Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK I

KARIES OKLUSAL PADA KEDALAMAN EMAIL

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 PDG GANJIL
VERI ANGGARA S. (12/KG/9289)

VANIA IKA S.

(13/KG/9567)

GABRIELA

(13/KG/9549)

JONATHAN A. P.

(13/KG/9569)

DEMA A.

(13/KG/9551)

YULISA WAHYU R.

(13/KG/9571)

KEZIA JERMICA S. (13/KG/9553)

DHANI INDRA P.

(13/KG/9573)

NAFISA HASNA S. (13/KG/9557)

NANDITHA P.

(13/KG/9575)

AISYAH H.

(13/KG/9559)

RISTI NOVRITA P.

(13/KG/9577)

ALFIRA HARIFI

(13/KG/9561)

CATHRINE VIVIAN

(13/KG/9579)

DIAR FADILLAH

(13/KG/9563)

OLIVIA RIZKI E.

(13/KG/9581)

AGATHA RAVI V.

(13/KG/9565)

BINA RIZKA M.

(13/KG/9583)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Karies Oklusal pada
Kedalaman Email. Penyusunan makalah ini adalah salah satu syarat penilaian diskusi Student
Center Learning (SCL) pada mata kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak I di semester V
program studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr.
drg. Iwa Sutardjo R.S, S.U., Sp. KGA(K) selaku pembimbing dari kelompok penulis atas
seluruh bimbingannya selama penyusunan makalah ini, serta kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca serta dapat membantu memajukan pendidikan
kedokteran gigi di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat
lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 4 November 2015

Kelompok 3 PDG Ganjil

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

Pendahuluan
Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Pembahasan
Anamnesis

Pemeriksaan Klinis dan Penunjang

Diagnosis

Etiologi

Rencana Perawatan

11

Perawatan

11

Prognosis

12

Edukasi Dental Health Education

12

Pemeriksaan Follow-Up

13

Kesimpulan

15

Daftar Pustaka

16

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seorang anak bernama Aldo berumur 9 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo
ditemani orang tuanya dengan keluhan terdapat bercak hitam pada oklusal gigi geraham
bawah kanan. Diketahui juga bahwa anak malas untuk menyikat gigi. Saat anak masuk
ke ruang periksa, anak terlihat pucat dan lemas dan diketahui bahwa anak belum pernah
datang ke dokter gigi sebelumnya.
Berdasarkan skenario di atas, kami akan menjelaskan bagaimana cara penentuan
anamnesis yang dilakukan dokter kepada pasien anak, pemeriksaan apa saja yang
dibutuhkan, diagnosis dari kasus tersebut, bagaimana etiologi, rencana perawatan,
prognosis, edukasi Dental Health Education pada anak anak, serta perawatan apa yang
harus dilakukan oleh dokter gigi dan bagiamanan pemeriksaan Follow-up untuk
memastikan bahwa kasus telah ditangani dengan baik.

Rumusan Masalah
a. Bagaimana anamnesis antara dokter gigi dengan pasien ataupun orang tua?
b. Apa diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut?
c. Apa pemeriksaan klinis dan penunjang yang harus dilakukan untuk menguatkan
diagnosis tersebut?
d. Apa etiologi dari kasus tersebut?
e. Bagaimana rencana perawatan yang akan dilakukan untuk kasus tersebut?
f. Apa perawatan yang akan dilakukan untuk kasus tersebut?
g. Bagaimana prognosis dari perawatan yang dilakukan?

h. Bagaimana edukasi Dental Health Education yang dapat digunakan untuk kasus ini?
i. Apa saja perawatan follow up yang akan dilakukan pasca perawatan kasus tersebut?

Tujuan
a. Mengetahui anamnesis antara dokter gigi dengan pasien ataupun orang tua.
b. Mengetahui diagnosis yang tepat untuk kasus terebut.
c. Menentukan pemeriksaan klinis dan penunjang yang harus dilakukan untuk
menguatkan diagnosis tersebut.
d. Mengetahui etiologi dari kasus tersebut.
e. Menentukan rencana perwatan yang akan dilakukan untuk kasus tersebut.
f. Menentukan perawatan yang akan dilakukan untuk kasus tersebut.
g. Mengetahui prognosis dari perawatan yang dilakukan.
h. Memahami proses edukasi Dental Health Education yang dapat digunakan untuk
kasus ini.
i. Menetukan perawatan follow up yang akan dilakukan pasca perawatan kasus
tersebut

