Anda di halaman 1dari 22

Laporan PKL

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

BUDIDAYA TANAMAN SAYUR DENGAN METODE HIDROPONIK NFT (Nutrient


Film Technic) DI PARUNG FARM BOGOR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Disusun Oleh:
Ahmad Solihin
(10640044)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan
nikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL), serta dapat menyelesaikan laporan ini. laporan ini berisi
tentang teknik pertanian secara hidroponik (budidaya tanaman tanpa menggunakan
tanah) yang khususnya pada model hidroponik NFT.
Atas dukungan dari berbagai pihak yang telah mendukung tercapainya kegiatan
praktik kerja lapangan serta terselesaikannya laporan ini, penulis mengucpakan
terimakasih kepada:
1.

kedua orang tua atas bantuan doa dan materi,

2.

Ibu Anti Damayanti H., S.Si., MmolBio selaku dosen pembimbing akademik,

3.

Kepada bapak sarmin selaku pembimbing lapangan,

4.
Bapak Drs. Soebagyo karsono sebagai pemilik PT. Parung Farm atas
diijinkannya untuk melakukan kegiatan PKL di Parung Farm,
5.
Bapak Ir. Soedibyo karsono dan Bapak Agus Sunaryanto yang telah
memberikan wawasan tentang hidroponik,
6.

Teman-teman PKL, yang bersedia membantu dalam kegiatan PKL,

7.
Kepada seluruh Staf dan Karyawan Parung Farm, serta seluruh pihak yang ikut
serta membantu kegiatan PKL dan penyelesain laporan ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas amal kebaikan oleh pihak-pihak yang telah
bersedia membantu penulis. Penulis menyadari bahwa mungkin laporan PKL ini
masih banyak kekurangan dan belum sempurna, maka penulis menghaturkan maaf
yang sebesar-besarnya. Selain itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk
perbaikan penulisan selanjutnya, dan akrirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.

Yogyakarta, 21 Juli 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTARv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan........................................................................................................
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL.......................................................
BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI...........................................................
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Parung Farm...............................
B. Struktur Organisasi....................................................................................
C. Kegiatan Kegiatan Parung Farm...........................................................
C. Sarana dan Pra Sarana...............................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A.

Teknologi Hidroponik..............................................................................

B.

Meetode NFT...........................................................................................

BAB IV BUDIDAYA TANAMAN SAYUR DENGAN DENGAN METODE HIDROPONIK


NFT (Nutrient Film
Technic).....................................................................................................................
A. Pembibitan................................................................................................
B.

Sub Kultur dan Pembesaran pada Metode NFT................................... 8

C. Pemanenan...............................................................................................
BAB V PENUTUP....................................................................................................

A. Saran.........................................................................................................
B. Kesimpulan...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN28
A.

Penilaian Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ................................ 28

B.

Jurnal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan............................................ 29

C.

Form Bimbingan Praktek Kerja Lapangan.......................................... 31

D.

Ramuan Pupuk Hidroponik................................................................. 33

E.

Nilai pH Untuk Tanaman Hidroponik................................................. 34

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dewasa ini semakin meningkatnya pembangunan-pembangunan yang dilakukan


oleh berbagai pihak menyebabkan semakin kurangnya lahan untuk melakukan
kegiatan bercocok tanam. Dari hal tersebut maka metode tanam hidroponik
merupakan solusi yang tepat untuk media bercocok tanam. Hidroponik merupakan
salah satu metode modern yang dijalankan dalam bidang pertanian dan
perkebunan. Metode ini memberikan terobosan baru dalam bercocok tanam, karena
metode hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai medianya. Selain itu, teknik
hidroponik cukup efisien dalam mensuplai kebutuhan nutrisi tanaman sehingga
tanaman akan cepat tumbuh dan berkembang tanpa mengalami kesulitan untuk
mendapatkan nutrisi.
Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki berbagai
keuntungan. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini
adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga
dapat meniadakan penggunaan pestisida, mengurangi penggunaan areal tanam
yang luas, meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi.
Selain itu, teknik hidroponik dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan
unsur hara yang terukur, kualitas, kuantitas dan kontinuitas hasil yang terjamin.

Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik sangat


ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bertanam dengan
teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur kebutuhan unsur
hara yang diperlukan suatu tanaman secara langsung.
Teknik NFT merupakan salah satu jenis model dari bercocok tanam secara
hidroponik. Pada dasarnya model NFT lebih mudah diaplikasikan dan tidak terlalu
rumit jika dibandingkan dengan teknik aeroponik dan DFT. Metode penanaman yaitu
menempatkan akar dalam sirkulasi atau aliran air (nutrisi) yang tipis. Menurut
Morgan (2000 dalam Susila dan Yuni, 2008) untuk menjaga aerasi yang baik
(kebutuhan oksigen) pada perakaran, maka lapisan akar yang harus terendam
dalam larutan hara hanya sedikit.
Parung Farm adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang bergerak dalam
pertanian yang mengaplikasikan metode hidroponik. Berbagai jenis atau model
hidroponik, yang diterapkan dalam produksi sayuran di perusahaan ini yaitu sistem
substrat, aeroponic, dan sistem NFT. Sistem-sistem tersebut digunakan dengan cara
yang sederhana, tetapi ini merupakan langkah yang baik untuk menuju pertanian
yang lebih efisien dan efektif dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
B.

Tujuan

1.
Untuk mengetahui tentang teknik bercocok tanam dengan metode hidroponik
model NFT
2.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan budidaya tanaman dengan sistem
hidroponik model NFT
C.

Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja lapang (PKL) ini dilakukan di Perusahaan Hidroponik Parung Farm Desa
Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PKL ini dimulai sejak tanggal 06 Juli hingga
Tanggal 22 juli 2013.

BAB II
GAMBARAN UMUM INSTITUSI

A.

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Parung Farm

Parung Farm didirikan pada akhir tahun 1998 oleh Bapak Drs. Soebagyo Karsono
dan kakaknya Bapak Ir. Soedibiyo Karsono. Mereka mempunyai hobi tentang
elekronika, maka dibuatlah oleh mereka peralatan-peralatan hidroponik. Kebun
Hidroponik yang baru didirikan itu kemudian dipercayakan kepada Ir. Haryadi
sebagai ketua dan Agung Wahyudi sebagai wakilnya. Awalnya Parung Farm didirikan
dengan nama PT. Kebun Sayur Segar yang hanya bergerak di bidang hidroponik
sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran buah. Pada tahun 2000, kebun
hidroponik mengembangkan usahanya untuk mengusahakan tanaman hias, yaitu
anggrek, sehingga pada awal tahun 2001 perusahaan tersebut berubah nama
menjadi Parung Farm.
Perusahaan ini bergerak di bidang pelatihan dan produksi tanaman sayuran,
hidroponik buah, aeroponik dan kultur jaringan untuk budidaya anggrek. Usaha ini
dimulai dari penelitian dan uji coba penanaman tanaman secara hidroponik yang
cocok dikembangkan di daerah parung. Penanamannya dilakukan di
dalam greenhouse yang dibuat dengan sederhana. Greenhouse ditanami tanaman
mentimun jepang varietasSpring swallow, melon varietas eagle, paprika
varietas Spartacus dan tanaman tomat varietas recent. Dikarenakan suhu yang
kurang mendukung, produksi tanaman tersebut dilakukan di daerah Sukabumi,
sedangkan tanaman yang diproduksi di Parung meliputi tanaman bayam, kangkung,
petsai dan caisim (sawi).
Pelatihan budidaya tanaman hidroponik dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu jika
ada. Pelatihan ini ditujukan bagi karyawan swasta, pegawai negeri dan pelajar
dengan tema yang berbeda ditiap pertemuannya. Selain itu, Parung Farm juga
membuka konsultasi di bidang pertanian. Seiring bertambahnya waktu yang banyak
diminati oleh masyarakat adalah budidaya hidroponik sayuran dan budidaya
anggrek. Maka dari itu hidroponik sayuran dan budidaya anggrek lebih
dikembangkan.
B.

Struktur Organisasi

Parung Farm merupakan perusahaan milik pribadi sehingga dipimpin oleh


pemiliknya, yang juga berstatus sebagai direktur perusahaan. Direktur bertanggung
jawab terhadap seluruh kegiatan. Struktur organisasi Parung Farm terdiri atas
direktur utama Kebun Sayur Segar (KSS), direktur utama Kebun Anggrek Parung
(KAP), serta direktur utama Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan
(BANGDIKLAT).
Kebun Sayur Segar (KSS) dipimpin oleh direktur utama yang membawahi manajer
produksi, manajer pemasaran, bagian administrasi dan keuangan. Manajer produksi
bertugas untuk mengawasi dan menangani produksi sayuran, manajer pamasaran
bertugas menangani pendistribusian sayuran ke supermarket-supermarket. Bagian
administrasi dan keungan bertugas untuk menangani keuangan perusahaan dan
pemberian gaji karyawan. Divisi Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan memiliki

tugas untuk memberikan pengetahuan tentang hidroponik dan sekaligus


mengadakan pelatihan hidroponik untuk pelajar, mahasiswa, dan masyarakat
umum.

PIMPINAN

Sumber: Parung Farm


C.

Kegiatan Kegiatan Parung Farm

Kegiatan yang dilakukan di Parung Farm antara lain :


1.

Mengembangkan budidaya sayuran dan anggrek dengan sistem hidroponik.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelatihan, penelitian dan penyuluhan mengenai


kultur jaringan anggrek dan hidroponik sayuran.
3. Mengikuti kegiatan pameran untuk lebih memperkenalkan program usaha
dengan sistem hidroponik dan juga untuk memasarkan hasil.

4. Mengembangkan sistem hidroponik yang digunakan di Kebun Sayur Segar


Parung Farm antara lain hidroponik substrat, NFT (Nutrient Film Technic),
aeroponik, Deep pond floating raft (sistem rakit apung), Sifon Top
Feeding(pengucuran dari atas), DFT (Deep and Flow Technic), sistem pasang surut
serta budidaya anggrek.
D.

Sarana dan Pra Sarana

Kebun hidroponik parung farm memiliki lahan seluas 3,8 Ha, adapun sarana dan pra
sarana yang dimiliki yaitu:
1.

Greenhouse

Parung farm memiliki 7 greenhouse terdiri dari 6 greenhousepertanaman dan


1 greenhouse percobaan. Tiap greenhouse terdiri atas bed (bedengan) yang terbuat
dari beton dan bambu untuk penanaman dengan jarak antar bed 50 cm. Ukuran
bed adalah 2 m x 8 m, dengan jumlah bed pada masing-masing greenhouse tidak
sama. Adapun tanaman sayur yang dibudidayakan yaitu selada merah, selada hijau,
romaine, endive, bayam hijau, bayam merah, caisim, siomak, pakchoy dan
kangkung.
2.

Pendopo

Pendopo merupakan tempat untuk mengajar dan mengadakan pelatihan hidroponik.


Pendopo berada di tengah-tengah kebun Parung. Luas bangunan ini sekitar 150 m.
Sarana pendukung yang terdapat di pendopo adalah whiteboard, megaphone, dan
alat peraga hidroponik.
3. Kantor
Kantor terdiri atas dua bagian, yaitu kantor administrasi dan kantor diklat. Letak
kedua kantor ini bersebelahan dengan luas total sekitar 150 m. Kantor administrasi
digunakan untuk menangani produksi dan pemasaran, sedangkan kantor diklat
digunakan untuk pelatihan. Selain itu juga terdapat ruang meeting yang berdekatan
dengan tempat parkir motor dan cold storage.
4. Tempat Pengemasan
Tempat pengemasan terletak di bagian depan, hal ini ditujukan agar produk sayuran
yang telah dikemas mudah diangkut ke mobil pengangkut. Luas tempat
pengemasan sekitar 50 m. Yang terdiri dari tempat penyortiran sayur, pencucian,
penimbangan dan pengemasan.
5. Kebun Anggrek
Luas kebun anggrek sekitar 400 m. Lokasi ini digunakan untuk budidaya anggrek
dan tanaman hias lain. Jenis anggrek yang dibudidayakan
yaituDendrobium, Vanda, Oncidium, dan Phalaenopsis. Selain anggrek, parung farm

pun menyediakan aneka tanaman buah seperti jambu batu, jambu air, jeruk, sawo,
nangka, durian dan sebagainya.
6. Asrama
Asrama terletak di bagian belakang kebun. Luas asrama sekitar 160 m. Asrama
diperuntukkan bagi karyawan, terutama karyawan tetap yang sudah lama bekerja di
Parung Farm.
7. Tempat Pembenihan dan Penyemaian
Tempat pembenihan berfungsi untuk memasukkan benih ke dalamrockwool dan
pembungkusan bibit tanaman dengan rockwool. Selain itu di tempat ini juga
terdapat kolam yang digunakan untuk pencucian kangkung hasil panen. Tempat
penyemaian terdiri dari dua tempat yaitu tempat penyemaian dengan
media rockwool dan media kerikil. Tempat penyemaian dengan
media rockwool hanya terdiri dari beberapa sayuran saja seperti caisim, pakchoy
dan petsay. Sedangkan untuk media kerikil hampir semua sayuran seperti selada
merah, selada hijau, romaine, endive, bayam hijau, bayam merah, caisim, siomak,
pakchoy.
8. Transportasi
Untuk menunjang kegiatan transportasi lapangan, ada dua alat angkutan yang
digunakan yaitu dua buah gerobak untuk kegiatan produksi dan
mobil box berpendingin yang digunakan untuk mengangkut sayuran ke
supermarket-supermarket.
9. Tempat Pendingin (Cold Storage)
Tempat ini digunakan untuk menyimpan sayuran yang telah dikemas sebelum
proses pengiriman. Hal ini dilakukan agar kualitas sayuran tetap terjaga.
10. Gudang
Gudang digunakan untuk menyimpan rockwool, nutrisi dan styrofoam, yang terletak
di sebelah ruang pengemasan.
11. Ruang Distributor
Ruangan ini digunakan sebagai tempat yang mengatur pemasukan dan
pengeluaran produk yang dihasilkan Parung Farm.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Teknologi Hidroponik

Hidroponik secara sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan


memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan tanaman langsung dalam pemasokan
airnya, bukan melalui tanah. Hidroponik berasal dari kata yunani
yaitu hydro dan ponics, yang artinya air yang bekerja (Karsono, Sudarmojo dan
Sutiyoso 2002).
Pada dasarnya yang dibutuhkan tanaman untuk hidup dan melakukan berbagai
proses metabolisme bukan tanah semata, melainkan juga unsur-unsur hara
sehingga tanaman bisa berkembang dan tumbuh dengan baik. Unsur-unsur hara
esensial yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unsur makro
dan unsur mikro. Yang termasuk dalam unsur makro adalah unsur C, H, N, O, P, K,
Ca, Mg, S, sedangkan yang termasuk unsur mikro antara lain Cl, B, Fe, Mn, Zn, Mo,
dan Cu (Gardner et al., 2008).
Media hidroponik akan lebih efisien untuk menyediakan berbagai unsur-unsur
esensial bagi tanaman, karena nutrisi langsung diberikan dalam bentuk terlarut
dalam air. Dengan demikian media hidoponik lebih baik bagi tanaman dalam hal
penyerapan nutrisi, karena tanaman tidak perlu lagi memperpanjang akarnya
masuk ke dalam tanah untuk mencari nutrisi sebagai keperluan pertumbuhanya.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Soethama dan Sukadana (n.d)
menunjukkan bahwa kualitas tanaman dari media hidroponik lebih baik
dibandingkan dari tanaman dengan media tanah.
Dalam hidroponik larutan diserap secara langsung oleh akar dan kemudian akan
diedarkan ke seluruh organ melalui berkas penganngkut yang terdapat dalam
batang. Nutrisi atau mineral ini bukanlah makanan yang sebenarnya bagi tanaman,
melainkan hanya elemen penting (pada proses metabolisme) untuk menghasilkan
glukosa (makanan sebenarnya) yang dihasilkan selama fotosintesis (Karsono,
Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
B.

Metode NFT

Teknik NFT (Nutrient Film Technique) merupakan salah satu teknik yang paling
berhasil dan banyak digunakan karena memiliki efisiensi tinggi pada saat digunakan
dalam penanaman, terutama pada anak semai berumur dua minggu ke atas. Selain
itu lahan tanam untuk teknik NFT tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan
(Buyung dan Silalahi, 2012).
Model sistem hidroponik NFT merupakan sistem hidroponik dengan akar berada
dalam sirkulasi atau aliran air (nutrisi) yang tipis. Sistem NFT tidak
memerlukan timer dalam pompa airnya, sebab sistem NFT mempunyai peredaran

larutan nutrisi yang konstan. Menurut Cooper (1972 dalam Suprijadi, Nuraini dan
Yusuf., 2009), NFT adalah sebuah sistem yang menggunakan film larutan nutrisi.
Film yang dimaksud adalah lapisan tipis setebal 1-3 mm yang dipompa dan dialirkan
melewati akar tanaman secara terus menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2
liter per menit. Menurut Buyung dan Silalahi (2012), teknik NFT merupakan
budidaya tanaman secara hidroponik yang meletakkan akar tanaman pada lapisan
air yang dangkal, tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.
Dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dalam larutan nutrisi tersebut.
Larutan nutrisi dipompa ke dalam tempat penanaman (biasanya berupa pipa) dan
mengaliri akar-akar tanaman, kemudian kembali ke dalam reservoir(bendungan).
Biasanya tanaman digantung dalam cairan nutrisi yang disirkulasikan dengan
pompa melewati akar, untuk menjaga aerasi larutan. Penanaman dilakukan dengan
menempatkan semaian secara langsung ke dalam kubus rockwool di dalam lubang
yang dibuat di saluran pipa, styrofoam, dan yang lainnya. Sistem NFT sangat
tergantung pada listrik, sebab jika listrik mati maka pompa tidak akan bisa hidup,
dan nutrisi tidak bisa mengaliri akar-akar tanaman, sehingga akar akan terjadi
pengeringan dan tanaman akan mati (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
Teknik NFT ini hanya bisa ditanami tanaman yang beratnya kecil atau ringan,
misalnya tanaman sayur-sayuran daun sawi, seledri, bayam dan lain-lain
(Subiyanto, 2012).
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman harus diberikan pupuk cair yang
mengandung berbagai elemen esensial baik makro nutrisi maupun mikro nutrisi.

BAB IV
BUDIDAYA TANAMAN SAYUR DENGAN METODE
HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technic)

Budidaya tanaman sayur secara hidroponik dengan teknik NFT di Parung Farm yaitu
dilakukan pada bagian produksi. Sebelum dilakukan proses produksi, terlebih dahulu
sarana pendukung seperti GH (Greenhouse), nutrisi, benih, media tanam, pompa air
(Water pump), bak bedengan untuk proses pembesaran tanaman dan penyemaian
harus disiapkan. Proses budidaya tanaman sayur ini meliputi kegiatan penyemaian
(pembibitan), pembesaran dan pemeliharaan, pemanenan, danpacking.

Gambar 1. Greenhouse PT. Parung Farm

Budidaya tanaman hidroponik lebih baik dilakukan di dalam grenhouse, untuk


meminimalisir serangan hama seperti serangga dan sebagainya. Syarat utama
tempat budidaya adalah tersedianya pancaran sinar matahari, agar tanaman tetap
bisa melakukan fotosintesis dengan lancar. Selain itu greenhouse berfungsi agar
pada saat hujan, air hujan tidak langsung masuk mencampuri larutan nutrisi.
A.

Pembibitan

Pembibitan adalah kegiatan penumbuhan bibit dari benih, yang kemudian bibit-bibit
ini akan dijadikan tanaman produksi di dalam greenhouse.Pembibitan dilakukan di
lahan yang terpisah dengan greenhouse yang digunakan untuk pembesaran
tanaman.
Pertama dalam melakukan pembibitan, biji ditanam atau disemai dalam media
pecahan batu kecil-kecil yang bawahnya dilapisi plastik, dan ada yang disemai
di rockwool. Bisa juga yang dengan menggunakan pecahan batu kecil-kecil
dilakukan dengan metode mengaliri air+nutrisi dengan waktu-waktu yang
ditentukan. Penyemaian biji pada pecahan batu kecil-kecil (krikil) biji disebar secara
merata. Berbeda pada penyemaian biji pada rockwool, biji dimasukkan dalam
lubang-lubang kecil yang sudah dibuat di medium rockwool sebanyak 1-2 biji.
Kemudian semaian ditumbuhkan di dalam greenhouse, dan disiram dengan
air+nutrisi 2 kali sehari.
Penyemaian dilakukan dengan metode substrat, yaitu pecahan batu kecil-kecil
dengan bagian bawah dilapisi plastik dan ada juga yang dengan
menggunakan rockwool (bahan berserat seperti spon yang anorganik dan dapat
menahan banyak air juga udara). Penggunaan pecahan batu kecil-kecil pada
pembibitan ini berfungsi agar ketika akan dilakukan pemindahan bibit ke media
tanam kira-kira umur 15 hari, saat pencabutan akar tidak banyak yang putus. Jika

dilihat dari presentasenya bibit yang dicabut dari media krikil (pecahan batu kecilkecil) akar yang masih melekat pada tanaman adalah sebanyak 95%. Selain itu akar
juga kelihatan bersih sehingga menghemat waktu, tidak perlu membersihkan akar
terlebih dahulu saat akan melakukan pemindahan tanam.
Medium pecahan batu ini juga cukup menghemat biaya, tidak perlu ganti yang baru
walaupun sudah dipakai berkali-kali. ketika pada medium pecahan batu ini banyak
didapati hama atau gulma, maka cukup dibersihkan saja. Bagian bawah pecahan
batu diberi lapisan plastik sebagai lapisan kedap air yang berfungsi untuk
penampung air dan nutrisi yang dialirkan. Selain itu juga nutrisi yang disiramkan
pada bedengan penyemaian benih tersebut bisa tertampung, sehingga kelembapan
akan terjaga. Besarnya kelembapan yang diperlukan untuk pembibitan ini agar
benih dapat tumbuh dengan baik adalah sekitar 90%. Penyebaran benih dilakukan
secara merata dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Hal ini bertujuan
meningkatkan pertumbuhan dan memudahkan bibit yang tumbuh dapat menerima
cahaya matahari yang cukup dan merata (Gambar 2)

Gambar 2. Penyamaian pada

Gambar 3. Penyemaian di rockwool

pecahan batu
Pembibitan yang menggunakan media rockwool dilakukan dengan memasukkan 1-2
biji ke dalam lubang-lubang yang telah di buat. Biji yang dimasukkan ke dalam
lubang tidak boleh terlalu banyak, sebab nantinya jika tanaman sudah besar
tanaman akan terus bersaing untuk mencari nutrisi sehingga tanaman sulit
berkembang.
Media rockwool ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembapan dan
kandungan air hingga beberapa waktu. Juga banyaknya serat di media ini
mengakibatkan air dan udara bisa beredar, sehingga biji mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pada bedengan atau tempat penyemaian benih yang
tidak dialiri air secara otomatis, dilakukan penyiraman dua kali dalam satu hari,
agar benih tercukupi kebutuhan air dan nutrisinya (Gambar 3). Pada umumnya

pembibitan dengan metode seperti ini banyak digunakan untuk pada budidaya
berbagai model hidroponik bukan hanya model NFT saja.
Untuk penyemaian benih dari semua tanaman sayuran ukuran nutrisi yang
digunakan lebih sedikit perbandingannya nutrisinya dengan air dibandingkan
dengan saat pembesaran. Pada pembenihan ukuran perbandingannya yaitu 5 cc
nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/2 liter air, sedangkan untuk pembesaran tanaman yaitu 5
cc nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/1 liter air, (5 cc = satu tutup botol akua). Hal ini
dikarenakan pada saat pembenihan yang dipakai adalah biji. Di dalam biji itu
sendiri sudah tersedia cadangan makanan sebagai energi untuk pertumbuhan biji
tersebut, maka nutrisi yang diperlukan cukup sedikit saja. Seperti yang dikatakan
oleh Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002), bahwa di dalam biji sudah tersedia
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan biji tersebut hingga muncul daunnya,
dan setelah tumbuh maka akan berkurang cadangan makanan tersebut, sehingga
tanaman akan lebih banyak lagi membutuhkan nutrisi dari luar.
Pupuk cair (nutrisi) biasanya adalah pupuk AB mix yang terdiri dari pupuk paket A
dan paket B. Pupuk A mengandung unsur Ca, yang dalam keadaan pekat tidak
boleh dicampur dengan sulfat dan fosfat yang ada dalam pupuk B. Hal tersebut
perlu dihindarkan agar tidak terjadi proses pengendapan yang mengakibatkan
unsur-unsur tersebut tidak dapat diserap oleh tanaman sehingga diperlukan air
untuk mencampurkan kedua paket pupuk tersebut. Dalam pupuk A umumnya
terdapat 3 unsur, yaitu calsium-amonium-nitrat (5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O),
kalium-nitrat (KNO3), dan Fe-EDTA. Dalam pupuk B terdapat 10 unsur, yaitu kaliumdi-hidro-fosfat (KH2PO4), ammonium-sulfat ((NH4)2SO4), kalium-sulfat (K2SO4),
magnesium-sulfat heptahidrat (MgSO4.7H2O), mangan-sulfat tetrahidrat
(MnSO4.4H2O), tembaga (kupro)-sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O), seng-sulfat
heptahidrat (ZnSO4.7H2O), asam borat (H3BO3), dan ammonium-hepta-molibdat
tetrahidrat ((NH4)6No7.4H2O) (Moekasan dan Prabaningrum, 2011).
Dalam menyediakan nutrisi, pH merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
juga. Tanaman hidroponik tumbuh baik dan subur dalam suasana air yang agak
asam, mendekati netral (pH 6--6,5). Dalam suasana ini tanaman dapat menyerap
unsur hara lebih banyak, sehingga mampu tumbuh dengan pesat daripada
disuasana yang terlalu asam ataupun disuasana terlalu basa (Soeseno, 1997). Pada
dasarnya pH itu mempengaruhi kelarutan nutrisi, dan jika dalam nutrisi ini pH nya
normal (sesuai dengan aturan), maka kelarutannya juga normal, sehingga tanaman
akan mudah dalam mengambil nutrisi.
B.

Sub Cultur dan Pembesaran pada Sistem NFT

Setelah bibit berumur 15 hari (semua tanaman sayur), bibit yang sudah tumbuh
kemudian diambil dan persiapkan untuk disub kultur. Bibit yang ditanam dari
pecahan batu kecil-kecil dibungkus dengan rockwool kemudian di tempatkan dalam
wadah bekas agar-agar (jelly). Untuk bibit yang awalnya disemai di rockwool, bibit

diambil beserta rockwoolnya. yaitu dengan dipotong sedikit bagian rockwool yang
ada disekitar tumbuhnya bibit, untuk disub kultur. Sebelum sub kultur
dilakukan, styrofoam dari medium yang sudah dipanen tanamannya dicuci terlebih
dahulu, dan nutrisinya ditambahkan setiap pagi harinya jika berkurang. Kemudian
biasanya bibit yang dari rockwool disub kultur di media hidroponik NFT, sedang
yang dari substrat pecahan batu kecil-kecil disub kultur ke medium aeroponik..
Pemindahan atau sub kultur bibit dari medium bibit dilakukan pada saat umur
15 hari. Sebelum disub kultur terlebih dahulu bibit yang berasal dari krikil/pecahan
batu bagian batang bawahnya lapisi dengan rockwool dan wadah bekas jelly, lihat
(gambar 4). Fungsi dari pelapisan rockwool tersebut adalah untuk tanaman agar
tetap berdiri saat dipindah tanam. Selain itu juga untuk mengaitkan pada dinding
lubang styrofoam atau fiber agar tidak jatuh ke bawah ketika ditanam di media
aeroponik atau ditanam pada media NFT. Bibit yang berasal dari
medium rockwool dipotong kotak-kotak mengelilingi bibitnya, kemudian ditanam
pada medium NFT, (Gambar 5). Pada penanaman dengan balok rockwool tanaman
tidak akan tenggelam karena pada medium NFT terdapat dasar talang yang
berfungsi penyangga tanaman dan sebagai tempat aliran nutrisi. Penanaman pada
produksi tanaman caisim, bayam, dan selada biasanya dilakukan tidak pada pagi
hari, tetapi dilakukan pada siang menjelang sore hari. Hal ini dikarenakan agar
pada awal penanaman, tanaman tidak terlalu lama terkena paparan panas
matahari. Tanaman yang pada saat awal penanaman belum dapat beradaptasi
dengan sempurna sehingga tanaman yang lama terkena paparan sinar matahari
tanaman akan mudah layu.

Gambar 4. bibit siap tanam yang Gambar 5. bibit siap tanam dari Dibungkus
wadah jelly untuk
medium Rockwool
ditanam dimedia aeroponik.

Sebelum penanaman dilakukan ke medium yang sudah dilakukan pemanenan,


medium (styrofoam) dicuci terlebih dahulu, agar kotoran-kotoran yang tersisa dan
lumut yang tumbuh di medium hilang dan bersih, sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lumut juga akan membutuhkan nutrisi
dalam pertumbuhannya maka jika banyak lumut dalam media, tanaman akan kalah
bersaing dalam mendapatkan nutrisi untuk tumbuh. Selain lumut adalah kotoran,
jika kotoran yang tersisa dalam medium dibiarkan kemungkinan akan bisa
menyumbat aliran nutrisi sehingga aliran nutrisi akan terhambat.
Penanaman dilakukan dengan memasukkan bagian bibit yang
terbungkusrockwool ke dalam lubang-lubang yang sudah tersedia dengan jarak
antar lubang 12-15 cm. Jarak antar tanaman ini sesuai dengan tanaman yang
ditanam. Jika daun tanaman kecil, jarak antar tanaman bisa diperkecil dan jika
daunnya lebar maka jarak diperbesar/diperluas agar terjaga aerasi udara dan sinar
matahari. Menurut Wachjar dan Anggayuhlin (2013), semakin banyak populasi
tanaman maka semakin sedikit tanaman yang akan tumbuh di areal tersebut
disebabkan adanya persaingan. Tanaman yang ditanam dengan tingkat populasi
yang tepat, konsumsi air dan cahaya dapat dipenuhi sesuai kebutuhan sehingga
pertumbuhan dan produktivitas tanaman akan maksimal.
Penanaman dalam satu lubang biasanya terdiri dari 2-3 bibit/lubang. Jumlah bibit
dalam setiap lubang tidak boleh terlalu banyak karena akan mempengaruhi
pertumbuhan bibit tersebut. Menurut Wachjar dan Anggayuhlin (2013), semakin
banyak jumlah bibit dalam satu lubang (lebih dari tiga bibit) tanaman semakin
sedikit konsumsi airnya. Hal ini dikarenakan pada lubang tanam dengan bibit yang
banyak, pertumbuhan tanaman terhambat sebab tanaman akan bersaing dalam
mendapatkan nutrisi, sehingga berpengaruh terhadap penyerapan air dan unsur
hara.
Tinggi antara styrofoam dari dasar aliran nutrisi yang diterapkan pada budidaya
tanaman sayur di Parung Farm adalah sekitar 2 cm. Hal ini untuk menjaga
tanaman agar tetap berdiri, dan tidak hanyut terbawa aliran nutrisi. Sebab jika jarak
ketinggian antara styrofoam dengan dasar aliran nutrisi terlalu besar, maka
kemungkinan tanaman akan tenggelam dan hanyut terbawa aliran nutrisi. Dalam
menanam tanaman di medium NFT diusahakan semua akar masuk ke dalam lubang
agar semua akar terkena air dan nutrisi yang mengalir tipis. Sebab jika akar tidak
terkena aliran nutrisi maka tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi dan akan mati.

Gambar 6. penanaman dimedium NFT

Kemiringan talang pada NFT yang diterapkan dalam budidaya tanaman sayur di
parung ini adalah sebesar 5%. Menurut Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002),
semakin besar kemiringan maka akan semakin baik perkembangan atau
produktivitas tanaman, karena air mengalir lebih cepat dan akan menghasilkan
lebih banyak oksigen untuk proses metabolisme tanaman. Akan tetapi jika aliran air
terlalu cepat juga tidak terlalu baik, karena akar akan sulit untuk menyerap nutrisi
yang terus mengalir cepat. Kecepatan aliran air yang diterapkan di Parung Farm
adalah 2 liter/menit. Kecepatan aliran nutrisi atau ketebalan aliran nutrisi bisa diatur
dengan menyesuaikan volume nutrisinya, dan bisa juga dengan mengatur
kemiringan media.

Gambar 7.kemiringan medium NFT

Gambar 8. pencucian styrofoam

Gambar 9. penggantian styrofoam

Gambar 10. reservoir (bendungan) nutrisi

Pengontrolan terhadap kepekatan kandungan unsur hara juga merupakan hal yang
sangat penting dilakukan setiap saat. Larutan unsur hara yang tetap terjaga
kandungan haranya harus memiliki kepekatan sekitar 1,2 2,5 ms/cm. Kontrol
untuk mengukur kepekatan cairan nutrisi dapat dilakukan dengan menggunakan EC
meter (Electrical Conductivity) atau secara manual dengan melihat keadaan fisik
dari larutan pupuk (kekentalan larutan). Selain itu bisa juga dengan melihat
keadaan fisik tanaman (tanaman yang kekurangan nutrisi dapat dilihat dari daun
yang mulai menunjukan perubahan warna (agak kekuning-kuningan) (Karsono,
Sudarmojo dan Sutiyoso 2002). Kenaikan pada larutan EC tidak boleh terlalu drastis
karena sangat mempengaruhi metabolisme tanaman. Pengaruhnya sangat
signifikan pada tanaman dewasa. Penurunan EC yang drastis menyebabkan daundaunnya menjadi kaku dan sulit tumbuh yang disebabkan kandungan unsur hara
terlarut sangat sedikit. Besarnya kenaikan dan penurunan EC harus dapat dijaga
seminimal mungkin yaitu sebesar 1,2-2,5 ms/cm.
C.

Pemanenan

Panen dilakukan setiap hari pada waktu pagi mulai dari pukul 07.00 WIB. Sayuran
yang dipanen adalah yang sudah berumur sekitar 27-28 hari untuk kangkung, untuk
bayam sekitar 32-33 hari, dan untuk selada panen dilakukan setelah berumur
sekitar sekitar 44-45 hari dari bibit sampai panen.Panen dilakukan secara manual
dengan cara mencabut tanaman sampai ke akarnya. Pada tanaman sawi, petsai dan
selada pemanenan harus dilakukan secara hati-hati, karena batang tanaman ini
mudah untuk patah.

Gambar 11. panen sawi di NFT Gambar 12. panen kangkung

Pemanenan dapat dilakukan secara merata pada satu lembar styrofoamjika


pertumbuhan tanaman baik dan merata. Namun, jika pertumbuhannya tidak merata
maka pemanenan dilakukan dengan cara panen pilih. Tanaman yang layak dipanen
akan dipanen, sedangkan bagi tanaman yang pertumbuhannya belum
optimal/rusak maka dilakukan penanaman ulang/penggantian dengan tanaman
baru.
Seperti yang terlihat dari berbagai penjelasan tentang bercocok tanam dengan
metode hidroponik, khususnya model NFT, maka banyak sekali keuntungannya.
Adapun berbagai keuntungannya antara lain bercocok tanam dengan metode
hidroponik bisa mengatur nutrisi yang dibutuhkan tanaman secara efisien, hasil
tanaman bersih (cocok untuk tanaman sayur), bisa menghemat tenaga, dan
khususnya untuk model NFT lebih mudah diaplikasikan dibanding dengan model
yang lainya seperti aeroponic dan DFT.

BAB V
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Pada dasarnya teknik penanaman tanaman secara hidroponik pada model NFT
adalah mengalirkan air dan nutrisi secara tipis pada akar tanaman dengan cara
terus-menerus/kontinyu, dengan cara menetapkan kemiringan media tanam yang
sesuai.

Kelebihan pada model NFT ini diantaranya, nutrisi yang dialirkan pada akar
tanaman tersebar secara merata, relatif mudah diaplikasikan dibanding dengan
model yang lain dan tidak memerlukan timer. Kekurangan model NFT adalah harus
memerlukan greenhouse dan listrik. Jika listrik mati dalam waktu 12 jam atau lebih,
maka tanaman bisa mengalami kematian. Selain itu, resiko pada semua model
hidroponik adalah tanaman mudah patah.
B.

Saran

Berdasarkan permasalahan yang terlihat bahwa sistem NFT sangat tergantung pada
listrik, greenhouse dan butuh keahlian khusus. Jadi jika ingin melakukan budidaya
dengan kapasitas yang lebih besar diusahakan untuk memiliki diesel atau sumber
listrik yang lainya jika belum punya, serta perlu dilakukan lagi penelitian yang
terkait dengan kekuatan tanaman agar tidak mudah patah, misalkan dengan cara
menambahkan unsur-unsur tertentu yang bisa membuat tanaman menjadi kuat ke
dalam larutan nutrisi, misalnya unsur Ca.
DAFTAR PUSTAKA

Buyung, I., dan Silalahi, M. H. (2012). Automatic Watering Plant Berbasis


Mikrokontroler AT89C51. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
(SNAST) Periode III.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., & Mitchell, R. L. (2008). Fisiologi Tanaman Budidaya(H.
Suisilo., & subiyanto, Terj.). UI-Press: Jakarta. (karya asli dipublikasikan 1985).
Karsono, S., Sudarmojo., dan Y, sutiyoso. (2002). Hidroponik Skala Rumah Tangga.
Jakarta: PT. Agro Media. Exploring Classroom Hydroponics. Modul materi pelatihan
hidroponik. 29 hal.
Moekasan, T. K., dan Prabaningrum, L. (2011). Program Komputer Meramu Pupuk
Hidroponik AB Mix Untuk Tanaman Paprika. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Jakarta. 20 hal.
Soeseno, S. (1999). Bisnis Sayuran Hidroponik. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Soethama, I. K. W., dan Sukadana, M., (n.d). Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Serta Produktivitas Sayuran Dalam Budidaya Hidroponik.Teknologi
Usahatani Sayuran Pinggiran Perkotaan. 65-72.
Suprijadi, Nuraini, N., dan Yusuf, M. (2009). Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik
dengan Menggunakan Logika Fuzzy (Electronic Version). J.Oto.Ktrl.Inst
(J.Auto.Ctrl.Inst) 1 (1), 31-35.

Susila, A. D., dan Yuni, K. (2004). Pengaruh volume dan jenis media tanam pada
pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik
sistem terapung (Electronic Version). Bul. Argon. 32 (3), 16-21.
Wachjar, A., dan Anggayuhlin, R. (2013). Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi
Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik
melalui Pengaturan Populasi Tanaman (Electronic Version). Bul Argohorti 1 (1), 127134.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai