Anda di halaman 1dari 5

Dokumenter Televisi, Bukan Sekadar Dokumentasi

30 Agustus 2013 in Broadcasting, Dokumenter | by Diki Umbara | Tinggalkan komentar

Dokumenter Televisi, Bukan Sekadar Dokumentasi


Diki Umbara

Pelbagai acara televisi di berbagai kanal seolah mengatakan tonton kami, tonton kami! Dan
pada akhirnya hanya tontonan menariklah yang akan menjadi pilihan pemirsa. Itupun mereka
belum tentu setia mengikuti acara televisi hingga akhir acara. Ketidaksetiaan itu dipengaruhi
oleh berbagai alasan, dan alasan paling umum biasanya acara tak menarik untuk diikuti sampai
selesai. Maka dalam hitungan sepersekian detik penonton dengan mudah akan mengganti kanal
atau saluran televisi.

Seringkali acara televisi memiliki segment tertentu, ketertarikan acara televisi dipengaruhi oleh
minat penonton karena berbagai hal di antaranya faktor usia, latar belakang pendidikan, gender,
dan status ekonomi sosial. Karenanya para kreator acara televisi akan memperhatikan unsur
tersebut. Akan tetapi itu bukan segalanya karena kontent yang menariklah yang akan menjadi
pilihan akhir.

Informasi, Edukasi, Hiburan!

Televisi apapun itu selalu terkait dengan tiga hal besar, ia harus memiliki unsur informasi,
edukasi, dan hiburan. Dan unsur terakhir rupanya merupakan rumusan yang tak boleh dihindari,
bahkan untuk jenis acara apapun. Ya, nyatanya acara televisi mesti menghibur. Kenapa unsur
hiburan itu penting? Karena sebagian besar penonton tak menganggap serius apa yang
ditayangkan di televisi. Lalu bagaimana untuk acara-acara televisi non hiburan? Medium is
messege. Televisi sebagai media adalah pesan itu sendiri. Karenanya acara yang mengandung
unsur informasi dan edukasi juga memiliki tempat. Acara berita tenntu saja, kanal-kanal televisi
berita memiliki penontonnya sendiri. Demikian juga dengan acara yang memiliki unsur edukasi.
Walaupun nyatanya tak seelok acara berita dan hiburan. Sebut misalnya Blomberg TV, LiTV,
Deutche Welle, dan E-TV yang memiliki banyak acara edukasi, ia juga memiki penontonnya
sendiri.
foto: art.stanford.edu

Dokumenter TV vs Acara Lain

Di antara format acara televisi yang memiliki kekhasan dan memiliki penonton tersendiri ialah
dokumenter. Sebetulnya dokumenter televisi merupakan salah satu format acara televisi paling
awal era tayangnya televisi itu sendiri, namun berbagai format baru nyaris saja menggilas acara
ini utamanya acara dengan format hiburan seperti sinetron, gameshow, music show, talent
hunting atau ajang pencarian bakat, dan quiz. Karenanya para kreator dokumenter televisi mesti
berpikir keras bagaimana agar dokumenter televisi bisa tetap menjadi tontonan menarik, bahkan
memiliki ketiga unsur tadi yakni memberikan informasi, ada unsur edukasi, serta menghibur.
Maka kanal-kanal televisi dokumenter bisa masih eksis, Discovery Channel sebagai salah satu
televisi yang mengkhususkan pada acara dokumenter melahirkan kanal-kanal baru yang lebih
spesifik seperti Discovery Kid dan Discovery Family.
foto: publicaffairs.ubc.ca

Realitas dan Kreativitas

Dua hal yang paling khas dam dokumenter televisi ini tak bisa dipisahkan, realitas atau
kenyataan alias bukan fiksi serta kreativitas, yaitu bagaimana agar sesuatu yang ada dalam
kenyataan ini bisa didesain sedemikian rupa dengan sekreatif mungkin oleh para pembuat
dokumenter televisi. Karenanya dokumenter sering disebut sebagai perlakuan kreatif atas
realitas.

Bisa jadi inilah yang menjadi titik poin kenapa dokumenter televisi di Indonesia masih belum
menjadi acara unggulan kecuali di beberapa televisi seperti MetroTV, TVOne, KompasTV dan
terakhir NET. Kreatifitas semestinya tanpa batas agar dokumenter tak menjadi acara yang
membosankan. Ada beberapa faktor kenapa ini tak terjadi secara baik di televisi yang ada di
Indonesia. Kreativitas akan berkaitan dengan sumber daya manusia alias yang terlibat pada
pembuatan dokumenter tersebut. Data sebagai salah satu hal yang sangat penting seringkali
diabaikan. Data yang kemudian diolah menjadi fakta karena riset masih dirasa minim.
foto: netmedia.co.id

Hal lain yang tak kalah penting adalah menyangkut ide dan tema. Sebagai salah seorang juri di
KPI Award kategori dokumenter televisi, penulis melihat tema yang diangkat dalam dokumenter
televisi kita masih kurang beragam. Dan ini menjadi catatan yang kita sampaikan pada KPI
Award 2012 lalu.

Sekadar Dokumentasi

Mungkin ini kritik yang agak berlebihan, tapi dengan berat hati penulis sampaikan nyatanya
dokumenter televisi kita masih banyak yang sekadar dokumentasi. Separah itukah? Semoga tidak
demikian ke depannya, setidaknya kabar baik itu bisa kita lihat pada dokumenter televisi di
KompasTV dan NET. Namun secara umum memang dokumenter televisi kita jauh dari apa yang
dikatakan di atas, perlakuan kreatif atas realitas. Alih-alih kreativitas yang tinggi, beberapa serial
dokumenter televisi kita masih minim akan riset. Ini bisa kita temui misalnya ketika kita
menonton dokumenter televisi di tv kita minim akan informasi sehingga informasi yang
disuguhkan cenderung dangkal.

Ditinggalkan atau Mengejar

Pilihannya hanya ada dua, dokumenter televisi kita akan ditinggalkan atau dibuat sedemikian
rupa menarik dengan mengejar program-program yang jauh lebih dahulu diminati penonton.
Berat memang, dokumenter televisi tak bisa sedramatis sinetron atau FTV yang memang
naskahnya dibuat berdasar khayalan. Namun bukan berarti dokumenter tidak bisa menarik. Hal-
hal teknis yang bisa dilakukan pada program lain bisa juga diterapkan pada dokumenter televisi.
Untuk videografi atau pengambilan gambarnya, dokumenter televisi di NET sudah lumayan
bahkan bagus menyusul dokumenter yang ada di KompasTV. Keindahan gambar pada
dokumenter televisi tidak kalah dengan gambar-gambar yang ada di sinetron. Namun masih ada
yang mesti diperbaiki yakni konten atau isi acara. Riset menjadi teramat penting dilakukan oleh
para pembuat dokumenter televisi. Tentu saja bukan riset yang ala kadarnya. Demikian juga
dengan tema. Dari Aceh hingga Papua, dengan keberagaman hayati, sosial, seni, dan budaya
sepertinya tak akan pernah kurang. Subyek dan obyek yang itu-itu saja apalagi misalnya tempat
yang sudah sangat familiar tentu akan menjadi membosankan jika itu terus diulang. Artinya para
kreator jangan terjebak dengan hal yang itu-itu saja. Keberagaman dan pelbagai potensi alam
serta aspek sosial di dalamnya merupakan modal yang sangat besar. Lalu beranikan para
pembuat dokumenter mulai melirik tema lain yang tak sekadar ikut-ikutan dengan hasil
dokumenter televis yang pernah dibuat sebelumnya?

gambar: nationalgeographic.co.id

Lokal untuk Global!

Ini barangkali kelemahan lain para pembuat dokumenter televisi kita, mereka membuat acara
dokumenter memang untuk ditayangkan di tv lokal, nasional, atau berjaringan nasional. Jadi
membuat dokumenter hanya berdasar yang diinginkan lokal saja. Barangkali akan beda jika
para pembuat dokumenter berpikir bahwa kelak hasil dokumenter televisi tersebut akan
ditayangkan secara internasional seperti halnya National Geographic atau Discovery Channel.
Karena dengan ditayangkan luas di berbagai negara, secara kualitas juga akan memenuhi standar
internasional. Quality control yang mereka lalkukan sangat ketat, baik aspek teknis maupun
konten. Jadi, buatlah acara dokumenter televisi konten lokal yang (akan) ditayangkan di televise
jaringan mancanegara. Selamat berkreativitas!

Anda mungkin juga menyukai