Anda di halaman 1dari 3

Nama: Gabriella Elsavinda

NIM : 130420156
Resensi Film
Judul
Genre
Director
Penulis
Casts

Durasi
Negara
Bahasa

: Frozen
: Animasi, petualangan, komedi
: Chris Buck, Jennifer Lee
: Jennifer Lee, Chris Buck, Jennifer Lee,
Shane Morris, Hans Christian Andersen
: Kristen Bell, Idina Menzel, Jonathan
Groff, Santino Fontana, Josh Gad, Alan
Tudyk, Ciarn Hinds, Chris Williams, Maia
Wilson, Jack Whitehall, Maurice
LaMarche, Eva Bella, Livvy Stubenrauch
: 108 menit
: Amerika Serikat
: Inggris

Walt Disney Animation Studios berhasil bangkit setelah bertahun-tahun dinilai semakin tidak
relevan dengan dunia modern. Dimulai dengan Tangled (2010) dan diikuti Wreck-It Ralph (2012),
rumah produksi bermaskot Mickey Mouse tersebut secara perlahan meraih kembali masa-masa
kejayaan film-film animasi mereka terdahulu. Di tahun 2013, Walt Disney Animation Studios merilis
Frozen, yang sekaligus menjadi film animasi ke-53 yang mereka produksi.
Dengan cerita yang disusun oleh duo sutradara Chris Buck dan Jennifer Lee bersama dengan
Shane Morris serta naskah cerita yang ditulis oleh Lee berdasarkan dongeng klasik karya Hans
Christian Andersen berjudul The Snow Queen, Frozen berkisah mengenai dua puteri dari kerajaan
Arendelle, Elsa (Eva Bella) dan Anna (Livvy Stubenrauch). Berbeda dengan adiknya, Elsa memiliki
sebuah kekuatan magis dimana dirinya dapat menciptakan es dan salju. Kekuatan tersebut sering
digunakan Elsa untuk bermain bersama Anna hingga akhirnya Elsa secara tidak sengaja melukai
Anna. Oleh kedua orangtuanya, Elsa kemudian diminta untuk berhati-hati dengan kekuatannya agar
tidak mencelakai orang lain. Saran itulah yang kemudian membuat Elsa menarik diri dari
lingkungannya, termasuk memilih untuk menjauh dari Anna.
Elsa lantas menghabiskan kesehariannya sendirian di kamar tidurnya dan tidak pernah keluar
dari sana hingga ia beranjak dewasa. Namun, ketika kedua orangtuanya meninggal dunia akibat
sebuah kecelakaan laut, Elsa (Idina Menzel) mau tidak mau akhirnya harus keluar dan menggantikan
posisi ayahnya untuk memimpin kerajaan Arandelle sebagai seorang ratu. Elsa sendiri masih dihantui
dengan perasaan bahwa keberadaannya akan mencelakai banyak orang di sekitarnya. Dan benar saja,
ketika ia sedang berargumen dengan Anna (Kristen Bell) tentang pernikahan yang akan ia
langsungkan bersama Hans (Santino Fontana), kekuatan magis Elsa lantas memancar keluar dan
membuat kerajaan Arandelle diselimuti es. Karena takut, Elsa lantas memilih untuk melarikan diri

