ABSTRACT
The research was conducted with the aim to know and test the influence of world oil price, rupiah exchange rate,
inflation and SBI interest rate to Composite Stock Price Index (IHSG). This study uses secondary data obtained
from Indonesia Stock Exchange (IDX), Bank of Indonesia (BI) and Central Bureau of Statistics (BPS) from
January 2011 to December 2014. In this study method of data analysis used is descriptive and satatistic analysis.
The results showed that world oil prices have a negative effect on IHSG with coefficient value of 0.086. the
variable of exchange rate have positive and significant effect to dependent variable of IHSG, Inflation variable has
negative effect to IHSG with coefficient value equal to 0,073, and SBI variable has negative effect to IHSG with
coefficient value 0, 084.
Keywords: World Oil Price, Rupiah Exchange Rate, Inflation, SBI, IHSG.
JEL Classification: Q43, E52, E31, E4, O16
alam dapat menyebabkan kerusakan pada instalasi kesimpulan bahwa kurs memiliki pengaruh negatif
produksi minyak. terhadap return saham
4. Faktor geopolik terutama yang terjadi di wilayah
produsen. Tingkat Inflasi Terhadap IHSG
5. Faktor melonjaknya permintaan dari negara emerging
Inflasi merupakan angka yang mengukur tingkat
market terutama China dan India, serta meningkatnya
harga barang dan jasa yang di beli konsumen. Kenaikan
aksi spekulatif di pasar komoditi.
harga mendorong merangkaknya inflasi termasuk
kenaikan harga bahan baku , minyak (BBM) .
Nilai Tukar Mata Tukar Rupiah Terhadap IHSG
Akibatnya jika inflasi naik dan suku bunga meningkat
Kurs adalah harga dari satu mata uang dalam mata maka harga saham beberapa perusahaan cenderung akan
uang lain (Mishkin, 2008). Menurut Samsul (2006) turun , karena itulah angka inflasi yang berlebihan akan
depresiasi rupiah akan berpengaruh terhadap perusahaan PHQMDGL VHQWLPHQW QHJDWLYH EDJL LQYHVWRU VDKDP ´NDWD
go public yang faktor produksinya dari bahan impor karena analisis saham Ellen May, mencontohkan pada tahun
akan menurunkan laba dan harga saham akhirnya jatuh. 2005 terjadi inflasi tinggi kenaikan bbm dan IHSG sempat
Model multifaktor yang dijelaskan oleh Bodie et al (2006) turun dalam tahun 1998 saat terjadi krisis finansial denagn
menyatakan bahwa adanya perbedaan sensitivitas suatu inflasi mencapai 58% dan IHSG terjun menjadi 398
perusahaan terhadap risiko makro yang dapat demikian pula ketika tahun 2008 harga saham sempat
mempengaruhi imbal hasil saham. Jadi, apabila risiko turun cukup dalam, karena krisis global dan inflasi namun
makro yang berasal dari kenaikan kurs berdampak negatif tahun 2005, 2008 cukup berbeda dengan tahun 1998
terhadap perusahaan, maka hal ini diasumsikan akan karena inflasi tahun 1998 di sertai GDP yang buruk.
menyebabkan penurunan terhadap return saham. Inflasi mempengaruhi perekonomian melalui
Kurs juga merupakan indikator maupun gambaran pendapatan dan kekayaan, dan melalui perubahan tingkat
dari stabilitas perekonomian suatu negara. Jika permintaan dan efisiensi produksi. Inflasi meningkatkan pendapatan
kurs rupiah relatif lebih sedikit daripada suplai rupiah maka dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
kurs rupiah ini akan terdepresiasi dan juga sebaliknya. Bagi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati
investor depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan
bahwa prospek perekonomian Indonesia menurun. menurun (Tandelilin, 2001). Jika dilihat dari segi
Negara dengan stabilitas perekonomian yang bagus perusahaan, inflasi dapat meningkatkan pendapatan dan
biasanya memiliki mata uang yang stabil pula biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya faktor produksi
pergerakannya. Negara dengan stabilitas perekonomian lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati
yang buruk, mata uangnya cenderung bergerak tidak oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun.
menentu dan cenderung melemah (Bappebti.go.id). Kurs Sehingga inflasi yang tinggi, mempunyai hubungan yang
inilah yang dianggap sebagai salah satu indikator yang negatif dengan pasar ekuitas (Sunariah, 2006).
mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa
uang sehingga investor cenderung akan berhati-hati untuk penelitian yang mengatakan hasil yang sama. Penelitian
melakukan investasi (Pratikno, 2009). yang dilakukan Alagidede dan Thedore (2012)
Melemahnya Rupiah memberikan pengaruh yang menunjukkan hasil adanya hubungan negatif antara inflasi
negatif terhadap pasar ekuitas karena menyebabkan pasar dan return saham. Hasil penelitian yang sama ditunjukkan
ekuitas menjadi tidak memiliki daya tarik (Ang, 1997). penelitian Kuwomu (2012), Benakov dan Posedel (2010)
Investor tentunya akan menghindari risiko, sehingga yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara inflasi
investor akan cenderung melakukan aksi jual dan dan return saham. Berdasarkan uraian dan penelitian
menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa inflasi memiliki
membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan pengaruh negatif terhadap return saham.
mendorong penurunan indeks harga saham di BEI Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan
(Joesoef, 2007). harga-harga produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2007) yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi
mengatakan adanya hubungan negatif antara kurs yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi
terhadap return saham. Hasil penelitian Charles (2011) mengalami permintaan atas produk yang melebihi
juga megatakan nilai tukar memiliki pengaruh negatif kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga
terhadap return saham. Dengan demikian dapat ditarik cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi
menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of ataupun deposito, tingkat bunga memiliki pengaruh
money) (Tandelilin, 2001: 212). negatif terhadap harga saham.
Hal ini sesuai dengan teori permintaan aset, menurut
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Mishkin (2008), perkiraan imbal hasil pada periode
Terhadap IHSG mendatang pada satu aset relative terhadap aset yang lain.
Ketika seseorang memutuskan untuk membeli suatu aset,
Secara teori tingkat bunga dan harga saham memiliki orang tersebut dipengaruhi oleh perkiraan imbal hasil dari
hubungan yang negative. (Tandelin:2010) perubahan aset tersebut. Ringkasnya, meningkat perkiraan imbal hasil
tingkat suku bunga (SBI) juga akan diikuti dengan dari suatu aset relatif terhadap aset alternatif, dengan asumsi
perubahan tingkat suku bunga deposito, karena SBI di lainnya tetap, maka akan meningkatkan permintaan atas
gunakan sebagai acuan bank bank pemerintah swata aset tersebut. Hasil penelitian yang sama ditunjukkan oleh
nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku Lee (2010) mengatakan dalam penelitiannya bahwa
bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada masing tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap
masing nasabahnya. Suku bunga deposito cenderung return saham.
berpengaruh negative terhadap harga saham. Buntala (2013) dalam penelitianya mengatakan
Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan adanya hubungan negatif antara suku bunga terhadap
mempengaruhi nilai sekarang(present value) aliran kas return saham. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
perusahaan, sehingga peluang investasi yang ada tidak akan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif
menarik lagi karena tingkat keuntungan yang di tawarkan terhadap return saham. Suku bunga merupakan faktor
dari bunga akan lebih menguntungkan di bandingkan penting dalam perekonomian suatu negara karena suku
dengan return saham perusahaan. Akan menyebabkan bunga mampu mempengaruhi perekonomian secara
return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan umum. Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang
menurun bila suku bunga SBI cukup tinggi , invetor akan sangat kuat terhadap pasar modal (Erawati: 2002).
lebih memilih menyimpan uangnya di bank, sebaliknya Suku bunga SBI merupakan instrumen keuangan
bila suku bunga suah melemah maka orang akan beralih yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) untuk mengontrol
ke saham. (Yuniarta:2008) adanya tren penurunan suku peredaran uang di masyarakat dengan menggunakan
bunga baik suku bunga bank maupun suku bunga SBI di acuan suku bunga BI (Rismawati: 2010). Suku bunga BI
sertai dengan peningkatan IHSG menguatkan teori dan merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh BI
penelitian penelitian tersebut. sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun
Menurut Mankiw (2006:) jika tingkat bunga terlalu simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan
tinggi, rumah tangga ingin menabung lebih banyak di seluruh Indonesia. Suku bunga merupakan salah satu
ketimbang perusahaan yang ingin menanamkan variabel yang dapat mempengaruhi harga saham.
modalnya, karena jumlah dana pinjaman yang ditawarkan Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan
lebih besar ketimbang jumlah yang diinginkan. Kenaikan mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan
tingkat suku bunga pinjaman memiliki dampak negatif suatu investasi, karena secara umum perubahan suku
terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan bunga SBI dapat mempengaruhi suku bunga deposito
meningkatnya beban bunga kredit dan menurunkan laba dan suku bunga kredit di masyarakat (Amin: 2012). Jika
bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba Suku bunga deposito meningkat maka investor
persaham juga menurun dan akhirnya berakibat turunya cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk
harga saham di pasar. Naiknya suku bunga deposito akan deposito karena dapat menghasilkan return yang besar
mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian dengan resiko yang lebih kecil dan sebaliknya. Dalam
menabung hasil penjualan itu dalam deposito. penelitian ini suku bunga SBI menggunakan data suku
Penjualan saham secara besarbesaran akan bunga SBI bulanan yang dipublikasikan oleh Bank
menjatuhkan harga saham dipasar (Samsul, 2006). Indonesia
Menurut Tandelilin (2001) tingkat suku bunga yang
meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga METODOLOGI PENELITIAN
yang diisyaratkan atas investasi pada suatu saham. Di
Jenis dan Sumber Data
Samping itu tingkat suku bunga dapat menyebabkan
investor menarik investasinya pada saham dan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
memindahkannya pada investasi berupa tabungan sekunder yang meliputi data harga minyak dunia yang
dipulikasikan oleh OPEC melalui situs www.opec.org,
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, data tingkat berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel
inflasi dan suku bunga SBI yang didapat dari publikasi dependen IHSG. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Bank Indonesia melalui website www.bi.go.id dan data Pasaribu., et al (2009) yang menunjukkan bahwa harga
pergerakan indeks harga saham gabungan yang diperoleh minyak dunia tidak berpengaruh terhadap IHSG.
melalui situs www.finance.yahoo.com. Dalam penelitian ini harga minyak dunia
berpengaruh negatif, artinya bahwa setiap kenaikan 1%
Teknik Pengumpulan Data harga minyak dunia maka IHSG akan mengalami
penurunan sebesar 1%. Harga minyak dunia tidak
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG
dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, yang artinya setiap kenaikan atau penurunan harga minyak
penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dunia tidak akan mempengaruhi nilai IHSG. Harga
dipublikasikan untuk medapat gambaran masalah yang Minyak DXQLD EHUGDPSDN QHJDWLI WHUKDGDS ,+6* ´
akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan- Berdasarkan hasil perhitungan, hipotesis ini terbukti pada
laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Bursa hal ini dikarenakan Harga minyak dunia memberikan
Efek Indonesia, dan OPEC (Organization of Petroleum dampak negatif terhadap IHSG, pergerakan harga minyak
Exporting Countries). dunia, akan yang diikuti pergerakan harga bahan bakar
minyak (BBM) di indonesia.
Variabel Penelitian Kenaikan harga BBM akan memberikan efek
1. Variabel Dependen kenaikan harga ² harga baik itu pada perusahaan barang
Variabel dependen adalah tipe variabel yang maupun perusahaan jasa, sehingga permintaan barang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen akan menjadi turun. Penurunan permintaan terhadap
(Supono, 1999). Variabel dependen dalam penelitian barang dan jasa ini akan menyebabkan penurunan
ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). pendapatan investor. Negara Indonesia merupakan
IHSG merupakan indeks harga saham gabungan negara penghasil minyak bumi, namun dikarenakan
yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia setiap Indonesia hanya mengeksplorasi minyak bumi dari dalam
hari. perut bumi dengan tidak melakukan pengelolaan minyak
2. Variabel Independen bumi tersebut. Sehingga kenaikan minyak dunia tidak
Variabel independen adalah tipe variabel yang memberikan banyak pengaruh positif terhadap
menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain perekonomian indonesia.
(Supono, 1999). Variabel-variabel independen yang Kenaikan harga minyak dunia lebih banyak
akan diuji dalam penelitian ini terdiri dari: memberikan pengaruh negatif terhadap Indek harga
a. Harga Minyak Dunia saham gabungan (IHSG), dikarenakan pemerintah tidak
b. Nilai Tukar Rupiah mampu terus - menerus mempertahankan subsidi bahan
c. Inflasi bakar minyak (BBM), kemudian pemerintah menaikkan
harga bahan bakar minyak. Kenaikan BBM akan
d. Suku Bunga SBI
menimbulkan iklim yang negatif terhadap perekonomian
dalam negeri, dikarenakan kenaikan inflasi dan
Metode Analisa Data
mengurangi jumlah permintaan barang. Hal tersebut
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian membuat harga saham perusahaan (emiten) mengalami
ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis penurunan sehingga Indek Harga saham gabungan
statistik. (IHSG) juga mengalami penurunan. Jadi hubungan antara
harga minyak dunia dengan Indek Harga Saham
Gabungan adalah negatif. Harga minyak dunia memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN pengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.
Pengaruh harga minyak dunia terhadap IHSG
Pengaruh kurs terhadap IHSG
Harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap
IHSG dengan nilai koefisien sebesar 0.086. Artinya jika Pengujian kurs (X2) terhadap IHSG (Y)
PHQXQMXNNDQ QLODL 6LJ ¡ GDQ Whitung adalah
ROI naik sebesar 1% maka dividend payout ratio (DPR)
akan mengalami kenaikan sebesar 0,086 atau 8,6%. Secara 7,061 dimana thitung (7,061) > ttabel (2,016), maka H0 ditolak
atau H1 diterima. Artinya karena tingkat signifikansi 0,000
parsial variabel independen Harga Minyak Dunia
Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi 39
Vol. XI, No.1, Mei 2017 ISSN 1978-3612
(lebih kecil dari 0,05) dan nilai thitung bertanda positif, maka yang artinya apabila SBI mengalami kenaikan/penurunan
secara parsial variabel independen Kurs berpengaruh sebesar 1% maka IHSG akan mengalami
positif dan signifikan terhadap variabel dependen IHSG. penurunan/kenaikan sebesar 1%.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sakhowi (2004) yang menunjukkan bahwa Kurs DAFTAR REFERENSI
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG.Kurs berpengaruh positif terhadap IHSG artinya, Anwar. (2007). Mengembangkan Hubungan Industrial yang
apabila Kurs mengalami kenaikan sebesar 1% maka IHSG Baik di Industri Minyak dan Gas Indonesia.
juga akan mengalami kenaikan sebesar 1%. Organisasi Perburuhan Internasional. Jakarta