Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya
saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud
antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain,
kebutuhan
penghargaan
orang
lain
dan
kebutuhan
pernyataan
diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada
dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan
timbale balik, hal ini bisa melalui kelompok. Penggunaan kelompok dalam praktek
keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau
terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik,
modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas
kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah,
meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing)
pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok
sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok
merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi
kelompok telah diterima profesi kesehatan. Pimpinan kelompok dapat menggunakan
keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai
respon klien selama berada dalam kelompok.
1.2 Rumusan masalah
Diharapkan semua pembaca dan teman teman mahasiswa mampu memahami terapai
modalitas keperawatan jiwa pada klien dengan harga diri rendah dan mampu
mengaplikasikan TAK (HDR) pada sesi I dan sesi II dan juga mengetahui strategi
pelaksanaan TAK .
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tentang harga diri
2. Faktor penyebab tentang harga diri rendah (HDR)
3. Untuk mengetahui tanda dan gejalan (HDR)
4. Untuk mengetahui terapi modalitas keperawatn jiwa (HDR)

5. Untuk mengetahui TAK (HDR)


6. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan (HDR)

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Definisi
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita cita atau harapan
langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998) Gangguan harga diri
rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ). Menurut Schult
& Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap
diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Pendapat
senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan

keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan diri.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat
bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
2.2 Faktor Penyebab
A. Berikut ini merupakan faktor penyebab (umum) dari harga diri rendah antara lain :
1. Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan cerai, putus
sekolah, Phk, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).
2. Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak spontan (mencukur pubis pemasangan kateter).
3. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena dirawat atau
sakit atau penyakitnya.
4. Kelakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan berbagai tindakan tanpa pemeriksaan.
5. Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat.
Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya.
B. Ada pula penggolongan faktor penyebab terjadinya HDR (Harga diri rendah) digolongkan
menjadi dua golongan
1. Faktor Predisposisi (faktor yang mendasarai atau mempermudah terjadinya HDR). Faktor
yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic.
Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya
pada
anak,
tekanan
dari
teman,
dan
kultur
sosial
yang
berubah
2. Faktor Presipitasi (faktor pencetus HDR)
a.) Ketegangan peran (ketidak nyamanan peran)

b.) Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi
c.) Konflik peran, ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
d.) Peran yang tidak jelas
e.) Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
f.) Peran yang berlebihan
g.) Menampilkan seperangkat peran yang konpleks
h.) Perkembangn transisi
i.) Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
j.) Situasi transisi peran
k.) Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
l.) Transisi peran sehat-sakit
m.) Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan
perawatan
2.3 TANDA DAN GEJALA
Menurut para ahli :
1. Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda tanda sebagai
berikut :
a. Produktivitas menurun.
b. Mengukur diri sendiri dan orang lain.
c. Destructif pada orang lain
d. Gangguan dalam berhubungan.
e. Perasaan tidak mampu.
f. Rasa bersalah

g. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.


h. Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.
i. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
j. Pandangan hidup yang pesimis.
k. Keluhan fisik.
l. Pandangan hidup yang bertentangan.
m. Penolakan terhadap kemampuan personal.
n. Destruktif terhadap diri sendiri.
o. Menolak diri secara sosial.
p. Penyalahgunaan obat.
q. Menarik diri dan realitas.
r. Khawatir.
2. Budi Anna Keliat, 1999. Tanda dan Gejala HDR antara lain :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut
botak karena terapi)
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c.
Gangguan
hubungan
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

sosial

(menarik

diri)

e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya.
3. Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah antara lain:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan

c. Perasaan tidak mampu


d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi
n. Ketidak mampuan menentukan tujuan
Menurut beberapa pendapat para ahli gejala dan tanda seseorang merasa harga dirinya rendah
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit.
Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat
penyakit kronis seperti kank
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan dan
mengejek diri sendiri
c. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan
tidak tahu apa apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka
menyendiri.
e. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih alternatif
tindakan.

f. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
2.4 TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI
RENDAH.
A. Definisi
Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara melakukan berbagai pendekatan
penanganan pada klien dengan gangguan jiwa. Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan
jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan. Dapat juga didefinisikan terapi modalitas adalah suatu
pendekatan penanganan klien dengan gangguan yang bervariasi yang bertujuan untuk mengubah
prilaku klien dengan gangguan jiwa dengan prilaku maladaptifnya menjadi prilaku yang adaptif.
B. Jenis Terapi Modalitas
Ada beberapa jenis terapi modalitas, yaitu diantaranya :
1. Terapi individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan
individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur
yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang
dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan
sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku
klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
2. Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di luar lembaga
yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari
lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya
Terapi lingkungan dapat di bagi menjadi:

a. Terapi rekreasi
terapi rekreasi ini di indonesia belum begitu terkenal di bandingkan dengan terapiterapi yang sudah ada saat ini. Terapi rekreasi ini bisa di kombinasikan dengan terapiterapi lain, seperti terpi lingkungan, terapi musik, terapi seni dan terapi gerak. Terapi
rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan perawatan kepada orang-orang yang
menderita berbagai cacat dan penyakit. Terapi rekreasi digunakan di beberapa daerah
penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, gangguan kognitif dan neurologis. Terapi
rekreasi sangat efektif bagi pasien yang menarik diri, dikarenakan pada pasien yang
menarik diri interaksi sosialnya kurang. Diharapkan setelah mengikuti terapi rekreasi
ini, pasien yang awalnya menarik diri dapat merubah sikap dan prilakunya untuk
bersosialisasi dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
b. Terapi kreasi seni
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa proses kreatif seperti menggambar,
melukis, atau membuat kerajian lainnya bersifat menyembuhkan dan menguatkan
kehidupan. Bagi beberapa orang, trauma psikologis bisa sangat sulit untuk
diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu, terapi seni bisa menjadi sarana untuk
menggambarkan emosi dan perasaan tersakiti yang terlalu menyakitkan jika
diungkapkan dengan kata-kata.
Dengan mengikuti terapi ini, Anda akan diminta menggambarkan dan
mengeluarkan pikiran-pikiran dan emosi Anda melalui karya seni. Gambaran ini bisa
dalam bentuk lukisan, gambar, seni pahat atau kreasi karya seni dari tanah liat.
c. Pettheraphy
d. Planttheraphy
3. Terapi biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana gangguan
jiwa dipandang sebagai penyakit. Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi:
pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT),
foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam
pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4. Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu

mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola


berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Ada tujuan terapi
kognitif meliputi:
- Mengembangkan pola berfikir yang rasional.
- Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku
menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual. Membiasakan
diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga
terhindar dari distorsi pikiran.
- Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih
dahulu mengubah pola berfikir.
5. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai
unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu
melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh
anggotanya.
6. Terapi aktivitas kelompok
7. Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial, yang
bertujuan untuk meningkat hubungan sosial dalam kelompok secara bertahan
(Keliat & Akemat, 2005)
6. Terapi okupasi
Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan
motorik halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan.
Contoh kemampuan motorik halus :
menulis dan menggambar
mewarnai
menggunting dan menempel

mengancing baju
mengikat tali sepatu
melipat
7. Terapi Perilku
Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih menangani
gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi perkembangan
sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran perilaku, yang
selanjutnya didasarkan pada classical danoperant conditioning. Penilaian objektif
berkelanjutan mengenai kemajuan pasien dibuat.
2.5 TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
A. Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.
Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.
B. Tujuan
Tujuan umum TAK stimulasi yang baru adalah klien mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya.Sementara tujuan khususnya :
1.Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat
2.Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang di alami
C. Aktifitas dan Indikasi
Aktivitas dibagi dalam empat bagian yaitu:mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari, stimulus
nyata dan respons yang di alami dalam kehidupan, stimulus yang tidak nyata dan respons yang
dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.
D. Jenis Jenis TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)

Terapi Aktifitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling banyak
ditemukan dikelompok sebagai berikut :
1. TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).
2. TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori).
3. TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol halusinasinya, klien
waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik).
4. TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)
5.
TAK
peningkatan
harga
diri
(untuk
klien
dengan
HDR)
6. TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan
marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat berhubungan dengan orang lain
secara
bertahap
dan
sehat
secara
fisik).
Terapi
aktifitas
kelompok
yg
digunakan
klien
utk
HDR
Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk:
1. terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negatif yang dialami oleh klien
dengan harga diri rendah kronis ke arah berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang
diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam
mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga
diharapkan keluarga dapat mempertahankan situasi yang mendukung pada pengembalian fungsi
hidup
klien.
2. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu
bagian dari masalah gangguan jiwa di masyarakat. (by:noviebsuryanto.last Jan09)
E. Aktivitas memperbaiki persepsikan stimulus nyata yang menyebabkan harga diri rendah
Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
a) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengidentifikasi aspek yang membuat harga
diri rendah dan aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup (dirumah dan di rumah
sakit)
b) Terrapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : melatih kemampuan yang dapat digunakan
dirumah
sakit
dan
dirumah
.
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2.6
TAK
STIMULASI
PERSEPSI
Sesi 1 : identifikasi Hal Positif pada Diri