PEMBAHASAN
Anamnesis
Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Megasari, dkk., 2014). Tujuan anamnesis
adalah dokter dapat memperoleh informasi mengenai keluhan dan gejala penyakit yang
dirasakan pasien, hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit, dan hal-hal lain
yang akan mempengaruhi perjalanan penyakit atau proses pengobatan (Sari, Indrawati
& Oei, 2008). Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut :
a

Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh
adalah data primer, karena langsung dari sumbernya. (Megasari, dkk., 2014)

Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data
tentang pasien. (Megasari, dkk., 2014)

Pada kasus ini, dilakukan auto anamnesis dan allo anamnesis. Auto anamnesis
dilakukan pada anak berusia 9 tahun, yang mengeluhkan mengenai giginya. Sementara
itu, allo anamnesis dilakukan pada orang tua pasien anak untuk mendapat data
tambahan.
Pengumpulan Anamnesis pada Anak (Auto anamnesis)
1

Sayang, giginya kenapa? Ini dok, gigiku ada berwarna hitam, aku malu dok.

Giginya sakit gak, sayang? Gak dok, hehe

Sudah pernah ke dokter gigi belum, sayang? Tidak pernah dok

Pengumpulan Anamnesis pada Ibu (Allo anamnesis)


1

Bu, anaknya ada sakit atau alergi tidak ya? Tidak ada dok, anak saya sehat dan tidak
punya alergi

Apa ibu dan bapak ada riwayat sakit parah? Tidak ada dok, kami sehat juga

Anak ibu sudah pernah ke dokter gigi ya? Belum pernah dok, anak saya belum
pernah ke dokter gigi sebelumnya, ini baru pertama kali dok

Kalo bapak dan ibu ada riwayat sakit gigi atau giginya ada yang dicabut? Kalau
bapak dan saya sudah beberapa kali ke dokter gigi dan melakukan penambalan

Anaknya suka makan gula-gula tidak ya bu? Iya dok, anak saya sering sekali makan
makanan yang manis-manis

Anaknya rajin sikat gigi atau tidak ya bu ? berapa kali sehari ? hmmm anak saya
sikat gigi kalau saya ingatkan dok, tetapi kalau tidak seperti nya dia agak malasmalasan.

Dari anamnesis tersebut, akan didapatkan beberapa data:


1

Statistik vital (Identitas pasien)


Statistik vital memegang semua informasi yang berguna mengenai pasien untuk
memudahkan pengambilan informasi, pemeliharaan data serta komunikasi
medikolegal; penyimpanan data, dan sebagainya. (Badrinatheswar, 2010). Hal-hal
yang termasuk statistik vital:
a

Nama
Untuk permasukan data, digunakan nama lengkap. Nama berguna untuk:
pemeliharaan rekam medis, menciptakan komunikasi verbal dan hubungan yang
baik dengan pasien, nama panggilan dapat digunakan untuk membangun
hubungan yang lebih bersahabat dengan pasien (Badrinatheswar, 2010).

Usia
Usia harus dicatat dengan tanggal kelahiran untuk membantu dalam menghitung
umur pasien secara tepat. Umur pasien penting karena: berhubungan dengan
perubahan dengan struktur dentofasial, keberadaan penyakit dan lesi terkait usia,
indikasi pola pertumbuhan individual yang berguna, membantu untuk teknik
managemen kebiasaan yang sesuai dengan umur, peresepan obat yang
diperlukan, untuk membandingkan umur dental, skeletal dan mental individual,
menghubungkan erupsi dan eksfoliasi gigi (Badrinatheswar, 2010).

Jenis kelamin
Jenis kelamin penting untuk membedakan penyakit terkait jenis kelamin,
predileksi jenis kelamin terkait kondisi tertentu (waktu erupsi gigi,
penyembuhan dan kemungkinan injuri traumatik) (Badrinatheswar, 2010).

Sekolah dan kelas


Berfungsi untuk mengetahui status ekonomi dari pasien/pengantar, mengetahui
IQ anak dan usia mental seseorang, untuk komunikasi efektif dengan anak dan
mengetahui prosedur kemampuan persepsi anak (Badrinatheswar, 2010)

Nama orang tua/pengantar & pekerjaan


Menyediakan data mengenai status sosioekonomi orang tua/pengantar yang
merefleksikan

sikap

orang

tua/pengantar

terhadap

perawatan

gigi

(Badrinatheswar, 2010)
f

Alamat
Berfungsi untuk komunikasi, merefleksikan status sosioekonomi, membantu
dalam membuat penjadwalan perjanjian, menggambarkan area endemik tertentu
terhadap pernyakit tertentu dalam menegakkan diagnosis. (Badrinatheswar,
2010).

