Laporan PKL
Laporan PKL
Disusun Oleh:
Ahmad Solihin
(10640044)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan
nikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL), serta dapat menyelesaikan laporan ini. laporan ini berisi
tentang teknik pertanian secara hidroponik (budidaya tanaman tanpa menggunakan
tanah) yang khususnya pada model hidroponik NFT.
Atas dukungan dari berbagai pihak yang telah mendukung tercapainya kegiatan
praktik kerja lapangan serta terselesaikannya laporan ini, penulis mengucpakan
terimakasih kepada:
1.
2.
Ibu Anti Damayanti H., S.Si., MmolBio selaku dosen pembimbing akademik,
3.
4.
Bapak Drs. Soebagyo karsono sebagai pemilik PT. Parung Farm atas
diijinkannya untuk melakukan kegiatan PKL di Parung Farm,
5.
Bapak Ir. Soedibyo karsono dan Bapak Agus Sunaryanto yang telah
memberikan wawasan tentang hidroponik,
6.
7.
Kepada seluruh Staf dan Karyawan Parung Farm, serta seluruh pihak yang ikut
serta membantu kegiatan PKL dan penyelesain laporan ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas amal kebaikan oleh pihak-pihak yang telah
bersedia membantu penulis. Penulis menyadari bahwa mungkin laporan PKL ini
masih banyak kekurangan dan belum sempurna, maka penulis menghaturkan maaf
yang sebesar-besarnya. Selain itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk
perbaikan penulisan selanjutnya, dan akrirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTARv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan........................................................................................................
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL.......................................................
BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI...........................................................
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Parung Farm...............................
B. Struktur Organisasi....................................................................................
C. Kegiatan Kegiatan Parung Farm...........................................................
C. Sarana dan Pra Sarana...............................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teknologi Hidroponik..............................................................................
B.
Meetode NFT...........................................................................................
C. Pemanenan...............................................................................................
BAB V PENUTUP....................................................................................................
A. Saran.........................................................................................................
B. Kesimpulan...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN28
A.
B.
C.
D.
E.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang teknik bercocok tanam dengan metode hidroponik
model NFT
2.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan budidaya tanaman dengan sistem
hidroponik model NFT
C.
Praktek Kerja lapang (PKL) ini dilakukan di Perusahaan Hidroponik Parung Farm Desa
Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PKL ini dimulai sejak tanggal 06 Juli hingga
Tanggal 22 juli 2013.
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTITUSI
A.
Parung Farm didirikan pada akhir tahun 1998 oleh Bapak Drs. Soebagyo Karsono
dan kakaknya Bapak Ir. Soedibiyo Karsono. Mereka mempunyai hobi tentang
elekronika, maka dibuatlah oleh mereka peralatan-peralatan hidroponik. Kebun
Hidroponik yang baru didirikan itu kemudian dipercayakan kepada Ir. Haryadi
sebagai ketua dan Agung Wahyudi sebagai wakilnya. Awalnya Parung Farm didirikan
dengan nama PT. Kebun Sayur Segar yang hanya bergerak di bidang hidroponik
sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran buah. Pada tahun 2000, kebun
hidroponik mengembangkan usahanya untuk mengusahakan tanaman hias, yaitu
anggrek, sehingga pada awal tahun 2001 perusahaan tersebut berubah nama
menjadi Parung Farm.
Perusahaan ini bergerak di bidang pelatihan dan produksi tanaman sayuran,
hidroponik buah, aeroponik dan kultur jaringan untuk budidaya anggrek. Usaha ini
dimulai dari penelitian dan uji coba penanaman tanaman secara hidroponik yang
cocok dikembangkan di daerah parung. Penanamannya dilakukan di
dalam greenhouse yang dibuat dengan sederhana. Greenhouse ditanami tanaman
mentimun jepang varietasSpring swallow, melon varietas eagle, paprika
varietas Spartacus dan tanaman tomat varietas recent. Dikarenakan suhu yang
kurang mendukung, produksi tanaman tersebut dilakukan di daerah Sukabumi,
sedangkan tanaman yang diproduksi di Parung meliputi tanaman bayam, kangkung,
petsai dan caisim (sawi).
Pelatihan budidaya tanaman hidroponik dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu jika
ada. Pelatihan ini ditujukan bagi karyawan swasta, pegawai negeri dan pelajar
dengan tema yang berbeda ditiap pertemuannya. Selain itu, Parung Farm juga
membuka konsultasi di bidang pertanian. Seiring bertambahnya waktu yang banyak
diminati oleh masyarakat adalah budidaya hidroponik sayuran dan budidaya
anggrek. Maka dari itu hidroponik sayuran dan budidaya anggrek lebih
dikembangkan.
B.
Struktur Organisasi
PIMPINAN
Kebun hidroponik parung farm memiliki lahan seluas 3,8 Ha, adapun sarana dan pra
sarana yang dimiliki yaitu:
1.
Greenhouse
Pendopo
pun menyediakan aneka tanaman buah seperti jambu batu, jambu air, jeruk, sawo,
nangka, durian dan sebagainya.
6. Asrama
Asrama terletak di bagian belakang kebun. Luas asrama sekitar 160 m. Asrama
diperuntukkan bagi karyawan, terutama karyawan tetap yang sudah lama bekerja di
Parung Farm.
7. Tempat Pembenihan dan Penyemaian
Tempat pembenihan berfungsi untuk memasukkan benih ke dalamrockwool dan
pembungkusan bibit tanaman dengan rockwool. Selain itu di tempat ini juga
terdapat kolam yang digunakan untuk pencucian kangkung hasil panen. Tempat
penyemaian terdiri dari dua tempat yaitu tempat penyemaian dengan
media rockwool dan media kerikil. Tempat penyemaian dengan
media rockwool hanya terdiri dari beberapa sayuran saja seperti caisim, pakchoy
dan petsay. Sedangkan untuk media kerikil hampir semua sayuran seperti selada
merah, selada hijau, romaine, endive, bayam hijau, bayam merah, caisim, siomak,
pakchoy.
8. Transportasi
Untuk menunjang kegiatan transportasi lapangan, ada dua alat angkutan yang
digunakan yaitu dua buah gerobak untuk kegiatan produksi dan
mobil box berpendingin yang digunakan untuk mengangkut sayuran ke
supermarket-supermarket.
9. Tempat Pendingin (Cold Storage)
Tempat ini digunakan untuk menyimpan sayuran yang telah dikemas sebelum
proses pengiriman. Hal ini dilakukan agar kualitas sayuran tetap terjaga.
10. Gudang
Gudang digunakan untuk menyimpan rockwool, nutrisi dan styrofoam, yang terletak
di sebelah ruang pengemasan.
11. Ruang Distributor
Ruangan ini digunakan sebagai tempat yang mengatur pemasukan dan
pengeluaran produk yang dihasilkan Parung Farm.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teknologi Hidroponik
Metode NFT
Teknik NFT (Nutrient Film Technique) merupakan salah satu teknik yang paling
berhasil dan banyak digunakan karena memiliki efisiensi tinggi pada saat digunakan
dalam penanaman, terutama pada anak semai berumur dua minggu ke atas. Selain
itu lahan tanam untuk teknik NFT tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan
(Buyung dan Silalahi, 2012).
Model sistem hidroponik NFT merupakan sistem hidroponik dengan akar berada
dalam sirkulasi atau aliran air (nutrisi) yang tipis. Sistem NFT tidak
memerlukan timer dalam pompa airnya, sebab sistem NFT mempunyai peredaran
larutan nutrisi yang konstan. Menurut Cooper (1972 dalam Suprijadi, Nuraini dan
Yusuf., 2009), NFT adalah sebuah sistem yang menggunakan film larutan nutrisi.
Film yang dimaksud adalah lapisan tipis setebal 1-3 mm yang dipompa dan dialirkan
melewati akar tanaman secara terus menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2
liter per menit. Menurut Buyung dan Silalahi (2012), teknik NFT merupakan
budidaya tanaman secara hidroponik yang meletakkan akar tanaman pada lapisan
air yang dangkal, tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.
Dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dalam larutan nutrisi tersebut.
Larutan nutrisi dipompa ke dalam tempat penanaman (biasanya berupa pipa) dan
mengaliri akar-akar tanaman, kemudian kembali ke dalam reservoir(bendungan).
Biasanya tanaman digantung dalam cairan nutrisi yang disirkulasikan dengan
pompa melewati akar, untuk menjaga aerasi larutan. Penanaman dilakukan dengan
menempatkan semaian secara langsung ke dalam kubus rockwool di dalam lubang
yang dibuat di saluran pipa, styrofoam, dan yang lainnya. Sistem NFT sangat
tergantung pada listrik, sebab jika listrik mati maka pompa tidak akan bisa hidup,
dan nutrisi tidak bisa mengaliri akar-akar tanaman, sehingga akar akan terjadi
pengeringan dan tanaman akan mati (Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso 2002).
Teknik NFT ini hanya bisa ditanami tanaman yang beratnya kecil atau ringan,
misalnya tanaman sayur-sayuran daun sawi, seledri, bayam dan lain-lain
(Subiyanto, 2012).
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman harus diberikan pupuk cair yang
mengandung berbagai elemen esensial baik makro nutrisi maupun mikro nutrisi.
BAB IV
BUDIDAYA TANAMAN SAYUR DENGAN METODE
HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technic)
Budidaya tanaman sayur secara hidroponik dengan teknik NFT di Parung Farm yaitu
dilakukan pada bagian produksi. Sebelum dilakukan proses produksi, terlebih dahulu
sarana pendukung seperti GH (Greenhouse), nutrisi, benih, media tanam, pompa air
(Water pump), bak bedengan untuk proses pembesaran tanaman dan penyemaian
harus disiapkan. Proses budidaya tanaman sayur ini meliputi kegiatan penyemaian
(pembibitan), pembesaran dan pemeliharaan, pemanenan, danpacking.
Pembibitan
Pembibitan adalah kegiatan penumbuhan bibit dari benih, yang kemudian bibit-bibit
ini akan dijadikan tanaman produksi di dalam greenhouse.Pembibitan dilakukan di
lahan yang terpisah dengan greenhouse yang digunakan untuk pembesaran
tanaman.
Pertama dalam melakukan pembibitan, biji ditanam atau disemai dalam media
pecahan batu kecil-kecil yang bawahnya dilapisi plastik, dan ada yang disemai
di rockwool. Bisa juga yang dengan menggunakan pecahan batu kecil-kecil
dilakukan dengan metode mengaliri air+nutrisi dengan waktu-waktu yang
ditentukan. Penyemaian biji pada pecahan batu kecil-kecil (krikil) biji disebar secara
merata. Berbeda pada penyemaian biji pada rockwool, biji dimasukkan dalam
lubang-lubang kecil yang sudah dibuat di medium rockwool sebanyak 1-2 biji.
Kemudian semaian ditumbuhkan di dalam greenhouse, dan disiram dengan
air+nutrisi 2 kali sehari.
Penyemaian dilakukan dengan metode substrat, yaitu pecahan batu kecil-kecil
dengan bagian bawah dilapisi plastik dan ada juga yang dengan
menggunakan rockwool (bahan berserat seperti spon yang anorganik dan dapat
menahan banyak air juga udara). Penggunaan pecahan batu kecil-kecil pada
pembibitan ini berfungsi agar ketika akan dilakukan pemindahan bibit ke media
tanam kira-kira umur 15 hari, saat pencabutan akar tidak banyak yang putus. Jika
dilihat dari presentasenya bibit yang dicabut dari media krikil (pecahan batu kecilkecil) akar yang masih melekat pada tanaman adalah sebanyak 95%. Selain itu akar
juga kelihatan bersih sehingga menghemat waktu, tidak perlu membersihkan akar
terlebih dahulu saat akan melakukan pemindahan tanam.
