Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Jalur Biosintesis
Senyawa Isoflavon tepat pada waktu yang telah ditentukan. Ucapan terima kasih tak
lupa pula kepada Ibu Maria Dewi Astuti S.Si., M.Si. selaku dosen pengasuh Kimia
Bahan Alam. Saya sadar makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya besar harapan saya makalah ini dapat membantu teman-teman dalam
memahami materi Jalur Biosintesis Senyawa Isoflavon yang terdapat di golongan
flavonoida.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 . Latar Belakang ......................................................................................... 3
1 2 Tujuan ...................................................................................................... 4
Kesimpulan ............................................................................................ 18
3.2
Saran ...................................................................................................... 18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sejak abad ke-17 orang telah memisahkan berbagai jenis senyawa dari
sumber-sumber organik, baik tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme.
Senyawa-senyawa tersebut mislanya asam laktat, morfin, kuinin, mentol,
kolesterol, penisilin dan sebagainya. Tidaklah berlebihan bila dinyatakan disini
BAB II
ISI
II.1 Pengertian Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar
yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu, biru, dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuhan.
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat
tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida,
isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C- dan O-glikosida, khalkon dengan Cdan O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-
Kerangka Flavonoid
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid
yaitu:
Flavonoida
(1,3-Diarilpropana)
Isoflavonoida
(1,2-Diarilpropana)
Neoflavonoida
(1,1-Diarilpropana)
Modifikasi flavonoid lebih lanjut, dapat mungkin terjadi pada berbagai tahap
dan menghasilkan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi gugus
hidroksil atau inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid,
metilenasi
gugus
orto-dihidroksil,
dimerisasi
(pembentukan
biflavonoid),
yang
paling
rumit,
hibissetin
adalah
3,5,7,8,3,4,5
heptahidroksiflavon.
c) Calkon
Polihidroksi calkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Beberapa khalkon misalnya
merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman,
terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, kebanyakan
terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe, dan
family Compositea.
d) Dihidrocalkon
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu
senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum
family Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel
dan pear.
e) Flavon
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan
atau tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan
dari cincin A.
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa
oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau
tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui
sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon,
flavon dan isoflavon. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi.
Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui
fungsi fisiologisnya, misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah
dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan.
3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
Neoflavonoid meliputi jenis-jenis
4-arilkumarin
dan
berbagai
dalbergoin.
Markham (1988) menyatakan bahwa flavonoid pertama yang dihasilkan
pada alur biosintesis flavonoid ialah khalkon, dan semua turunan flavon
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh
tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin.
Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa
antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon.
Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflavon digolongkan sebagai senyawa
metabolit sekunder.
Isoflavon termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan
merupakan kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun
isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada
mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon,
karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya.
Senyawa isoflavon merupakan salah satu komponen yang mengalami proses
metabolisme.
Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid yang merupakan senyawa
polifenolik. Stuktur kimia dasar dari isoflavon hampir sama seperti flavon,
yaitu terdiri dari 2 cincin benzen (A dan B) dan terikat pada cincin C piran
heterosiklik, tetapi orientasi cincin B nya berbeda. Pada flavon, cincin B diikat
oleh karbon nomor 2 cincin tengah C, sedangkan isoflavon diikat oleh karbon
nomor 3. Pada umumnya, senyawa isoflavon banyak ditemukan pada tanaman
kacang-kacangan atau leguminosa. Isoflavon pada kedelai terdapat dalam
empat bentuk, yaitu :
1. Bentuk aglikon (non gula) : genistein, daidzein, dan glycitein;
2. Bentuk glikosida: daidzin, genistin dan glisitin;
3. Bentuk asetilglikosida : 6-O-asetil daidzin, 6-O-asetil genistin, 6-O-asetil
glisitin; dan
4. Bentuk malonilglikosida : 6-O-malonil daidzin, 6-O-malonil genistin, 6-Omalonil glisitin.
(1984)
mengemukakan
bahwa
aktivitas
antioksidan
ditentukan oleh bentuk struktur bebas (aglikon) dari suatu senyawa. Menurut
Hudson (Ahmad, 1990), aktvitas suatu senyawa ditentukan pula oleh gugus
OH ganda, terutama dengan gugus C=O pada posisi C-3 dengan gugus OH
pada posisi C-2 atau pada posisi C-5. Hasil tranformasi isoflavon selama
fermentasi tempe, yaitu daidzein, genistein, glisitein dan Fakor-II, memenuhi
kriteria sebagai senyawa aktif. Sistem gugus fungsi demikian memungkinkan
terbentuknya kompleks dengan logam. Aktivitas estrogenik isoflavon terkait
dengan struktur kimianya yang mirip dengan stilbestrol, yang biasa digunakan
sebagai obat estrogenik. Bahkan, isoflavon mempunyai aktivitas yang lebih
tinggi dari stilbestrol. Menurut Oilis (Pawiroharsono, 2007) menunjukkan
bahwa daidzein merupakan senyawa isoflavon yang aktivitas estrogeniknya
lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa isoflavon lainnya. Aktivitas
estrogenik
tersebut
terkait
dengan
struktur
isoflavon
yang
dapat
lebih
lanjut
dengan
membentuk
senyawa-senyawa
yang
utama
pada
kedelai
terdiri
dari
genistein
(4,5,7-
tryhydroxyisoflavone) dan daidzein (4,7-dihydroxyisoflavone), serta turunan glikosida, gensitin dan daidzin. Ditemukan juga sejumlah kecil senyawa
isoflavon lainnya seperti glycitein (7,4-dihydroxy-6-methoxy-isoflavone) dan
glikosidanya. Secara alami, isoflavon pada kedelai hampir seluruhnya terdapat
dalam bentuk -glikosida (glikon). Bentuk glikosida dipertahankan oleh
tanaman sebagai bentuk inaktif sehingga dibutuhkan sebagai antioksidan.
II.5 Jalur Biosintesis Isoflavon
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mensintesis isoflavon di
antaranya melalui zat antara kalkon (Al-Maharik & Botting 2010), kromon
(Selepe et al. 2010;Chen et al. 2008) dan deoksibenzoin (Faria et al.
2005;Thoruwa et al. 2003). Jalur sintesis isoflavon yang paling banyak
digunakan adalah melalui zat antara deoksibenzoin. Pembentukan zat antara
deoksibenzoin berdasarkan reaksi Hoeben-Hoesch antara senyawa fenol dan
benzil sianida. Oleh karena itu, bahan dasar yang penting untuk sintesis
isoflavon berdasarkan jalur deoksibenzoin adalah senyawa benzil sianida.
phenylalanine/tyrosine
ammonia
lyase
(PAL/TAL),
mengubah
flavonoid pertama, ada juga jalur alternatif yaitu enzim type III polyketide
synthases yang memiliki homologi yang tinggi dengan CHS (>70%)
menggunakan prekursor yang sama membentuk stilbenes (menggunakan 3 unit
malonyl-CoA), benzylacetolactone (hanya menggunakan 1 unit malonyl-CoA),
dan molekul aromatik yang lain.
Struktur akhir flavanon terbentuk hanya jika chalcones diisomerisasi
menjadi (2S)-flavanone oleh chalcone isomerase (CHI), reaksi ini terjadi secara
spontan pada suasana basa. Setelah terbentuk flavanon, banyak sekali senyawa
enzim yang bisa mengubah gugus fungsi atau mengubah konformasi dari inti 3cincin fenilpropan ini menghasilkan hingga 8000 struktur senyawa berbeda.
dari
Capsicum
anunuum
serta
Citrus
limon
juga
dapat
Isoflavon,
dengan
-ER
mempunyai
ikatan
sama
dengan
estrogen
(Pawiroharsono, 2007).
Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya
efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang
dapat ditransformasikan menjadi equol. Dimana equol mempunyai struktur
fenolik yang mirip dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen
berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses kalsifikasi,
maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat berpengaruh
terhadap berlangsungnya proses 10 kalsifikasi. Dengan kata lain, isoflavon
dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap
padat dan masif (Pawiroharsono, 2007).
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari isi makalah ini adalah :
1
Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri
dari 2 cincin benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat
membentuk cincin ketiga.
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh
tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau
tirosin.
Isoflavon pada kedelai terdapat dalam empat bentuk, yaitu bentuk aglikon
(non
gula),
bentuk
glikosida,
bentuk
asetilglikosida,
bentuk
malonilglikosida.
4
Beberapa potensi senyawa isoflavon untuk kesehatan yaitu sebagai antiinflamasi, anti-alergi, anti-tumor/kanker, anti-virus, anti-kolestrol, penyakit
kardiovaskuler, estrogen dan osteoporosis.
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. S. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Karunika, Jakarta.
Alimuddin, A. H., dkk. 2013. Pemanfaatan Minyak Daun Cengkeh untuk Sintesis 3,4dimetoksibenzil Sianida sebagai Bahan Dasar Sintesis Isoflavon. Jurnal Natur
Indonesia 15(1), Februari 2013: 6874, ISSN 1410-9379
Asih, Asiti. I. A. R. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Isoflavon dari Kacang
Kedelai (Glycine max). Jurnal Kimia 3 (1), Januari 2009 : 33-40, ISSN 1907-98
Astuti, Sussi. 2008. Isoflavon Kedelai dan Potensinya sebagai Penangkap Radikal
Bebas. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian, Septemer 2008: Volume
13, No. 2
Pawiroharsono, S. 1998. Benarkah tempe sebagai anti kanker. Jurnal Kedokteran dan
Framasi MEDIKA, No.12 Tahun ke-XXIV, Desember 1998. pp.815-817