Anda di halaman 1dari 9

Reaksi fusi

Reaksi fusi pertama kali diwujudkan di Uni Soviet pada tahun 1950. Reaktsi fusi ini
dinamai reaksi Tokamak . Tokamak merupakan singkatan dari kata-kata Rusia: toroidalnaya,
kamera, magnitnaya, yang berarti toroidal, chamber, magnetic. Tokamak ditemukan oleh Igor
Yevgenyevich Tamm dan Andrei Sakharov sekitar tahun 1950 dan merupakan teknologi reaksi
fusi yang paling populer saat ini.
Reaksi Tokamak bekerja berdasarkan reaksi fusi antara deutereium dan tritium
(reaksi D-T) yang menghasilkan helium, neutron dan energi. Temperatur reaksi fusi dapat
mencapai 100 juta derajat celcius. Karena tingginya temperatur reaksi fusi, maka hingga saat ini
belum ada material yang bisa dijadikan sebagai bejana unutk menampung reaksi fusi. Secara
lengkap reaksi nuklir yang ada didalam reaktor Tokamak adalah sebagai berikut:
n+ 10 63 Li 42 He ( 2,05 MeV ) + 31 H (2,75 MeV )

2 3

H + 1 1He 2 He ( 3,5 MeV )+ 0n ( 14,1 MeV )

Reaksi nuklir pertama menunjukkan bahwa tritium (


dibombardir dengan neutron (
dengan deutreium (

2
1

1
0

3
1

H ) dibuat dari lithium (

n ) selanjutnya, tritium (

H ) untuk berfusi menjdi helium (

3
1
4
2

6
3

Li ) yang

H ) yang diperoleh direaksikan

He ) dan menghasilkan neutron

dengan energi kinetik neutron 14,1 MeV.


Reaksi fusi termasuk dalam reaksi nuklir, yang tentunya menghasilkan energi yg besar.
Kegunaannya yaitu sebagai sumber energi yg sangat besar. Untuk saat ini reaksi fusi belum bisa
dikendalikan, hanya reaksi fisi saja yg bisa dimanfaatkan sebagai inti dari pembakit listrik tenaga
nuklir. Sedangakan reaksi fusi hanya baru bisa dimanfaatkan sebagai bom hidrogen yg memiliki
daya rusak yg lebih besar dari reaksi fisi. Untuk kedepannya ilmuan
memimpikan
menggunakan reaksi fusi untuk pembangkit tenaga listrik, dimana reaksi ini lebih
menguntungkan karena sumbernya yang melimpah dan bersih tanpa radioaktif
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit
limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun
demikian, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang keilmuan, teknik dan ekonomi yang
menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik.
Reaksi fusi menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan dengan reaksi fisi dalam hal
konversi energi nuklirnya. Salah satu keuntungan dibandingkan dengan fisi adalah bahwa
cadangan isotop dapat-fusi yang diketahui adalah jauh lebih banyak. Kenyataannya, terdapat

persediaan bahan bakar yang pada dasarnya tak terbatas. Isotop bahan bakar yang umumnya
dipakai untuk reaksi fusi ialah deutrium, hidrogen-2, dan isotop ini terdapat di alam sekitar satu
diantara 6700 bagian hidogen biasa. Dengan memperhatikan jumlah air yang tersedia di dunia,
berarti bahwa persediaan bahan bakar sangatlah banyak.
Keuntungan lain reaksi fusi ialah bahwa produk reaksi fusi tidaklah bersifat radioaktif
setinggi yang dipunyai oleh produk fisi. Di dalam produk reaksi fusi yang lima itu (yang
dikemukakan di muka), hanya hidrogen-3 dan neutron yang bersifat radioaktif dan neutron juga
akan meluluh menjadi atom hidrogen. Radioaktifitas yang dihasilkan sebagai hasil pengaktifan
neutron dari struktur kemasan justru lebih menjadi masalah ketimbang produk fusi. Keuntungan
besar yang terakhir dari fusi terhadap fisi muncul dari kenyataan bahwa proses fusi adalah sulit
untuk dimulai dan diawasi. Kenyataannya, sedikit saja ada gangguan terhadap sistem selalu akan
mengakibatkan berhentinya reaksi Efek ini, bersama dengan sangat kecilnya jumlah reaktan yang
terdapat di sistem, mencegah terjadinya kerugian daya yang besar akibat kerusakan peralatan.
Masalah utama yang berkaitan dengan pengembangan reaktor fusi timbul dari kenyataan
bahwa partikel-pertikel yang bereaksi keduanya adalah inti yang bermuatan positif. Ini berarti
bahwa partikel reaksi tersebut harus mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya
tolak-menolak Coulomb. Untuk mendapatkan energi kinetik yang minimum itu, kedua partikel
harus mempunyai massa partikel yang sama serta mempunyai angka perbandingan massamuatan (mass-to-charge ratio) yang tinggi.
Energi minimum atau energi ambang yang dibutuhkan untuk memulai reaksi telah diberikan
lebih dahulu berserta berbagai reaksi lain. Energi ini umumnya dinyatakan dalam satuan
temperatur, meskipun kerapatan partikel sebenarnya adalah sangat kecil sehingga temperatur
tidaklah memberi arti banyak. Dengan energi kinetik yang setinggi ini, semua elektron dilucuti
dari intinya dan reaktan dikatakan berada dalam suatu keadaan yang diberi nama plasma.
Kadang-kadang dikatakan bahwa ini adalah tingkat ke-empat dari suatu zat. Pada bom nuklir,
energi penyalaan diperoleh pertama kali dari pendenotasian bom fisi. Reaksi deutrium-tritium
mempunyai energi ambang yang terendah (massa/muatan = A/Z = 5/2) dan, karena alasan ini,
reaktor fusi akan beroperasi dengan reaksi ini.
Kelemahan reaksi fusi sebagai sumber energi adalah dibutuhkan suhu yang sangat tinggi,
dana yang besar dan pengetahuan yang sangat tinggi untuk mengolah sumber energi dari reaksi
fusi, sedangkan kelebihan dari reaksi fusi adalah energi yang dihasilkan lebih besar dan bahan
bakar untuk reaktor fusi yaitu deuterium sangat berlimpah tersedia dalam air laut.
Kekurangan reaksi fisi adalah limbah yang di hasilkan mengandung unsure tidak stabil. Hal
ini sangat berbahaya bagi lingkungan serta kesehatan manusia dan akan tetap begitu selama
ratusan tahun. Sehingga sangat sulit untuk menyimpan elemen radioaktif dalam jangka waktu
lama. Sedangkan kelebihan adalah menggunakan bahan bakar yang sedikit berupa uranium
namun menghasilkan energy yang besar.
Peralatan Pengamatan Bintang

1. Alat Pengumpul Cahaya


Alat pengumpul cahaya dalam astronomi adalah teleskop. kita semua pasti sudah kenal dengan
yang namanya teleskop. Namun, hanya sebagian orang saja yang dapat menggunakannya,
terutama di Indonesia.
Secara umum, teleskop memiliki dua komponen utama, yaitu objektif dan okuler. Objektif
berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang datang ke satu titik fokus. Sedangkan okuler
berfungsi meneruskan cahaya yang terfokuskan tadi ke detektor. Secara umum, teleskop
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya, memperbesar bayangan, memperbesar daya pisah.
Berdasarkan objektifnya, teleskop dibedakan menjadi teleskop refraktor (bias) dan teleskop
reflektor (pantul).
a. Teleskop Refraktor (Bias)
Teleskop refraktor pertama kali ditemukan oleh para pembuat kacamata dari Belanda pada abad
ke 16. Namun baru digunakan untuk mengamati bintang oleh astronom Italia bernama Galileo
Galilei. Proses pembiasan pada refraktor adalah sebagai berikut :
Cahaya yang diterima oleh lensa objektif kemudian akan difokuskan ke satu titik fokus,
selanjutnya cahaya tersebut akan ditangkap oleh lensa okulernya untuk kemudian diteruskan ke
detektor.
Teleskop refraktor menggunakan lensa untuk objektif dan okulernya. Teleskop ini baik untuk
digunakan pada saat mengamati cahaya bintang yang redup dari Bumi. Namun teleskop ini
memiliki beberapa kelemahan antara lain :
1. Terjadinya abrasi kromatis pada lensa objektifnya, yaitu komponen cahaya bintang memiliki
panjang fokus yang berbeda - beda. Cahaya merah memiliki panjang fokus yang lebih panjang
dibandingkan cahaya biru. Hal ini mengakibatkan cahaya bintang menjadi agak kabur. Namun
kelemahan ini dapat diminimalisir dengan menggunakan dua lensa (cekung dan cembung) yang
memiliki indeks bias yang berbeda menjadi lensa objektifnya.
2. Lensa adalah benda yang terbuat dari cairan yang sebenarnya terlambat membeku. Ketika
teleskop ditegakkan, maka bagian lensa yang paling atas akan mengalir ke arah bawah secara
perlahan - lahan. Hal ini menyebabkan mutu bayangan menjadi kurang bagus.
3. Sulitnya membuat lensa dengan diameter yang besar. Karena semakin besar diameter lensa,
maka akan semakin sulit untuk membuat lensa yang homogen, sehingga cahaya bintang tidak
terdistorsi oleh turbulensi atmosfer.
Saat ini, teleskop refraktor terbesar di dunia terdapat di Observatorium Yerkes dengan diameter
sekitar 1 meter.
b. Teleskop Reflektor (Pantul)

Teleskop pantul diciptakan oleh Isaac Newton pada tahun 1668. Objektif teleskop ini berupa
cermin yang disanggah di bagian belakang teleskop, sehingga pada teleskop pantul tidak akan
terjadi abrasi kromatis. Untuk mendapatkan mutu bayangan yang baik pada teleskop pantul, kita
hanya perlu membuat cermin utamanya serata mungkin, sehingga pemantulan menjadi
sempurna. Selain itu, karena objektifnya berupa cermin, maka tidak sulit untuk membuat objektif
dengan diameter yang cukup besar. Proses pemantulan pada teleskop pantul adalah sebagai
berikut :
Cahaya yang datang ke cermin utama, akan dipantulkan ke cermin cembung kecil yang berada di
depannya (sebagai bidang fokus). Kemudian dari bidang fokus, cahaya akan
dipantulkan/diteruskan ke fokus utama (di ujungnya terdapat detektor).
Berdasarkan letak fokus utamanya, teleskop pantul dibedakan menjadi teleskop Cassegrain dan
teleskop Coude. Teleskop Cassegrain, fokus utama terletak di belakang teleskop, sedangkan
teleskop Coude, fokus utamanya terletak di bagian luar teleskop (di bagian samping teleskop).
Kelemahan dari teleskop pantul ini adalah, bayangan yang dihasilkan tidak terlalu tajam karena
berasal dari proses pemantulan, tidak seperti pada teleskop bias yang bayangannya berasal dari
pembiasan. Namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi, kelemahan yang lainnya adalah
terjadinya abrasi sferis, yaitu cahaya yang datang di samping teleskop, tidak sama dengan cahaya
yang datang di tengah teleskop. Ini membuat mutu bayangan menjadi sedikit terganggu.
Karena kelemahan tersebut, kemudian para ilmuwan menciptakan sebuah teleskop pantul baru
yang dinamakan Schmidt. Teleskop Schmidt terdiri dari 3 komponen utama, yaitu cermin utama,
bidang fokus, dan lensa pengkoreksi (untuk mengkoreksi cahaya yang datang, sehingga cahaya
dapat mencapai cermin utama seluruhnya).
Saat ini, teleskop pantul terbesar di dunia adalah teleskop Hale yang terdapat di Mount Palomar,
California, Amerika Serikat, dengan diameter sekitar 5 meter.
2. Detektor Cahaya Bintang
Dalam dunia astronomi, terdapat banyak macam detektor, antara lain pelat potret dan film
fotografis, fotometer fotoelektrik, CCD, dan juga spektograf (untuk mengamati spektrum cahaya
bintang).
Pada awal abad ke 20, para astronom sudah banyak menggunakan pelat potret dan film fotografis
untuk merekam cahaya bintang. Pelat potret yang digunakan adalah pelat kaca yang dilapisi
bahan kimia peka cahaya yang dipasang pada fokus utama teleskop. Pelat potret dan film
fotografis dapat merekam cahaya bintang dalam medan yang sangat luas, namun detektor ini
tidak mampu merekam cahaya bintang yang mengalami perubahan kecerlangan.
Kemudian, untuk menghindari hal itu, para astronom merekam cahaya bintang secara elektronik
dengan menggunakan fotometer fotoelektrik. Pada alat ini, cahaya yang datang ke objektif akan
difokuskan ke permukaan peka cahaya yang kemudian akan merubah intensitas cahaya tersebut
menjadi arus listrik. Dengan cara ini, kita dapat mengamati perubahan cahaya bintang terhadap

waktu. Namun, peralatan ini tidak dapat digunakan untuk merekam daerah langit dengan medan
yang luas.
Perkembangan lebih lanjut dari fotometer fotoelektrik adalah sebuah alat yang dinamakan CCD
(Charge Coupled Device). Alat ini dapat merekam cahaya bintang yang bahkan hanya berupa
titik saja di langit. Kepekaan alat ini lebih tinggi dibandingkan dengan pelat fotografis.
Namun alat ini juga tidak dapat digunakan untuk merekam daerah dengan medan yang luas, dan
juga biaya perawatannya yang mahal. Oleh karena itu, para astronom masih menggunakan pelat
potret dan film fotografis karena alat ini dapat merekam daerah dengan medan yang luas dan
biaya perawatannya yang murah.
3. Teleskop Ruang Angkasa Hubble
Pengamatan objek - objek langit dengan menggunakan teleskop dari permukaan Bumi, banyak
mengalami kelemahan - kelemahan, diantaranya adalah adanya turbulensi atmosfer yang
membuat cahaya bintang terdistorsi. Untuk itu, banyak pengamatan terhadap objek - objek langit
dilakukan pada pegunungan yang tinggi untuk mengurangi turbulensi atmosfer. Namun hal itu
tetap saja mengganggu proses pengamatan.
Karena hal - hal tersebut, kemudian timbul sebuah gagasan untuk meletakkan sebuah teleskop di
orbit Bumi sehingga pengaruh turbulensi atmosfer dapat diabaikan. Gagasan ini kemudian
direalisasikan dengan diciptakannya sebuah teleskop ruang angkasa Hubble (Hubble Space
Telescope). Nama teleskop ini diambil dari nama Edwin Hubble yang merupakan seorang
astronom Amerika Serikat yang menjadi salah satu pelopor kosmologi modern.
Teleskop Hubble dikelolah oleh Space Telescope Science Institute, yang bertugas menentukan
prioritas penelitian, mengawasi penelitian, mengkoordinir penelitian, dan melakukan
penyimpanan data - data hasil penelitian yang kemudian akan diolah oleh para ilmuwan.
Teleskop Hubble merupakan teleskop pantul jenis Cassegrain. Memiliki cermin utama yang
berdiameter 2,4 meter. Cermin ini dilapisi oleh Aluminium setebal sepersejuta cm, kemudian
dilapisi lagi oleh Magnesium Florida setebal empat persepuluh juta cm, ini merupakan salah satu
benda yang paling rata yang pernah di buat oleh manusia. Kehalusan dan kerataan cermin utama
ini berguna untuk mengamati objek langit yang jauh sekalipun, bahkan teleskop ini dapat
mengamati sebuah cahaya lilin yang diletakkan di permukaan Bulan dengan jelas. Pada jarak 4,8
meter di depan cermin utama, terdapat sebuah cermin cembung (bidang fokus).
Apabila lembah dan bukit pada teleskop ini diperbesar sebesar ukuran benua Amerika, maka
tingginya pada teleskop tersebut hanya sekitar 0,6 cm saja. Untuk perbandingan, jika kita
menggunakan kacamata, tinggi lembah dan bukit yang diamati setinggi 16 m.
Hubble dibekali oleh 5 peralatan optik, yaitu kamera medan luas (kamera planet), kamera objek
lemah, spektograf resolusi tinggi, spektograf objek lemah, dan fotometer kecepatan tinggi.

Kamera medan luas (kamera planet), kamera ini dapat digunakan untuk mengamati objek - objek
langit dengan daerah medan yang luas. Objek utama dalam pengamatan kamera medan luas ini
adalah planet - planet, galaksi, gugus galaksi, dan juga nebula.
Kamera objek lemah, digunakan untuk mengamati objek - objek langit yang cahayanya cukup
lemah dan untuk melengkapi kinerja kamera medan luas. Objek utamanya adalah gugus bola.
Spektograf resolusi tinggi, digunakan untuk mengamati materi - materi yang terdapat di dalam
galaksi kita dan juga yang ada di luar galaksi. Objek utamanya adalah daerah pembentukan
bintang.
Spektograf objek lemah, digunakan untuk mengamati spektrum cahaya objek - objek langit yang
jaraknya sangat jauh. Objek utamanya adalah quasar (quasi stellar radio source), yaitu sumber
pancaran radio yang mirip bintang.
Fotometer kecepatan tinggi, digunakan untuk mengamati objek - objek dengan variasi cahaya
yang sangat cepat. Alat ini dapat membedakan peristiwa dalam orde 10 mikron. Objek utamanya
adalah objek - objek yang mengalami perubahan intensitas cahaya yang sangat cepat,
pengamatan ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya lubang hitam disekitar objek tersebut.
Setelah mengalami beberapa kali penundaan, akhirnya pada April 1990, pesawat ulang alik
Discovery meluncurkan teleskop Hubble ke orbit Bumi, teleskop ini berada pada ketinggian
sekitar 500 km di atas permukaan Bumi.
Setelah diluncurkan, teleskop ini mulai mengambil gambar - gambar pertamanya. Citra yang
diperoleh ternyata kurang memuaskan, karena disekeliling citra utamanya terdapat lingkaran lingkaran cahaya (halo). Hal ini disebabkan oleh cermin utamanya yang dibuat berbentuk
hiperbola (hiperboloid) ternyata kelengkungannya kurang sempurna, sehingga cahaya yang
difokuskan ke bidang fokus hanya 15% saja, padahal spesifikasi NASA menuntut 70%. Ini
menyebabkan bayangan menjadi kabur. Namun hal ini dapat diatasi dengan menghilangkan halo
- halo tersebut menggunakan komputer berteknologi tinggi. Dengan cara tersebut, berarti juga
bahwa kepekaan teleskop Hubble menjadi berkurang. Walaupun begitu, dengan cara tersebut
Hubble dapat mengambil citra - citra awan Saturnus, citra Pluto dan satelitnya-Charon, dan
lubang hitam di pusat galaksi.
Kemudian, para ilmuwan menciptakan sebuah alat yang dinamakan COSTAR (Corrective Optics
Space Telescope Axial Replacement) untuk memperbaiki citra teleskop Hubble yang buruk. Alat
ini menggantikan kedudukan fotometer kecepatan tinggi dan juga melengkapi kinerja spektograf
objek lemah dan kamera objek lemah.
Pemasangan COSTAR dilakukan oleh para astronot yang diluncurkan oleh pesawat ulang alik
Endeavour pada Desember 1993. Setelah alat tersebut dipasang, citra objek - objek langit yang
diambil oleh Hubble sangat spektakuler. Teleskop ini dirancang untuk dapat bertahan hingga 10
tahun lebih, sampai sekarang teleskop ini masih menyumbangkan hasil pengamatannya dan telah
membuka rahasia - rahasia di alam semesta ini yang sebelumnya belum dapat terpecahkan.

4. Optika Adaptif (Adaptive Optics)


Turbulensi atmosfer menjadi pengaruh utama dalam mengamati bintang - bintang dari
permukaan Bumi. Oleh karena hal itu, para ilmuwan banyak melakukan pengamatan di daerah
pegunungan yang tinggi dan bahkan teleskop yang digunakan sampai dibawa ke orbit Bumi.
Atas dasar itu, kemudian para ilmuwan menggunakan suatu sistem optik yang disebut optika
adaptif (adaptive optics) untuk mengamati bintang - bintang tanpa dipengaruhi oleh turbulensi
atmosfer dari permukaan Bumi.
Sistem optika adaptif terdiri dari alat - alat tambahan, yaitu komputer berkecepatan tinggi, sensor
muka gelombang, detektor, cermin setengah tembus, dan juga cermin karet berpermukaan lentur
yang dalam astronomi disebut dengan rubber mirror. Cermin ini terdiri dari kumpulan cermin
kecil - kecil yang dapat bergerak di atas sebuah per (aktuator) dalam orde beberapa mikron. Cara
kerja dari sistem optika adaptif adalah dengan menggunakan prinsip feedback. Cara kerjanya
adalah sebagai berikut :
a. Cahaya yang datang ke teleskop, akan diteruskan ke cermin karet dan kemudian akan
diteruskan lagi ke cermin setengah tembus.
b. Setengah cahaya tersebut akan diteruskan ke detektor, dan setengahnya lagi akan diteruskan ke
sensor muka gelombang untuk memecahkan cahaya tersebut menjadi beberapa berkas.
c. Bila turbulensi atmosfer yang terjadi cukup besar, makan pada berkas - berkas tersebut akan
terjadi interferensi yang kemudian akan dikirimkan ke komputer berkecepatan tinggi.
d. Komputer berkecepatan tinggi kemudian akan mengkoreksi bentuk cermin karet terhadap
turbulensi atmosfer. Hal tersebut dilakukan terus - menerus hingga interferensi menjadi sekecil kecilnya.
Pada sistem ini, komputer yang digunakan adalah komputer berkecepatan tinggi, ini dikarenakan
pengkoreksian cermin karet terhadap turbulensi atmosfer berlangsung tepat pada waktunya (real
time). Hal itu dilakukan karena kondisi atmosfer yang selalu berubah - ubah.
Beberapa teleskop di dunia sudah menggunakan sistem ini, salah satunya adalah teleskop Mauna
Kea di Kepulauan Hawaii. Sistem ini sendiri pertama kali dikembangkan oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat untuk keperluan perang bintang dan satelit mata - mata.
Namun sekarang sistem optika adaptif sudah semakin berkembang. Sekarang saja, para ilmuwan
telah mengembangkan cermin karet berdiameter 15 cm, yang memiliki aktuator sebanyak 341
buah dan dapat bergerak sejauh 3 mikron setiap 2 mikrodetik.
5. Rancangan Teleskop Non-konvensional
Meskipun teleskop pantul memiliki kelebihan dalam segi pembuatan objektifnya yang lebih
besar daripada teleskop bias, pembuatan cermin yang cukup besar ternyata juga sangat sulit dan
rumit sehingga menjadi tidak praktis untui dipakai.

Untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian para ilmuwan membuat sebuah teleskop dengan
cermin objektifnya yang berdiameter besar yang terdiri dari kumpulan cermin - cermin kecil.
Ternyata, kepekaan teleskop dengan cermin yang terdiri dari kumpulan cermin kecil - kecil itu
setara dengan sebuah teleskop yang memiliki diameter cermin cukup besar.
Contoh dari penggunaan metode tersebut adalah MMT (Multiple Mirror Telescope) yang
terdapat di Mount Hopkins, Arizona, Amerika Serikat. Teleskop ini memiliki cermin objektif
terdiri dari 6 buah cermin berdiameter masing - masing 1,8 m. Kepekaan teleskop ini setara
dengan teleskop yang cermin objektifnya berdiameter 4,5 m. Contoh lainnya adalah teleskop
Keck di Gunung Mauna Kea, Kepulauan Hawaii. Teleskop ini memiliki cermin objektif terdiri
dari 36 cermin berbentuk segienam beraturan yang masing - masing memiliki lebar sisi 0,9 m.
Kepekaan teleskop ini setara dengan teleskop yang diameter cermin objektifnya 10 m.
Sekarang ini, para ilmuwan telah merancang teleskop yang rancangan sama dengan rancangan
MMT. Cermin objektifnya terdiri dari 4 buah cermin yang masing - masing berdiameter 7,5 m,
dan kepekaannya setara dengan teleskop yang cermin objektifnya berdiameter 15 m.
(http://astro-rendydarma.blogspot.co.id/2011/11/peralatan-pengamatan-bintang.html)
Bintang yang bias dilihat dengan mata telanjang
dikatakan rata rata dapat melihat sekitar 2000 buah bintang, namun jika ditambah dengan bintang
yang sulit terlihat di dekat garis cakrawala, kira kira bisa terlihat sekitar 3000 buah.

Planet Venus
Planet yang sering disebut bintang kejora ini nampak seperti bintang yang bercahaya terang dan
sedikit berwarna kekuning-kuningan. Planet ini pernah ditangkap oleh mata telanjang yang
tampak di pagi hari. Dulu awal Desember 2010 hingga pertengahan tahun 2011. Kemudian pada
November 2014, Venus akan tampak seperti bintang bercahaya di senja. Setelah Oktober 2014
sebelumnya tidak muncul dikarenakan orbitnya yang masih berada di belakang Matahari jika
diamati dari Bumi. Lalu pada 10 September 2015 Venus akan terlihat di saat fajar. Bintang kejora
ini dikabarkan muncul satu jam sebelum matahari terbit.
Planet Merkurius
Planet terdekat dari Matahari ini juga pernah tertangkap mata dan dapat diamati tanpa
menggunakan teleskop. Banyak yang mengatakan jika planet Merkurius akan tampak seperti titik
putih yang tentunya tak berkelap-kelip di langit sebelah Barat. Dikabarkan jika nanti tanggal 30
September, Merkurius dapat diamati. Karena Merkurius saat ini terlalu dekat dengan ufuk barat

saat matahari terbenam. Planet yang berukuran lumayan kecil ini dapat kita lihat nantinya
walaupun hanya seperti titik putih di langit.
Planet Mars
Planet terdekat dengan Bumi dan sering dijuluki Planet Merah ini dapat diamati dari Bumi. Tak
mengherankan jika Planet ini dapat dilihat langsung. Kemunculan planet Mars ini juga sering
tertangkap mata. Planet Mars akan tampak seperti bintang kemerahan namun tak berkelip. Planet
biasanya akan terlihat satu jam sebelum Matahari terbit. Beberapa hari terakhir, 6 September lalu
planet Mars terlihat sekitar 9 derajat sebelah kiri dari Venus.
Planet Jupiter
Planet Jupiter merupakan Planet paling besar di tata surya kita. Di langit, Planet Jupiter akan
menjadi objek langit terang setelah Matahari, Bulan dan Venus jika di langit malam. Di antara
bintang-bintang di langit akan mudah menemukan planet Jupiter jika anda belum pernah
mengamati sebelumnya.Pada tahun ini, planet Jupiter akan muncul kembali secara bertahap di
langit pagi. Planet Jupiter telah tampak di langit pada Minggu kedua September lalu. Planet
raksasa ini berada di ufuk timur. Jika anda ingin melihatnya bisa memperkirakan 30 menit atau
satu jam sebelum matahari terbit. Walaupun akan tampak seperti titik terang di langit, anda bisa
menggunakan teropong agar lebih jelas.
Planet Saturnus
Planet dengan cincin yang melingkarinya juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Planet
Saturnus jika dilihat dari Bumi akan nampak seperti bintang dengan warna kuning keemasan
yang tak berkelip. Planet Saturnus ini akan muncul pada sore hari dengan posisi kira-kira 20
derajat di atas cakrawala selatan , barat daya dan akan turun ke arah barat , barat daya. Pada
malam tanggal 18 September nanti Planet Saturnus akan muncul di sebelah kanan bulan sabit.

Anda mungkin juga menyukai