Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Bahan berkhasiat obat telah disediakan oleh alam ini, sebagai salah satu
sumbernya adalah tumbuh – tumbuhan yang tedapat, secara liar, demikian pula
tanaman yang sengaja dibudidayakan karena telah diketahui sebagai bahan dasar
dalam pengobatan baik secara empiris maupun yang telah dibuktikan khasiatnya
dengan penelitian ilmiah. (4)

Sampel yang diambil sebagai bahan simplisia adalah bahan yang mempunyai
potensi mengobati penyakit. Pembuatan simplisia dapat diambil dari tanaman
utuh, atau bagian tanaman yang mewakili dari tanaman utuh tersebut yang juga
mempunyai kegunaan sebagai obat. Dan untuk sampel pada pembuatan
Herbarium yaitu tanaman yang dijadikan simplisia. Untuk bahan alam yang
berkhasiat obat ada yang sudah secara umum kita ketahui dan sudah
teridentifikasi klasifikasinya dan juga yang belum teridentifikasi namun secara
empiris memilki kemampuan mengobati penyakit, kita menggunakan cara
Determinasi dalam hal mengidentifikasi klasifikasi tanaman X yang dianggap
berkhasiat obat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PEMBUATAN HERBARIUM

II.1.1 Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), herbarium adalah


sekumpulan contoh tanaman yang dikeringkan (diawetkan), diberi nama,
disimpan, dan diatur berdasarkan sistem klasifikasi, digunakan dalam
penelitian botani. Menurut Van Steenis, herbarium adalah kumpulan
tanaman kering untuk keperluan study. Herbarium adalah koleksi
tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diawetkan, specimen ini digunakan
sebagai bahan rujukan untuk menafsirkan takson tumbuhan.

II.1.2. Penggolongan

Penggolongan herbarium dapat dibagi atas :

1) Herbarium Kering
Yaitu herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan.
Sebagian besar specimen herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam
herbarium-herbarium di dunia ini diproses melalui pengeringan. Proses
pengeringan selalu disertai dengan pengepresan. Pengeringan biasanya
dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada pertimbangan-
pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim penghujan,
pengeringan tidak dapat berlangsung cepat sehingga bahan yang
dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh jamur.
2) Herbarium Basah
Yaitu herbarium yang cara pengawetannya disimpan dalam larutan
pengawet misalnya alcohol dan formalin.

Yang dimaksud dengan herbarium basah adalah spesimen tumbuhan


yang telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari
berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda. Disamping itu dapat
pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk sejauh
mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan.
Penggunaan alcohol akan selalu berakibat hilangnya warna asli dari
tumbuhan yang diawetkan. Formalin jauh lebih murah dari alcohol,
namun bahan-bahan tumbuhan yang disimpan dalam formalin akan
menjadi keras atau kaku, lebih-lebih bagi bahan yang mengandung
protein yang relative tinggi. Formalin tidak terlalu besar daya larutnya
terhadap warna-warna yang terdapat pada bahan tumbuhan, khususnya
klorofil. Penambahan trusi kedalam larutan pengawet yang dibuat dari
Formalin, sampai suatu derajat tertentu untuk mempertahankan warna asli
bahan tumbuhan yang disimpan didalamnya.

