Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROPONIK

LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROPONIK
Penyetingan Serta Menguji NFT (Nutrient Film Technique) dan
Pembibitan Tanaman Sayuran

Diusun oleh :
Nur Cholis Majid
C1003032

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


POLITEKNIK BANJARNEGARA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
a. Mengetahui cara mengeset hidroponik NFT dan rakit apung
b. Menguji system kerja masing-masing alat
c. Mengetahui cara pembibitan tanaman
1.2 Latar Belakang

Hidroponik merupakan salah satu teknik pertanian modern yang sering terdengar dalam
dunia pertanian khususnya dalam ruanglingkup Fakultas Pertanian, namun praktikum atau
pembelajaran tentang hidroponik masih kurang sehingga menimbulkan inisiatif bagi penulis
untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan tentang hidroponik sayuran untuk menambah
wawasan tentang teknik bercocok tanam. Selain itu sayuran merupakan salah satu tanaman
pangan penting bagi ketahanan pangan nasional. Tanaman ini memiliki karagaman yang luas dan
menjadi sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan berbagai mineral penting bagi tubuh.
Produksi di Indonesia mengalami peningkatan dengan laju peningkatan sekitar 7 22,4% per
tahun. Sedangkan konsumsi sayuran per tahun tercatat 44 kg/kapita/tahun (Suwandi 2009).
Peningkatan produksi sayuran di Indonesia umumnya disebabkan adanya pembukaan
areal tanam baru. Namun, pembukaan areal tanam baru dapat menimbulkan peningkatan biaya
produksi. Selain itu penggunaan input kimiawi (pestisida) yang tidak terkontrol menyebabkan
produksi dan kualitas sayuran menurun. Oleh karena itu diperlukan teknik budidaya yang
memerhatikan penggunaan input sesuai kebutuhan tanaman (Suwandi 2009).
Salah satu solusi teknik budidaya yang dapat memenuhi input sesuai kebutuhan tanaman
adalah teknik budidaya tanaman pada media tanam selain tanah dengan pemberian komposisi
dan jumlah unsur hara yang tepat. Budidaya tanaman menggunakan teknik ini dapat
menghasilkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin (Sudarmodjo 2008).
Sejarah perkembangan teknik hidroponik dimulai dengan penelitian yang berkaitan
dengan kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dua ilmuan, Sach dan Knop,
berhasil menunjukan bahwa suatu tanaman dapat hidup dalam media inert (tidak menimbulkan
reaksi kimia yang menggangu) yang diberikan sebuah larutan unsur hara. Penelitian ini
menunjukan bahwa larutan yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur
(S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) merupakan unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh
tanaman (makronutrien). Penelitian lebih lanjut menunjukan tanaman juga memerlukan unsurunsur seperti besi (Fe), klorin (CI), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu), dan
molybdenum (Mo) dalam jumlah kecil (mikronutrien) (Resh 1980).
Pengetahuan ini menyebabkan penelitian-penelitian lain mulai difokuskan utuk membuat
suatu larutan yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Beberapa formula unsur hara
tanaman berhasil ditemukan oleh para ahli seperti Tollens (1882), Tottingham (1914), Shieve
(1915), Hoagland (1919), Trelease (1933), Arnon (1938), dan Robbins (1946). Formula unsur
hara tanaman yang ditemukan tersebut masih digunakan di laboratorium sampai sekarang (Resh
1980).
Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki barbagai keuntungan.
Roberto (2004) menyatakan beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini
adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat
meniadakan penggunaan pestisida; mengurangi penggunaan areal tanam yang luas;
meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu teknik dapat
mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, dan kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas hasil yang terjamin (Sudarmodjo 2008).
Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik sangat ditentukan
oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bartanam dengan teknik hidroponik akan
memudahkan para petani dalam mengatur kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman
secara langsung. Pengaturan secara kebutuhan input tanaman secara langsung dapat
mengoptimalkan potential genetic tanaman yang dibudidaya dan peningkatan hasil panen (Resh
1980, Sudarmodjo 2008).

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
a. Perlengkapan hidroponik NFT
b. Perlengkapan hidroponik rakit apung
c. Ember, selang, dan selotip
d. Meteran dan stopwatch
e. Gelasa ukur plastic
f. Nampan
g. Bibit tanaman sayuran daun
h. Arang sekam
i. Semprotan/sprayer
2.2 Prosedur Kerja
Mengeset dan Menguji NFT dan Rakit apung
a. Siapkan perlengkapan dan pipa yangakan diset, cuci terlebih dahulu bagian dalamnya sampai
bersih menggunakan detergen dan busa.
b. Setting hidroponik NFT seperti pada gambar,
c. Ukur beda tinggi (H) dan panjang hidroponik (L),
d. Kemudian tentukan kemiringan (S) : S=H/L
e. Atur agar debit masing-masing pipa antara 0,3-0,75 L/menit dengan mengatur bukaan laran air
(bukaan , , dan penuh).
f. Tampang volume air (V) pada masing-masing pipa untuk waktu sekitar 1 menit (t).
g. Lalu hitung debit air pada masing-masing pipa : Q=V/t (dalam L/menit)

Pembibitan
a. Ambil nampan dan diisi dengan media arang sekam.
b. Basahi media dengan air menggunakan semprotan, tapi jangan sampai menggenan.
c. Lalu tebarkan bibit tanaman secara merata di atas media pembibitan dan siram tipis-tipis
menggunakan semprotan
d. Letakkan ditempat teduh.
e. Dan terakhir siram dengan air setiap hari jangan sampai kering atau menggenangi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Panjang
Bagian atas-Bagian bawah
a) Bukaan penuh

=148
=51-33
=
= 12,162 = 12,2 %

No
1
2
3
4
Rata-rata

= 9,305

Debit Air
1 Liter
1 Liter
1 Liter
1 Liter

= 6,45 liter/menit

Waktu
11,57
8,37
7,91
9,37

b) Bukaan 3/4
No
Debit Air
Waktu
1
1 Liter
19,59
1 Liter
2
10,72
1 Liter
3
13,91
1 Liter
4
12,72
Rata-rata = 9,305

= 4,215 liter/menit
c) Bukaan 1/2
No
Debit Air
Waktu
1
1 Liter
17,34
1 Liter
2
16,57
1 Liter
3
15,25
1 Liter
4
21,71
Rata-rata = 9,305

= 3,386 liter/menit
3.2 Pembahasan
Hidroponik merupakan salah satu teknik penanaman yang cukup unik karena dimana
media bukan menggunakan tanah seperti penanaman tanaman yanng lalinnya, biasanya pada
hidroponok medianya adalah air meskipun ada media yang lain seperti arang yang biasa
digunakan untuk menanam bunga anggrek.
Pada praktikum kali ini ialah media yang digunakan adalah air denagn bantuan alat yang
telah dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah tanaman hidup. Metode
hidroponik yang digunakan ialah metode NFT atau Nutrient film technique, dimana tanaman
dibiarkan menggantuk diataas permukaan air dan hanya akarnya yang menyentuh air yang telah
diberi kandungan kandungan pupuk dan air tersebut bersirkulasi selam 24 jam.
Sebelum menanam bibit harus dilakukan penyetingan alat terlebih dahulu untuk
mempermudah tanaman diletakkan dan tumbuh, yaitu langkah yang pertama adalah mencuci
bagian dalam terlebih dahulu pralon yang akan digunakan dengan menggunakan deterjen dan
dan busa, supaya tidak ada bakteri yang menempel dialat yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Kemudian letakan pralon yang akan digunakan sebagai media pada besi untuk
menopang dan bok yang digunakan untuk tempatair yang telah diberi nutrient yang akan
dialirkan dengan bantuan pipa kecil yang dialirkan dengan menggunakan keran dan dibantu
sirkulasinya menggunakan pompa mini. Pralon yang di topang dengan menggunakan bok harus
lebih rendah di bandingkan dengan bagian pralon yang ditopang dengan bok, hal ini dilakukan
untuk mempermudah agar nutrient atau air akan terus mengalir, ukur panjang pada bagian atas
dan bawah peralon. Untuk memperlancar pertumbuhan atau untuk menambah daya kerja, debit
air haruslah dihitung. Yang pertama yaitu masukan pipa kecil ke dalam alat yang berada di
dalam bok yang berisi air, sambungan dengan menggunakan stop kontak/pompa yang membantu
mengalirkan air yang beraliran listrik. Buka keran dengan bukaan penuh, 3/4, dan 1/2, hal ini

dilakukan untuk perbandingan, dengan debit air sebanyak 1 liter . pada setiap bukaan memiliki
waktu yang berbeda-beda dalam memperoleh debit air sebanyak 1 liter.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengesetan alat perlu dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan
dibudidayakan dengan menggunakan metode NFT. Dan sistem kerja harus diuji agar mengetahui
bagaimana proses sistem kerja dari hidroponok NFT dapat berjalan. Cara penghitungan tersebut
dengan menghitung debit air dalam tiap liternya dan berapa jumlah waktu yang dibutuhkan pada
debit air yang keluar dalam 1 liter tersebut, penghitungan dibantu dengan bantuan alat
Stopwatch. Penghitungan dilakukan dengan beberapa metode, yaitu bukaan penuh, bukaan
dan bukaan .

DAFTAR PUSTAKA
http://andy-hamonangan.blogspot.com/2009/06/peralatan-hidroponik-floating-rakit.html (Diakses
tanggal 7 Maret 2012)
http://hijaunya.wordpress.com/category/laporan-praktikum/ (Diakses tanggal 6 Maret 2012)
http://taufikagt.blogspot.com/2011/02/rakit-apung.html (Diakses tanggal 6 Maret 2012)
http://wibowo19.wordpress.com/2009/10/28/hidroponik/ (Diakses tanggal 6 Maret 2012)

Anda mungkin juga menyukai