe, H., & Jones, J. (2016). Radiopaedia.org. Retrieved September 10, 2016, from Ileal
Atresia: http://radiopaedia.org/articles/ileal-atresia
Nurarif A.H dan Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan Nanda Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction jogja