II.1.3. Pembuatan Herbarium

 Herbarium Kering
1) Mengambil salah satu tanaman atau bagian tanaman. Syarat-syarat dalam
pengambilan tanaman yaitu, tanaman harus lengkap.
2) Mencuci tanaman dengan menggunakan air yang mengalir,lalu diangin-
anginkan.
3) Sterilisasi tanaman yaitu dengan mengoleskan alcohol 70% pada seluruh
bagian tanaman.
4) Cara 1: memasukkan tanaman pada sasak bambu yang telah dibuat.
Diatur sedemikian rupa pada lembaran kertas yang dapat menghisap air
seperti kertas Koran, yang berukuran kira-kira 28 ½ x 41 cm (11 ½ x 16
½ inci). Bahan-bahan tadi dipress diantara lapisan-lapisan tersebut dan
mengeringkannya dengan penjemuran. Cara 2 : mengatur posisi tanaman
pada lembaran kertas Koran hingga rata. Dilapis lagi dengan beberapa
lembar Koran, tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu ikat
dengan kencang sehingga tanaman terpress dengan kuat. Ganti Koran
dengan yang kering setiap kali Koran pembungkus tanaman basah.
Lakukan berulang-ulang hingga tanaman betul-betul kering.
5) Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
6) Tanaman yang akan dibuat herbarium sebaiknya memiliki bagian-bagian
yang lengkap. Jika bunganya mudah gugur maka masukkan bunganya
dalam amplop dan selipkan pada herbarium. Daun atau bagian tanaman
yang terlalu panjang, bisa dilipat.
7) Menempelkan tanaman yang telah dikeringan pada karton dengan
menggunakan jahitan tali atau selotip. Usahakan penampakan atas dan
bawah dapat diperlihatkan.
8) Melengkapi keterangan yang terdapat pada collector book.
9) Menempelkan etiket.

 Herbarium Basah
1) Menyiapkan specimen yang akan diawetkan.
2) Menyediakanlarutan pengawet yang telah diencerkan sesuai dengan
keinginan, contohnya Formalin.
3) Memasukkan specimen pada larutan pengawet yang telah ada dalam botol
jam dan telah diencerkan.
4) Menutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama
specimen tersebut dan familinya.(5)
II.3 DESKRIPSI TANAMAN

1. Kemangi
(Ocimum sanctum)

a. Klasifikasi tanaman

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Euphorbiales

Famili: Euphorbiaceae

Genus: Manihot

Spesies: Manihot esculenta


b. Nama
 Sinonim : (manihot esculenta crantz)
 Daerah Malang, Kebumen, DI Yogyakarta, Kebumen, Temanggung,
Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok

c. Uraian tumbuhan

Susunan daun singkong berurat, menjari dengan 5–9 lobus daun. Daun
singkong, terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun
demikian dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa
pahit sayuran lain, misalnya daun papaya dan kenikir. Tanaman ubi kayu
bunganya berumah satu dan proses penyerbukannya bersifat silang.
Penyerbukan menghasilkan buah yang bentuknya agak bulat, di dalamnya
berisi 3 butir biji. Pada dataran rendah tanaman ubi kayu jarang
berbuah.Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan
fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi
biasanya bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna
putih gelap atau kuning gelap. Proses pengisian pati di dalam ubi meliputi
dua tahap penting yaitu, tahap inisiasi dan tahap pertumbuhan. pada

saat inisiasi ubi, sejumlah besar pati di dalam akar ditemukan sejak umur
28 hari setelah tanam yang terletak pada parenkim xylem akar serabut.
Setelah tanaman berumu r lebih dari 6 minggu, akar serabut mengalami
perubahan membesar secara cepat dan sebagian besar parenkim xylem
telah dipadati oleh butir - butir pati. Pada sebagian besar varietas ubi kayu,
banyaknya jumlah akar yang akan berisi
17 pati sangat ditentukan pada awal pertumbuhannya yaitu sejak tanaman
berumur 2-3 bulan. anaman singkong berkayu, beruas–ruas, dengan
ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih
muda umumnya berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih–putihan,
kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empulur berwarna
putih, lunak, dengan struktur seperti gabus
d. Kandungan gizi
Singkong mengandung energi sebesar 154 kilokalori, protein 1 gram,
karbohidrat 36,8 gram, lemak 0,3 gram, kalsium 77 miligram, fosfor 24
miligram, dan zat besi 1,1 miligram. Selain itu di dalam Singkong juga
terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,06 miligram dan
vitamin C 31 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian
terhadap 100 gram Singkong, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak
85 %.
e. mafaat singkong
Manfaat singkong sebagai Bioethanol bahan energi alternatif pengganti
minyak

2. Keladi
(Colocasia sp)

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub clasis : Arecidae
Ordo : Arecales (Spadiciflorae)
Familia : Araceae
Genus : Colocasia
Species : Colocasia sp
1. Uraian Tanaman

Keladi (Colocasia sp) merupakan tumbuhan herba dan


mempunyai bagian-bagian yang lengkap, berupa helaian daun
(lamina), tangkai daun (petiolus), dan pelepah daun (vagina).

Ciri-ciri yang terdapat pada daun keladi (Colocasia sp) adalah bangun
daun berbentuk perisai (peltatus) karena mempunyai tangkai daun
yang tidak tertanam pada pangkal daun melainkan pada bagian tengah
helaian daun sehingga membentuk pangkal daun yang membulat,
ujung daun runcing (acutus) yaitu kedua tepi daun di kanan dan kiri
ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada
puncak daun membentuk suatu sudut lancip, bentuk pangkal daun
membulat (rotundatus), tepi daun rata (integer), daging daun tipis
lunak (herbaceus), pertulangan daun menjari (palminervis), permukaan
daun pada bagian atas dan bawah licin berselaput lilin (leavis
pruinosus) dan terlihat mengkilat jika terkena air, warna daun pada
permukaan bagian bawah hijau sedangkan pada permukaan bagian
bawah hijau suram.

2. Kandungan kimia

Senyawa yang berkhasiat dalam tanaman ini adalah alkaloid, saponin,


steroid, glikosida, dan antioksidan

3. Khasiat dan Kegunaan

Umbinya dimanfaatkan sebagai obat dengan campuran bahan


tanaman lain dalam menyembuhkan berbagai penyakit kanker di
antaranya kanker payudara, usus, kelenjar prostat, hati, leukemia dan
leher rahim
3. Nangka (Artocarpus heterophyllus)

a. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Sub Kingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatiphyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magniliopsida ( berkepin dua / dikotil )
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus

b. Nama
Sinonim : -
Daerah : Sumatera : Denok, puring benggala
Jawa :Kastuba
Sunda :ki geulis
Jawa :Godong racun, wit racun, racunan, pohon
merah
Bali : racun, kedapa
Nama Asing :Yi ping hong, ye xiang hua (C), christmas flower,
eastern flower, lobster flower, poinsettia.
c. Uraian Tanaman
Kastuba berasal dari Meksiko.Umumnya, tanaman ini ditanam
sebagai tanaman hias di pekarangan dan di taman-taman.Kastuba bisa
ditemukan pada 1-1.400 m dpl, tetapi untuk mendapatkan warna daun
yang cerah lebih cocok jika ditanam pada ketinggian 600 m dpl. Perdu
tegak dengan tinggi 1,5-4 m ini mempunyai batang berkayu, bercabang,
dan bergetah seperti susu. Daunnya tunggal, bertangkai, tangkai daun
yang muda berwarna merah clan hijau setelah tua, letaknya tersebar.
Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips memanjang, yang besar
umumnya mempunyai 2-4 lekukan, ujung clan pangkal runcing,
pertulangan menyirip, panjang 7-15 cm, lebar 2,5-6 cm, dan bagian
bawah mempunyai rambut halus. Bunga majemuk berbentuk cawan
dalam susunan yang khas disebut cyathium, keluar dari ujung
tangkai.Tiap cyathium berhadapan dengan daun pelindung yang besar,
bentuk lanset, warnanya merah atau kuning.Cyathium tingginya 1 cm,
hijau dengan taju merah clan satu kelenjar besar, pada sisi perut
warnanya kuning oranye.Tangkai sari berwarna merah oranye. Buahnya
buah kotak, panjang 1,5 cm, ketika masih muda berwarna hijau dan
cokelat setelah tua . Biji bulat dan berwarna cokelat.Pohon merah
memiliki banyak varietas yang berasal dari Eropa dan merupakan hasil
pemuliaan.Hasilnya, tanaman menjadi lebih pendek, daun lebih lebar,
dengan warna daun pelindung yang bermacam-macam, seperti merah
menyala, pink, atau putih.Tanaman ini merupakan tanaman rumah yang
favorit selama hari Natal karena daun bunganya yang berwarna
menyala.
d. Kandungan kimia
Daun mengandung alkaloid, saponin, lemak, amylodextrin.Batang
mengandung saponin, sulfur, lemak, amylodextrin, asam format, dan
kanji.

e. Khasiat dan Kegunaan


Rasanya pahit, sepat, sifatnya sejuk, toksik.Berkhasiat sebagai
perangsang muntah, menormalkan siklus haid, menghentikan
perdarahan (hemostatis), mempercepat penyembuhan tulang yang patah,
menghilangkan bengkak, dan melancarkan keluarnya ASI (galaktagog).

3. Bougenville
Bougainvillea glabra Choyis

a. Klasifikasi tanaman
Kingdom :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus: Bougainvillea
Spesies : Bougainvillea glabra Choisy

b. Nama
Sinonim :-
Daerah : Jawa : bugenvil
Melayu : kembang kertas

c. Uraian tanaman
Habitus Perdu, menahun, tinggi 5-15 m. Batangnya Tegak atau
sedikit memanjat, bersegi,percabangan simpodial, berduri yang
berbentuk kait, masih muda hijau setelah tua hitam. Daun : Tunggal,
berhadapan, lonjong, ujung runcing , pangkal membulat, tepi rata,
panjang 4-10 cm, lebar 2-6 cm pertulangan menyirip, hijau. Bunga :
Majemuk, bentuk malai, berkelompok tiga, di ketiak daun, bentuk
seperti terompet, putih, memiliki daun pelindung tiga helai, merah
keunguan. Buah : Bentuk gada, kecil, masih muda hijau setelah tua
coklat. Biji : Bulat, kecil, hitam. Akar : Tunggang, putih kecoklatan

d. Kandungan Kimia
Daun, bunga, akar dan kulit batang bugenvil mengandung saponin
dan polifenol.

e. Khasiat dan Kegunaan


Bunga bugenvil berkhasiat sebagai penyegar badan

4. Jambu biji
(Psidium guajava)

a. Klasifikasi tanaman
Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.

b. Nama
Sinonim :
Daerah : Sumatra : Glima breueh, glimeu beru, galiman,
masiambu, biawas, jambu biawas, jambu batu
Jawa : Jambu Klutuk, jambu krutuk, jambu bhender
Nusa tenggara: kojabas
Maluku : kaya wese
(aneka tanaman obat dan khasiatnya)