HARGA

DIRI

RENDAH

A.
Tujuan
1 . Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan hal ini dimaksudkan

untuk meluapkan emosi klien dan mengungkapkan pengalaman yang di anggapnya sebagai
masalah kehidupannya sehingga pada saat klien menulis pengalamannya tersebut klien bisa
merasa ringan atas beban yang di fikirkan dan Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons
kemarahan
sesorang
dan
fungsi
positif
marah.
.
2 . Klien dapat mengidentifikasi halpositif pada dirinya .
B.
1
.
Terapis
dan
klien
2 . Ruangan nyaman dan tenang .

duduk

bersama

dalam

C.
1
.
Spidol
sebanyak
klien
yang
mengikuti
2 . Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK .
D.
1
2 . Permainan

Setting
lingkaran
.

TAK

Alat
.

Metode
Diskusi

E.
Langkah
kegiatan
1
.
Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah
.
b.
Membuat
kontrak
dengan
klien
.
c.
Mempersiapkan
alat
dan
tempat
pertemuan
.
2
.
Orientasi
a
.
Salam
terapiutik
>
Salam
dan
terapis
pada
klien
.
> perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama ) .
> menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama ) .
b
.
Evaluasi
/
validasi
Menanyakan
perasaan
klien
saat
ini
.
c
.
Kontrak
> Terapis menjalankan tujuan kegiatan ,yaitu bercakap cakap tentang hal positif diri sendiri .
>
Terapis
menjalaskan
aturan
main
berikut
.
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok,harus meminta izin kepada terapis .
Lama
kegiatan
45
menit
.
Setiap
kali
mengikuti
kegiatan
dari
awal
sampai
selesai
.
3
.
Tahap
kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan nama .

b.
Terapis
membagikan
kertas
dan
spidol
pada
klien
.
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
d.
Terapis
memberi
pujian
atas
peran
serta
klien
e.
Terapis
membagikan
kertas
yang
kedua
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang
dimiliki
,kegiatan
yang
biasa
dilakukan
dirumah
dan
dirumah
sakit
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara bergiliran sampai
semua
klien
mendapatkan
bergiliran
.
h.
Terapis
memberi
pujian
pada
setiap
peran
serta
klien
4
.
Tahap
terminasi
a
.
Evaluasi
1.
Terapis
menanyakan
perasaan
klien
setelah
mangikuti
TAK
2.
Terapis
memberikan
pujian
atas
keberhasilan
kelompok
b . Tindak lanjut Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertuli
c
.
Kontrak
yang
akan
datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yaitu melatih hal positif diri
yang
dapat
diterapkan
dirumah
sakit
dan
dirumah
.
2.
Menyepakati
waktu
dan
tempat
F.
Evaluasi
dan
Dokumentasi
1.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja . Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK . Untuk TAK stimulasi persepsi :
harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang
tidak menyenagkan dan aspek positif ( kemampuan yang dimiliki ) . Formulir evaluasi sebagai
berikut
.
Sesi
1
Stimulasi
persepsi
:
harga
diri
rendah
Kemampuan
menulis
pengalaman
yang
tidak
menyenangkan
dan hal positif diri sendiri
No Nama klien Menulis pengalaman yang tidak menyenangkan Menulis hal positif diri sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk
:
1.
tulis
nama
panggilan
klien
yang
ikut
TAK
pada
kolom
nama
2. untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri tanda jika klien mampu dan tanda x jika
klien
tidak
mampu
.
2.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien .
Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi peraepsi harga diri rendah . Klien mampu
menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan hal positif diri .
Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement ( pujian
).
Sesi 2 : Melatih Positif pada Diri
A.
Tujuan
1.
Klien
dapat
menilai
hal
positif
diri
yang
dapat
digunakan
.
2.
Klien
dapat
memilih
hal
positif
diri
yang
dapat
dilatih
.
3.
Klien
dapat
melatih
hal
positif
diri
yang
telah
dilatih
.
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih .
B.
Setting
1.
Terapis
dan
klien
duduk
bersama
dalam
lingkaran
.
2.
Sesuaikan
dengan
kemempuan
yang
akan
dilatih
.
3.
Ruangan
nyaman
dan
tenang
.
C.
Alat
1.
Spidol
dan
papan
tulis/
whiteboard/flipchart
2.
Sesuaikan
dengan
kemampuan
yang
akan
dilatih
3.
Kertas
daftar
kemampuan
positif
pada
sesi
1
4. Jadwal kegiatan sehari- hari dan pulpen
D.
1.
2.
E.
1
a.
b.
2
a
1.

Diskusi

Mengingatkan kontrak
Mempersiapkan

dan
Bermain
Langkah
.
dengan klien
alat
.

.
Salam

dari

Tanya

yang
dan
Salam
terapis

telah

mengikuti
tempat

kepada

Metode
jawab
peran
kegiatan
Persiapan
sesi 1 .
pertemuan
Orientasi
terapeutik
klien

2.
Klien
dan
terapis
pakai
papan
nama
b
.
Evalauasi
/
validasi
1.
Menanyakan
perasaan
klien
saat
ini
.
2.
Menanyakan
apakah
ada
tambahan
hal
positif
klien
.
c
.
Kontrak
1. terapis menjeleskan tujuan kegiatan , yaitu melatih hal positif pada klien .
2.
terapis
menjelaskan
aturan
main
berikut
.
jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis
lama
kegiatan
45
menit
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3
.
Tahap
kerja
a. terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada sesi 1 dan
memilih
satu
untuk
dilatih
.
b. terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di whiteboard .
c. terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar whiteboard . Kegiatan yang paling
banyak
dipilih
diambil
untuk
dilatih
.
d. terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang dipilih dengan cara berikut .
1.
terapis
memperagakan
2.
klien
memperagakan
ulang
3.
berikan
pujian
sesuai
dengan
keberhasilan
klien
.
e. Kegaiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk kemampuan/ kegiatan yang berbeda .
4
.
Tahap
terminasi
a
.
Evaluasi
1.
terapis
menanyakan
perasaan
klien
setelah
mengikuti
TAK
.
2.
terapis
memberikan
pujian
kepada
kelompok
.
c.
Tindak
lanjut
terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan sehari hari
c
.
Kontrak
yang
akan
datang:
1.
Menyepakati
TAK
yang
akan
datang
untuk
hal
positif
lain
.
2. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih .
F.
Evaluasi
dan
Dokumentasi
1.
Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja . Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK . untuk TAK stimulasi persepsi
harga diri rendah sesi 2 ,kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang
akan dilatih dan memperagakannya . Formulir evaluasi sebagai berikut .
Sesi
Stimulasi
persepsi
Kemampuan melatih kegiatan positif

harga

2
diri

No Nama klien Membaca daftar halpositif Memilih satu hal positif yang akan dilatih
Memperagakan kegiatan positif
Petunjuk
:
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama .
2. untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal positif dirinya,
memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif tersebut . Beri tanda
jika
klien
mampu
dan
tanda
x
jika
klien
tidak
mampu
2.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien . Contoh : klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah . Klien telah
melatih merapikan tempat tidur . Anjurkan dan jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan
pujian .
2.7
STRATEGI
PELAKSANAAN
TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH
Topik
Terapis
Sasaran
Bangsal :

Harga
:

diri
Mahasiswa

TAK

rendah
praktikan
:

Kriteria
pasien

Klien
dengan
gangguan
konsep
diri
:
harga
diri
rendah

Sehat
secara
fisik

Kooperatif
1.
Leader
:
Bertugas
:

Memimpin
jalannya
acara
terapi
aktivitas
kelompok

Memperkenalkan
anggota
terapi
aktivitas
kelompok

Menetapkan
jalannya
tata
tertib

Menjelaskan
tujuan
diskusi
Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok terapi diskusi
tersebut
.

Kontrak
waktu

Menimpulkan
hasil
kegiatan

Menutup
acara
2
.
Co
leader
Bertugas
:

Mendampingi
leader
jika
terjadi
bloking

Mengoreksi
dan
mengingatkan
leader
jika
terjadi
kesalahan


Bersama
leader
memecahkan
penyelesaian
masalah
3
.
Observer
Bertugas
:
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir

Mencatat
semua
aktifitas
dalam
terapi
aktifitas
kelompok

Mengobservasi
perilaku
pasien
4
.
Vasilitator
Bertugas
:
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan

Mendampingi
peserta
TAK

Memotivasi
klien
untuk
aktif
dalam
kelompok

Menjadi
contoh
bagi
klien
selama
kegiatan
5
.
Anggota
Bertugas
:

Menjalankan
dan
mengikuti
kegiatan
terapi
6
.
Operator
Bertugas : mengoperasikan alat
Uaraian
a.
Hari/
b.
Tempat
c.
d.
Lamanya
e.
Kegiatan
:
Terapi
f.
Jumlah
g.Jenis TAK : Harga diri rendah

seleksi
tanggal
pertemuan
Waktu
:
45
aktivitas
kelompok
harga
anggota

diri

kelompok
:
:
:
menit
rendah
:

Anda mungkin juga menyukai