Budidaya Anggrek Phalaenopsis Sp. Di Bal
Budidaya Anggrek Phalaenopsis Sp. Di Bal
Oleh:
Dyah Estriana P
NIM A1L011099
Oleh:
Dyah Estriana P
NIM A1L011099
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian/Teknologi Pertanian pada Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
Oleh:
Dyah Estriana P
NIM A1L011099
Mengetahui:
Pembantu Dekan I,
Pembimbing
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karuniaNya, sehingga penulisan laporan praktik kerja lapangan ini yang berjudul
Teknik Budidaya Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis sp.) di Balai Penelitian
Tanaman Hias (BALITHI) Cianjur, Jawa Barat berhasil diselesaikan. Penulisan
laporan praktik kerja lapangan ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto atas ijin praktik
kerja lapangan.
2. Ir. Agus Sarjito, M. Sc., selaku pembimbing praktik kerja lapangan, yang
telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan laporan
praktik kerja lapangan.
3. Dr. Ir. Suskandari Kartikaningrum., MP., selaku pembimbing di Balai
Penelitian Tanaman Hias, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam melaksanakan praktik kerja lapangan.
4. Kedua orang tua, yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam
pelaksanaan dan penulisan laporan praktik kerja lapangan.
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan maupun
penulisan laporan praktik kerja lapangan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
I.
II.
III.
IV.
V.
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................... 4
C. Manfaat............................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6
A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Anggrek Bulan....................... 6
B. Syarat Tumbuh Anggrek Bulan........................................................11
C. Teknik Budidaya Anggrek Bulan.....................................................14
D. Hama dan Penyakit Tanaman Anggrek Bulan..................................20
METODE PRAKTIK KERJA LAPANG................................................23
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan................23
B. Materi Praktik Kerja Lapangan........................................................23
C. Metode Pelsaksanaan Praktik Kerja Lapangan................................23
HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................25
A. Gambaran Umum Lokasi PKL.........................................................25
B. Budidaya Tanaman Anggrek Phalaenopsis di BALITHI.................34
C. Permasalahan dan Evaluasi di Lokasi PKL......................................66
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................67
A. Kesimpulan.......................................................................................67
B. Saran.................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................69
LAMPIRAN....................................................................................................72
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman
10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang
mempunyai lebih dari 4000 spesies anggrek yang tersebar di pulau-pulau
Indonesia. Hongkong, Singapura, dan Amerika Serikat merupakan negara yang
cukup banyak meminta anggrek dari Indonesia. Hal ini menimbulkan tingginya
minat masyarakat untuk memelihara dan mengelola tanaman anggrek sebagai
tanaman komersil, karena peluang pasar di dalam dan luar negeri yang masih
terbuka. Anggrek sebagai tanaman bunga potong yang mempunyai arti penting
dalam dunia perdagangan bunga, sehingga bunga anggrek merupakan sumber
devisa potensial bagi negara disamping dapat menjadi sumber penghasilan bagi
petani yang membudidayakannya (Sutater, 1996 dalam Kartikaningrum et al.,
2006).
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna
bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta fase hidup yang
panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri
dibandingkan tanaman hias lainnya sehingga banyak diminati oleh konsumen baik
dari dalam maupun luar negeri. Salah satu jenis anggrek yang paling banyak
digemari dan dikembangkan oleh banyak orang yaitu anggrek Phalaenopsis.
Anggrek Phalaenopsis secara alami tumbuh di Indonesia, Filipina, Thailand,
11
Taiwan, Malaysia dan lain sebagainya, dimana 65% diantaranya asli Indonesia
(Haryani dan Sayaka, 1993).
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Harga tanaman per pot berkisar antara Rp.
22.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 untuk tanaman yang belum berbunga
(Widyas, 2009).
Plasma nutfah anggrek bulan di Indonesia tersebar dan tumbuh alami di
Maluku, Sulawesi, Ambon, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Phalaenopsis
sekarang sangat langka, jarang dijumpai karena plasma nutfahnya sudah banyak
yang diambil untuk dijadikan indukan persilangan dengan jenis anggrek alam
lainnya (Iswanto, 2001). Menurut Sutater dan Irawati dalam Muhit (2010) luas
panen, produksi dan produktivitas anggrek di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Pada kenyataannya Industri anggrek di Indonesia masih tertinggal jauh
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Thailand, Taiwan, Singapura dan
Australia. Penyebabnya antara lain adalah skala usaha yang relatif kecil,
kurangnya ketersediaan bibit unggul yang relatif mahal, serta kurangnya informasi
pasar dan permodalan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas anggrek adalah memproduksi
tanaman anggrek sesuai dengan standar mutu internasional. Menurut Dirjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2005) kriteria mutu tanaman anggrek
Phalaenopsis dalam pot untuk ekspor dilihat dari diameter daun (10-12 cm, 16-18
cm, dan 25-30 cm), jumlah daun (3 helai, 3.5 helai, dan 4 helai), perakaran yang
sehat, bentuk tanaman proporsional dengan daun tegak dan bebas OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) baik hama, penyakit maupun gulma. Kriteria
12
13
Tujuan
14
C.
Manfaat
15
A.
Phalaenopsis adalah salah satu genus anggrek yang memiliki kurang lebih
2000 spesies dengan jumlah varietasnya sekitar 140 jenis dan 60 diantaranya
terdapat di Indonesia. Nama Phalaenopsis berasal dari Yunani, yaitu Phalaenos
yang berarti ngengat atau kupu-kupu dan opsis bentuk atau penampakan. Anggrek
bulan merupakan tanaman anggrek yang termasuk dalam genus Phalaenopsis
(Djaafarer, 2003). Kedudukan tanaman anggrek bulan dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Orchidales
Suku
: Orchidaceae
Marga
: Phalaenopsis
Jenis
: Phalaenopsis sp.
Susunan tubuh tanaman anggrek bulan terdiri dari bunga, buah, biji, daun,
batang, dan akar. Tanaman anggrek bulan secara keseluruhan dapat dilihat pada
Gambar 1.
16
17
terdapat bagian lain yang disebut tugu, yaitu perpanjangan gagang bunga (bakal
buah), dibentuk oleh penyatuan putik dan benang sari (Kencana, 2007).
Warna bunga putih bersih dengan sedikit variasi kuning dan bintik
kemerahan di bibir bunga. Bunga anggrek Phalaenopsis juga memiliki motif yang
beragam diantaranya motif titik-titik, garis-garis, blok dan sembur (splash).
Susunan bunganya sangat artistik, tersusun rapi, menjuntai ke bawah, dan
berselang-seling (Setiawan, 2005). Bibir kedua cuping samping tegak melebar dan
bagian tepi depannya berwarna kuning dengan garis kemerahan. Buah berbentuk
bulat lonjong, berukuran 7,5 x 1,3 cm (Puspitaningtyas, 2010). Bunga anggrek
bulan dapat dilihat pada Gambar 2.
18
19
sedikit meruncing, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 5-8 cm. Daun anggrek
bulan dapat dilihat pada Gambar 4.
20
atau akar aerial merupakan akar yang keluar dari batang atas. Akar udara atau akar
aerial yang tidak melekat pada batang pohon tidak ditumbuhi rambut akar. Akar
aerial yang masih aktif ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan atau kuning
kecoklatan, licin dan mengkilat. Akar aerial ini mempunyai lapisan sel atau
jaringan yang disebut velamen yang bersifat spongy (berongga). Jaringan tersebut
berfungsi untuk memudahkan akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit
pohon inang dan membasahi akar udara. Akar udara berperan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena berkemampuan menyerap unsur
hara dan sebagai alat pernafasan anggrek (Utami dkk, 2007).
Anggrek bulan memiliki karakter tumbuh monopodial, sehingga tidak
menghasilkan anakan ke samping. Dalam hal ini, perbanyakan Phalaenopsis akan
lebih efektif dilakukan secara generatif daripada vegetatif. Proses perkecambahan
biji dilakukan di laboratorium, yaitu dalam medium agar buatan yang dilakukan
secara steril (Puspitaningtyas, 2010).
B.
Syarat Tumbuh Anggrek Bulan
1. Ketinggian Tempat dan Curah Hujan
Anggrek bulan dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dan
umumnya hidup pada ketinggian 50-600 m dpl, juga dapat berkembang dengan
baik pada ketinggian 700-1.100 m dpl. Anggrek ini tumbuh epifit atau menempel
di pohon yang cukup rindang dan menyukai tempat yang teduh serta lembab,
terutama di hutan basah dengan curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
2. Intensitas Cahaya
21
22
C.
23
24
yang
belum
berkembang
atau
belum
matang
sehingga
25
drainase baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara, mudah didapat dalam jumlah
yang diinginkan, mudah ditangani dan relative murah harganya (Kencana, 2007).
2. Penanaman
Sarana penanaman untuk menanam anggrek berupa pot dan penopang.
Penopang sangat diperlukan agar anggrek tidak mudah rebah. Pot yang digunakan
adalah pot tanah, pot plastik atau kotak kayu, sedangkan untuk penopang yang
digunakan biasanya kawat atau bambu.
Penanaman anggrek pada umumnya menggunakan pot yang berbahan dasar
tanah liat. Pot tanah memiliki keunggulan yakni tidak panas dan dapat
merembeskan air siraman anggrek, sedangkan pot plastik mudah panas jika hawa
udara sedang panas, tidak bisa merembeskan air siraman kecuali diberi lubang.
Dalam melakukan penanaman anggrek, media tanamnya bisa menggunakan arang
kayu, pakis ataupun pecahan bata dan genting. Untuk penanaman bibit anggrek
yang baru keluar dari botol, maka harus menggunakan pakis lembut dan arang
kayu yang terlebih dulu dipanaskan biar steril dari bakteri dan hewan lainnya.
Bibit anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah
mencapai 1 cm dan sudah muncul 2-3 buah akar dikeluarkan secara perlahan dari
botol menggunakan kawat yang dibengkokkan ujungnya. Anggrek yang baru
dikeluarkan di tanam dalam kompot dengan menggunakan media tanam bagian
bawah arang kayu dan bagian atas pakis lembut. Tiga bulan kemudian, tanaman
dipindahkan ke single pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm atau 10 cm dan
ditanami 3-5 tanaman. Pot diisi media 2/3 bagian, kemudian dimasukkan larutan
fungisida 2 ml/l dan larutan pupuk organik 2 ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan
26
pemindahan tanaman (repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18
cm dan ditanami 1 tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan
yang baru (Risa, 2007).
3. Pemeliharan
Pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama
penyakit. Selain itu, agar anggrek dapat tumbuh dan berbunga memuaskan,
cahaya dan lingkungannya juga harus diperhatikan.
a. Pemupukan
Pemupukan yang banyak dilakukan pada tanaman anggrek yaitu pemupukan
lewat daun, karena lebih efektif dibandingkan cara lain. Alasan logisnya adalah
daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu
menyerap 10% (Iswanto, 2001). Pemupukan yang dilakukan melalui daun,
kandungan unsure hara dalam pupuk akan masuk ke dalam jaringan tubuh
tanaman melalui pembuluh daun atau kutikula. Alat yang biasa digunakan untuk
pemupukan melalui daun yaitu alat semprot. Umumnya konsentrasi larutan pupuk
daun yang digunakan untuk tanaman anggrek sebanyak 2 g/liter air, namun
keadaan tersebut bisa berubah tergantung kondisi tanaman (Fatmawati dan
Susiyanti, 2004). Pemupukan dilakukan satu kali per minggu, waktu yang baik
untuk menyemprotkan pupuk adalah antara pukul 07.00-09.00 atau pukul 15.0017.00, sebab pada jam-jam tersebut penguapan yang terjadi sangatlah sedikit
sehingga bahan makanan dapat lebih banyak diserap oleh daun (Iswanto, 2001).
Jenis pupuk yang dipakai untuk anggrek umumnya berupa pupuk majemuk,
yaitu pupuk yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur
27
hara makro adalah unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman contohnya C, H,
K, N, P, S, Mg, dan Ca. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang sedikit
dibutuhkan tanaman contohnya Cu, Zn, Mo, Cl, dan Fe. Aplikasi pemberian
pupuk harus menyesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman. Untuk
membedakan kebutuhan pupuk dari setiap fase pertumbuhan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Perbedaan Kebutuhan Pupuk Setiap Fase Pertumbuhan.
Fase Pertumbuhan
Seedling
60%
30%
10%
1 g/liter air
Tanaman muda
30%
30%
30%
2 g/liter air
Tanaman dewasa
10%
10%
10%
2 g/liter air
28
29
1. Kutu Wol (Pseudococcus sp.) sering disebut pula sebagai kutu sisik. Tubuh
kutu ditutupi bahan semacam lilin yang berwarna putih. Stadium nimfa
biasanya hidup secara bergerombol dan mampu bergerak dengan cepat.
Kutu wol biasanya hidup di ketiak daun dan ujung akar tanaman anggrek
bulan. Serangan hama ini menyebabkan tanaman menjadi kurus dan kering,
karena hama ini mengisap cairan tanaman dan mengganggu proses
fotosintesis tanaman. Gejala visual yang dapat diamati akibat serangan kutu
wol adalah tanaman menguning, kemudian berubah menjadi cokelat dan
akhirnya mati.
2. Keong atau bekicot (Achantina fulica F.). Hama ini menyerang tanaman
anggrek bulan dengan cara memakan tunas atau daunnya sehingga
menyebabkan bagian tanaman menjadi rusak tidak beraturan. Misalnya,
daun menjadi bolong-bolong atau tunasnya habis dimangsa.
3. Kumbang penggerek bunga (Lema sp.). Stadium hama yang merusak
tanaman adalah larva. Larva bersembunyi pada daun atau kuntum bunga.
Hama ini biasanya menyerang kuntum bunga, sehingga menyebabkan
kuntum bunga menjadi rusak berlubang-lubang dan ditutupi dangan kotoran
hama.
4. Kumbang penggerek akar (Diaxenes phalaenopsidis). Stadium hama yang
merusak tanaman anggrek bulan adalah larva dan kumbang. Larva dan
kumbang menyerang tanaman dengan membuat lorong pada akar udara,
atau kadang-kadang dengan menggerek daun. Gejala serangan yang dapat
30
diamati secara visual adalah adanya bekas gerekan tidak merata pada akar
atau daun tanaman anggrek bulan.
5. Tungau merah (Tenuipalpus orchidarum). Tungau menyerang tanaman
dengan cara mengisap cairan permukaan daun bagian bawah. pada awal
serangan, timbul bercak-bercak kecil, yang kemudian berubah menjadi
kemerah-merahan dan akhirnya kering.
6. Kumbang
penggerek
batang
(Orchidophilus
aterrimus). Kumbang
31
yang sehat. Daun menjadi lunak dan berair, turgornya hilang, dan
mengeluarkan bau yang khas. Penyakit ini akan menjalar ke bagian pucuk
tanaman (titik tumbuh) sehingga dalam waktu singkat tanaman akan mati.
32
33
34
berdasarkan
Surat
Keputusan
menteri
Pertanian
Nomor
35
: Kampung Landbow
Sebelah Selatan
: Kampung Sindanglaya
Sebelah Barat
Sebalah Timur
: Kampung Sukasari.
36
Tinggi tempat
Jenis tanah
: Andosol
pH
: 5,5 6
Suhu tanah
Struktur tanah
Warna tanah
Tekstur tanah
Topografi
: Berbukit
Tipe iklim
: 3042 mm/tahun
: 16,2oC
: 88%
Penguapan
: 3,2 mm/hari
Radiasi matahari
: 246 kal/cm/hari
37
Misi
Dalam upaya pencapaian Visi dan pelaksanaan tupoksi, Balithi menetapkan
Misi sebagai berikut :
a. Menghasilkan,
mendiseminasikan,
dan
merekomendasikan
surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
38
39
Berdasarkan data Sub Bag Tata Usaha Balithi, data pendidikan sumber daya
manusia yang ada di Balai Penelitian Tanaman Hias per tanggal 31 Desember
2013 dapat dilihat pada Gambar 5.
40
Peneliti Utama
Peneliti Madya
Peneliti Muda
Peneliti Pertama
Peneliti non Klas
: 04 orang
: 11 orang
: 8 orang
: 13 orang
: 1 orang
Penelitian Tanaman Hias merupakan unit pelaksana teknis bidang penelitian dan
pengembangan tanaman hias, di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian.
b. Fungsi Balai Penelitian Tanaman Hias
41
penelitian
disalurkan
42
melalui
seminar-seminar
ilmiah,
Mutu
Perbaikan Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit
Fisiologi Hasil dan Biokimia
Aplikasi Bioteknologi dalam Perbaikan Genetik dan Kualitas Benih
Analisis Komoditas dan Identifikasi Masalah Pelaku Bisnis Tanaman
Hias
d. Fasilitas
Balai Penelitian Tanaman Hias mempunyai tiga Kebun Percobaan (KP)
yaitu :
1) Kebun Percobaan Segunung, berlokasi di Balai Penelitian Tanaman
Hias, Segunung Pacet.
Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Segunung lebih
diutamakan untuk koleksi plasma nutfah, hama dan penyakit
tanaman serta pengembangan teknologi agronomi. Fasilitas yang
tersedia yaitu rumah kaca, rumah sere, rumah paranet, dan rumah
plastik.
2) Kebun Percobaan Cipanas, berlokasi di Cipanas sekitar 3 km dari
kantor utama BALITHI.
Kegiatan penelitian yang dilakukan di KP Cipanas lebih diutamakan
untuk
pengembangan
teknologi
benih
(perbenihan)
dan
43
budidaya
anggrek
Phalaenopsis
di
BALITHI
meliputi
44
(2013) merupakan suatu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan oleh tanaman
itu sendiri atau dengan bantuan manusia.
Perbanyakan tanaman anggrek Phalaenopsis di BALITHI dilakukan dengan
menggunakan
biji.
Biji
Phalaenopsis
didapat
dengan
cara
melakukan
45
3) Untuk induk jantan, pilih anggrek yang benang sarinya berwarna kuning
tua, bunganya tebal dan berwarna cerah.
4) Pilih kuntum bunga yang masih segar dan telah membuka penuh.
5) Penyilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman.
Teknik
yang
dilakukan
dalam
menyilangkan
dua
tetua
anggrek
(a)
(b)
Gambar 6. (a) Pengambilan pollen pada indukan anggrek Phalaenopsis jantan.
46
47
Nama Bahan
mg/l
akuades
KNO3
525
10.5
KH2 PO4
250
5
(NH4)2 SO4
500
10
MnSO4 4 H2O
15.0
0.15
B
Mg SO4 7 H2O
250
5
C
Na2EDTA
37.5
0.75
FeSO4 7 H2O
27.8
0.556
D
Ca3(PO4)2
200
Keterangan : Larutan stok D dibuat mendadak bila media akan dibuat, karena stok
D bersifat tidak tahan lama jika sudah dilarutkan.
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI)
A
48
1 liter
Pengambilan
Keterangan
2000 ml
Stok
Macro elements
NH4NO3
KNO3
CaCl2.2H2O
MgSO4.7H2O
KH2PO4
Micro elements
H3BO3
MnSO4.7H2O
ZnSO4.7H2O
Kl
Na2MoO4.7H2O
CuSO4.5H2O
CoCl2.6H2O
Fe-Chellate
Na2EDTA.2H2O
FeSo4.7H2O
1.65 g
1.9 g
0.44 g
0.37 g
0.17 g
33 g
38 g
8.8 g
7.4 g
3.4 g
6.2 mg
16.8 mg
10.6 mg
0.83 mg
0.25 mg
0.025 mg
0.025 mg
124 mg
338 mg
212 mg
16.6 mg
5.0 mg
0.5 mg
0.5 mg
37.3 mg
27.5 mg
746 mg
550 mg
Stok disimpan
10 ml/l
Stok disimpan
pada suhu 4oC
10 ml/l
10 ml/l
Untuk
melarutkan
bahan
49
yang
mengandung
Fe diperlukan
air
panas.
Simpan pada
suhu
4oC
dalam kondisi
gelap
Vitamin
Nicotinic Acid
0.5 mg
10 mg
Pyridoxine HCl
0.5 mg
10 mg
Thiamine HCl
0.1 mg
2.0 mg
10 ml/l
Glycine
2.0 mg
40 mg
Myo-inositol
100 mg
2000 mg
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI)
Stok disimpan
pada suhu 4oC
Larutan stok A
Larutan stok B
Larutan stok C
Larutan stok D
Pisang
Agar
Air kelapa
Gula pasir
: 10 ml/liter
: 10 ml/liter
: 10 ml/liter
: 0.2 gram dicampur dengan HCl 25% secukupnya
: 100 gram
: 7.5 gram
: 150 ml
: 20 gram
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat media Vacint and Went yaitu :
1) Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan media Vacint and Went
disiapkan (Gambar 7a),
2) Pisang, gula pasir dan akuades secukupnya diblender sampai halus,
50
(a)
(b)
Gambar 7. (a) Larutan stock, Gula, Agar, HCl, dan NaOH untuk pembuatan media
tanam VW. (b) Campuran semua bahan untuk pembuatan media
tanam VW.
Sumber : Dokumen Pribadi
6) Campuran bahan yang ada dibaskom (Gambar 7b), dimasak dan diaduk
merata hingga mendidih,
7) Kompor dimatikan setelah campuran bahan mendidih, kemudian baskom
berisi campuran bahan diangkat dan diletakkan kembali dimeja kerja,
8) Campuran bahan kemudian diberi NaOH secukupnya, tujuannya untuk
menyesuaikan pH media VW. pH optimal yang dibutuhkan yaitu 6,
51
9) Disiapkan botol-botol untuk media. Bahan media dimasukkan dalam botolbotol dengan ukuran 1/6 botol atau setara dengan batas garis lingkar bawah
pada botol,
10) Botol-botol yang telah diisi media, kemudian ditutup dengan penutup yang
terbuat dari karet. Penutup sedikit ditekan agar kencang, kemudian botol
ditutup kembali dengan kertas koran sebanyak 2 lapis dan diikat kencang
dengan menggunakan karet gelang (Gambar 8a). Tujuannya adalah agar
penutup botol yang terbuat dari karet tidak meleleh saat disterilkan dengan
menggunakan autoclave (Gambar 8b),
(a)
(b)
Gambar 8. (a) Botol media tanam yang telah terisi media dan siap untuk
disterilkan. (b) Autoclave yang digunakan untuk mensterilkan botolbotol media.
Sumber : Dokumen pribadi
11) Autoclave dipanaskan terlebih dahulu, agar udara atau uap kotor yang
tertinggal pada pemanasan sebelumnya hilang. Setelah itu, botol-botol yang
telah ditutup dimasukkan dalam autoclave, disusun dengan rapi agar
52
53
54
(a)
(b)
Gambar 9. (a) Pensterilan alat dengan mengelap alat menggunakan kapas.
(b) Pembelahan buah anggrek Phalaenopsis.
Sumber : Dokumen pribadi
c) Kultur Tangkai Bunga
Kultur tangkai bunga pada tanaman anggrek di BALITHI dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1) Tangkai bunga anggrek Phalaenopsis dicelupkan pada alkohol 100%,
2) Semua alat-alat di LAF disterilkan dengan disemprot alkohol 75% kemudian
dilap dengan menggunakan kapas bersih (Gambar 24),
3) Api bunsen dinyalakan dan alat-alat yang digunakan untuk kultur disterilkan
kembali dengan dicelupkan alkohol 100%, kemudian di flamir pada api
bunsen,
4) Botol media MS untuk kultur disterilkan dan dimasukkan dalam LAF,
5) Dua petridish diberi sedikit alkohol dan dibakar sebentar agar steril, setelah
itu tangkai yang direndam alkohol diambil dan diflamir sebentar (Gambar
10a),
6) Tangkai diletakkan pada petridish, kemudian seludang dibuka pada tiap
ruas-ruas tangkai secara perlahan agar tunas didalam seludang tidak rusak,
7) Dicari tunas yang masih hijau dan belum kering (Gambar 10b), setelah
ditemukan, bagian atas dan bawah mata tunas tangkainya dipotong dengan
55
Gambar 10. (a) Tangkai bunga Phalaenopsis diflamir pada api bunsen. (b) Proses
pencarian mata tunas yang masih layak untuk ditanam.
Sumber : Dokumen Pribadi
Berdasarkan hasil pengamatan selama satu minggu, kultur tangkai bunga
anggrek Phalaenopsis yang dilakukan gagal. 6 botol media kultur tangkai
terkontaminasi oleh jamur. Penyebab gagalnya kultur yaitu tangkai bunga yang
digunakan dari awal pengambilan tangkai tidak langsung digunakan dan
didiamkan terlalu lama, umur tangkai bunga yang terlalu tua sehingga banyak
tunas yang sudah kering dan rentan akan serangan jamur. Perbanyakan tanaman
anggrek Phalaenopsis dengan menggunakan kultur tangkai bunga memang jarang
56
57
planlet tidak tumbuh dengan optimal dan tidak sama besar. Setiap satu protocorm
yang dipindah bisa menjadi beberapa planlet. Botol diflamir kembali diatas api
bunsen, tutup botol diambil dan diflamir, kemudian botol ditutup. Botol yang
sudah ditutup dilapisi dengan plastik skrep agar tutup botol tidak mudah terbuka
dan mengantisipasi kontaminasi. Botol diberi tanda dengan menuliskan tanggal
transfer dan kode anggrek Phalaenopsis (Gambar 25b). Botol diletakkan kembali
dirak penyimpanan pada suhu dingin dan steril.
e) Transfer Planlet
Tujuan dari transfer planlet sama halnya dengan transfer protocorm yaitu
memindahkan tanaman pada media baru agar tanaman dapat berkembang lebih
optimal dan tidak saling berdesakan. Cara kerja transfer planlet sama seperti
transfer protocorm. Setiap botol diisi 20 planlet agar pertumbuhan dan
perkembangannya optimal.
2. Penanaman Anggrek Phalaenopsis
Tahapan dalam penanaman anggrek Phalaenopsis di BALITHI meliputi
penyiapan media tanam, aklimatisasi, individu, dan repotting.
a. Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang akan dipakai pada penanaman dipersiapkan dan di cek
ketersediaannya di greenhouse. Media tanam yang digunakan di BALITHI untuk
penanaman yaitu pakis dan sterofoam. Sebelum pakis digunakan untuk
penanaman, pakis disterilkan terlebih dahulu dari kotoran dan jamur-jamur yang
ada di pakis (Gambar 11a). Pakis yang tidak disterilkan terlebih dahulu cenderung
tidak tahan lama, menurut bapak Ace selaku pengelola kebun anggrek untuk
58
pemakaian pakis yang tidak disterilkan terlebih dahulu hanya bertahan selama 2-3
bulan, kemudian didalam media pakis yang digunakan ditemukan banyak jamur
pada akar tanaman atau dibawah tanaman. Pensterilan pakis dilakukan dengan
cara merendam pakis menggunakan air bersih selama 15 menit. Pembersihan
pakis dilakukan 4 kali dengan tujuan agar jamur-jamur pada pakis hilang (Gambar
11b). Setelah bersih pakis ditiriskan, kemudian pakis direndam kembali dalam
fungisida dithane. Tujuannya agar pakis benar-benar bersih dari jamur. Pakis yang
direndam dalam dithane didiamkan selama 24 jam, setelah itu pakis ditiriskan dan
dikering anginkan. Pakis yang siap digunakan untuk penanaman adalah pakis
yang steril dan sudah kering.
(a)
(b)
Gambar 11. (a) Butir-butir jamur yang terdapat dipakis. (b) Proses pembersihan
pakis agar jamur yang terdapat di pakis hilang.
Sumber : Dokumen Pribadi
b. Aklimatisasi
59
(a)
(b)
Gambar 12. (a) Proses pengeluaran planlet dari dalam botol media. (b) Proses
perendaman planlet dalam dithane selama 5 menit.
Sumber : Dokumen pribadi
Pengompotan tanaman merupakan suatu proses penanaman dimana
beberapa tanaman sejenis ditanam dalam satu pot yang sama. Pengompotan
60
(a)
(b)
Gambar 13. (a) Planlet tanaman anggrek Phalaenopsis yang siap untuk di kompot.
(b) Proses pengompotan tanaman anggrek Phalaenopsis.
Sumber : Dokumen pribadi
Kompotan tanaman anggrek Phalaenopsis yang telah selesai disusun,
diletakkan dibawah meja agar tidak terkena sinar matahari (Gambar 14). Tujuan
peletakkan dibawah meja yaitu untuk menyesuaikan kondisi lingkungan di dalam
61
greenhouse dan agar tanaman tidak cepat layu karena terkena sinar matahari
langsung. Pot diletakkan dibawah meja selama satu minggu, setelah itu pot
diambil dan diletakkan pada meja yang sudah dibuat untuk meletakkan pot-pot
kompot.
(a)
(b)
Gambar 14. (a) Tanaman anggrek Phalaenopsis yang telah selesai dikompot.
(b) Penempatan tanaman anggrek Phalaenopsis di bawah meja.
Sumber : Dokumen pribadi
c. Individu
Individu merupakan penanaman yang dilakukan dengan cara memisahkan
tanaman pada kompotan, dengan menanam satu tanaman pada satu pot. Tujuan
dilakukannya individu yaitu untuk menyediakan ruang tumbuh tanaman agar tidak
saling bersaing seperti pada kompotan.
Pot yang digunakan untuk individu anggrek Phalaenopsis di BALITHI
adalah pot ukuran kecil dengan berbahan plastik. Pot individu ukurannya lebih
kecil dibandingkan dengan pot yang digunakan untuk pengompotan karena
62
(b)
(a)
Gambar 15. (a) Proses individu tanaman anggrek Phalaenopsis. (b) Tanaman
anggrek Phalaenopsis yang sudah di individu.
Sumber : Dokumen Pribadi
d. Repotting
Repotting adalah proses penggantian media tanam sekaligus potnya dengan
tujuan untuk memperbaiki kondisi media tanam. Penggantian pot dan media
63
tanam yang baru bertujuan untuk memberikan ruang yang lebih besar sesuai
dengan perkembangan tanaman anggrek Phalaenopsis. Ciri tanaman anggrek
Phalaenopsis yang harus di repotting yaitu :
1) Pot tanaman sudah tertutup dengan lumut dan rusak,
2) Pot terlalu kecil dibandingkan dengan tanaman anggrek,
3) Akar anggrek Phalaenopsis yang sudah memenuhi pot (perakaran padat),
sehingga media dalam pot habis,
4) Adanya jamur pada media tanam dalam pot.
Langkah repotting yang dilakukan di BALITHI yaitu membongkar media
tanaman anggrek Phalaenopsis secara hati-hati, agar akar tanaman tidak rusak
atau patah, akar tanaman dibersihkan dari media tanam (pakis) yang masih
menempel dan terselip di sela-sela akar tanaman, pot dan bahan media tanam baru
disiapkan seperti sterofoam dan pakis. Sterofoam dimasukkan dalam pot dengan
ketentuan mengisi tinggi pot, akar tanaman anggrek ditata rapi diatas sterofoam,
kemudian ditutup dengan pakis hingga penuh agar tanaman tidak tanaman kokoh.
3. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan penting dalam budidaya.
Kegiatan pemeliharaan pada budidaya anggrek Phalaenopsis di BALITHI
mencakup penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.
a. Penyiraman
Penyiraman tanaman anggrek Phalaenopsis di BALITHI dilakukan di pagi
hari dengan rentan waktu 2 hari sekali yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jumat.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang panjang yang dialiri air dari
tempat penampung air (Gambar 16). Air yang digunakan untuk penyiraman
64
merupakan air yang berasal dari sumur bor. Idealnya penyiraman tanaman
anggrek dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore. Menurut bapak Ace
selaku pengelola greenhouse tanaman anggrek, penyiraman tidak dilakukan pada
sore hari karena akibatnya tanaman mudah terserang penyakit, sehingga untuk
penyiraman cukup dilakukan di pagi hari.
(a)
Gambar 16. (a) Proses Penyiraman Tanaman.
Sumber : Dokumen pribadi
b. Pemupukan
Kegiatan pemupukan di BALITHI dilakukan satu kali dalam satu minggu
yaitu pada hari Kamis di pagi hari. Pupuk yang digunakan yaitu Grow more untuk
daun, Grow more untuk bunga dan pupuk organik cair yang digunakan untuk
memperbaiki media tanam pada anggrek (Gambar 17a). Dosis yang digunakan
pada ketiga pupuk tersebut untuk setiap liternya yaitu 0,8 gram : 0,8 gram : 0,8
gram. Pemberian pupuk di BALITHI dilakukan dengan cara mencampurkan
ketiga pupuk tersebut menjadi satu larutan yang kemudian diaplikasikan pada
semua tanaman anggrek Phalaenopsis yang ada di seluruh greenhouse anggrek
65
(Gambar 17b dan c). Menurut bapak Ace selaku pengelola greenhouse tanaman
anggrek Phalaenopsis hal tersebut dilakukan karena untuk mengefektifkan waktu,
bila perlakuan pupuk dilakukan satu per satu, maka akan cukup memakan banyak
waktu untuk pengaplikasiannya. Pemberian pupuk yang dilakukan di BALITHI
juga tidak menyesuaikan dengan kebutuhan unsur hara pada tiap fase
pertumbuhannya. Hal tersebut, berbeda dengan pernyataan Sandra (2001) yang
menyebutkan bahwa aplikasi pemberian pupuk harus menyesuaikan dengan fase
pertumbuhan tanaman.
(a)
(b)
Gambar 17. (a) Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan anggrek
Phalaenopsis. (b) Pencampuran ketiga pupuk dan pemasukan
larutan dalam tangki knapsack.
Sumber : Dokumen pribadi
c. Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama penyakit di BALITHI dilakukan dengan cara teknis dan
pestisida. Pengendalian secara teknis dilakukan dengan cara membunuh secara
langsung hama-hama yang ditemukan di tanaman anggrek, membuang daun
66
tanaman yang terkena busuk daun serta warna daun telah menguning, dan
membuang tangkai bunga anggrek yang telah kering dengan cara dipotong
memakai gunting tanaman. Pengendalian dengan menggunakan pestisida
dilakukan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari Selasa. Pestisida yang
digunakan yaitu DursbanTM 200 dan Agrept 20 WP (Gambar 18a).
Kegunaan DursbanTM 200 adalah sebagai pengendalian insekta dan Agrept
20 WP digunakan untuk mencegah terjadinya serangan bakteri yang merugikan
tanaman. Dosis yang digunakan pada kedua jenis pestisida per satuan liternya
yaitu 0,8 gram. Kedua jenis pestisida diaplikasikan dengan cara dicampur,
kemudian disemprotkan ke tanaman anggrek (Gambar 18b). Menurut bapak Ace,
penggunaan pestisida yang dicampur menjadi satu yaitu agar tidak memakan
banyak waktu. Efektifnya penyemprotan pestisida dilakukan secara terpisah untuk
setiap jenis pestisida yang digunakan, agar setiap kandungan dan fungsi yang
terdapat pada masing-masing pestisida dapat bekerja secara optimal.
(a)
(b)
67
Gambar 18. (a) Jenis pestisida yang digunakan dalam pengendalian hama dan
penyakit tanaman anggrek. (b) Penuangan larutan pestisida dalam
tangki knapsack dan penyemprotan pestisida pada tanaman anggrek.
Sumber : Dokumen pribadi
Hama dan penyakit yang ditemukan pada greenhouse anggrek Phalaenopsis
di BALITHI yaitu siput tanpa cangkang, kutu putih dan busuk daun.
1) Siput tanpa cangkang
Siput tanpa cangkang merupakan hama utama yang menyerang tanaman
anggrek Phalaenopsis di BALITHI. Siput tanpa cangkang aktif menyerang pada
malam hari. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan siput tanpa cangkang
yaitu daun tanaman anggrek menjadi berlubang dan sobek. Pengendalian
dilakukan dengan membuat perangkap siput menggunakan minuman beralkohol
bermerek Bintang. Hal ini dilakukan untuk mengalihkan siput agar tidak
menyerang tanaman, dan siput tertarik dengan aroma dari minuman tersebut.
Perangkap diletakkan di sela-sela pot tanaman anggrek, kemudian didiamkan satu
malam, dan dilihat hasilnya pada keesokan paginya. Hasil yang didapat cukup
memuaskan, siput banyak yang terperangkap dan mati (Gambar 19a), namun cara
ini masih menjadi perdebatan antara pihak budidaya dan pihak hama penyakit.
Alasannya bila menggunakan perangkap minuman beralkohol siput yang
terperangkap akan mati dan hal ini akan merusak keseimbangan ekosistem, namun
pihak budidaya pun tidak mau rugi dengan membiarkan siput merusak tanaman
anggrek. Menurut ibu Susi selaku peneliti tanaman anggrek, pengendalian siput
pernah dilakukan dengan menggunakan mentimun dengan tujuan agar tidak
68
membunuh siput secara langsung. Hasilnya kurang memuaskan, karena siput yang
memakan mentimun tidak dapat ditangkap secara langsung dan masih dapat lolos
dari perangkap, sehingga siput masih menjadi ancaman untuk tanaman anggrek
Phalaenopsis di BALITHI.
2) Kutu putih
Hama kutu putih juga merupakan hama yang merugikan bagi tanaman
anggrek Phalaenopsis di BALITHI. Kutu putih banyak ditemukan bersarang di
bunga anggrek yang telah kering (Gambar 19b). Serangan kutu putih membuat
tanaman layu, kering dan mati, karena kutu putih menghisap nutrisi pada tanaman
anggrek Phalaenopsis. Menurut bapak Ace selaku pengelola greenhouse tempat
budidaya anggrek Phalaenopsis, pengendalian yang bagus untuk kutu putih yaitu
dengan repotting, pembersihan tanaman dan membunuh secara langsung agar kutu
putih hilang.
3) Busuk daun
Menurut bapak Ace, penyakit busuk daun pada tanaman anggrek
Phalaenopsis di BALITHI disebabkan oleh bakteri. Penyakit busuk daun bisa
menyerang tanaman anggrek Phalaenopsis karena kondisi tanaman yang terlalu
lembab. Gejala yang ditimbulkan penyakit busuk daun yaitu munculnya bercakbercak hitam kecoklatan dan busuk pada daun (Gambar 19c). Pengendalian yang
dilakukan di BALITHI untuk penyakit busuk daun pada tanaman anggrek
Phalaenopsis yaitu dengan cara menyobek dan membuang daun yang terkena
busuk daun secara langsung. Pencegahan yang dilakukan agar tanaman anggrek
Phalaenopsis lain tidak terkena penyakit busuk daun yaitu dengan mengurangi
69
kelembaban pada tanaman anggrek, dan tidak menyentuh daun tanaman anggrek
yang sehat setelah tangan memegang daun tanaman anggrek yang terkena
penyakit busuk daun.
(a)
(c)
(b)
Gambar 19. (a) Siput tanpa cangkang yang telah mati terperangkap pada minuman
beralkohol. (b) Kutu putih pada sela-sela bunga. (c) Busuk daun
yang disebabkan oleh bakteri.
Sumber : Dokumen pribadi
4. Karakterisasi Tanaman
Karakterisasi tanaman di BALITHI dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi seluruh bagian tanaman secara detail dengan pendataan sesuai
dengan kebutuhan informasi dari keperluan pengidentifikasian sebelum akhirnya
tanaman tersebut dirilis. Kegiatan karakterisasi yang dilakukan di BALITHI
meliputi pengukuran, pencocokan warna dan pencocokan karakter dari setiap
bentuk bagian tanaman yang disesuaikan dengan buku panduan karakterisasi
untuk tanaman khususnya tanaman anggrek.
70
(a)
(b)
Gambar 20. Gambar a dan b merupakan peralatan yang digunakan untuk kegiatan
karakterisasi.
Sumber : Dokumen pribadi
Tanaman yang dikarakterisasi saat praktik kerja lapangan di Balai Penelitian
Tanaman Hias yaitu tanaman anggrek Phalaenopsis bunga berwarna kuning lidah
71
merah (Gambar 21a) dan tanaman anggrek Phalaenopsis bunga berwarna ungu
(Gambar 21b). Kedua tanaman anggrek Phalaenopsis yang dikarakterisasi
mempunyai beberapa kesamaan diantaranya tinggi tanaman yang sama yaitu 7 cm
dengan tipe pertumbuhan monopodial, bentuk penampang melintang daun yaitu
bilaterarly compressed atau tipe simetri ditekan, pada kedua bunga phalaenopsis
yang dikarakterisasi tidak memiliki spur atau taji, bentuk tonjolan/callus pada
bibir komplek dengan jumlah polinia dua, posisi pembungaan kedua tanaman
anggrek Phalaenopsis yaitu diantara dua ketiak daun, dan mempunyai bentuk
buah menyerupai kapsul.
Perbedaan dari kedua tanaman anggrek Phalaenopsis yang dikarakterisasi
yaitu pada daun, tangkai bunga, bunga, dan akarnya.
a. Daun
Karakterisasi yang dilakukan pada bagian daun meliputi ukuran panjang dan
lebar daun, bentuk daun, bentuk ujung daun, tekstur permukaan daun, susunan
daun, simetri daun dan warna daun. Ukuran panjang dan lebar daun pada tanaman
anggrek Phalaenopsis bunga berwarna ungu yaitu 11 cm dan 7,4 cm; bentuk daun
ovate atau bulat telur, bentuk ujung daun acuminate (meruncing dengan sisi-sisi
yang tajam), tekstur permukaan daun glabrous (gundul), susunan daun rangkap,
mempunyai ujung yang simetri dengan warna daun sesuai dengan nomor pada
color chart yaitu 61B.
Ukuran panjang dan lebar daun pada tanaman anggrek Phalaenopsis bunga
berwarna kuning lidah merah yaitu 34 cm dan 14 cm. bentuk daun lanceolate
(berbentuk lanset), bentuk ujung daun truncate (memotong), tekstur permukaan
72
daun glabrous (gundul), susunan daun rangkap, mempunyai ujung yang simetri
dengan warna daun sesuai dengan nomor pada color chart yaitu 137A.
b. Tangkai Bunga
Karakterisasi yang dilakukan pada tangkai bunga meliputi ukuran panjang
tangkai, panjang rangkaian bunga dan diameter tangkai. Panjang tangkai, panjang
rangkaian bunga dan diameter tangkai pada tanaman anggrek Phalaenopsis
berbunga ungu yaitu 28,5 cm, 18 cm dan 0,215 cm. Pada tanaman anggrek
Phalaenopsis berbunga kuning lidah merah ukuran panjang tangkai, panjang
rangkaian bunga dan diameternya yaitu 55, 3 cm, 24,4 cm dan 0,45 cm.
c. Bunga
Tabel 5. Kategori Karakterisasi pada Bagian Bunga.
Kategori
Tipe Pembungaan
Jumlah Kuntum
Lebar Bunga
Panjang Bunga
Bentuk Braktea
Panjang Braktea
Bentuk Sepal
Panjang Sepal
Lebar Sepal
Bentuk Ujung Sepal
Penampang Sepal
Corak
Warna
Sepal
racemose
4
9,8 cm
7,2 cm
V
0,4 cm
Elliptic (bujur telur)
4,8 cm
3,3 cm
Obtuse (tumpul)
Cembung
Bercorak, Bergaris
Lidah Merah
Racemose
7
9,7 cm
8 cm
V
0,4 cm
Ovale (bulat telur)
4,7 cm
4 cm
Obtuse (tumpul)
Cekung
Bergaris
N132C
2B
73A
51A
Bercorak, Bergaris
Bercorak, Bergaris
Dorsal
Warna
Dasar
Sepal
Dorsal
Warna Sekunder Dorsal
Sepal
Corak
Warna
Sepal
73
Lateral
Bentuk Petal
Panjang Petal
Lebar Petal
Bentuk Ujung Petal
Penampang
Melintang
Semi-circular
5,3 cm
4,1 cm
Obtuse
Cembung
Semi-circular
5,4 cm
4,5 cm
Obtuse
Cekung
Petal
Jumlah Warna Petal
Susunan Petal
Letak Lekuk Bibir
Bentuk Keping Tengah
Ada / Tidaknya Callus
Warna Dasar Keping Sisi
Warna Sekunder Keping
Dua
Bersentuhan
Tengah
Rhombic (Belah Ketupat)
Tidak Ada
60A
77A
Sisi
d. Akar
Karakterisasi yang dilakukan pada bagian akar yaitu warna akar, warna
ujung akar dan tipe akar. Pada tanaman anggrek Phalaenopsis bunga berwarna
ungu warna akar menurut RHS color chart yaitu 152 B, warna ujung akar 161 D
dan tipe akar pada tanaman ini yaitu akar udara. Karakterisasi akar pada tanaman
anggrek Phalaenopsis bunga berwarna kuning lidah merah yaitu warna akar N 137
B, warna ujung akar 142 B dan termasuk tipe akar udara.
Kendala yang ditemui dalam kegiatan karakterisasi saat praktik kerja
lapangan yaitu tidak mengetahui maksud dari isi tabel informasi karena
menggunakan istilah-istilah ilmiah, dan ragu dalam menentukan nilai warna pada
bagian-bagian tanaman yang diamati.
74
(a)
(b)
Gambar 21. (a) Tanaman anggrek Phalaenopsis kuning lidah merah. (b) Tanaman
anggrek Phalaenopsis ungu dengan kode EXO 45.
Sumber : Dokumen pribadi
5. Panen
Panen yang dilakukan pada budidaya anggrek Phalaenopsis di BALITHI
yaitu memanen buah anggrek Phalaenopsis yang sudah masak atau memenuhi
kriteria untuk persebaran biji anggrek secara in vitro. Perbedaan buah anggrek
Phalaenopsis yang belum siap dipanen dengan yang siap dipanen dapat dilihat
pada Gambar 22. Kriteria buah anggrek yang sudah dapat dipanen yaitu kulit buah
berwarna hijau-kekuningan, ukuran buah besar, dan empuk seperti terlihat pada
Gambar 22b. Buah yang telah dipanen kemudian dibawa ke laboratorium untuk
ditanam secara in vitro.
75
(a)
(b)
Gambar 22. (a) Buah anggrek yang belum siap untuk dipanen. (b) Buah anggrek
matang yang telah dipanen.
Sumber : Dokumen pribadi
76
terawat dan tidak terkontrol. Fasilitas untuk budidaya masih kurang memadai,
seperti alat untuk penyiraman yang mengandalkan aliran air dari sumur bor yang
dikendalikan melalui salah satu greenhouse dari 3 greenhouse untuk penempatan
tanaman anggrek dan tidak bekerja secara otomatis, kemudian kurang tersedianya
tempat untuk pengoleksian tanaman hias. Hal ini kurang sesuai dengan isi SOP
yang ada di BALITHI.
Solusi yang dapat diajukan untuk permasalahan yang ada diatas yaitu
dilakukannya pendataan secara rutin untuk setiap fasilitas yang dibutuhkan dan
digunakan untuk keperluan budidaya tanaman, khususnya tanaman anggrek agar
tanaman yang dikembangkan di BALITHI tidak rusak dan terbengkalai. Adanya
penambahan tenaga kerja atau pemanfaatan tenaga kerja yang ada untuk
mengelola tanaman yang ada di greenhouse khususnya tanaman anggrek.
V.
77
B. SARAN
Mengingat pentingnya hasil budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis, maka
perlu adanya pelatihan khusus untuk para pengelola kebun dan greenhouse,
dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai teknik budidaya
anggrek Phalaenopsis.
78
DAFTAR PUSTAKA
Anggrek
(On-line).
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2005. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek. Direktorat Jendral Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta. 27 hal.
Djaafarer, Rizal. 2003. Phalaenopsis Spesies: Jenis dan Potensi untuk Silangan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
79
80
Pamungkas,
H.
2006.
Anggrek
Bulan
(Phalaenopsis)
http://www.kebonkembang.com diakses 18 Juni 2014.
(On-line).
Poehlman. J.W. and J.S. Quick. 1983. Crop Breeding In Hungry World, In K.M.
Rawal and M.N. Wood (Eds.) Crop Breeding. The American Society of
Agronomy, Inc. and The Crop Science of Society, Inc. Madison Wisconsin.
USA.
Purwanti, P. 2012. Pengaruh Macam Media dalam Keberhasilan Aklimatisasi
Anggrek Phalaenopsis amabilis (Anggrek Bulan). Laporan Penelitian.
Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik
Negeri Lampung, Lampung.
Puspitaningtyas, D.M. 2010. Phalaenopsis amabilis, Bunga Nasional Indonesia
(On-line). http://pai.or.id/artikel/6-spesies/6-phalaenopsis-amabilis-bunganasional-indonesia.html diakses 30 Mei 2014.
Risa.
2007.
Budidaya
Anggrek
Bulan
(On-line).
http://www2.bbpplembang.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=157&Itemid=304 diakses 1 Juni
2014.
81
82