c. Uraian Tanaman
Tanaman perdu atau pohon kecil dengan tinggi sekitar 4-10 meter.Batang
berkayu, bulat, kulit terkelupas dalam potongan, licin, bercabang, berwarna
cokelat kehijauan.Ruas tangkai teratas segiempat tajam.Percabangan batang
termasuk percabangan simpodial, yaitu batang pokok sukar ditentukan karena
dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya
atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya disbanding dengan
cabangnya.Arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus).Termasuk tumbuhan bienial,
yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, dari tumbuh sampai berbuah memerlukan
waktu kurang lebih 2 tahun. Daun tunggal,bersilang berhadapan, pada cabang-
cabang mendatar seolah-olah tersusun dalam dua baris pada satu bidang.
Bertangkai pendek 3mm sampai 7 mm. Bangun daun bulat telur agak menjorong
, pangkal membulat, tepi daun rata (integer), ujung daun runcing (acutus),
panjang 6-14 cm dengan lebar 3-6 cm. Permukaan daun berkerut (rugosus).
Warna daun muda berbulu abu-abu setelah tua berwarna hijau tua.Pertulangan
daun menyirip (penninervis) dan berwarna hijau kekuningan.Daun tunggal ,
bertangkai pendek, pendek tangkai daun 0,5 cm sampai 1 cm; helai daun
berbentuk bundar telur agak menjorong atau blat memanjang, panjang 5 cm
sampai 13 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm; pinggir daun rata agak menggulung ke
atas; permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu; kelenjar minyak tampak
sebagai bintik-bintik berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai
bintik-bintik yang tembus cahaya; ibu tulang daun dan cabang meninjol pada
permukaan bawah, bertulang menyirip, wana putih kehijauan. Sistem akar dari
tanaman ini adalah akar tunggang (radix primaria), akar lembaga tumbuh terus-
menerus menjadi akar pohon yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih
kecil.Psidium guajava memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu
berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak dan
cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga memberi kekuatan yang lebih besar
kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat
diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Bunga tunggal terletak di
ketiak daun, bertangkai.Perbungaan terdiri 1 sampai 3 bunga.Panjang gagang
perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas
dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga, aktinomorf/zigomorf,
berbilangan 4. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera
rontok. Benang sari pada tonjolan dasar bunga yang berbulu, putih, pipih dan
lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti mentega. Tabung kelopak
berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm. pinggiran tidak rontok (1
cm panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali diperpanjang di atas
bakal buah, tepi kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan,
kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama.bulat telur, warna hijau
kekuningan.Bakal buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang. Buah buni
bundar, berbiji banyak.Termasuk buah sejati tunggal yang berdaging.Lapisan
luar tipis agak menjangat atau kaku dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan
berair.Biji-bijinya terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu.Bagian muda
berambut dan berwarna hijau tua.Kalau masak berwarna kuning, berdaging yang
menyelimuti biji-biji. Bentuk peer atau bentuk bulat terbalik, berwarna kuning,
panjang 5-8,5 cm,daging buah putih kekuningan atau merah muda.
d. Kandungan Kimia
Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang
pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga
mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
Kandungan buah jambu biji (100 gr) – Kalori 49 kal – Vitamin A 25 SI –
Vitamin B1 0,02 mg – Vitamin C 87 mg – Kalsium 14 mg – Hidrat Arang 12,2
gram – Fosfor 28 mg – Besi 1,1 mg – Protein 0,9 mg – Lemak 0,3 gram – Air 86
gram
e. Khasiat dan Kegunaan
(Diabetes melitus, Maag, Diare (sakit perut), Masuk angin, Beser;
Prolapsisani, Sariawan, Sakit Kulit, Luka baru

5. Cakar Ayam
Selaginella doederleinii Hieron

a. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Lycopodiophyta
Kelas : Lycopodiopsida
Ordo : Selaginellales
Famili : Selaginellaceae
Genus : Selaginella
Spesies : Selaginella doederleinii Hieron

b. Nama
Sinonim :-
Daerah : Jawa : paku rane, Rumput solo, Cemara kipas
gunung

c. Uraian tanaman
Tumbuhan ini termasuk divisi Pteridophyta yaitu paku-
pakuan.Batang tegak, tinggi 15-35 cm, akar keluar pada
percabangan. Daunnya kecil-kecil, panjang 4-5 mm lebar 2 mm,
bentuk jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian
atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Daun tersusun di kiri
kanan batang induk sampai ke percabangannya yang menyerupai
cakar ayam dengan sisik-sisiknya (Dalimartha, 1999).Cakar Ayam
mempunyai habitus terna, merayap, sedikit tegak.Batang bulat, liat,
bercabang-cabang menggarpu, tanpa pertumbuhan sekunder dan
putih kecoklatan.Daun tunggal, tersusun dalam garis sepanjang
batang, berhadapan, panjang 1-2 mm, halus dan hijau.Spora 28
berupa sporangium tereduksi diketiak daun dan berwarna
putih.Akar serabut, muncul dari batang yang berdaun dan berwarna
coklat kehitaman.S. doederleinii Hieron.tumbuh liar di tepi-tepi
sungai, batu-batuan basah dan di dinding tebing yang basah, dari
ketinggian 400-750 meter diatas permukaan laut.
d. Kandungan Kimia
Tanaman S. doederleinii Hieron.dilaporkan mengandung
alkaloid, saponin dan phytosterol. Ekstrak etanolik Selaginella
doederleinii Hieron.dilaporkan mengandung lima komponen
lignans yaitu (-)-lirioresinol A, (-)-lirioresinol B, (+)-wikstromol, (-
)-nortracheloside, (+)- matairesinol. Selain itu juga mengandung
dua komponen fenilpropanon yaitu 3-hidroksi-1-(3-metoksi-4-
hidroksifenil)-propan-1-on, 3-hydroksi-1-(3,5-dimetoksi-
4hidroksifenil)-propan-1-on dan empat biflavonoid yaitu
amentoflavone, 7,7”-di-O-metilamentoflavone,7,4′,7”,4”’-tetra
Ometilamentoflavone, dan heveaflavone
e. Khasiat dan Kegunaan
Tanaman ini berkhasiat untuk menghilangkan panas dan
lembab, melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma,
penghenti pendarahan (hemostatis) dan menghilangkan bengkak.
Selain itu Selaginella doederleinii Hieron juga berkhasiat untuk
mengatasi batuk, infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis, diare,
keputihan, tulang patah, pendarahan dan kanker
BAB III
METODE KERJA
III.1 Penyiapan Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang digunakan

A. Herbarium
1. Etiket
2. Gunting
3. Kapas
4. Kertas Koran
5. Parang
6. Lakban
7. Sasak
8. Selotif
9. Tali raffia

III.1.2 Bahan yang digunakan

A. Herbarium
1. Alcohol 70%
2. Tanaman sampel
 Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum)
 Tanaman Coklat( Theobroma cacao)
 Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima Willd. ex Klotzs)
 Tanaman jambu biji (Psidium guajava L)
 Tanaman bugenvil ( Bougainvillea glabra Choyis)
 Tanaman cakar ayam (Selaginella doederleinii Hieron)
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pembuatan Herbarium
a. Pengambilan sampel berupa tanaman utuh yang memiliki semua
bagian tanaman.
b. Pencucian sampel dengan air mengalir dan diusahakan agar
tanaman bebas dari bahan organic asing yang memungkinkan
tumbuhnya mikroorganisme pengganggu
c. Setelah pencucian, sampel tanaman dikering anginkan sampai
cukup kering
d. Dilakukan sterilisasi tanaman dengan cara mengoleskan kapas
beralkohol pada seluruh bagian tanaman
e. Diletakkan sampel tanaman diatas Koran, kemudian pada bagian
tanaman tertentu direkatkan dengan menggunakan selotip yang
dilapisi kertas agar tidak terjadi kontak langsung antara selotip
dengan bagian tanaman yang dapat merusak sampel tanaman
f. Kemudian dilakukan pengepresan dengan meletakkan sampel
yang dilapisi Koran dalam sasak bambu dengan ukuran 75 x 75
cm
g. Sasak bambu diikat pada semua sisi hingga sampel terpress
dengan baik.
h. Dilakukan pengeringan. Lazimnya bahwa bila herbarium itu
diraba dengan tangan atau jari tidak lagi terasa “dingin” bahan itu
dianggap kering.
i. Dilakukan penempelan “mounting”. Herbarium yang telah kering
ditempel atau mounted pada kertas tebal dengan ukuran tertentu.
j. Memasang etiket atau label
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I Hasil pengamatan

4.1.1. Herbarium

IV.1I Pembahasan

IV.2.1. Herbarium
Herbarium adalah koleksi tumbuhan atau bagian tumbuhan yang
diawetkan, specimen ini digunakan sebagai bahan rujukan untuk
menafsirkan takson tumbuhan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan istilah
herbarium digunakan untuk dua pengertian yaitu untuk objek study yang
berupa bahan tumbuhan yang diawetkan, dan lembaga atau laboratorium
tempat ahli-ahli taksonomi melakukan study taksonomi tumbuhan yang
sekaligus juga merupakan tempat untuk menyimpan koleksi bahan study
yang telah diawetkan dengan cara atau bentuk manapun. Penggolongan
herbarium dapat dibagi atas :

1) Herbarium Kering
Yaitu herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan.
Sebagian besar specimen herbarium yang disimpan sebagai awetan
dalam herbarium-herbarium di dunia ini diproses melalui pengeringan.
Proses pengeringan selalu disertai dengan pengepresan. Pengeringan
biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila da pertimbangan-
pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim penghujan,
pengeringan tidak dapat berlangsung cepat sehingga bahan yang
dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh jamur. Pada tumbuhan
tertentu yang kadar airnya terlalu tinggi proses pengeringan berjalan
terlalu lambat sehingga berakibat terlepasnya bagian-bagian tumbuhan
yang berumur terbatas seperti misalnya daun-daun. Terlepasnya bagian-
bagian tumbuhan selama proses pengeringan mungkin saja terjadi, tapi
kejadian itu dapat dicegah atau dikurangi dengan perlakuan khusus yaitu
dengan mematikan bahan tumbuhan yang masih segar dengan cepat
antara lain dengan pemberian alcohol atau pencelupan dalam air
mendidih.
2) Herbarium Basah
Yaitu herbarium yang cara pengawetannya disimpan dalam larutan
pengawet misalnya alcohol dan formalin. Yang dimaksud dengan
herbarium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah diawetkan dan
disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat
dengan komposisi yang berbeda. Disamping itu dapat pula ditempatkan
zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk sejauh mungkin
mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan.
Penggunaan alcohol akan selalu berakibat hilangnya warna asli dari
tumbuhan yang diawetkan. Formalin jauh lebih murah dari alcohol,
namun bahan-bahan tumbuhan yang disimpan dalam formalin akan
menjadi keras atau kaku, lebih-lebih bagi bahan yang mengandung
protein yang relative tinggi. Formalin tidak terlalu besar daya larutnya
terhadap warna-warna yang terdapat pada bahan tumbuhan, khususnya
klorofil. Penambahan trusi kedalam larutan pengawet yang dibuat dari
Formalin, sampai suatu derajat tertentu untuk mempertahankan warna
asli bahan tumbuhan yang disimpan didalamnya.
a. Pembuatan Herbarium
Pada praktikum hanya dilakukan pembuatan herbarium kering.
Herbarium kering dibuat dengan cara yaitu mengambil salah satu
tanaman atau bagiantanaman. Syarat-syarat dalam pengambilan tanaman
yaitu, tanaman harus lengkap. Mencuci tanaman dengan menggunakan
air yang mengalir,lalu diangin-anginkan. Setelah pencucian dapat
dilakukan sterilisasi tanaman yaitu dengan mengoleskan alcohol 70%
pada seluruh bagian tanaman. Penggunaan alkohol dalam hal ini dapat
membantu proses pengeringan. Untuk pengepresan dapat dilakukan 2
cara. Cara 1: memasukkan tanaman pada sasak bambu yang telah
dibuat. Diatur sedemikian rupa pada lembaran kertas yang dapat
menghisap air seperti kertas Koran, yang berukuran kira-kira 28 ½ x 41
cm (11 ½ x 16 ½ inci). Bahan-bahan tadi dipress diantara lapisan-
lapisan tersebut dan mengeringkannya dengan penjemuran. Cara 2 :
mengatur posisi tanaman pada lembaran kertas Koran hingga rata.
Dilapisi lagi dengan beberapa lembar Koran, tangkup dengan tripleks
pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencang sehingga tanaman terpress
dengan kuat. Ganti Koran dengan yang kering setiap kali Koran
pembungkus tanaman basah. Lakukan berulang-ulang hingga tanaman
betul-betul kering.

Tidak ada ukuran waktu yang pasti untuk menentukan lamanya


waktu pengeringan. Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku
dan tidak terasa dingin. untuk pengeringan, apabila waktu sedang tidak
menguntungkan, pengeringan dapat dilakukan dengan panas api dari
pembakaran arang atau kayu bakar. Tanaman yang akan dibuat
herbarium sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. Jika
bunganya mudah gugur maka masukkan bunganya dalam amplop dan
selipkan pada herbarium. Daun atau bagian tanaman yang terlalu
panjang, bisa dilipat. Menempelkan tanaman yang telah dikeringan pada
karton dengan menggunakan jahitan tali atau selotip. Usahakan
penampakan atas dan bawah dapat diperlihatkan. Penempelan dilakukan
dengan cara yang berbeda, dari memberikan lem atau perekat pada
seluuh permukaan bahan herbarium yang ditempelkan, sampai hanya
menggunakan potongan-potongan kertas pita perekat yang kecil-kecil
asal cukup untuk menahan bahan herbarium tadi jangan sampai terlepas
dari kertas. Penempelan harus diperhatikan agar bahan dapat diamati
dari berbagai sudut. Bahan-bahan yang telah diawetkan biasanya
mendapat perlakuan tambahan yang bertujuan untuk mencegah
gangguan serangga atau jamur selama disimpan. Dulu dalam lemari atau
wadah simpanan lazim diberikan naftalin atau kamfer atau dilakukan
fumigasi (perlakuan dengan gas yang beracun) dengan menggunakan
gas sianida paradiklor benzene, campuran diklorid etilen dengan
tetraklorid karbon, DDT atau CS2. Pada masa sekarang bahan tumbuhan
yang telah dikeringkan terlebih dahulu dicelupkan dalam larutan
sublimat (HgCl) yang jenuh, baru setelah menjadi kering kembali
ditempel atau ditempatkan dalam wadah untuk disimpan. Tanpa
perlakuan tambahan herbarium dapat disimpan dalam keadaan baik
selama beberapa puluh tahun. Dengan perlakuan tambahan tadi,
herbarium dapat disimpan lebih lama lagi. Setelah itu dapat dilakukan
pelengkapan keterangan yang terdapat pada collector book dan
menempelkan etiket. Etiket atau label berisi semua informasi yang telah
diperoleh dari tumbuhan yang bersangkutan. Untuk setiap specimen
selalu ada dua bentuk dokumentasi yaitu buku kolektor dan etiket tadi.
Etiket selain memuat judul atau nama lembaga yang memilikinya
memuat data berikut:
a. Nomor urut
b. Nama kolektor
c. Data taksonomi, nama jenis
d. Tempat (geografis) pengambilan bahan
e. Habitat
f. Data ekologi lain yang dianggap perlu, misalnya : distribusi
horizontal dan vertikal, “growth habit” (bergerombol, terpencar-
pencar jauh), musim berbunga atau berbuah.
g. Data lain yang telah diketahui dan dianggap perlu untuk dicatat,
misalnya kegunaan dalam tradisi setempat.

Etiket harus pula dicantumkan data taksonomi serta nama pelaku


identifikasi. Mengenai etiket atau label baik ukuran, penempatannya serta
isi catatannya terdapat variasi yang cukup besar. Tiap lembaga
mempunyai ketentuan sendiri-sendiri. Untuk penyimpanan, dapat
disimpan dalam tempat yang berbeda-beda. Untuk yang berukuran besar
dapat diletakkan begitu saja pada satu tempat misalnya atas meja dengan
etiket digantungkan pada specimen atau ditempatkan sedemikian rupa
sehingga terlihat jelas.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

1. Diharapkn untuk Praktek Kerja Lapangan Botani selanjutnya dapat


dilaksanakan lebih baik dan pada lokasi yang lebih berpotensi lagi untuk
pengambilan sampel
2. Diharapkan untuk penyusunan makalah selanjutnya, penyusun lebih
memperhatikan format laporan yang tepat
3. Diharapkan penyusun lebih memperhatikan latar belakang dan tujuan dari
pembuatan makalah yang selanjutnya
4. Penyusun diharapkan lebih banyak menggunakan literature sebagai
penunjang dalam pembuatan laporan
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan, Dr. 2000 . Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta.
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Heriana, Arief, Drs. 2005. Tumbuhan Obat & Khasiatnya. Jakarta. Penebar Swadya

Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta. Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai