Anda di halaman 1dari 6

CHECKLIS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

ASPEK YANG DINILAI


0
Definisi :
BHD adalah serangkaian tinddakan yang untuk memudahkan
disingkat sebagai DR.ABC (Danger, Response, Airway,Breathing,
Cirrculation).
Tujuan :
Untuk mempertahankan patensi jalan nafas dan bantuan
pernafasan ndan sirkulasi, tanpa bantuan alat melainkan pelindung
diri.
Indikasi :
Pelaksanaan
Persiapan alat dan bahan :
Tahap pre interaksi
Tahap orientasi
1. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan membaca gelang
2.
3.
4.
5.
6.

identifikasi dan menanyakan nama klien.


Memperkenalkan nama perawat
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.
Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan
Memposisikan pasien senyaman mungkin
Menjelaskan tentang kerahasiaan

Tahap Kerja
1. D untuk Danger
Saat seorang penolong tiba di tempat kejadian makan
penilaian pertama yang harus dilakukan adalah menilai
potensi bahaya pada lokasi yang mungkin mengancam
pasien, penolong ataupun orang lain disekitar tempat
kejadian.
2. R untuk response.
Periksa kesadaran pasien, respon pasien dinyatakan dengan
derajat AVPU (Alert, Verbal/Voice, Pain dan Unresponsif).

NILAI
1 2

Alert untuk sadar penuh tanpa rangsangan dari luar,


Verbal/Voice untuk merespon rangsangan suara dengan
benar, Pain apabila ada respon terhdap rangsangan nyeri
berupa penekanan sternum dengan buku-buku jari tangandan
Unresponsif apabila sama sekali tidak ada respon.
3. A. Bila ada respon, maka :
Tinggikan pada posisi yang diperkirakan aman, atau
amankan lokasi penderita dari ancaman bahaya lain.
Minimalkan

mengubah

posisi

pasien

bila

diperkirakan ada cedera leher dan tulang belakang.


Aktifkan EMS dan berilah informasi penting yang
diperlukan meliputi :
Tempat : lokasi, potensi bahaya pada lokasi,
cuaca, kondisi kerumunan orang dan potensi
adanya bahaya beracun berbahaya.
Pasien : umur, jenis kelamin, derajat respon,
kemungkinan penyebab kegawatdaruratan.
Pendamping atau kerumunanan : urutan
kejadian,

alergi,

pengobatan,

riwayat

penyakit

makanan/minuman

dan
yang

dikonsumsi dan gerakan ataupun petunjuk


dari bahasa tubuh tentang lokasi yang sakit.
Mekanisme cedera : trauma tajam, tumpul,
pabas, api ataupun bahan kimia.
Tanda : sesuatu yang mudah dilihat, dicium,
dan didengar, seperti darah, muntah dan

hangus karena ledakan.


Mencoba
memberikan

bantuan

yang

diperlukan seperti membantu meminumkan


obat, memindahkan ke tempat yang lebih

aman dan teduh.


Nilai ulang secara teratur.

B. bila tidak ada respon, maka :

Periksa nadi (karotis untuk dewasa dan

brakhialis untuk bayi)


Bila ada denyut nadi, namun tidak ada

nafas spontan berikan bantuan nafas 10

kali/menit.
Bila tidak ada denyut nasi atau ada
keraguan maka mulailah kompresi dada:
Berlutut disamping pasien
Letakkan telapak salah satu
tangan

tepat

ditengan

dada

penderita (untuk bayi letakkan


jari telunjuk dan jari tengah atau
satukan dua ibu jari).
Letakkan telapak tangan lainnya
diatas telapak tangan pertama
(untuk anak-anak cukup dengan
satu telapak tangan).
Saling tautkan jari-jari tangan
dan pastikan posisi tangan tidak
meyamping di atas iga. Jangan
meletakkan kedua tangan diperut
atas atau tepi bawah tulang dada.
Posisikan bahu penolong tegak
lurus

dada

pasien

dengan

tumpuan pada telapak tangan


tekan dengan menggunakan berat
badan penolong kearah dada
hingga dada tertekan selama 4-5
cm.
Setelah siap kompresi, hilangkan
tekanan

sepenuhnya

tanpa

kontrak

antara

melepaskan

telapak tangan penolong dengan


dada

pasien,

ulangi

dengan

kecepatan 100 kompresi/menit.


Kompresi
dan
relaksasi
dilakukan dalam rentang waktu
yang lama.
4. A. Kombinasi kompresi dada dengan jalan nafas buatan.

Setelah 30 kompresi, kembali nbuka jalan nafas


dengan

Head-tilt

dan

Chin-lift

bila

ada

traumaleher/cervical hanya boleh jawtrush.


Tekan bagian lunak hidung hingga tertutup dengan
menggunakan ibu jari telunjuk telapak tangan

menegadahkan dahi.
Pertahankan mulut tetap terbuka, tapi pertahankan

chin-lift.
Ambil nafas normal dan rapatkan bibir penolong
menutupi seluruh bibir pasien, pastikan seluruhnya
tertutup dengan baik (untuk bayimulut penolong

menutupi bibir dan hidung pasien).


Hembuskan dengan mantap melalui mulut pasien
sambil

memperthatikan

naiknya

dinding

dada,

hembuskan dalam rentang waktu 1 detik.


Pertahankan head-tilt dan chin-lift, jauhkan mulut
penolong dan biarkan dada kembali turun selagi

udara keluar dari dada pasien.


Ulangi sekali lagi dan kembalikan posisi tangan
ditengah dadapenderita untuk melakukan kompresi

30 kompresi dada.
Lanjutkan dengan rasio kompresi dada dan bantuan

nafas 30:2 (untuk neonatus rasio 3:1).


Cek pulsasi karotis setelah 5 siklus, cek nadi 10 detik

bila nadi ada lanjutkan dengan


5. Mempertahankan terbukannya jalan nafas dan lakukan
evaluasi look, listen dan feel (B untuk breathing).
Lakukan evaluasi tidak lebih dari 10 detik, bila ada
keraguan pasien tidak bernafas spontan dan tidak adekuat
makan dianggap pasien tidak bernafas spontan dan tidak
adekuat.
6. A. Bila bernafas spontan :
Baringkan penderita pada posisi recorvery(posisi

miring mantap)
Aktifkan EMS (seperti pada poin 3A).
Nilai ulang spontanitas nafas.

B. bila tidak bernafas spontan

Kirim seseorang untuk mengaktifkan EMS atau bila

sendirian, tinggalkan korban dan aktifkan EMS.


Jangan abaikan untuk meminta bantuan karena
kegawatdaruratan adalah kondisi yang memerlukan
penanganan secara cepat, membutuhkan serangkain
keterampilan

sebagai

suatu

kerja

tim

dan

berkelanjutan penanganan dengan keahlian khusus


dan peralatan yang memadai. Bila pasien tidak
bernafas spontan jangan buang waktu untuk
mendapatkan informasi lengkap seperti pada poin
3A. Cukup pastikan bantuan dapat lokasi dan
mengetahui kondisi anda.
Bila dilakukan dua orang penolong atau lebih
tukarlah posisisetiap 2 menit untuk menghindari
kesalahan penolong.
Berikan bantuan anfas 10-12 kali permenit sambil
mempertahankan

jalan

nafas

mennunggu bantuan datang.


7.lanjutkan resusitasi sampai :
Bantuan yang lebih kompeten

terbuka

dan

datang

dan

mengambil alih resusitasi


Pasien kembali bernafas dan muncul sirkulasi

spontan.
Penolong kelelahan
Pasien ternyata diketahui menderita penyakit
stadium terminal.
Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan
tepat untuk menghindari komplikasi yang mungkin
muncul seperti cedera pada tulang iga, fraktur
sternum atas dan klavikula, rupture hepar, lien.
Diagfragma, distensi lambung dan infeksi.

Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan yang dilakukan dalam catatan keperawatan,

.
.

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai