Anda di halaman 1dari 4

3.2.8. Periode Kedelapan (Mulai Oktober 1998 Desember 2002): Penyembuhan.

Pada periode ini, sejumlah emiten baru mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta.
Setelah mengalami penurunan drastis sampai akhir bulan September 1998 sampai menembus
di bawah 300 poin, HSG di bulan Oktober 1998 mulai mengalami peningkatan menembus
kembali di atas 300 poin. Periode penyembuhan ini ditandai dengan naik turunnya IHSG
berkisar 400 poin sampai dengan 700 poin. Seperti halnya proses penyembuhan dari penyakit
yang berat, IHSG juga mengalami masa-masa mendebarkan.
3.2.9.Periode Kesembilan (Mulai Januari 2003 Januari 2008): Kebangkitan Kembali.
Pada periode kembali ini cukup banyak saham yang dicatatkan di pasar modal.
Sebanyak 70 saham menawarkan saham perdananya. Tahun 2003 juga dimasuki dengan
penuh optimism. IHSG dibuka pada awal tahun tanggal 2 Januari 2003 dengan nilai 405,44.
Mulai awal tahun ini IHSG mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2003, IHSG
mengalami penurunan sedikit. Pada tanggal 17 Maret 2003 IHSG turun menjadi 394,92.
Akan tetapi sejak itu IHSG mulai meningkat dengan signifikan pada bulan-bulan dan tahuntahun berikutnya.
Kenaikan IHSG terjadi terus menerus sejak tahun 2003. Sampai akhir tahun 2007 IHSG
sudah meningkat lebih dari 470%. Pada periode ini pasar modal Indonesia mengalami kondisi
yang baik (bullish) dan merupakan salah satu pasar modal yang paling berkembang di dunia.
Walaupun demikian, sebenarnya pasar modal Indonesia pernah mengalami kejatuhan yang
cukup signifikan pada pertengahan Agustus 2007. Pada tanggal 16 Agustus 2007 nilai IHSG
turun karena mulai terdengarnya kasus Subprime Mortgage di Amerika Serikat. Hanya
beberapa hari saja IHSG kembali mengalami kenaikan. Kenaikan ini juga dipengaruhi atas
penurunan suku bunga Fed sebesar 0,5% menjadi 4,75% dari nilai sebelumnya yaitu 5,25%
yang menyebabkan pasar modal seluruh dunia kembali bergeliat.
3.2.10. Periode Kesepuluh (Mulai Oktober 2007): Bursa Efek Indonesia.
Efektif mulai bulan November 2007, setelah diadakannya RUPSLB (Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa) yang diadakan pada 30 Oktober 2007. BEJ dan BES
bergabung menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia).
3.2.11. Periode Kesebelas (Mulai Akhir Januari 2008-Maret 2009): Krisis Global.
Meskipun masih dalam kondisi krisis global, walaupun tidak banyak, beberapa
perusahaan melakukan penawaran perdananya. Pada periode ini, sejumlah emiten baru yang
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta. Periode kesebelas dari pasar modal Indonesia

dimulai bulan Januari 2008. Isu Subprime Mortgage yang sempat mencuat bulan Agustus
tahun 2007 sebelumnya yang diperkirakan hanya mempunyai dampak jangka pendek dan
tidak berkepanjangan, ternyata merupakan suatu bom waktu yang menunggu untuk meledak
dan penyulutnya adalah pengungkapan kerugian dari beberapa bank dan lembaga keuangan
lainnya. Akibat pengungkapan kerugian ini pasar modal Indonesia sempat terkoreksi turun
dengan IHSG menjadi 2.294,524 pada tanggal 23 Januari 2008.
Kasus dari Subprime Mortgage ternyata memang berbuntut panjang. Beberapa lembaga
keuangan

tidak

hanya

mengumumkan

kerugiannya

tetapi

juga

mengumumkan

kebangkrutannya termasuk perusahaan keuangan terbesar dunia Lehman Brothers. Akibatnya


seluruh pasar modal dunia mengalami penurunan indeksnya.
3.2.12. Periode Keduabelas (April 2009-Agustus 2011): Kejayaan.
Selama masa kejayaan ini, cukup banyak emiten melakukan penawaran perdana.
Memasuki April tahun 2009, titik cerah tampaknya mulai muncul di pasar modal Indonesia.
Pada tanggal 3 April 2009, nilai IHSG menembus titik psikologi 1,500. Pelaku pasar yakin
bahwa nilai 1,500 merupakan nilai psikologis untuk IHSG. Jika IHSG mampu menembus
nilai ini, pelaku pasar optimis IHSG akan pulih kembali. Masa kejayaan ini berlanjut sampai
awal bulan Agustus 2011.
3.2.13. Periode Ketigabelas (Agustus 2011-Juni 2012): Stagnasi.
Meskipun periode ini adalah periode stagnasi, masih ada juga beberapa emiten
melakukan penawaran perdana. Setelah nilai IHSG tertinggi tanggal 1 Agustus 2011 di
periode sebelumnya, mulai 1 Agustus 2011 nilai IHSG berflaktuasi cenderung menurung.
Flaktuasi ini berakhir tanggal 4 Juni 2012.
3.2.14. Periode Keempatbelas (Juni 2012-Mei 2913): Kembali Berjaya
Setelah mengalami hampir setahun stagnasi, Pasar Modal Indonesia mulai kembali
Berjaya. Beberapa saham baru juga didaftarkan pada periode ini. Pada periode ini, nilai
indeks sudah mulai kembali menembus angka 4,000 pada tanggal 3 Juni 2012. Nilai IHSG
tertinggi pada tanggal 29 Mei 2013 sebesar 5.200,69.
3.2.15. Periode Kelimabelas (Juni 2013 Juni 2014): Ketidakpastian Tapering AS
Setelah IHSG mengalami kejayaan kembali dengan mencapai nilai penutupan
5.214,976 pada tanggal 20 Mei 2013. IHSG mengalami penutupan terendah di tahun 2013
pada tanggal 27 Agustus 2013. Saat itu jumlah saham beredar adalah sebanyak 479 saham.

Pada tanggal 17 Agustus 2013, karena IHSG sudah merosot sangat tajam dari tanggal 20 Mei
2013 sebanyak 23,914%, Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan Surat Edaran OJK
No.2/2013 yang mengijinkan emiten tanpa harus melalui RUPS untuk dapat melakukan
pembelian kembali (repurchase) sahamnya.
Penurunan IHSG pada bulan Agustus 2013 ini disebabkan oleh banyak hal. Salah satu
penyebabnya adalah pelemahan nilai rupiah dalam kurun 4 tahun terakhir. Penurunan IHSG
ini sempat bertahan selama 3 bulan. Mulai 28 Agustus 2013, IHSG sudah mulai meningkat
tetapi merosot kembali pada tanggal 16 Desember 2013. Lagi-lagi penurunan IHSG juga
dipicu oleh ketidakjelasan sikap pemerintah AS terhadap program pengurangan stimulus
ekonominya. Program pengurangan stimulus ekonomi AS ini dikenal dengan nama tapering.
Tapering adalah program pengurangan pembelian obligasi yang dilakukan oleh bank sentral.
The Fed sudah mulai mengumumkan untuk melakukan tapering sejak Juni 2013 lalu.
Di Bursa Efek Indonesia sendiri, penjualan bersih investor asing mencapai lebih dari Rp15
triliun. Akibat lebih lanjut kurs rupiah melemah sampai ke Rp12.100 per US$ dan indeks
pasar modal regional Asia melemah. Setelah adanya kepastian stimulus ekonomi AS ini,
IHSG mulai meningkat perlahan-lahan.
3.3. BAPEPAM-LK
Untuk melindungi investor dari praktek-praktek tidak sehat di pasar saham, pasar ini
perlu diregulasi untuk kepentingan publik. Untuk maksud ini, pada tahun 1976, melalui
Keputusan Presiden, departemen keuangan Indonesia mendirikan BAdan PElaksana PAsar
Modal (BAPEPAM). Peranannya adalah untuk melaksanakan jalannya kegiatan pasar modal
dan juga meregulasinya. Kedua peranan ini, yaitu melaksanakan dan meregulasi dianggap
menimbulkan konflik, karena badan ini dianggap meregulasi pelaksanaan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, pada tahun 1990 melalui Keputusan Presiden No. 53 tahun 1990 mengubah
BAPEPAM sebagai Badan Pengawas Pasar Modal yang fungsinya hanya sebagai pembuat
regulasi (regulator), pengordinasi semua bursa-bursa pasar modal yang ada di Indonesia dan
pengawas jalannya pasar modal (watch-dog). Pada tahun 2005 dilakukan penggabungan
antara Unit Eselon I BAPEPAM dengan Unit Eselon I Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan (DJLK). Gabungan ini menjadi BAPEPAM-LK, tugasnya mengatur, mengarahkan,
dan mengawasi kegiatan sehari-hari pasar modal.
3.4 . Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011. Visinya
adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi

kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan
menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum. OJK mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang dalam hal: pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.
Dengan dibentuknya OJK ini, maka BAPEPAM-LK yang mempunyai tugas pengaturan
dan pengawasan di sektor Pasar Modal diambil alih oleh OJK dan BAPEPAM-LK ditiadakan.
Jika dulunya BAPEPAM-LK dibawah departemen keuangan, sekarang OJK melaporkan
langsung ke DPR.

Anda mungkin juga menyukai