KIMIA KLINIK
UROLOGI DAN TES URIN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK
III (TIGA)
KELAS
B S1 FARMASI 2014
DOSEN
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Izin-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah Kimia Klinik yang berjudul Urologi dan Tes Urin .
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing
Rudolf O. E. Lumy, SSi. MM. Apt yang selalu memberikan bimbingan dan arahan
selama mengikuti perkuliahan.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran untuk menyempurnakan
makalah ini dan memohon maaf apabila terdapat kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, membantu, menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
I.1
Latar Belakang......................................................................................1
I.2
Rumusan Masalah.................................................................................2
I.2.1
Tujuan Percobaan..................................................................................2
I.3
Manfaat Percobaan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
II.1
Pengertian Urologi................................................................................3
II.2
Organ Urinaria.....................................................................................16
II.3
Organ Uregenetalia..............................................................................18
II.4
Pemeriksaan Urologi...........................................................................22
II.5
Pemeriksaan Laboratorium.................................................................88
BAB IIIPENUTUP........................................................................................24
VI.1
Kesimpulan..........................................................................................24
VI.2
Saran....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah,urin,
sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan.
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapatdigunakan
darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di
dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsihati, otot jantung, ginjal, lemak
darah, gula darah, fungsi pankreas,elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa
uji kimia yang digunakan untukmembantu menegakkan diagnosis anemi
(Anonim, 2012).
Urologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran / ilmu bedah yang
mempelajari penyakit / kelainan traktus urinarius lelaki dan perempuan,
genitalia lelaki,dan kelenjar suprarenal. Dokter spesialis yang mengkhususkan
penanganan kasus urologi adalah dokter spesialis urologi yang mendapat
pendidikan dalam mengenal, mendiagnosa, mengobati, dan melakukan
penatalaksanaan kasus urologi. Traktus urogenitalia atau genitourinaria terdiri
atas organ genitalia (reproduksi) dan urinaria. Keduanya dijadikan satu
kelompok system urogenitalia, karena mereka saling berdekatan, berasal dari
embriologi yang sama, dan menggunakan saluran yang sama sebagai alat
pembuangan, misalkan uretra pada pria (Pribakti, 2011).
Penyakit urologi sudah dikenal sejak zaman mesir kuno, setua dengan
tindakan bedah pada umumnya. Salah satu bukti arkeologi adalah
diketemukannya batu di dalam buli-buli pada kerangka tulang pelvis anak lakilaki pada kuburan yang diperkirakan terjadi pada 5000 tahun yang lalu
(Pribakti, 2011).
Pemeriksaan air kemih atau urina sebagai salah satu cara untuk
membantu menetapkan diagnosis berbagai penyakit telah dilakukan selama
berabad-abad oleh praktisi kesehatan. Beberapa metode pemeriksaan yang
hingga kini masih dijalankan tergolong cara yang tradisional, seperti misalnya
mengamati penampakan dan bau contoh urina dan juga pemeriksaan mikroskop
Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi urologi ?
2. Bagaimana tata cara dalam melakukan tes urin ?
I.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi urologi
2. Untuk mengetahui tata cara dalam melakukan tes urin
I.4
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah wawasan
dan pengetahuan tentang hal hal yang bersangkutan dengan urologi dan
bagaimana pula tata cara dalam melakukan tes urin.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian Urologi
Urologi adalah bedah khusus yang berfokus pada saluran kemih laki-laki
dan perempuan, dan pada sistem reproduksi laki-laki. Profesional medis yang
mengkhususkan diri di bidang urologi disebut urolog dan dilatih untuk
mendiagnosa, mengobati, dan mengelola pasien dengan gangguan urologis.
Organ ditutupi oleh urologi termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, uretra,
dan organ-organ reproduksi pria (testis, epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, prostat dan penis). Baik urologist dan Ahli Bedah Umum
beroperasi pada kelenjar adrenal. Pada pria, sistem saluran kencing tumpang
tindih dengan sistem reproduksi, dan pada perempuan saluran kemih
membuka ke vulva. Dalam kedua jenis kelamin, saluran kemih dan
reproduksi berdekatan, dan gangguan dari satu sering mempengaruhi yang
lain. Urologi mengkombinasikan manajemen medis (non-bedah) masalah
seperti infeksi saluran kencing dan hiperplasia prostat jinak, serta masalah
bedah seperti manajemen operasi kanker, koreksi kelainan bawaan, dan
inkontinensia stres mengoreksi. Urologi adalah terkait erat dengan, dan
dalam beberapa kasus tumpang tindih dengan, bidang onkologi medis,
nefrologi,
ginekologi,
andrologi,
bedah
anak,
gastroenterologi,
dan
endokrinologi.
II.2.
Organ urinaria
II.2.1 Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis,
berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna
vertebral posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung
bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena posisi hati yang berada diatasnya
(Potter & Perry, 2005). Ginjal menyaring zat sisa metabolisme yang
terkumpul dalam darah. Darah mencapai ginjal melalui arteri renalis yang
merupakan cabang aorta abdominalis. Sekitar 20% sampai 25% curah jantung
bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap ginjal berisi 1 juta nefron.
Nefron, yang merupakan unit fungsional ginjal, membentuk urin (Potter &
Perry, 2010).
Gambar II.2.1
Ginjal
Gambar II.2.2
Ureter
Gambar II.2.3
Kandung Kemih
Gambar II.2.4
Uretra
Uretra pada wanita memiliki panjang sekitar 4-6,5 cm. Sfingter uretra
eksterna
yang
terletak
di
sekitar
setengah
bagian
bawah
uretra,
II.3
Organ Uregenetalia
II.3.1 Testis
ovoid.
Kedua
buah
dapat
digerakkan
mendekati
rongga
abdomen
untuk
epididimis
dan
berakhir
pada
duktus
pars tunika vaginalis, (2) pars skrotalis (3) pars inguinalis, (4) pars pelvikum,
dan (5) pars ampularis. Pars skrotalis ini merupakan bagian yang
dipotong dan diligasi saat vasektom. Duktus ini terdiri atas otot polos
yang
mendapatkan
persarafan
dari
sistem
Gambar II.3.3
Vas deferens
II.3.5 Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya
seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih
20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang
terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona sentral,
zona transisional, zona preprostatik sfingter, dan zona anterior (McNeal
1970).
Secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar
dan stroma. Komponen stroma ini
pembuluh darah,
saraf,
terdiri atas
dan jaringan
otot
penyanggah
polos,
fibroblas,
prostatikus
sekresi
kelenjar
pada
epitel
prostat,
terdapat reseptor
adrenergik-.
ganas
berpasangan
dan
sebuah
korpus
spongiosum
yang
berada
di
sebelah
sebagai
krura
penis. Setiap
krus
penis
dibungkus
menjadi
oleh
dua
otot
terdapat
jaringan
(berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau rongga lakuna
yang dilapisi oleh endotelium dan otot polos kavernosus. Rongga lakuna ini
dapat menampung darah yang cukup banyak sehingga menyebabkan
ketegangan batang penis.
II.4
Gambar II.3.6
Penis
yang
dapat
menunjang
diagnosis,
diantaranya
adalah
Pemeriksaan Laboratorium
II.5.1 Makroskopik
1. Warna
Sangat penting untuk memperhatikan warna air kemih yang tidak
biasa
(abnormal). Adanya
darah
segar
atau
hemoglobin
dapat
Berat Jenis (BJ). Berat jenis urina bergantung pada jumlah gram zat
terlarut yang diekskresikan per liternya. BJ memberi informasi tentang
kemampuan ginjal untuk memekatkan filtrat glomerulus. Nilai fisiologis
BJ berkisar dari 1,003 hingga 1,032, namun contoh urin usia 24 jam
biasanya antara 1.015-1.025. Urina paling pekat diperoleh di pagi hari.
Pada penyakit tubula ginjal, kemampuan memekatkan filtrat paling cepat
hilang. BJ dapat diukur secara langsung menggunakan urinometer atau
secara tak langsung dari penentuan indeks refraktif dengan refraktometer.
Cara kerja: Tuangkan urin yang akan diperiksa ke dalam gelas ukur atau
tabung urinometer. Apungkan urinometer di dalam tabung yang telah
berisi cairan urin. Alat ini harus terapung bebas, tidak menempel pada
dinding tabung. Cara membaca berat jenis: Pembacaan BJ ditentukan
dengan menentukan skala pada urinometer yang berhimpit dengan dasar
meniskus urin. Bila urin berbuih, gunakan kertas saring untuk
menghilangkannya. Beberapa alat urinometer telah ditera pada suhu
tertentu.
4. Kimiawi
a. pH
Urin manusia mempunyai pH fisiologis berkisar antara 4,6 hingga 8,0
dengan rerata sekitar 6,0. Kelaparan dan ketosis meningkatkan
keasaman urin. Sangat tidak lazim urin bersifat basa, kecuali pada
kondisi tertentu seperti alkalosis, terlalu banyak mengkonsumsi
senyawa basa seperti obat untuk penderita tukak lambung, atau
adanya bakteri dalam urin yang menghasilkan amonia. Penentuan pH
dapat dilakukan dengan kertas celup yang mengandung indikator
asam/basa atau kertas indikator pH komersil. Cara kerja: Ambil
secarik kertas lakmus biru atau merah dan celupkan ke dalam urin
yang akan diperiksa. Perhatikan perubahan warna kertas tersebut: o
Lakmus biru berubah menjadi merah, urin bersifat asam o Lakmus
merah berubah menjadi biru, urin bersifat basa Ambil kertas
indikator pH universal dan celupkan ujungnya sekejap ke dalam urin
a)
b)
c)
d)
e)
asupannya
f) Meningkat keresahan dan keinginan berkemih
g) Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
II.6
II.6.1 Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ
urogenitalia dirasakan sebagai nyeri lokal yaitu nyeri yang dirasakan di
sekitar organ itu sendiri, atau berupa referred pain yaitu nyeri yang dirasakan
jauh dari tempat organ yang sakit. Sebagai contoh nyeri local pada kelainan
ginjal dapat dirasakan di daerah sudut kostovertebra; dan nyeri akibat kolik
ke tungkai bawah. Inflamasi akut pada organ padat traktus
urogenitalia seringkali dirasakan sangat nyeri; hal ini disebabkan karena
regangan kapsul yang melingkupi organ tersebut. Oleh sebab itu pielonefritis,
prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri. Berbeda halnya
pada inflamasi yang mengenai organ berongga seperti pada buli-buli atau
uretra, dirasakan sebagai rasa kurang nyaman (discomfort). Di bidang urologi
banyak dijumpai bermacammacam nyeri yang dikeluhkan oleh pasien
sewaktu datang ke tempat praktek.
II.6.2 Nyeri Ginjal
Regangan kapsul ini dapat terjadi karena pielonefritis akut yang
menimbulkan edema, obstruksi saluran kemih yang mengakibatkan
hidronefrosis, atau tumor ginjal.
II.6.3
Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi akibat spasmus otot polos ureter karena gerakan
peristaltiknya terhambat oleh batu, bekuan darah, atau oleh benda asing lain.
Nyeri ini dirasakan sangat sakit, hilang-timbul sesuai dengan gerakan
peristaltik ureter. Pertama-tama dirasakan di daerah sudut kosto-vertebra
kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke
daerah kemaluan. Tidak jarang nyeri kolik diikuti dengan keluhan pada organ
pencernakan seperti mual dan muntah.
II.6.4
Nyeri Vesika
Nyeri prostat
Nyeri testis/epididimis
Nyeri yang dirasakan pada daerah kantong skrotum dapat berasal dari
nyeri yang berasal dari kelainan organ di kantong skrotum (nyeri primer) atau
nyeri (refered pain) yang berasal dari kelainan organ di luar kantong skrotum.
Nyeri akut yang disebabkan oleh kelainan organ di kantong testis dapat
disebabkan oleh torsio testis atau torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis
akut, atau trauma pada testis. Inflamasi akut pada testis atau epididimis
Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada daerah penis yang sedang tidak ereksi
(flaksid) biasanya merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa bulibuli atau uretra, yang terutama dirasakan pada meatus uretra eksternum.
Selain itu parafimosis dan keradangan pada prepusium maupun glans penis
memberikan rasa nyeri yang terasa pada ujung penis. Nyeri yang terjadi pada
saat ereksi mungkin disebabkan karena penyakit Peyronie atau priapismus.
Pada penyakit Peyronie terdapat plak jaringan fibrotik yang teraba pada
tunika albuginea korpus kavernosum penis sehingga pada saat ereksi, penis
melengkung (bending) dan terasa nyeri. Pria pismus adalah ereksi penis yang
terjadi terus menerus tanpa diikuti dengan ereksi glans. Ereksi ini tanpa
diikuti dengan hasrat seksual dan terasa sangat nyeri.
II.6.8 Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan
iritasi, obstruksi, inkontinensia, dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi,
polakisuria, atau frekuensi, nokturia, dan disuria; sedangkan keluhan
obstruksi meliputi hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine
melemah, intermitensi, dan menetes serta masih terasa ada sisa urine sehabis
miksi. Keluhan iritasi dan obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract
symptoms.
II.6.9 Gejala iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit.
Keadaan ini adalah akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli karena
inflamasi, terdapat benda asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi
infravesika, atau karena kelainan buli-buli nerogen. Setiap hari, orang normal
rata-rata berkemih sebanyak 5 hingga 6 kali dengan volume kurang lebih 300
ml setiap miksi. Frekuensi atau polakisuria adalah frekuensi berkemih yang
lebih dari normal, keadaan ini merupakan keluhan yang paling sering dialami
oleh pasien urologi. Polakisuria dapat disebabkan karena produksi urine yang
berlebihan (poliuria) atau karena kapasitas buli-buli yang menurun sehingga
sewaktu buli-buli terisi pada volume yang belum mencapai kapasitasnya,
rangsangan miksi sudah terjadi. Penyakit-penyakit diabetes mellitus, diabetes
insipidus, atau asupan cairan yang berlebihan merupakan penyebab terjadinya
poliuria; sedangkan menurunnya kapasitas buli-buli dapat disebabkan karena
adanya obstruksi infravesika, menurunnya komplians buli-buli, buli-buli
contracted, dan bulibuli yang mengalami inflamasi/iritasi oleh benda asing di
dalam lumen buli-buli. Nokturia adalah polakisuria yang terjadi pada malam
hari. Seperti pada polakisuria, pada nokturia mungkin disebabkan karena
produksi urine meningkat ataupun karena kapasitas bulibuli yang menurun.
Orang yang mengkonsumsi banyak air sebelum tidur apalagi mengandung
alkohol dan kopi menyebabkan produksi urine meningkat. Pada malam hari,
produksi urine meningkat pada pasien-pasien gagal jantung kongestif dan
odem perifer karena berada pada posisi supinasi. Demikian halnya pada
pasien usia tua tidak jarang terjadi peningkatan produksi urine pada malam
hari karena kegagalan ginjal melakukan konsentrasi (pemekatan) urine.
Disuria adalah nyeri pada saat miksi dan terutama disebabkan karena
inflamasi pada bulibuli atau uretra. Seringkali nyeri ini dirasakan paling sakit
di sekitar meatus uretra eksternus. Disuria yang terjadi pada awal miksi
biasanya berasal dari kelainan pada uretra, dan jika terjadi pada akhir miksi
adalah kelainan pada buli-buli.
II.6.10 Gejala obstruksi
Pada keadaan normal, saat sfingter uretra eksternum mengadakan
relaksasi, beberapa detik kemudian urine mulai keluar. Akibat adanya
obstruksi infravesika, menyebabkan hesitansi atau awal keluarnya urine
menjadi lebih lama dan seringkali pasien harus mengejan untuk memulai
miksi. Setelah urine keluar, seringkali pancaranya menjadi lemah, tidak jauh,
dan kecil; bahkan urine jatuh di dekat kaki pasien.
Di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian
memancar lagi; keadaan ini terjadi berulang-ulang dan disebut sebagai
intermitensi. Miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di
dalam buli-buli dengan masih keluar tetesan-tetesan urine (terminal
dribbling). Jika pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi mengosongkan
isinya, menyebabkan terjadinya retensi urine yang terasa nyeri pada daerah
suprapubik dan diikuti dengan keinginan miksi yang sangat sakit (urgensi).
Lama kelamaan buli-buli isinya makin penuh sehingga keluar urine yang
menetes tanpa disadari yang dikenal sebagai inkontinensia paradoksa.
Obstruksi uretra karena striktura uretra anterior biasanya ditandai dengan
pancaran kecil, deras, bercabang, dan kadang-kadang berputar-putar.
II.6.11 Hematuria
total),
atau
akhir
miksi
(hematuria
terminal).
Dengan
berasal dari cairan prostat dan vesikula seminalis, oleh karena itu
hematospermia paling sering disebabkan oleh kelainan dari kedua organ
tersebut. Sebagian besar hematospermia tidak diketahui penyebabnya
(hematospermia primer) yang dapat sembuh sendiri. Hematospermia
sekunder dapat disebabkan karena pasca biopsyprostat, inflamasi/infeksi
vesikula seminalis maupun prostat, atau karsinoma prostat. Meskipun jarang,
tuberkulosis
prostat
disebut-sebut
sebagai
salah
satu
penyebab
hematospermia.
II.6.13 Cloudy urine
Cloudy urine adalah urine berwarna keruh dan berbau busuk akibat
dari suatu infeksi saluran kemih.
II.6.14 Keluhan pada skrotum dan isinya
Keluhan pada daerah skrotum yang menyebabkan pasien datang
berobat ke dokter adalah: buah zakar membesar, terdapat bentukan berkelokkelok seperti cacing di dalam kantong (varikokel), atau buah zakar tidak
berada di dalam kantong skrotum (kriptorkismus). Pembesaran pada buah
zakar
mungkin
disebabkan
oleh
tumor
testis,
hidrokel,
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum
pasien dan pemeriksaan urologi. Seringkali kelainan-kelainan di bidang
urologi memberikan manifestasi penyakit umum (sistemik), atau tidak jarang
pasien-pasien urologi kebetulan menderita penyakit lain. Adanya hipertensi
mungkin merupakan tanda dari kelainan ginjal, edema tungkai satu sisi
mungkin akibat obstruksi pembuluh vena karena penekanan tumor buli-buli
atau karsinoma prostat, dan ginekomasti mungkin ada hubungannya dengan
karsinoma testis. Semua keadaandi atas
pada
isi
skrotum,
dilakukan
pemeriksaan
transiluminasi
seperti pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan
penyebab dari buli-buli neurogen.
II.7
Pemeriksaan Urin
tetapi
mungkin
juga
disebabkanoleh
kalsium
pospat/kalsium karbonat.
d. Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes
lar. Asam asetat 6%. Jika kekeruhan itutetap/bertambah keruh
berarti tes protein Positif.
e. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih
&kemudian berilah penilaian semikuantitatif kepada hasilnya.
4. Kreatinin
Pada percobaan untuk mengetahui adanya kreatinin dalamurin,
dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer
kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan
larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila
larutan di asamkan. Dari hasil percobaan, dipeoleh warna merah
kecoklatan (jernih) dari penambahan urin dengan asam pikrat jenuh
danNaOH 10 %. Warna larutan pada salah satu tabung berubah menjadi
kuning setelah ditambah HCl (tabung yang lain tidak ditambahkan HCl
dan larutan tetap berwarna merah kecoklatan). Hal ini menunjukkan
bahwa di dalam urin yang diuji, terdapat kreatinin.
5. Glukosa
Pemeriksaan glukosa dengan menggunakan pereaksi benedict dimana
pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat. Dimana glukosa dapat mereduksi ion Cu++
dari kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai
CuO.
6. pH
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa,
kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin
normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itupenetapan pH pada infeksi
saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh
Escherichia coli biasanya urinbereaksi asam, sedangkan pada infeksi
dengan kuman Proteus yangdapat merombak ureum menjadi atnoniak
akan menyebabkan urinbersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat
atau
kalsium
fosfaturin
mencegahterbentuknya
dipertahankan
batu
urat
asam,
atau
sedangkan
oksalat
pH
untuk
urin
sebaiknyadipertahankan basa.
7. Urea
Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serumatau plasma
heparin. Kumpulkan3-5 ml darah vena pada tabungbertutup merah atau
bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis. Centrifus darah kemudian
pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk
puasa terlebih dulu selama 8jam sebelum pengambilan sampel darah
untuk mengurangipengaruh diet terhadap hasil laboratorium. Kadar
ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer
atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik
urea,
sehingga
konsentrasi
urea
dapat
dihitung
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Urologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
penyakit dan kelainan traktus urogenitalia pria dan traktus urinaria wanita.
Saran
Kepada pembaca makalah sederhana ini, diharapkan semoga dapar
memahami betul mengenai hal-hal yang berhubungan dengan urologi dan tata
cara dalam tes urin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://biomedika.co.id/v2/services/laboratorium/33pemeriksaankimia-klinik.html diakses tanggal 5 April 2016
Arief, Manjoer.dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3: Medika Aesculpalus.
FKUI: Jakarta
Basuki, B Purnomo. 2013. Dasar-dasar Urologi. FK Universitas Brawijaya: Malang
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan,
Praktik. EGC: Jakarta
Pribakti. 2011. Dasar-dasar Uroginekologi. Sagung Seto: Jakarta