dari kerajaannya. Merasa bersalah, Anna kemudian berusaha untuk menemukan Elsa dan
memintanya untuk kembali ke kerajaan Arandelle.
Film Frozen memulai jalan ceritanya dengan seluruh daya tarik yang dapat seorang pecinta
animasi karya Walt Disney Animation Studios harapkan dari sebuah film karya Walt Disney
Animation Studios: pengenalan cerita serta karakter yang disajikan menarik, sisi humor yang begitu
menghibur, tata visual dan suara yang berkelas serta iringan lagu-lagu yang dapat dengan mudah
membawa penontonnya untuk secara tidak sadar kemudian bersenandung bersama. Berbeda dengan
kebanyakan film animasi yang mengisahkan mengenai karakter protagonis yang berusaha untuk
mengalahkan karakter antagonis, Frozen sendiri terlihat lebih memfokuskan kisahnya pada naik
turunnya hubungan persaudaraan antara karakter Elsa dan Anna. Sebuah penyajian yang mungkin
akan membuat Frozen terlihat jauh lebih menarik kepada para penonton muda, khususnya para
perempuan, dibandingkan dengan para penonton dewasa akibat minimnya intrik yang terjalin dan
berkembang di sepanjang 108 menit durasi presentasi film ini.
Frozen sendiri bukannya hadir tanpa masalah. Karakter-karakter yang tersaji di dalam jalan
cerita hampir tidak ada yang mampu muncul dengan kharisma yang kuat meskipun karakter Anna
berusaha dihadirkan sebagai sosok karakter perempuan yang tangguh dengan kemampuan
mengeluarkan kata-kata yang tajam dalam dialognya. Beberapa karakter yang hampir terkesan
sebagai sosok karakter antagonis juga tidak begitu mampu berkembang dengan baik dan tersaji hanya
sebagai pelengkap penceritaan belaka. Lagu-lagu yang dihasilkan Kristin Anderson-Lopez dan
Robert Lopez cukup mampu memberikan energi yang kuat pada jalan cerita Frozen meskipun, harus
diakui, tidak seluruhnya mampu terdengar menarik, khususnya beberapa lagu yang berada di paruh
kedua film. Namun, Anderson-Lopez dan Lopez mampu mengikuti ritme penceritaan Frozen dengan
baik dan menghadirkan beberapa titik emosional yang kuat dalam lagu yang mereka hasilkan.
Meskipun diisi dengan nama-nama aktor dan aktris yang mungkin tidak terlalu besar, jajaran
pengisi suara Frozen mampu memberikan penampilan suara terbaik mereka untuk menghidupkan
masing-masing karakter yang ada di dalam jalan cerita. Kristen Bell terlihat begitu hidup dalam
memerankan Anna yang quirky. Idina Menzel juga tampil sempurna sebagai Elsa, khususnya ketika
karakter tersebut diharuskan untuk menyanyikan deretan lagu-lagunya. Namun yang tampil paling
bersinar di sepanjang penceritaan Frozen adalah Jonathan Groff dan Josh Gad. Berperan sebagai
Kristoff, suara Groff tampil begitu meyakinkan sebagai sosok pria yang lembut namun tegas dan
kuat. Sementara Gad secara sukses menghidupkan karakter Olaf yang akan membuat semua orang
jatuh cinta pada karakter tersebut. Karakter Olaf hadir sebagai sosok yang dengan kemampuan
humornya selalu mampu mencuri perhatian di setiap kehadirannya di dalam Frozen dan Gad
memberikan penampilan suara terbaik untuk menghidupkan karakter tersebut. Berbicara mengenai
kualitas produksi, secara tidak mengejutkan, Frozen hadir dengan kualitas audio dan visual yang
begitu prima dalam menyajikan deretan gambar-gambar animasi yang indah dan akan mampu
membuai setiap penontonnya.
Film animasi produksi Walt Disney Animation Studios ke-53 ini terbukti mampu mengikuti
jejak Tangled dan Wreck-It Ralph dalam membuktikan peningkatan kembali kualitas film-film
animasi yang dihasilkan rumah produksi tersebut. Meskipun begitu, jika ingin melihat dengan
seksama dari sisi naskah ceritanya, Frozen terkesan terjebak diantara kualitas penceritaan Tangled

yang masih kental dengan nuansa film-film animasi klasik Walt Disney Animation Studios dengan
nuansa penceritaan modern dan lebih progresif yang ditawarkan oleh Wreck-It Ralph. Hasilnya,
Frozen seringkali kehilangan fokus penceritaan dan gagal menyentuh level emosional yang kuat
seperti kebanyakan film-film produksi Walt Disney lainnya, khususnya pada paruh kedua penceritaan
film. Bukan sebuah hal yang buruk. Chris Buck dan Jennifer Lee tetap mampu merangkai Frozen
menjadi sebuah film yang menyenangkan untuk disaksikan dengan menggunakan daya tarik lagulagunya, tampilan visual yang memikat serta karakter-karakter seperti Olaf yang begitu mudah untuk
dicintai.
Secara keseluruhan, Frozen adalah film yang memuaskan. Frozen adalah sebuah karya penuh
materi klasik yang dimodifikasi dengan gemilang. Masih dengan konsep fast & fun, penuh tampilan
visual yang eye candy, meriah dan indah, diiringi musik catchy dengan sentuhan lirik yang cerdas,
alur cerita yang ringan dan tidak sulit untuk diikuti, namun tetap mampu menghadirkan kehangatan
dari pesan utama dengan tema cinta dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai