Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

DUKUNGAN BIDAN DENGAN KESEDIAAN IBU MELAKUKAN


INISIASI MENYUSUI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GAJAHAN KOTA SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
SIGIT WIENDARTO
J 410 100 026

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN


DUKUNGAN BIDAN DENGAN KESEDIAAN IBU MELAKUKAN INISIASI
MENYUSUI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA
SURAKARTA
Sigit Wiendarto J410100026
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp (0271) 717417 Surakarta 57102

Abstrak
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya.
Ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang menyusui dini membuat ibu kurang
termotivasi untuk melakukan inisiasi menyusui dini dan kurangnya dukungan bidan
membuat ibu tidak percaya atau takut untuk melakukan inisiasi menyusui dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu, motivasi ibu,
dan dukungan bidan dengan inisiasi menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajahan. Penelitian ini merupakan penelitian survei observasional dengan pendekatan
Cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah
Kerja Puskesmas Gajahan pada bulan Juli 2014 sebanyak 74 ibu. Sampel sebanyak
70 ibu yang diambil dengan Proporsional Random Sampling tiap kelurahan. Uji
Hipotesis menggunakan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,000), motivasi ibu (p=0,001), dan dukungan
bidan (p=0,009) dengan kesediaan ibu melakukan Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah
Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta.
Kata kunci

: Pengetahuan, Motivasi, Dukungan bidan, Inisiasi Menyusui Dini.

ABSTRACT
Breastfeeding early have a positive impact for both mother and baby. Ignorance and
lack of information about the early stages of breastfeeding mothers are less motivated
to do the early initiation of breastfeeding and the lack of support for midwives make
mothers do not believe or are afraid to do the early initiation of breastfeeding. This
study aims to determine the relationship of maternal knowledge, maternal motivation,
and support the early initiation of breastfeeding midwife at the health center Gajahan
Work Area. This study is an observational survey with cross sectional approach. The

study population was all mothers who gave birth in Puskesmas Gajahan in July 2014
by 74 mothers. A sample of 70 mothers were taken with the Proportional Random
Sampling techniques for each village with Hypothesis Testing using the chi square
test. The results showed that there is a relationship between mothers knowledge
(p=0,000), maternal motivation (p=0,001) and support midwives (p=0,009) with a
willingness Early Initiation of Breastfeeding mothers do in the Work Area Health
Center Gajahan Surakarta City.
Keywords
midwife.

: Early Initiation of Breastfeeding, Knowledge, Motivation, Support

PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan terbaik dan termurah yang dapat
diberikan ibu kepada bayinya, didalamnya terkandung zat-zat yang dibutuhkan bayi
sejak lahir sampai usia 24 bulan atau lebih. ASI sebagai makanan alami pertama
untuk bayi menyediakan energi dan nutrisi dalam jumlah tepat yang dibutuhkan
sesuai dengan umur bayi. Pemberian ASI merupakan salah satu upaya membentuk
generasi sehat, cerdas, serta berkualitas demi masa depan dirinya, keluarga,
masyarakat dan negara (Iis, 2010).
Hasil Riskesdas (2013) menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif
baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusu mempunyai peran penting untuk
menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya
dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (Riskesdas, 2013).

Pencapaian

pada

2015

merupakan

target

komitmen

global

tujuan

pembangunan milenium (MDGs). Kondisi kesehatan ibu yang rendah karena


berbagai penyakit yang tidak diobati dengan tepat sebelum atau semasa hamil sering
menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Sebagian besar kematian
bayi baru lahir disebabkan oleh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), kesulitan
bernafas saat lahir atau infeksi (Kemenkes, 2010).
Menurut WHO ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh
pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik
bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara. Menurut penelitian yang dilakukan di
Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan menyimpulkan bahwa Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif dapat menurunkan risiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan
diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan
ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal sebagai berikut :
(1). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam setelah kelahiran bayi. (2). ASI
eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman. (3). ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap
hari setiap malam. (4). ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot
(Sunarsih 2011).

Pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya IMD pada bayi baru lahir
menjadi suatu kebutuhan bagi semua petugas kesehatan dan masyarakat luas terutama
ibu-ibu yang sedang hamil. Rendahnya cakupan ASI ekslusif di Indonesia disebabkan
karena kurangnya informasi pelaksanaan IMD kepada masyarakat dari pihak instansi
kesehatan. Demikian juga persepsi dan pendapat masyarakat yang salah tentang IMD
juga menjadi penghambat suksesnya program pemerintah ini, sehingga informasi
yang benar tentang program IMD hendaknya terus disosialisasikan pada masyarakat
luas agar apa yang menjadi tujuan program pemerintah ini dapat tercapai dengan baik
(Hikmawati, 2008).
Metode IMD diperkenalkan oleh Karen M. Edmon pada Bulan Maret 2006.
Metode ini dilandaskan pada refleks atau kemampuan bayi dalam mempertahankan
diri (Survival instinc). Bayi yang baru berusia 20 menit dengan sendirinya dapat
langsung mencari puting ibunya. Proses ini dapat berlangsung selama 1 jam atau
lebih. Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan langsung bayi yang baru lahir di
dada ibunya dan membiarkan bayinya merayap untuk menemukan sendiri puting susu
ibunya untuk menyusu. IMD harus dilakukan secara langsung setelah bayi dilahirkan
tanpa boleh ditunda. Begitu bayi dilahirkan dan dinilai bayi sehat, kemudian bayi di
IMD dengan terlebih dulu dikeringkan seluruh badannya, kecuali kedua tangannya.
Proses harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Widuri, 2013).
Bidan merupakan seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk di daftar (register) atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
3

melakukan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang


bertanggung jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberi dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir. Berhasil atau tidaknya praktek inisiasi menyusu dini tergantung pada petugas
kesehatan baik perawat, bidan atau dokter karena mereka yang pertama akan
membantu ibu bersalin melakukan inisiasi menyusu dini (Siregar, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Yuntas, dkk (2013) Bidan di Puskesmas Batua
Kota Makasar sudah sangat mengerti dan memahami akan IMD, Bidan menjelaskan
dengan baik informasi-informasi tentang IMD pada ibu yang melahirkan. Bidan
melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah membantu persalinan. Dalam upaya
IMD bidan penolong persalinan mempunyai peranan yang penting dalam membantu
ibu melakukan menyusui dini. Penelitian Media dan Manalu (2001) bahwa sebagian
besar ibu sudah mempunyai pengetahuan tentang ASI/menyusui yang relatif baik,
namun pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif relatif rendah, begitu juga perilaku
pemberian ASI secara eksklusif, pada umumnya mereka tidak dapat memberikan
ASI secara eksklusif.
Menurut penelitian Afifah (2008) motivasi pemberian ASI eksklusif sebagian
besar dalam kategori rendah (53,6%). Sedangkan untuk perilaku pemberian ASI
eksklusif didapatkan sebagian besar (57,1%) tidak memberikan ASI eksklusif.
Terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Balun
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
4

Penelitian Ratifah dan Chasanah (2013) menyatakan sebagian besar responden


mempunyai pengetahuan tentang IMD cukup yaitu sejumlah 32 orang (42,1%) dan
sebagian besar mempunyai motivasi baik sebanyak 32 orang (42,1%). Sebagian besar
pengetahuan baik dengan motivasi baik 16 orang (69,5%), pengetahuan cukup
dengan motivasi baik 16 orang (50%) serta pengetahuan kurang motivasi baik 21
orang (61,9%).
Dari penelitian Safitri (2009) menunjukkan bahwa kondisi fisiologis payudara
ibu saat menyusui masih memungkinkan bayi mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan
kebiasaan

pemberian

makanan

prelakteal

tidak

memungkinkan

ibu

untuk

memberikan ASI eksklusif. Dukungan keluarga juga belum maksimal dalam


memberikan kontribusi yang positif kepada ibu untuk memberikan ASI eskklusif.
Hasil penelitian Sari dan Wirawani (2012) menunjukkan bahwa proporsi ibu
IMD hanya sebesar 14,81%. Pada ibu IMD, pemberian kolostrum 100%,
makanan/minuman pralakteal MP-ASI 100%. ASI eksklusif 0%, rata-rata frekuensi
dan lama pemberian ASI adalah 8,753,54 kali/hari dan 2522,04 menit. Pada ibu
tidak IMD, pemberian kolostrum 89,1%, makanan/minuman pralakteal 84,8%, ASI
eksklusif 4,3%, rata-rata frekuensi dan lama pemberian ASI adalah 10,194,3
kali/hari dan 16,7413,1 menit.
Menurut survei pendahuluan yang dilakukan penelitian pada Bulan April
2014, diketahui bahwa Puskesmas Gajahan merupakan salah satu puskesmas
perawatan (rawat inap) yang juga menyediakan pelayanan persalinan di wilayah
Kecamatan Pasar Kliwon. Jumlah ibu hamil di Puskesmas Gajahan Tahun 2014
5

sebanyak 844 ibu. Pelayanan persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan khususnya
bidan. Untuk IMD di Puskesmas Gajahan sudah diterapkan, ibu yang melahirkan di
puskesmas diberi pelayanan dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat gabung
tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan memudahkan
kontak ibu dengan bayi dalam pelaksanaan IMD. Ketidaktahuan dan kurangnya
informasi tentang menyusu dini membuat ibu kurang termotivasi untuk melakukan
inisiasi menyusui dini dan kurangnya dukungan bidan membuat ibu tidak percaya
atau takut untuk melakukan inisiasi menyusui dini. Berdasarkan latar belakang di atas
penulis bermaksud melakukan penelitian di Puskesmas Gajahan, tentang Inisiasi
Menyusui Dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
ibu, motivasi ibu, dan dukungan bidan dengan inisiasi menyusui dini di Wilayah
Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan Cross
sectional karena mempelajari korelasi antar variabel bebas dengan terikat yang
diamati dalam satu titik waktu bersamaan (point time). Penelitian ini dilakukan pada
bulan Juli 2014. Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan
Kota Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di
Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta. Sampel sebanyak 70 ibu hamil,
diambil dengan teknik proporsional random sampling tiap kelurahan.

Analisis data meliputi analisis univariat dengan menggunakan distribusi


frekuensi dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square test
tingkat signifikan = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Jumlah responden ibu yang terbanyak pada kelompok usia 20-35 tahun
sebesar 59 responden (84,3%), sedangkan yang paling sedikit pada kelompok usia
35-50 tahun yakni sebesar 3 responden (4,3%). Ibu dengan umur tertua yaitu 43 tahun
dan termuda 16 tahun dengan rata-rata usia ibu yaitu 27,37 tahun. Responden yang
paling banyak adalah tamat SMA/SMK yakni sebesar 43 responden (61,4%),
sedangkan paling sedikit ialah tingkat SD yakni 2 responden (2,9%). Sedangkan
responden ibu paling banyak tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT),
sebesar 48 orang (68,6%), sedangkan yang paling sedikit pada ibu yang bekerja
sebagai perawat yaitu 1 orang (1,4%).

B. Gambaran tentang pengetahuan ibu, kesediaan ibu, motivasi ibu dan


dukungan bidan
Tabel 1. Analisis Univariat
Variabel
Pengetahuan ibu

Kategori
Kurang

Jumlah
6

Persentase %
8,6 %

Kesediaan ibu

Baik
Bersedia

64
64

91,4%
8,6%

Motivasi ibu

Tidak bersedia
Ada motivasi

6
63

91,4%
90,0%

Dukungan bidan

Tidak ada motivasi


Mendukung

7
65

10,0%
92,9%

Tidak mendukung

7,1%

Responden memiliki pengetahuan baik sebesar 64 orang (91,4%), dan hanya


sebagian kecil responden yang pengetahuannya kurang yaitu sebesar 6 orang (8,6%).
Responden yang bersedia melakukan IMD sebanyak 64 orang (91,4%), lebih banyak
dari pada responden yang tidak bersedia yakni 6 orang (8,6%). Responden yang
memiliki motivasi sebanyak 63 orang (90,0%), lebih banyak dari pada responden
yang tidak memiliki motivasi yaitu 7 orang (10,0%). Bidan yang mendukung untuk
melakukan inisiasi menyusui dini terhadap ibu sebanyak 65 orang (92,9%), lebih
banyak dari pada bidan yang tidak mendukung sebanyak 5 orang (7,1%).

C. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu, motivasi ibu, dan dukungan


bidan.
Tabel 2. Analisis Bivariat

Variabel

Tingkat
pengetahuan ibu
Tingkat motivasi
Ibu

Kategori

Baik

Kesediaan IMD
Bersedia
Tidak
bersedia
n (%)
n (%)
62 (88,6%)
2 (2,9%)

64 (91,4%)

2 (2,9%)
60 (85,7%)

6 (8,6%)
63 (90,0%)

Total

p-value

0,000
Kurang
Ada
motivasi

4 (5,7%)
3 (4,3%)

0,001

Tingkat dukungan
Bidan

Tidak ada
motivasi
Mendukung

4 (5,7%)

3 (4,3%)

7 (10,0%)

61 (87,1%)

4 (5,7%)

65 (92,9%)
0,009

Tidak
mendukung

3 (4,3%)

2 (2,9%)

5 (7,1%)

Responden yang memiliki pengetahuan baik, cenderung bersedia melakukan


IMD, yaitu sebanyak 64 orang (91,4%). Sedangkan yang berpengetahuan kurang
dan tidak bersedia melakukan IMD sebanyak 6 orang (8,6%). berdasarkan hasil
analisis dengan Chi Square didapatkan nilai p=0,0000,05, dengan demikian ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan kesediaan ibu melakukan IMD di Wilayah
Kerja Puskesmas Gajahan. Responden yang memiliki motivasi, sebesar 60 orang
(85,7%) bersedia melakukan IMD. Sedangkan ibu yang tidak memiliki motivasi,
sebanyak 3 orang (4,3%) tidak bersedia IMD. berdasarkan hasil analisis dengan Chi
Square didapatkan nilai p=0,0010,05, dengan demikian ada hubungan antara
motivasi ibu dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas

Gajahan. Bidan yang bersedia mendukung sebanyak 61 (87,1%), sedangkan bidan


yang tidak bersedia mendukung yaitu 2 (2,9%), berdasarkan hasil analisis dengan
Chi Square didapatkan nilai p=0,009, dengan demikian diperoleh ada hubungan
antara dukungan bidan dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja
Puskesmas Gajahan.
D. PEMBAHASAN
1) Pengetahuan ibu
Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan juga dapat diperoleh dari
pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun
lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu
di wilayah kerja Puskesmas Gajahan tentang IMD sebagian besar termasuk
dalam kriteria baik, yaitu sebanyak 64 (91,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu yang baru melahirkan memiliki pengetahuan yang baik
tentang IMD. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang IMD mendorong
seorang ibu akan memberikan ASInya segera setelah bayi lahir atau pada satu
jam kelahiranya. Dengan demikian bayi akan memiliki kekebalan tubuh yang
baik serta tidak rentan terhadap penyakit yang berbahaya. Selain itu IMD sangat
baik untuk menciptakan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
Berdasarkan hasil penelitian dengan kuesioner tentang pengetahuan ibu
didapatkan jawaban pengetahuan baik sebanyak 62 (91,4%) responden dengan
jawaban ya, sedangkan 2 (8,6%) responden dengan jawaban tidak.

10

2) Motivasi Ibu
Menurut Rahardjo (2006) motivasi merupakan salah satu mekanisme
bagaimana terbentuknya proses alami perubahan. Motivasi berarti dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar
sehingga berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa motivasi ibu tentang IMD di
wilayah kerja Puskesmas Gajahan sebagian besar termasuk dalam kriteria baik
63 (90,0%). Afifah (2008) menyimpulkan bahwa perlu ada motivasi yang
berupa penyuluhan atau pemberian informasi dari keluarga, masyarakat, dan
tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu timbul untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berdasarkan hasil penelitian
dengan kuesioner tentang motivasi ibu didapatkan jawaban ibu yang memiliki
motivasi sebesar 60 (90,0%) responden dengan jawaban ya, sedangkan 4
(10,0%) responden dengan jawaban tidak.
3) Dukungan bidan
Aisyaroh

(2010)

menyimpulkan

bahwa

bidan

yang

mempunyai

pengetahuan baik mengenai IMD mempunyai sikap positif atau mendukung


terhadap IMD, dan membantu ibu melaksanakan IMD dengan baik. Bidan
mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI,
peranan bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah yang umum terjadi (Sunarsih 2011). Berdasarkan hasil
penelitian dengan kuesioner tentang dukungan bidan didapatkan jawaban ibu
11

yang mendapat dukungan bidan sebesar 61 (92,9%) responden dengan jawaban


ya, sedangkan 3 (7,1%) responden dengan jawaban tidak.
4) Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Kesediaan Ibu Melakukan
Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan.
Responden yang memiliki pengetahuan baik dan bersedia melakukan IMD
sebanyak 64 orang (91,4%). Sedangkan yang berpengetahuan kurang dan tidak
bersedia melakukan IMD sebanyak 6 orang (8,6%). Ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kesediaan ibu melakukan IMD di Wilayah Kerja
Puskesmas Gajahan (p=0,001). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Iis (2010) yang menyimpulkan bahwa
pengetahuan ibu tentang manfaat memberikan ASI mempengaruhi keputusan
untuk memberikan ASI satu jam pertama setelah bayi lahir. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Deswani (2007) di Cakung Jakarta Timur, yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dan sikap ibu dengan keberhasilan melakukan IMD. Berdasarkan hasil
penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas
Gajahan tentang praktek IMD termasuk dalam kriteria baik. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanyakan ibu yang baru melahirkan memiliki
pengetahuan yang baik tentang IMD, sehingga dapat memberikan ASI sedini
mungkin pada bayinya. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang arti
pentingnya ASI bagi bayi sudah pasti seorang ibu akan memberikan ASInya
pada satu jam pertama setelah bayi lahir. Ibu yang memiliki pengetahuan yang
12

baik

tentang IMD, akan menyusui anaknya segera setelah melahirkan

dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini
disebabkan ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI, pada
umumnya mengetahui berbagai manfaat dari pelaksanaan IMD. Menurut Roesli
(2008), faktor utama yang menyebabkan kurang tercapainya pelaksanaan IMD
yang benar adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang IMD
pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam
menyusui. Seorang ibu yang kehilangan pengetahuan tentang IMD berarti
kehilangan sumber makanan yang paling penting dan cara perawatan yang
optimal pada bayi. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengetahuan
ibu berhubungan dengan praktek inisiasi menyusu dini di wilayah kerja
Puskesmas Gajahan.
5) Hubungan antara Motivasi Ibu dengan Kesediaan Ibu Melakukan Inisiasi
Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan.
Responden yang memiliki motivasi untuk melakukan IMD sebesar 63
orang (90,0%). Sedangkan ibu yang tidak memiliki motivasi sebanyak 7 orang
(10,0%). Ada hubungan antara motivasi ibu dengan kesediaan ibu melakukan
IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan (p=0,001). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Afifah (2008) yang menyimpulkan bahwa perlu
ada motivasi yang berupa penyuluhan atau pemberian informasi dari keluarga,
masyarakat, dan tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu

13

timbul untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian


menunjukkan bahwa motivasi berhubungan signifikan dengan praktek IMD.
Hal ini berarti seorang ibu yang memiliki motivasi baik berpengaruh pada
praktek IMD. Dalam penelitian ini motivasi berpengaruh terhadap IMD
disebabkan karena motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi IMD. Agar
IMD dapat terlaksana, seorang ibu harus tahu manfaat dan keuntungan
memberikan IMD bagi bayi. Seorang ibu juga harus percaya bahwa bayi yang
baru lahir bisa menyusu dengan sendirinya tanpa perlu bantuan dari orang
dewasa. Pemikiran tersebut harusnya mulai ditumbuhkan pada ibu-ibu hamil.
6) Hubungan antara Dukungan Bidan dengan Kesediaan Ibu Melakukan
Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan.
Bidan yang mendukung sebesar 65 orang (92,9%). Sedangkan bidan yang
tidak mendukung sebanyak 5 orang (7,1%). Ada hubungan antara dukungan
bidan dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan
(p=0,009). Menurut Raharjo (2006), penolong persalinan merupakan kunci
utama keberhasilan pemberian ASI satu jam pertama setelah melahirkan.
Karena dalam waktu tersebut peran penolong persalinan masih sangat dominan.
Apabila penolong persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya
maka interaksi-interaksi antara ibu dan bayinya diharapkan segera terjadi.
Dengan IMD ibu semakin percaya diri untuk dapat memberikan ASI sehingga
tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman apapun kepada
bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel di dada ibu dan tenang dalam

14

pelukan ibunya segera setelah lahir. Berhasil atau tidaknya praktek IMD
tergantung pada petugas kesehatan baik perawat, bidan atau dokter karena
mereka yang pertama membantu ibu bersalin melakukan IMD. Dengan
memiliki sikap tanggap maka seorang bidan akan mampu memberikan
pelayanan yang terbaik bagi ibu dan bayi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Umur responden paling banyak pada usia 20-35 tahun sebesar 59 responden
(84,3%), Tingkat pendidikan responden paling banyak SMA/SMK yakni 43
responden (61,4%). Sedangkan pekerjaan yang paling banyak sebagai Ibu Rumah
Tangga (IRT) yaitu 48 responden (68,6%). Ibu yang berpengetahuan baik sebesar 64
orang (91,4%), yang mempunyai motivasi sebanyak 63 orang (90,4%), dan ibu yang
mendapat dukungan bidan untuk melakukan inisiasi menyusui dini terhadap ibu
sebanyak 65 orang (92,9%). lebih banyak dari pada bidan yang tidak mendukung
sebanyak 5 orang (7,1%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kesediaan
ibu melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan p=0,000. Ada hubungan
antara motivasi ibu dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajahan p=0,001. Ada hubungan antara dukungan bidan dengan kesediaan
melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan p=0,009.

15

Saran
Diharapkan

petugas

kesehatan

khususnya

bidan

dapat

memberikan

penyuluhan tentang IMD terutama pada ibu hamil serta tenaga kesehatan untuk
berupaya memfasilitasi pelaksanaan IMD, mengevaluasi dan koreksi tentang
pelaksanaan dan pengawasan kegiatan program tersebut. Bagi masyarakat khususnya
para ibu dapat meningkatkan pengetahuan akan pentingnya pemberian ASI sedini
mungkin dengan IMD dan ASI eksklusif pada bayinya. Bagi peneliti lain yang
mungkin berminat untuk melakukan dan mengembangkan penelitian ini diharapkan
menggunakan variabel penelitian seperti sikap dan perilaku, lebih luas pembahasan
materinya, menggunakan metode dan tehnik yang berbeda seperti kohort serta
memperluas ruang lingkup penelitian.

16

DAFTAR PUSTAKA
Afifah, D N. 2008. Hubungan antara Motivasi dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. STIKes Muhammadiyah
Lamongan. Vol. 1. No.2. Maret 2009:57-64
Aisyaroh, N. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dengan Praktik Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas
Kota Semarang.
Deswani, 2007, Faktor-faktor yang Mempengeruhi Ibu dalam Pengambilan
Keputusan Untuk Menyusui Bayi Secara Dini di RB Puskesmas Kecamatan
Keramat Jati, Duren Sawit dan Cakung Jakarta Timur. Skripsi : Universitas
Indonesia
Hikmawati, I. 2008. Faktor-Faktor Resiko Kegagalan Pemberian ASI selama Dua
Bulan ( Studi Kasus pada Umur 3-6 Bulan di Kabupaten Banyumas). (Tesis).
FKM Universitas Diponegoro Semarang.
Iis S. 2010, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI dalam Satu Jam
Pertama Setelah Lahir di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat (Analisis
Survey Data Dasar Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esential di Kabupaten Garut Jawa Barat, Tahun 2007), Jurnal Kesehatan
Media Litbang Kesehatan Vol XX No 2 Tahun 2010
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010.Penuntun Hidup Sehat. Jakarta :
Bakti Husada.
Media Y, Rachmalina, dan Manula H. 2006. Pengetahuan, Presepsi dan perilaku Ibu
tentang Pemberian ASI Eksklusif. Media Litbang Kesehatan XVI No 3
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahardjo S, 2006, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Satu Jam
Pertama Setelah Melahirkan, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,Volume I
Nomor I Tahun 2006
Ratifah dan Chasanah U. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kelas Ibu
Hamil di Puskesmas 2 Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Prodi D3
Keperawatan Purwokerto. Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. Jurnal
Ilmiah Kebidanan. Vol. 4 No. 1 Edisi Desember 2013. hal. 211-219
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013.

Roesli S. 2008, Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eklusif (Cetakan I) Jakarta :
Pustaka Bunda.
Safitri Y. 2009. Perilaku yang Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber tahun 2009. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3.
Desember 2012 : 161-169
Sari M C dan Wirawani. 2012. Perbedaan Pola Pemberian ASI antara Ibu yang
Melakukan dan tidak Melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Progam Studi Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Journal of Nutrition
College Vol 1. Nomor 1. Tahun 2012, Halaman 1-10
Sunarsih, T .2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta selatan : Salemba
Medika.
Siregar, 2004, Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Skripsi : Universitas Sumatra Utara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Widuri, H. 2013. Cara Mengolah ASI Ekslusif Bagi Ibu Bekerja.Yogyakarta : Gosyen
Publising.
Yuntas, Djunaidi M D dan Sukmawati.2013. Perilaku Bidan dalam Pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Studi Kasus Di Puskesmas Batua Makassar.
FKM. Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai