Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
KPD atau ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam dunia obstetrik
berkaitan dengan penyulit kelainan prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai
sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan moralitas perinatal dan dapat menyebabkan
infeksi pada ibu. KPD mempengaruhi 2,7% hingga 1,7 % dari keseluruhan ibu hamil,
kebanyakan kasus ini terjadi secara spontan (tanpa diketahui sebab yang jelas) dan biasanya
diikuti dengan proses kelahiran.
Dalam studi kasus yang dilakukan oleh university of california di Los Angeles
Amerika Serikat (UCLA) menyebutkan bahwa telah menemukan proses kelahiran yang
diawali dengan terjadinya KPD dalam 24 jam. Sebelumnya sekitar 81 % pasien dengan bobot
bayi lebih dari 2500 g. Situasi ini dinilai berbeda dengan KPD yang terjadi lebih awal (lebih
dari 24 jam) pada kehamilan. Pada kasus terakhir ini hanya 48 % pasien yang kemudian
diteruskan dengan proses kelahiran dalam 2 hari setelah KPD (High-Risk Pregnancy and
Delivery, Fernando Aries, 1993).
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi kebidanan pada kehamilan yang
menempati urutan 6 tersering dijumpai. Ketuban pecah dini merupakan penyebab penting
morbiditas dan mortalitas perinatal. Neonatal yang dilahirkan dari wanita dengan rupture
membrane preterm dan persalinan yang terlambat, paling tidak 30 persen meninggal atau
mengalami cacat neurologis.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Ketuban Pecah Dini dan untuk
mengetahui Ketuban Pecah Dini sebagai faktor resiko terjadinya Kematian neonatal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (premature rupture of the membrane) ada bermacam-macam
batasan teori atau definisi, yaitu:

Ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu yaitu pecahnya ketuban
sebelum tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum dimulainya tanda persalinan
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan,
Manuaba)

Ada yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya pecahnya
ketuban sebelum inpartu, yaitu apabila selaput ketuban pecah saat pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm daripada multi kurang dari 5 cm (Sinopsis Obsetri & Patologi)

Ada yang mengatakan dari usia kehamilan, midalnya keluar cairan berupa air-air dari
vagina setelah usia kehamilan berusia 22 minggu dan sebelum proses persalinan
berlangsung (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kejadian ketidaknormalan yang terjadi dimana robeknya selaput janin di dalam


kandungan sebelum fase aktif (salah satu tandanya yaitu pembukaan belum melewati 4
cm) persalinan. KPD ini terjadi jika membran atau selaput janin robek sebelum tanda
persalinan muncul (High Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries).
Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk bergerak sehingga

tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan berkembangnya paru. Air ketuban penting untuk
menghilangkan friksi kinetik yang terjadi pada persalinan akibat tidak bullet shape-nya janin.
Pada kehamilan preterm pecahnya ketuban akan merangsang persalinan dan kelahiran (50%
persalinan preterm dengan KPD akan berakhir dengan kelahiran).

B. ETIOLOGI
Infeksi genetalia yang berasal dari bakterial proteus atau pun metabolisme bakterial
jenis lain (60-70%). Meningkatnya tekanan intra-uteri secara berlebihan (over distensi

uterus) misalnya trauma hidramnion, dan gemelli. Berkurangnya kekuatan membran salah
satunya disebabkan oleh adanya infeksi yang berasal dari vagina dan servik. Serviks
incompeten. Berkurangnya kekuatan dari leher rahim atau panggul ibu sehingga
menyebabkan selaput ketuban mudah robek. Kanalis servikalis yang selalu terbuka karena
kelainan pada serviks (akibat persalinan atau curetage).
Ibu hamil melakukan coitus diwaktu yang tidak tepat sehingga menyebabkan
pecahnya selaput ketuban misalnya ibu hamil trimester III melakukan coitus saat selaput
ketuban meregang dan ereksi pada penis sedang dalam keadaan kuat yang akan
mengakibatkan selaput ketuban mudah sobek. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga
tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah. Apabila kepala sudah masuk panggul dan diikuti bagian
terkecil janin/tali pusat, bagian tersebut dapat merobek tali pusat.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan
memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan
selama kehamilan. Beberapa faktor resiko dari KPD adalah:
1. Infeksi
2. Inkompetensi serviks
3. Polihidramnion
4. Riwayat KPD sebelumnya
5. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban, servik yang pendek (< 25 mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
6. Kehamilan kembar
7. Trauma
8. Malposisi
9. Multi gravida, merokok, perdarahan ante partum
10. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat

D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%) yang
menyebabkan berkurangnya kekuatan membran, high virulence; Bacteroides, Low Virulence,
Lactobacillur.
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya
jaringan ikat dan vascularisasi atau penambahan tekanan intra uteri, atau keduanya.
Prognosis sangat variatif bergantung maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi,
pada usia kehamilan < 32 minggu semakin muda kelahiran semakin buruk prognosisnya.

