Anda di halaman 1dari 5

B AH AS AB E R I TAT V

14 07 2009

Menulis berita televisi sedikit berbeda dengan menulis berita untuk media cetak. Pemirsa Tv
hanya menyaksikan gambar dan mendengarkan narasi berita. Bagi jurnalis ini tentu lebih berat
dibanding dengan membaca surat kabar dan majalah. Karena itu, kita harus menyajikan berita tv
supaya mudah dipahami penonton. Prinsipnya, bahasa yang digunakan untuk tv adalah bahasa
lisan. Kita harus bercerita atau bertutur, bukan menulis.
Soren H.Munhof mengemukakan, penulisan berita TV harus tepat (accuracy), singkat (brevity),
jelas (clarity), sederhana (simplicity) dan dapat dipercaya (sincerity).
Tepat (accuracy) adalah suatu keharusan. Penulisan berita harus tepat. Data yang dituliskan
harus sesuai dengan konteks permasalahan dan dapat dipertanggungjawabkan. Nama orang,
jabatan orang, tempat kejadian, tanggal kejadian, dan data-data yang berkaitan dengan angka
tidak boleh melenceng. Berita yang ditulis adalah fakta. Tidak boleh mengandung opini atau
pendapat reporter. Kalau tulisan mengandung opini, berita akan cenderung tidak sesuai dengan
konteks permasalahan. Ingat, anda sebagai reporter bukan komunikator. Anda adalah alat atau
media penyampai informasi dari sumber berita kepada pemirsa.
Singkat (brevity). Penulisan yang singkat berkaitan dengan ekonomi kata. Supaya kalimat yang
anda susun singkat, maka tiap kata yang ditempatkan menjadi sebuah kalimat haruslah kata yang
tepat dan mudah dipahami. Hindari penggunaan kata-kata yang mubazir. Kata yang mubazir itu
jika dihilangkan dari sebuah kalimat tak akan mengubah maknanya.

Jelas (Clarity). Kalimat harus dibuat teratur, mulai dari pokok kalimat (subyek), sebutan
(predikat), obyek, dan keterangan. Usahakan supaya pokok kalimat dan sebutan berdekatan
letaknya. Kalau pokok kalimat dan sebutan berjauhan letaknya akan mengacaukan perhatian
penonton.
Sederhana (simplicity). Penonton tv sangat heterogen. Tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin,
suku dan tingkat sosial mereka sangat berbeda. Sementara bahasa yang kita buat harus ditujukan
kepada yang beragam tersebut.
Dapat dipercaya (sincerity). Berita yang disusun haruslah berdasarkan fakta peristiwa dan fakta
pendapat yang obyektif. Oleh karena itu, berita harus dapat dipercaya dan memenuhi kaidah
etika, undang-undang dan hukum.
TANDA BACA, ANGKA DAN SINGKATAN
Menuliskan tanda baca dan singkatan pada media tv sedikit berbeda dengan cara yang dilakukan
terhadap media cetak. Pada media cetak, penulisan tanda-tanda baca maupun singkatan hamper
tidak mengalami perubahan, sesuai dengan kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baku. Hal
itu disebabkan media cetak dapat dibaca berulang kali jika pembacanya kurang memahami
isinya.
Karena sifatnya yang sepintas pada media tv, maka penulisan tanda-tanda baca tersebut tidak
semuanya dipakai. Tujuannya, agar penyiar/ reporter yang membacakan naskah tidak mengalami
kesulitan dan pendengar atau pemirsa tv dapat dengan mudah memahami informasi yang
disampaikan.
Dalam konteksi ini, naskah berita harus dibuat hear copy. Naskah tersebut tentu tidak akan
dibaca langsung oleh pemirsa, tetapi penyiar / reporter membacakan untuk pemirsa. Pada media
cetak, naskah tersebut didesain sebagai read copy, yakni naskah yang dibuat langsung untuk
dibaca pembaca.
TANDA BACA
Secara umum hanya terdapat tiga hingga empat tanda baca yang digunakan dalam penulisan
untuk media tv, yakni titik ( . ), koma ( , ), strip atau garis putus ( ) serta kadang-kadang tanda
Tanya ( ? ).
Titik digunakan sebagai tanda berakhirnya sebuah kalimat. Ada juga yang menambahkan dua
garis miring (//) di belakangnya. Pemakaian dua garis miring tersebut untuk memudahkan
penyiar memastikan bahwa kalimat tersebut berakhir.
Koma digunakan sebagai tanda pemisah antara bagian di dalam kalimat, untuk memperjelas
pengertian serta sebagai pause atau berhenti sesaat untuk memberikan peluang bernapas bagi
pembacanya. Walau koma masih digunakan, tetapi hendaknya pembuatan kalimat terlalu panjang
dihindari. Semakin pendek suatu kalimat semakin baik bagi pemirsa.