Chief Complain
Merupakan data yang diberikan baik oleh orang tua/pengantar pasien atau oleh diri
anak sendiri yang berkaitan dengan kunjungan anak ke klinik dokter gigi. Hal ini
penting untuk merekam kata-kata pasien yang mengarahkan diagnosis menjadi
benar dan mudah (Badrinatheswar, 2010). Pada kasus, anak mengeluhkan adanya
gigi yang berwarna hitam pada gigi gerahamnya (46).

History of Present Illness


Present illness yang paling sering dievaluasi: tipe, onset, durasi, lokasi, kuantitas,
kualitas, frekuensi kejadian, faktor pemberat dna peringan, gejala yang terkait
dengan penyakit. Informasi dapat diberikan oleh orang tua atau pasien
(Badrinatheswar, 2010). Pada kasus, pasien tidak merasakan adanya sakit pada gigi
manapun.

Medical History
Kepentingan mendapatkan medical history secara menyeluruh terletak pada
hubungan penyampaian perawatan gigi rutin (Badrinatheswar, 2010). Medical
history harus termasuk di antaranya:

Prenatal history
Riwayat mengenai ibu ketika masa mengandung. Prenatal history terdiri dari:
kelainan nutrisi, riwayat obat-obatan, penyakit, kecelakaan/ trauma, posisi janin
abnormal selama masa kehamilan (Rao, 2012)

Natal history
Riwayat mengenai anak ketika proses kelahiran. Natal history terdiri dari:
cyanosis masa kelahiran, cara kelahiran (terkait penggunaan forsep), dan
inkompabilitas Rh. (Rao, 2012)

Postnatal history
Riwayat terkait periode anak awal. Postnatal history terdiri dari: riwayat terkait
jenis dan durasi kebiasaan cara makan, gangguan nutrisi, trauma, penyakit masa
kanak-kanak, kejadian penting pada perkembangan dan riwayat imunisasi (Rao,
2012)

Recent medical history


Membantu dalam merubah atau memodifikasi rencana perawatan berhubungan
dengan kondisi sistemik pasien. Terdiri dari : penyakit yang baru diderita dan
penyakit terdahulu yang diderita serta status kesehatan anak, riwayat mengenai
perawatan / pembedaan / medikasi / alergi dll., rawat inap sebelumnya, usia dan
sebab dari rawat inap, operasi, peninjauan sistemik secara menyeluruh
(Badrinatheswar, 2010).

Pada kasus, anak berada dalam kondisi sehat, tidak terdapat adanya keluhan
mengenai suatu penyakit.
5

Dental history
Dental history berguna untuk menguraikan sikap pasien terhadap dunia kedokteran
gigi dan memberikan informasi mengenai pengalaman buruk tentang perawatan gigi
yang membutuhkan suatu penanganan yang hati-hati. (Rao, 2012) Pada kasus, anak
belum pernah ke dokter gigi sebelumnya.

Family History
Familiy history menyediakan informasi mengenai perkembangan yang terpengaruh
herediter pada pasien, sikap orang tua terhadap oral hygiene, kesehatan serta
kedokteran gigi yang dapat direfleksikan melalui perilaku anak, mengetahui
penyakit menular pada keluarga yang perlu diwaspadai (Rao, 2012) Pada kasus,
kedua orang tua sehat. Ayah dan ibu memiliki riwayat mengenai penambalan.

Social history
Social history meliputi perkembangan intelektual dan sosial; riwayat akademis,
status finansial, dan sumber pelayanan kesehatan secara umum (Arciniegas, dkk.,
2013).
Pada kasus, anak berusia 9 tahun, anak belum pernah ke dokter gigi dan merasa
cemas dan terlihat muka anak pucat. Diperkirakan anak takut untuk dirawat oleh
dokter gigi.

Personal history

Oral habit history


Terdiri dari frekuensi, intensitas, durasi kebiasaan (seperti menghisap ibu
jari/telunjuk, menjulurkan lidah, bruxism, bernapas melalui mulut, dll.) (Rao,
2012)

Oral hygiene history


Berkaitan dengan pemeliharaan dari kebersihan mulut. Oral hygiene history
terdiri dari: jumlah dan metode penggunaan sikah gigi, riwayat siapa yang
menyikat gigi, penggunaan pasta gigi berfluoridasi atau tidak, tipe dan seberapa
sering penggantian sikat gigi (Rao, 2012)
Pada kasus, anak diketahui jarang menyikat gigi, menyikat gigi hanya jika
disuruh oleh ibunya.