Medium pecahan batu ini juga cukup menghemat biaya, tidak perlu ganti yang baru
walaupun sudah dipakai berkali-kali. ketika pada medium pecahan batu ini banyak
didapati hama atau gulma, maka cukup dibersihkan saja. Bagian bawah pecahan
batu diberi lapisan plastik sebagai lapisan kedap air yang berfungsi untuk
penampung air dan nutrisi yang dialirkan. Selain itu juga nutrisi yang disiramkan
pada bedengan penyemaian benih tersebut bisa tertampung, sehingga kelembapan
akan terjaga. Besarnya kelembapan yang diperlukan untuk pembibitan ini agar
benih dapat tumbuh dengan baik adalah sekitar 90%. Penyebaran benih dilakukan
secara merata dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Hal ini bertujuan
meningkatkan pertumbuhan dan memudahkan bibit yang tumbuh dapat menerima
cahaya matahari yang cukup dan merata (Gambar 2)
pecahan batu
Pembibitan yang menggunakan media rockwool dilakukan dengan memasukkan 1-2
biji ke dalam lubang-lubang yang telah di buat. Biji yang dimasukkan ke dalam
lubang tidak boleh terlalu banyak, sebab nantinya jika tanaman sudah besar
tanaman akan terus bersaing untuk mencari nutrisi sehingga tanaman sulit
berkembang.
Media rockwool ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembapan dan
kandungan air hingga beberapa waktu. Juga banyaknya serat di media ini
mengakibatkan air dan udara bisa beredar, sehingga biji mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pada bedengan atau tempat penyemaian benih yang
tidak dialiri air secara otomatis, dilakukan penyiraman dua kali dalam satu hari,
agar benih tercukupi kebutuhan air dan nutrisinya (Gambar 3). Pada umumnya
pembibitan dengan metode seperti ini banyak digunakan untuk pada budidaya
berbagai model hidroponik bukan hanya model NFT saja.
Untuk penyemaian benih dari semua tanaman sayuran ukuran nutrisi yang
digunakan lebih sedikit perbandingannya nutrisinya dengan air dibandingkan
dengan saat pembesaran. Pada pembenihan ukuran perbandingannya yaitu 5 cc
nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/2 liter air, sedangkan untuk pembesaran tanaman yaitu 5
cc nutrisi A dan 5 cc nutrisi B/1 liter air, (5 cc = satu tutup botol akua). Hal ini
dikarenakan pada saat pembenihan yang dipakai adalah biji. Di dalam biji itu
sendiri sudah tersedia cadangan makanan sebagai energi untuk pertumbuhan biji
tersebut, maka nutrisi yang diperlukan cukup sedikit saja. Seperti yang dikatakan
oleh Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002), bahwa di dalam biji sudah tersedia
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan biji tersebut hingga muncul daunnya,
dan setelah tumbuh maka akan berkurang cadangan makanan tersebut, sehingga
tanaman akan lebih banyak lagi membutuhkan nutrisi dari luar.
Pupuk cair (nutrisi) biasanya adalah pupuk AB mix yang terdiri dari pupuk paket A
dan paket B. Pupuk A mengandung unsur Ca, yang dalam keadaan pekat tidak
boleh dicampur dengan sulfat dan fosfat yang ada dalam pupuk B. Hal tersebut
perlu dihindarkan agar tidak terjadi proses pengendapan yang mengakibatkan
unsur-unsur tersebut tidak dapat diserap oleh tanaman sehingga diperlukan air
untuk mencampurkan kedua paket pupuk tersebut. Dalam pupuk A umumnya
terdapat 3 unsur, yaitu calsium-amonium-nitrat (5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O),
kalium-nitrat (KNO3), dan Fe-EDTA. Dalam pupuk B terdapat 10 unsur, yaitu kaliumdi-hidro-fosfat (KH2PO4), ammonium-sulfat ((NH4)2SO4), kalium-sulfat (K2SO4),
magnesium-sulfat heptahidrat (MgSO4.7H2O), mangan-sulfat tetrahidrat
(MnSO4.4H2O), tembaga (kupro)-sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O), seng-sulfat
heptahidrat (ZnSO4.7H2O), asam borat (H3BO3), dan ammonium-hepta-molibdat
tetrahidrat ((NH4)6No7.4H2O) (Moekasan dan Prabaningrum, 2011).
Dalam menyediakan nutrisi, pH merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
juga. Tanaman hidroponik tumbuh baik dan subur dalam suasana air yang agak
asam, mendekati netral (pH 6--6,5). Dalam suasana ini tanaman dapat menyerap
unsur hara lebih banyak, sehingga mampu tumbuh dengan pesat daripada
disuasana yang terlalu asam ataupun disuasana terlalu basa (Soeseno, 1997). Pada
dasarnya pH itu mempengaruhi kelarutan nutrisi, dan jika dalam nutrisi ini pH nya
normal (sesuai dengan aturan), maka kelarutannya juga normal, sehingga tanaman
akan mudah dalam mengambil nutrisi.
B.
Setelah bibit berumur 15 hari (semua tanaman sayur), bibit yang sudah tumbuh
kemudian diambil dan persiapkan untuk disub kultur. Bibit yang ditanam dari
pecahan batu kecil-kecil dibungkus dengan rockwool kemudian di tempatkan dalam
wadah bekas agar-agar (jelly). Untuk bibit yang awalnya disemai di rockwool, bibit
diambil beserta rockwoolnya. yaitu dengan dipotong sedikit bagian rockwool yang
ada disekitar tumbuhnya bibit, untuk disub kultur. Sebelum sub kultur
dilakukan, styrofoam dari medium yang sudah dipanen tanamannya dicuci terlebih
dahulu, dan nutrisinya ditambahkan setiap pagi harinya jika berkurang. Kemudian
biasanya bibit yang dari rockwool disub kultur di media hidroponik NFT, sedang
yang dari substrat pecahan batu kecil-kecil disub kultur ke medium aeroponik..
Pemindahan atau sub kultur bibit dari medium bibit dilakukan pada saat umur
15 hari. Sebelum disub kultur terlebih dahulu bibit yang berasal dari krikil/pecahan
batu bagian batang bawahnya lapisi dengan rockwool dan wadah bekas jelly, lihat
(gambar 4). Fungsi dari pelapisan rockwool tersebut adalah untuk tanaman agar
tetap berdiri saat dipindah tanam. Selain itu juga untuk mengaitkan pada dinding
lubang styrofoam atau fiber agar tidak jatuh ke bawah ketika ditanam di media
aeroponik atau ditanam pada media NFT. Bibit yang berasal dari
medium rockwool dipotong kotak-kotak mengelilingi bibitnya, kemudian ditanam
pada medium NFT, (Gambar 5). Pada penanaman dengan balok rockwool tanaman
tidak akan tenggelam karena pada medium NFT terdapat dasar talang yang
berfungsi penyangga tanaman dan sebagai tempat aliran nutrisi. Penanaman pada
produksi tanaman caisim, bayam, dan selada biasanya dilakukan tidak pada pagi
hari, tetapi dilakukan pada siang menjelang sore hari. Hal ini dikarenakan agar
pada awal penanaman, tanaman tidak terlalu lama terkena paparan panas
matahari. Tanaman yang pada saat awal penanaman belum dapat beradaptasi
dengan sempurna sehingga tanaman yang lama terkena paparan sinar matahari
tanaman akan mudah layu.
Gambar 4. bibit siap tanam yang Gambar 5. bibit siap tanam dari Dibungkus
wadah jelly untuk
medium Rockwool
ditanam dimedia aeroponik.
Kemiringan talang pada NFT yang diterapkan dalam budidaya tanaman sayur di
parung ini adalah sebesar 5%. Menurut Karsono, Sudarmojo dan Sutiyoso (2002),
semakin besar kemiringan maka akan semakin baik perkembangan atau
produktivitas tanaman, karena air mengalir lebih cepat dan akan menghasilkan
lebih banyak oksigen untuk proses metabolisme tanaman. Akan tetapi jika aliran air
terlalu cepat juga tidak terlalu baik, karena akar akan sulit untuk menyerap nutrisi
yang terus mengalir cepat. Kecepatan aliran air yang diterapkan di Parung Farm
adalah 2 liter/menit. Kecepatan aliran nutrisi atau ketebalan aliran nutrisi bisa diatur
dengan menyesuaikan volume nutrisinya, dan bisa juga dengan mengatur
kemiringan media.
Pengontrolan terhadap kepekatan kandungan unsur hara juga merupakan hal yang
sangat penting dilakukan setiap saat. Larutan unsur hara yang tetap terjaga
kandungan haranya harus memiliki kepekatan sekitar 1,2 2,5 ms/cm. Kontrol
untuk mengukur kepekatan cairan nutrisi dapat dilakukan dengan menggunakan EC
meter (Electrical Conductivity) atau secara manual dengan melihat keadaan fisik
dari larutan pupuk (kekentalan larutan). Selain itu bisa juga dengan melihat
keadaan fisik tanaman (tanaman yang kekurangan nutrisi dapat dilihat dari daun
yang mulai menunjukan perubahan warna (agak kekuning-kuningan) (Karsono,
Sudarmojo dan Sutiyoso 2002). Kenaikan pada larutan EC tidak boleh terlalu drastis
karena sangat mempengaruhi metabolisme tanaman. Pengaruhnya sangat
signifikan pada tanaman dewasa. Penurunan EC yang drastis menyebabkan daundaunnya menjadi kaku dan sulit tumbuh yang disebabkan kandungan unsur hara
terlarut sangat sedikit. Besarnya kenaikan dan penurunan EC harus dapat dijaga
seminimal mungkin yaitu sebesar 1,2-2,5 ms/cm.
C.
Pemanenan
Panen dilakukan setiap hari pada waktu pagi mulai dari pukul 07.00 WIB. Sayuran
yang dipanen adalah yang sudah berumur sekitar 27-28 hari untuk kangkung, untuk
bayam sekitar 32-33 hari, dan untuk selada panen dilakukan setelah berumur
sekitar sekitar 44-45 hari dari bibit sampai panen.Panen dilakukan secara manual
dengan cara mencabut tanaman sampai ke akarnya. Pada tanaman sawi, petsai dan
selada pemanenan harus dilakukan secara hati-hati, karena batang tanaman ini
mudah untuk patah.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya teknik penanaman tanaman secara hidroponik pada model NFT
adalah mengalirkan air dan nutrisi secara tipis pada akar tanaman dengan cara
terus-menerus/kontinyu, dengan cara menetapkan kemiringan media tanam yang
sesuai.
Kelebihan pada model NFT ini diantaranya, nutrisi yang dialirkan pada akar
tanaman tersebar secara merata, relatif mudah diaplikasikan dibanding dengan
model yang lain dan tidak memerlukan timer. Kekurangan model NFT adalah harus
memerlukan greenhouse dan listrik. Jika listrik mati dalam waktu 12 jam atau lebih,
maka tanaman bisa mengalami kematian. Selain itu, resiko pada semua model
hidroponik adalah tanaman mudah patah.
B.
Saran
Berdasarkan permasalahan yang terlihat bahwa sistem NFT sangat tergantung pada
listrik, greenhouse dan butuh keahlian khusus. Jadi jika ingin melakukan budidaya
dengan kapasitas yang lebih besar diusahakan untuk memiliki diesel atau sumber
listrik yang lainya jika belum punya, serta perlu dilakukan lagi penelitian yang
terkait dengan kekuatan tanaman agar tidak mudah patah, misalkan dengan cara
menambahkan unsur-unsur tertentu yang bisa membuat tanaman menjadi kuat ke
dalam larutan nutrisi, misalnya unsur Ca.
DAFTAR PUSTAKA
Susila, A. D., dan Yuni, K. (2004). Pengaruh volume dan jenis media tanam pada
pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi hidroponik
sistem terapung (Electronic Version). Bul. Argon. 32 (3), 16-21.
Wachjar, A., dan Anggayuhlin, R. (2013). Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi
Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik
melalui Pengaturan Populasi Tanaman (Electronic Version). Bul Argohorti 1 (1), 127134.
LAMPIRAN