E. TANDA DAN GEJALA


Pasien mengeluh pengeluaran cairan dari pervaginam tanpa bisa ditahan dengan bau
yang khas, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Pada pemeriksaan spekulum terlihat cairan
keluar dari ostium uteri externum.
Saat palpasi janin mudah teraba, selaput ketuban tidak ada, dan air ketuban kering.
Pemeriksaan mikroskopis terlihat lanugo dan verniks casiosa. Bila dilakukan pemeriksaan
penunjang, akan ditemukan:
o

Test Nitrazine
Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban
(alkalis), PH normal vagina yaitu 4,5-5,3 tidak terjadi perubahan warna (kuning) dan
apabila terdapat cairan ketuban, maka PH menjadi 7,0-7,5 (Practical Guide to High
Risk Pregnancy and Delivery). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan hasil
test yang positif basa.

Test Ferning / Test Pakis


Dengan meneteskan cairan ketuban pada kertas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis. Diagnosis
ketuban pecah dini dapat 100% diakui apabila tes cairan vagina memberikan hasil test
positif untuk Test Nitrazin dan Test Ferning (Practical Guide to High Risk Pregnancy
and Delivery)

o USG
Ini tidak digunakan sebagai cara yang utama untuk menentukan KPD. Dari USG ini
hanya dilihat volume dari cairan ketuban tersebut apakah berkurang atau tidak dan
juga untuk menentukan usia kehamilannya.
o Test penguapan
Dengan mengambil sample cairan endoservikal yang kemudian dipanaskan sampai
airnya menguap. Dilihat apabila sisa putih yang tertinggal, maka itu sudah berarti
ketuban pecah, tetapi apabila sisa berwarna coklat tua maka ketuban masih utuh.
o

Beberapa pemeriksaan lain, namun sangat jarang dilakukan seperti : Intra-amniotic


Flourecein, Amnioscopy, Tes Oksidasi Diamen Fetal Fibronecitin,
Fetoprotein, dan High Leaks.

Tes Alfa-

F. KOMPLIKASI
Terhadap janin:

Infeksi intrauterine, walaupun ibu belum menunjukkan tanda-tanda infeksi

Sindrom Distress Pernapasan yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir atau pada
janin yang dikarenakan hipoksia pada prolaps tali pusat.

Hiploplasia pulmonary, karena oligohidramnion sebagai akibat dari KPD yang terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu (100%) dan lagi periode yang lebih dari 5
minggu

Malpresentasi janin berhubungan dengan prematuritas

Kerusakan membrane hyaline berhubungan dengan usia kehamilan

Terhadap ibu:

Infeksi intrapartal, apalagi bila sering dilakukan pemeriksaan dalam. Semua ibu hamil
dengann

KPD

prematur

sebaiknya

dievaluasi

untuk

kemungkinan

terjadi

korioamnionitis. Infeksi perpuralis, peritonitis, dan septikomia.

Masalah psikologi karena terlalu lama dirawat

Merasa lelah karena berbaring terus ditempat tidur.

Terhadap kehamilan dan persalinan

Dapat terjadi persalinan kapan saja, terjadi kelahiran preterm.

Abruption placenta, karena adanya penurunan yang progresif pada permukaan intra
uterin.

Prolaps tali pusat dapat terjadi (sering terjadi pada presentasi letak bokong atau letak
lintang).

Oligohydramnion, dry labor.

Partus lama.

Perdarahan pada`saat persalinan.

G. MANAJEMEN

Menurut Manuaba tahun 1998, secara umum untuk penanganan ketuban pecah dini
dapat dijabarkan sebagai berikut:

Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga


mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat

Mencegah terjadinya infeksi

Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin.

Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu perlu dipertimbangkan untuk melakukan


induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

Menghadapi ketuban pecah dini diperlukan konseling terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan
pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

Pemeriksaan yang penting adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.

Waktu terminasi pada hamil preterm dapat disarankan selang waktu 8 jam sampai 24
jam bila tidak terjadi his spontan.
Dan menurut buku pedoman diagnosis dan terapi obsetri dan ginekologi RSHS tahun

2005, pengelolaan untuk KPD ini dibagi dua yaitu:


1. Konservatif
Pengelolaan konservatif dilakukan apabila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun
janin) pada usia kehamilan 28-36 minggu dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan dilakukan:

Observasi kemungkinan adanya amnionitis/tanda-tanda infeksi


o Ibu : suhu > 38C, takikardi ibu, lekositosis, tanda-tanda infeksi intra uterine,
rasa nyeri pada rahim, secret vagina purulen.
o Janin : takikardi janin

Pengawasan timbulnya tanda persalinan

Pemberian antibiotika (ampicillin 4x500 mg atau eritromisin 4x500 mg dan


metrodinazole 2x500 mg) selama 3-5 hari

USG untuk menilai kesejahteraan janin

Bila ada indikasi untuk melahirkan, dilakukan pematangan paru janin


(deksametason 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis atau betametason 12 mg IM
sampai 2 dosis dengan interval 24 jam)

2. Aktif
a. Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan 37
minggu dilakukan terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan > 20-28 minggu
o Misoprostol 100 g intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam sesudah
pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose 5% mulai 20 tetes/menit
sampai 60 tetes/menit
o Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun janin mati
o Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
Catatan: dilakukan histerektomi bila upaya melahirkan pervaginam di
anggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu dengan sepengetahuan
konsulen
Terminasi kehamilan > 28 minggu
o Misoprostol 100 g intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam sesudah
pemberian pertama
o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose 5% mulai 20 tetes/menit
sampai maksimal 60 tetes/menit untuk primi dan multigravida, 40 tetes/menit
untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
o Kombinasi 2 cara tersebut

Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil


atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan
persalinan.

Menurut Sujiyatini, penanganan ketuban pecah dini dibagi menjadi 2, yaitu:


1. Kehamilan aterm (> 37 minggu)
KPD aterm biasanya akan melahirkan dalam waktu 24 jam, bila masih belum ada
tanda persalinan maka di induksi (bishops score > 8), dan bila gagal lakukan SC.
Pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan untuk mencegah infeksi.
2. Kehamilan preterm (< 37 minggu)
Bila tidak ada tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai antibiotik
yang adekuat. Pasien perlu di rawat di RS, ditidurkan dalam posisi trendelenberg,
tidak perlu dilakuka periksa dalam. Diusahakan kehamilan bisa mencapai 37 minggu,
diberikan uteronelaksen atau tokolitik agent. Pemberian kortikosteroid dapat
menurunkan angka RDS, sediannya terdiri dari betametason 2 dosis masing-masing
12 mg IM tiap 24 jam atau deksametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.
Jika muncul tanda-tanda infeksi lakukan induksi.
Menurut POGI tahun 2006 penatalaksanaan dibagi menjadi 3 masa kehamilan,yaitu:
1. Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu

Prinsipnya lahirkan janin

Beri antibiotika profilaksis

2. Ketuban pecah dini pada kehamilan 32 35 minggu

Terapi antibiotik

Pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV

Tokolisis: mimetic, Ca channel blocker

Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio infusi

Ekspektatif bila paru telah matang

3. Ketuban pecah dini pada kehamilan < 32 minggu


Terapi antibiotik
Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV bila kehamilan > 28
minggu
Tokolisis: mimetic, Ca channel blocker

Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio infusi
Sedapat mungkin dipertahankan sampai 33 35 minggu, jika tidak ada infeksi

Bagan I. Persalinan Bayi pada Penanganan Aktif KPD Aterm menurut Sujiyatini.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bagan manajemen penanganan KPD menurut Sujiyatini.

SARAN

Walaupun belum ada pencegahan yang terbukti cukup efektif, mengurangi aktivitas atau
istirahat pada akhir trimester II atau awal trimester III diajurkan.

DAFTAR PUSTAKA
Sujiyatini, SSt M.Keb. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Indarso, Fatimah dr. Hj. Sp.A(K). 2004. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dari Ibu yang
Bermasalah. Surabaya: FK Unair/RSU Dr. Soetomo Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak.
Moeloek, Farid Anfasa Prof. Dr. dr, SpOG, KFER. 2006. Standar Pelayanan Medic
Obstetric dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetric dan Ginekologi Indonesia.
http://www.drdidispog.com/2008/07/kpsw-prom-ketuban-pecah-dini.html#ixzz0ltQnbzad

Anda mungkin juga menyukai