Diet history
Berupa diagram status diet mendetail yang harus dicatat. Biasanya diagram
berisi 24 jam diet. Riwayat diet mengindikasikan: kariogenisitas dari diet,
frekuensi memakan camilan, dan defisiensi nutrisi jika ada. (Badrinatheswar,
2010)
Pada kasus, didapati bahwa anak memiliki kebiasaan memakan gula-gula dan
makanan yang manis.

Anamnesis pada Kasus:


Seorang anak berumur 9 tahun ditemani oleh ibunya datang ke dokter gigi. Sang anak
terlihat pucat dan cemas karena anak belum pernah datang ke dokter gigi sebelumnya.
Ibunya mengeluhkan kepada dokter, bahwa ada bercak hitam pada oklusal gigi geraham
bawah kanan. Diketahui anak malas untuk menyikat gigi. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit yang parah dan tidak memiliki alergi. Orang tua pasien, ibu dan ayahnya telah

beberapa kali ke dokter gigi untuk dilakukan penambalan. Berdasarkan penceritaan,


anak diketahui suka makan makanan yang manis-manis.
Pemeriksaan Klinis dan Penunjang
Pemeriksaan Klinis
Berdasarkan kasus tersebut sebelum dilakukan pemeriksaan klinis sebaiknya dokter
gigi menggunakan bahasa anak.
a. Vital Sign
1.
2.
3.
4.

Suhu tubuh : 37oC


Denyut nadi: 90 kali/menit
Tekanan darah: 95/58 mmHg
Respirasi: 20 kali/menit

b. Keadaan umum pasien


1. Tinggi badan: 130 cm
2. Berat badan: 35 kg
c. Pemeriksaan Ekstra Oral : Bibir tampak normal
d. Pemeriksaan Intra Oral

Inspeksi

: Pasien mengalami karies oklusal pada gigi 46.


Gingiva sehat dan tidak terdapat kelainan.

Sondasi

: Untuk mengecek kedalaman karies. Pada gigi


46 menunjukkan karies email.

Tes vitalitas

: Untuk mengetahui gigi masih vital atau tidak.


Pada gigi 46 masih vital.

Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus ini, tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif yang didukung
dengan pemeriksaan penunjang dari kasus di atas, dapat ditegakkan diagnosis yaitu
karies kelas 1 pada gigi 46.
Karies kelas 1 adalah karies pit dan fissure yang berada pada permukaan oklusal
premolar dan molar, dua per tiga permukaan bukal dan lingual, permukaan incisal dari
ligual (Garg & Garg, 2013)

Etiologi
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan
sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Demineralisasi dimulai dari permukaan gigi dan akan
berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta
penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa. Karies merupakan
suatu penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab
terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host
atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan ditambah faktor
waktu (Pintauli dan Hamada, 2008).
1. Host
Enamel merupakan jaringan keras gigi dengan susunan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan
organik 2%. Lapisan luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan
mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal
enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi desidui
lebih mudah terserang karies dibandingkan dengan gigi permanen, karena enamel
gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah
mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen (Pintauli dan Hamada, 2008).
2. Mikroorganisme
Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak
merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Proses terjadinya kerusakan pada jaringan
keras gigi melalui suatu reaksi kimiawi oleh bakteri, dimulai dengan proses
kerusakan bagian anorganik, kemudian berlanjut pada bagian organik. Bakteri
berperan penting pada proses terjadinya karies gigi, karena tanpa adanya bakteri
maka karies gigi tidak dapat terjadi. Terdapat berbagai spesies bakteri yang

berkoloni di dalam rongga mulut untuk menghasilkan asam sehingga terjadi proses
demineralisasi pada jaringan keras gigi. Salah satu spesies bakteri yang dominan di
dalam mulut yaitu S. mutans (Brooks, et al, 2007).
3. Substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
enamel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya
pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit
atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi (Pintauli dan Hamada, 2008).
4. Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan (Pintauli dan Hamada, 2008).

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang


disebabkan oleh host, agen, substrat, dan waktu.
Etiologi Sistemik Karies Gigi
1. Xerostomia
2. Bulimia
3. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Anak-anak yang menderita ADHD memiliki peningkatan terjadinya karies, hal ini
bisa disebabkan karena efek samping obat, kesehatan mulut dan/atau pola makan
4. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
Erosi enamel oleh asam sehingga menyebabkan dentin dibawahnya terekspose, dan
menyebabkan meningkatnya resiko terkena karies
Rencana Perawatan
1

Dilakukan Fissure Sealing


Prosedur perawatan fissure sealing:

Pembersihan permukaan gigi

Isolasi gigi

Aplikasi glass ionomer cement (GIC)

Lindungi material selama initial setting

Aplikasi fluoride varnish untuk melindungi material

Dilakukan Tindakan Pencegahan Karies

Kontrol plak dan sikat gigi rutin dengan pasta gigi berfluoride

Memberikan nasihat mengenai asupan makanan untuk mengontrol karies

Penggunaan fluoride

Kontrol gigi rutin dengan radiograf yang tepat


(Welbury & Duggal, 2005)

Perawatan
Perawatan dilakukan dengan fissure sealing, karena lesi karies hanya mencapai
enamel dan belum membentuk kavitas. Perawatan ini dilakukan karena perawatan ini
merupakan kombinasi antara tindakan restoratif dan teknik sealing yang memungkinkan
untuk perawatan pencegahan, nonoperative dan restoratif untuk karies fissure. Material
yang digunakan dalam fissure sealing yaitu glass ionomer cement. GIC dipilih dalam
perawatan ini karena material tersebut aman digunakan pada anak yang masih dalam
periode perkembangan dan pertumbuhan gigi. Berikut ini prosedur dalam perawatan
fissure sealing GIC :

1. Bersihkan fissure pada permukaan oklusal dari semua plak dan debris secara hatihati
2. Penghilangan jaringan lunak dengan menggunakan rotating burs low speed
3. Permukaan gigi dikeringkan tetapi jangan terlalu kering sehingga tetap terjaga
kelembabannya (GIC terikat secara optimal pada permukaan enamel yang agak
lembab)
4. Aplikasikan sealant GIC dengan syringe, setelah itu ditutup dengan plastic foil dan
diratakan dengan burnisher
5. Cure dengan cahaya selama 30 detik
6. Hilangkan excess dengan rotating bur
7. Periksa retensi
(Koch & Poulsen, 2009)

(Koch & Poulsen, 2009)

Prognosis

Prognosis baik. Hal itu dikarenakan :


1. Keadaan jaringan pendukung di dalam rongga mulut baik.
2. Kesehatan umum pasien baik.
3. Oral hygiene pasien juga akan membaik apabila pasien kooperatif dan mulai rajin
menyikat gigi.

Edukasi (Dental Health Education)


Tujuan dari pemberian edukasi adalah untuk mendapatkan oral hygiene, kebiasaan,
dan pola makan yang baik. Edukasi yang dapat diberikan kepada anak-anak untuk
mencegah terjadinya karies pit dan karies fissure adalah:
1. Menyikat gigi dengan baik dan benar

2 kali sehari

Menggunakan pasta gigi yang mengandung minimal 1000 ppm fluoride

Pasta gigi diaplikasikan ke sikat gigi sebesar biji kacang polong

Setelah menyikat gigi, berkumur seperlunya 1-2 kali

2. Kurangi konsumsi makanan yang mengandung gula


3. Mengunyah permen karet yang tidak mengandung pemanis dan sebaiknya
mengandung xylitol
4. Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali
5. Apabila ada keluhan, segera memeriksakan diri ke dokter gigi
6. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada anak secara jelas (tell, show, do)
(Bradley, 2003)

Pemeriksaan Follow-Up
Pemeriksaan follow-up penting untuk melihat keadaan sealant yang diaplikasan di
permukaan gigi dan untuk mengetahui kondisi gigi. Setelah diaplikasikan, sealant harus
dirawat dengan baik. Ketika sealant diaplikasikan pada anak dengan resiko karies
tinggi, retensi sealant merupakan hal yang penting untuk diamati saat recall visit atau
kontrol. Interval waktu kontrol pada pasien anak dengan resiko karies tinggi tidak boleh
lebih dari 12 bulan. Jika terdapat masalah terhadap retensi sealant, sebagai contoh jika
saat aplikasi susah untuk mengisolasi daerah sekitar aplikasi, maka kontrol dilakukan
dalam 6 bulan (Straffon, 1985)

Semua permukaan yang telah di lakukan sealant harus dimonitor teratur secara
klinis dan dengan radiografi. Radiografi bitewing dlakukan untuk melihat status karies
yang dialami pasien, terlebih di permukaan gigi yang dilakukan fissure sealant.
Pengambilan gambar radiograf dilakukan untuk melihat apakah terdapat karies di
daerah yang lain terutama di bagian proksimal. Jika terdapat sealant yang cacat,
dilakukan sealant ulang untuk menjaga kekuatan tepi dan mempertahankan permukaan
yang bebas karies (Hiremath, 2007).

KESIMPULAN

a. Dari hasil auto-anamnesis dan allo-anamnesis, diperoleh identitas pasien (nama,


usia, jenis kelamin, sekolah, orangtua, alamat), chief complaint (gigi geraham kanan
bawah berwarna hitam), present illness (tidak ada), medical history (kondisi sehat
dan tidak ada alergi), dental history (tidak ada), family history (orangtua sehat dan
memiliki riwayat restorasi), social history (cemas dan muka pucat, karena belum
pernah ke dokter gigi), dan personal history (jarang menyikat gigi dan memiliki
kebiasaan memakan makanan yang manis).
b. Vital sign dan keadaan umum pada pemeriksaan klinis dinyatakan normal.
Berdasarkan pemeriksaan ekstraoral, bibir tampak normal. Dan dari pemeriksaan
intraoral, didapati karies oklusal pada gigi 46 dengan keadaan gigi vital, gingiva
sehat, dan tidak terdapat kelainan.
c. Diagnosis dari kasus ini adalah karies kelas I (pada pit dan fissure permukaan
oklusal) pada gigi 46.
d. Etiologi karies pada kasus ini adalah karena faktor lokal, yaitu interaksi host,
mikroorganisme, diet (anak suka mengonsumsi gula-gula dan makanan yang manis),
dan waktu.
e. Rencana perawatan yang dilakukan adalah fissure sealing.
f. Perawatan yang dilakukan untuk kasus ini adalah fissure sealing dengan GIC
g. Prognosis baik, karena keadaan jaringan rongga mulut pasien baik dan pasien
kooperatif.
h. Edukasi yang diberikan kepada pasien adalah dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi dan rongga mulut (menyikat gigi teratur, pemeriksaan rutin),
mengurangi konsumsi makanan manis dan gula-gula (diganti dengan permen karet
yang tidak mengandung pemanis), dan apabila ada keluhan, segera memeriksakan
diri ke dokter gigi.
i. Pemeriksaan follow up pada fissure sealant adalah dengan kontrol (kira-kira dalam 6
bulan) untuk melihat keadaan sealant (terutama pemeriksaan retensi), mengetahui
kondisi gigi, dan dapat dilakukan pemeriksaan radiografi terhadap gigi yang
bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
Arciniegas, D.B., Zasler, N.D., Vanderploeg, R.D., Jaffee, M.S., 2013, Management of
Adults with Traumatic Brain Injury, ed.1, United States of America, American
Psychiatric Association, hal. 39
Badrinatheswar, G.V., 2010, Pedodontics: Practice and Management, ed.1., India,
Jaypee Brothers Medical Publisher (P), Ltd.
Bradley, C., 2003, The Dental Health of 5-years-old Children from Disadvantaged
Schools in the Eastern Regional Health Authority Area 2000, J Ir Dent Assoc
2003;49(4): 133-8.
Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., Morse, S. A, Medical Microbiology, 24th ed,
Chicago, The McGraw-Hill Company
Garg, Nisha & Amit Garg, 2013, Textbook of Operative Dentistry, New Delhi, Jaypee
Hiremath, S.S., 2007, Textbook of Preventive and Community Dentistry, India, Elsevier.
Koch, G., Poulsen, S. 2009. Pediatric Dentistry : A Clinical Approach, United
Kingdom, Wiley-Blackwell
Megasari, M., Triana, A., Andriyani, R., Ardhiyanti, Y. dan Damayanti, I.P., 2014,
Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I, ed.1., Yogyakarta, Penerbit Deepublish
Pintauli, S., Hamada, T, 2008, Menuju Gigi & Mulut Sehat: Pencegahan dan
Pemeliharaan, Medan, USU Press
Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics, ed.3, India, Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd.
Sari, W., Indrawati, L. & Oei, G.D., 2008, Care Your Self: Hepatitis, ed. 1, Jakarta,
Penerbit Penebar Plus
Straffon LH, Dennison JB, More FG. 1985. Three-years evaluation of sealant: effect of
isolation on efficacy. J Am Dent Assoc; 110(5):7147.
Welbury, R., dan Duggal, M., 2005, Pediatric Dentistry, New York, Oxford University
Press.

Anda mungkin juga menyukai