Strip atau garis putus digunakan untuk pemutusan kata dalam sebuah kalimat akibat terbatasnya
ruang. Selain itu juga untuk menandai singkatan, misalnya K-U-D, D-P-R, dan lain-lain.
Pembatasan singkatan tersebut memerlukan tanda baca garis putus agar memudahkan penyiar
dalam mengidentifikasi singkatan, sehingga singkatan tersebut tidak dibaca seperti lazimnya
membacakan kata. K-U-D tidak dibaca KUD.
Tanda Tanya kadang masih digunakan dalam pembuatan kalimat Tanya. Kalimat Tanya dalam
penulisan di media tv memang jarang digunakan. Hal ini disebabkan karena informasi yang
disampaikan melalui tv bersifat langsung dan tidak langsung. Hanya pada uraian tertentu yang
kadang masih menggunakan kalimat Tanya, itupun tidak dimaksudkan untuk memperoleh
jawaban dari pemirsa.
ANGKA
Dalam penulisan angka pada media tv juga memiliki cara yang berbeda dibandingkan dengan
penulisan angka untuk media cetak. Ini dilakukan untuk membantu memudahkan penyiar atau
reporter dalam menyampaikan isi informasi. Jangan biarkan seorang penyiar memperoleh
kesulitan membaca angka-angka. Jika hal itu terjadi, maka dampaknya akan mengganggu
kelancaran program dan akan terkesan kurang siapnya seorang penyiar.
Menulis angka di media tv tidak dapat dilakukan dengan menuliskan semua angka-angka tetapi
sebagian diantaranya perlu dilakukan penggabungan antara angka dan huruf. Sedangkan untuk
angka-angka yang jumlahnya cukup banyak dan ganjil, sebaiknya dibulatkan.
0 s/d 11 : sebaiknya ditulis dengan huruf
12 s/d 999 : ditulis dengan angka
Di atas 999 : ditulis gabungan antara huruf dan angka
CONTOH
1. Seorang preman ditangkap polisi dalam razia di tempat hiburan malam di Jakarta// (bukan: 1
orang.)
2. Pemerintah menetapkan ganti rugi rumah korban gempa bervariasi// Untuk rumah rusak parah/
diganti 30 juta rupiah/ untuk rusak ringan 10 juta rupiah// (bukan: RP.30.000.000)
3. Pertandingan final piala dunia sepakbola disaksikan 500 ribu 750 orang// (bukan: 500.750
orang)
4. Jumlah hutang Indonesia pada Bank Dunia mencapai sekitar 500 ribu dolar amerika// (bukan:
497.573 dolar amerika)
*Khusus untuk angka yang menggunakan satuan yang kurang familiar, misalnya mata uang,
berat, ukuran benda yang tak pernah digunakan secara umum oleh masyarakat umum, sebaiknya
diganti dengan ukuran atau angka yang familiar.

CONTOH:
1. Barang bukti uang 100 dolar amerika bisa diganti dengan sekitar 1 juta rupiah (dengan
kurs 9 ribuan)
2. Ketinggian lumpur panas dari semburan gas PT.Lapindo mencapai 65 centimeterbisa
diganti dengan sepaha orang dewasa.
3. Jarak antara kota A dan B sekitar 200 mil..Satuan mil tidak begitu familiar di negeri ini.
Kita harus ubah menjadi satuan jarak kilometer.
SINGKATAN
singkatan di media Tv sebaiknya tidak dilepaskan begitu saja. Selain pemakaian tanda baca
khusus, juga perlu pemanjangan singkatan tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Misalnya singkatan DR dan dr. Kedua singkatan itu penulisannya sama,
hanya beda huruf besar dan kecil, namun pengucapannya beda, DR dibaca Doktor. Sedangkan
dr dibaca dokter. Demikian pula terhadap singkatan yang tidak dikenal secara umum, harus
dipanjangkan atau ditulis kedua-duanya. Sedangkan untuk singkatan berbahasa asing, sebaiknya
dipanjangkan dengan dialih bahasa terlebih dulu.
CONTOH:
1. Dewan Perwakilan Rakyat/ D-P-R/ akan memanggil Direksi PT.Lapindo Brantas/ terkait
semburan gas di Porong/ Sidoarjo/ Jawa Timur//
2. Ketua Tim pemantau Flu burung Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso/ dokter
Sardikin mengatakan/ pihaknya tengah menunggu hasil tes darah wartawan cetak di
bandung//
3. Dana Moneter Internasional/ I-M-F/ memberi hibah dana pada pemerintah Indonesia sebesar
100 juta dolar amerika atau sekitar 1 trilyun rupiah//
PENTING DIINGAT!!
Kejelian menangkap fakta yang eksklusif, lengkap dan akurat tidak berarti jika tak disampaikan
dalam bahasa yang mudah dimengerti.
Penulis harus memahami dan menggunakan bahasa jurnalistik dengan baik untuk
menyampaikan informasi
Kemahiran bahasa jurnalistik mencakup ketelitian, kemampuan memilih dan membentuk kata,
serta konstruksi kalimat yang logis
1. Mencermati Ejaan
Huruf: tanda untuk menyatakan bunyi bahasa
Ejaan : aturan yang melambangkan bunyi
Acuan : Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) berlaku sejak 1972, tapi responsif terhadap
perubahan (perubahan ejaan dari masa ke masa)
Perhatikan pemakaian tanda baca : titik, koma, titik koma, pisah, titik dua, kurung, kutip,
penyingkat, ellipsis, kurung siku
Penulisan huruf: latin (26 huruf) dan EYD (huruf gabungan: kh, ng, ny, sy)

Perhatikan penulisan huruf besar, miring


Cermati penggunaan kata turunan, kata ulang, kata majemuk, kata depan.
2. Memilih Kata
Kata merupakan unsur pembentuk kalimat
Menguasai cara pembentukan kata (dari kata dasar); proses pembubuhan afiks, proses
pengulangan, proses pemajemukan
Dalam bahasa jurnalistik, jenis kata yang perlu diperhatikan adalah:
Kata ulang: menggambarkan jumlah yang berkaitan dengan fakta (pengulangan seluruh kata
dasar, pengulangan dengan imbuhan, pengulangan suku awal, pengulangan dengan perubahan
bunyi)
Kelompok kata: mengelompokkan nama lebih spesifik agar jelas, contoh : rumah besar
berdinding kayu.
Kata majemuk : kata yang diperluas (DM), jumlah jamak
Diksi atau pilihan kata : memperluas kosa kata (kamus umum dan sinonim, kata baru dalam
tulisan dan pembicaraan, banyak membaca untuk mengasah kepekaan berbahasa)
Kata denotasi (arti harfiah) dan konotasi (tautan pikiran)
Kata umum (misal : saudara) dan kata khusus (abang, adik, sepupu)
Majas (figure of speech): untuk menggambarkan realita untuk lebih mendekati gambaran
sebenarnya), terdiri dari majas perbandingan (perumpamaan/ perbandingan, kiasan/ metafora,
personifikasi), majas pertentangan (ironi hiperbola, litotes), majas pertautan (sinekdot, kilatan,
eufimisme, metonimia)
Idiom : ungkapan bahasa yang artinya tidak langsung dijabarkan arti unsur-unsurnya (misal:
terdiri atas, bergantung pada, berbeda dengan, membanting tulang)
Ekonomi kata : ungkapan ringkas menjadikan diksi lebih sarat informasi (misal: mengadakan
penelitian dengan meneliti, melakukan kunjungan dengan berkunjung).

Anda mungkin juga menyukai